Professional Documents
Culture Documents
Proposal 1
Proposal 1
NIM : N1D119001
KELAS : A (GANJIL)
KENDARI
2022
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................1
1.1....................................................................................................Latar
Belakang...................................................................................1
1.2....................................................................................................Rumus
an Masalah...............................................................................4
1.3....................................................................................................Tujuan
Penelitian...................................................................................4
1.4....................................................................................................Manfa
at Penelitian...............................................................................4
1.5....................................................................................................Definis
i Operasional.............................................................................5
2.2.1. Bahasa...........................................................................10
2.2.2. Semantik.......................................................................11
2.2.3. Makna...........................................................................13
2.2.4. Disfemia........................................................................14
ii
3.3. Instrumen Penelitian..............................................................16
PENDAHULUAN
orang lain. Komunikasi akan berjalan lancar apabila seorang penutur dan mitra
tutur dapat menggunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami. Dengan
manusia juga dapat berkomunikasi secara tidak langsung yaitu melalui media
kepada orang lain. Dengan adanya media sosial penyebaran informasi tidak lagi
terbatas oleh jarak dan waktu. Adapun instrumen utama dalam berkomunikasi
ialah bahasa.
diutarakan oleh seorang penutur dapat di mengerti dan diterima dengan baik oleh
mitra tutur. Bahasa memiliki banyak variasi mulai dari jenis bahasa yang
iii
digunakan hingga pemilihan kata yang tepat untuk menggambarkan sesuatu yang
dan frasa yang berbeda. Kata-kata yang dikeluarkan oleh penutur tersebut dapat
mengandung makna yang halus atau makna yang kasar. Tuturan yang
untuk tuturan yang mengandung makna lebih kasar disebut disfemisme atau
disfemia. Makna dianggap sebagai bagian dari bahasa, maka makna merupakan
itu sendiri, ia cenderung memilih kata yang memiliki makna halus atau kata yang
kasar untuk diucapkan. Hal yang biasanya mendorong penggunaan eufemia dan
disfemia adalah emosi yang dirasakan oleh seorang penutur. Apabila perasaan
atau emosi yang dia rasakan sedang baik maka kata-kata yang diucapkan akan
bermakna halus, sebaliknya apabila perasaan atau emosi yang dia rasakan sedang
tidak baik maka ucapannya akan bermakna kasar. Hal seperti ini juga sering kita
jumpai pada komentar-komentar yang ada pada media sosial, salah satunya
Instagram.
beberapa komentar yang bermakna kasar atau biasa disebut disfemia. Dalam
unggahan tertulis dengan jelas bahwa Eks koruptor bisa jadi calon anggota DPR
iv
7 tahun 2017, tidak ada larangan bagi mantan koruptor yang ingin menjadi staf
koruptor untuk mengulangi perbuatannya dalam hal ini korupsi, sedangkan masih
Walaupun hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa eks koruptor tersebut tidak
peraturan tersebut.
tersebut. Sebagian besar bahkan hampir dari semua komentar yang ada berisi
kata-kata yang bermakna kasar yang ditujukan kepada para pemerintah yang
unggahannya ”Eks Koruptor Bisa Jadi Calon Anggota DPR di Pemilu 2024”.
Akun Instagram Folkative dipiih dalam penelitian ini karena akun ini merupakan
v
1.2. Rumusan Masalah
2) Apa fungsi dari penggunaan disfemia yang terdapat pada komentar di akun
vi
1.4. Manfaat Penelitian
dalam hal ini khususnya mengenai bentuk ungkapan dan fungsi disfemia pada
komentar di akun Instagram Folkative pada unggahannya ”Eks Koruptor Bisa Jadi
Calon Anggota DPR di Pemilu 2024”. Juga menentukan bentuk kebahasaan yang
dengan tepat makna yang terkandung dalam penggunaan disfemia. Sehingga dapat
media sosial.
1. Bahasa yang saya maksud di sini adalah lambang bunyi dan alat untuk
tidak senang.
vii
4. Instagram adalah sosial media berbasis gambar yang memberikan layanan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Rubrik Bola Nasional pada Tabloid Bola”. Hasil yang ditemukan ada tiga.
kebahasaan berupa kata terbagi menjadi empat yaitu ,kata dasar, kata berimbuhan,
kata ulang, dan kata majemuk. Kedua, nilai rasa yang ditemukan di dalamnya ada
menguatkan makna.
perubahan makna disfemia dalam tajuk kencana Kompas edisi Januari 2011. Hasil
penelitian dinilai memiliki relevansi yang baik sebagai bentuk implikasi dalam
viii
kualitatif deskriptif. Data yang diperoleh dianalisis dan dideskripsikan dengan
bentuk - bentuk disfemia dalam tajuk kecana terdiri dari bentuk kata, frasa dan
pembelajaran. Hal ini didasari kriteria yang ada di dalam penelitian ini sudah
sejalan dengan kompetensi dasar yang terdapat pada Kurikulum Tingkat Satuan
penelitian ini dengan peneliti Rifa‟i, yaitu penelitian Rifa‟i meneliti tentang
bentuk disfemia pada taiuk kencana koran Kompas dan implikasinya pada
pembelajaran di SMA.
penelitian dari Ricky Galih Prasetyo dengan judul “Disfemia dalam Kolom
terdiri atas : (a) kata, (b) frasa (c) dan klausa. Dari semua bentuk kebahasaan
disfemia yang paling sering digunakan dalam komentar netizen adalah bentuk
disfemia kata. Sebanyak 62 kata dari 105 bentuk kebahasaan yang ada komentar
netizen berdisfemia berbentuk kata. Artinya sekitar 59,04% dari data yang
berbentuk frasa sebanyak 23 frasa atau sekitar 21,90% dari data yang diperoleh.
19,04% dari data yang diperoleh. Selain bentuk kebahasaan disfemia yang sudah
ix
disebutkan, disfemia juga mengandung nilai rasa. Dalam penelitian ini ditemukan
dua bentuk nilai rasa. Yang pertama nilai rasa emotif yang terbagi atas : (a) nilai
rasa menyeramkan, nilai rasa mengerikan, nilai rasa menakutkan, nilai rasa
menjijikkan dan nilai rasa menguatkan. Kedua yaitu nilai rasa ketabuan yang
terbagi atas : (a) nilai rasa ketabuan yang membandingkan manusia dengan hewan
secara umum melalui tingkah laku, (b) mengucapkan hal atau kata-kata tabu yang
mental seperti idiot, bodoh, tolol dan sebagainya. Mulai dari nilai rasa emotif,
nilai rasa yang sering dijumpai adalah nilai rasa emotif menguatkan. Jadi bisa
bertujuan untuk menguatkan suatu argument atau pendapat. Kemudian nilai rasa
ketabuan dari data yang diperoleh yang sering muncul adalah nilai rasa ketabuan
yang mengucapkan mengucapkan hal atau kata-kata tabu yang mencakup organ-
organ tubuh berupa fisik maupun kata-kata yang mengarah kepada kehidupan
seksual.
bentuk kebahaasaan disfemia yaitu kata, frasa dan klausa. Bentuk kata terdapat
pada kata terdapat dalam penulisan kata “becus”. Disfemia bentuk frasa terdapat
x
dalam penulisan frasa “wanita jalang” dan bahasa disfemia dalam bentuk klausa
judul “Analisis Penggunaan Disfemia dalam Wacana Tajuk Olahraga pada Koran
disimpulkan bentuk kebahasaan dalam surat kabar harian fajar terdapat bentuk
kebahasaan disfemia dibagi menjadi tiga yaitu, disfemia berupa kata, disfemia
berupa frasa, dan disfemia berupa ungkapan. Disfemia berupa kata dalam surat
frasa dalam surat kabar harian fajar terdapat 6 frasa diantaranya muluk-muluk,
disfemia berupa ungkapan dalam surat kabar harian fajar terdapat 6 ungkapan
peneliti sehingga dapat dijadikan sebagai acuan peneliti. Pertama, subjek yang
diteliti sama, yaitu kalimat yang mengandung kata, frasa, dan klausa disfemia. Hal
Bola Nasional pada Tabloid Bola. Penelitian kedua menggunakan media Tajuk
xi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Penelitian ketiga menggunakan media
sosial LINE, yaitu Line Today. Selanjutnya pada penelitian keempat menggunakan
sebelumnya menggunakan surat kabar, media sosial berupa LINE, dan film.
difokuskan pada analisis bentuk kebahasaan disfemia yang berupa kata, frasa, dan
yang terdapat dalam unggahan akun Instagram Folkative “Eks Koruptor Bisa Jadi
unggahannya ”Eks Koruptor Bisa Jadi Calon Anggota DPR di Pemilu 2024”.
dan membantu peneliti dalam mengkaji penelitiannya. Oleh karena itu, penelitian
xii
2.2.1. Bahasa
bahasa merupakan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan satu sama lain.
ialah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran serta perasaan, keinginan, dan
Kedua, bahasa ialah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik ataupun yang
buruk, tanda yang jelas dari keluarga serta bangsa, tanda yang jelas dari budi
bahasa ialah suatu sistem yang sistematis, barangkali juga sistem generatif. Kedua
arbirter.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan lambang bunyi dan alat
untuk berkomunikasi manusia yang diucapkan melalui alat ucap manusia yang
2.2.2. Semantik
ditandainya. Atau dengan kata lain semantik adalah bidang studi dalam linguistik
xiii
yang mempelajari tentang makna atau arti. Semantik Mengandung studi tentang
makna yang merupakan bagian dari linguistik. Menurut Lehrer (via Pateda, 2001:
6), semantik adalah studi tentang makna. Semantik merupakan bidang kajian yang
sangat luas karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa
Kata semantik berasal dari bahasa Yunani, Sema (nomina) yang berarti
tanda atau lambang, dan verba Samaino yang bisa disebut sebagai menandai atau
semula berasal dari bahasa Yunani yang mengandung makna to signify atau
halnya bunyi dan tata bahasa, komponen makna dalam hal ini juga menduduki
tingkatan tertentu.
adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang makna kata dan makna
kalimat serta sebagai alat dalam memberikan simbol pengetahuan pada kosakata
dari suatu bahasa dan strukturnya untuk mengembangkan arti yang lebih
dipengaruhi oleh konteks diluar bahasa, benda, objek dan peristiwa yang ada di
xiv
dalam semsta. Kedua, kajian makna bahasa ditemukan oleh konteks bahasa, yakni
oleh aturan kebahasaan suatu bahasa. Semantik merupakan cabang linguistik yang
mengkaji tentang makna suatu bahasa yang digunakan oleh manusia dalam sebuah
kehidupan. Semantik ini lebih khusus menelaah tentang makna sebuah kata serta
2.2.3. Makna
Makna ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah
disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti.
Makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengaran atau
pembaca karena ransangan aspek. Aspek bentuk adalah segi yang dapat diserap
berteriak “tolong” timbul reaksi dalam fifkiran kita “ada seseorang yang
adalah “reaksi seseorang yang mendengar”. Hal ini senada dengan makna dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014:703) makna diartikan (1) arti; (2) pembaca
atau penulis; (3) pengertian yang diberikan kepada bentuk kebahasaan. Makna itu
sendiri berada di balik kata, tetapi dari tataran Morfologi lebih merupakan studi
adalah sesuatu yang terkandung dalam sebuah ujaran yang bersifat umum dan
atau penulis yang diberikan kepada bentuk berupa kata, gabungan kata, maupun
xv
satuan yang lebih besar lainnya berdasarkan konteks pemakaian, situasi yang
2.2.4. Disfemia
Disfemisme berasal dari bahasa Yunani dys atau dus (bad, abnormal,
difficult dalam bahasa Inggris) yang berarti “buruk”, adalah kebalikan dari
dari eufemia ialah pengasaran, yaitu penggunaan kata atau ungkapan yang lebih
kasar dari pada kata atau ungkapan tertentu. Usaha atau gejala pengasaran ini
biasanya dilakukan oleh orang dalam situasi yang tidak ramah atau untuk
disfemia merupakan penggunaan kata-kata kasar dan bernilai rasa kurang sopan,
berdisfemia ini biasanya muncul dalam situasi yang tidak ramah, biasanya untuk
xvi
BAB 3
METODE PENELITIAN
adalah penelitian dengan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan
kutipan data yang sesuai dengan penelitian. Penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan.
Bedasarkan sumber dan data yang digunakan, metode penelitian ini dilakukan
3.2.1.Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah komentar yang berupa
kata dasar, kata turunan atau jadian, kata majemuk, dan kata ulang yang
yang terdapat dalam komentar para warganet ini berdasarkan kriteria bentuk
disfemia. Bentuk difemia yang menjadi fokus dalam penelitian ini diantaranya
xvii
berupa ungkapan yang terdapat dalam komentar para warganet. Untuk
rasa kasar, tidak sopan, dan tidak layak dilakukan pada manusia. Nilai rasa kasar,
tidak sopan, dan tidak layak dilakukan pada manusia pada sebuah bentuk
kebahasaan disfemia ditentukan oleh konteks kalimat dan adanya kata yang
mempunyai nilai rasa lebih netral. Hal ini berguna untuk menentukan suatu
bentuk bermakna kasar atau halus dengan cara memisahkan mana yang termasuk
dalam data disfemia dan mana yang bukan termasuk data disfemia.
3.2.2.Sumber Data
warganet yang terdapat dalam kolom komentar di akun Instagram Folkative pada
unggahannya ”Eks Koruptor Bisa Jadi Calon Anggota DPR di Pemilu 2024”
Instrumen atau alat penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu
sendiri, sehingga instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
xviii
dipahami tentang disfemia dalam komentar warganet. Hasil akhir yang hendak
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik
Instagram Folkative pada unggahannya ”Eks Koruptor Bisa Jadi Calon Anggota
disfemia.
Bisa Jadi Calon Anggota DPR di Pemilu 2024” untuk menemukan data yang
menganalisis jenis kata tersebut hingga akhirnya menarik kesimpuan dari hasil
xix
DAFTAR PUSTAKA
Ardania Chulud Ayu. 2020. Bentuk Disfemia dalam Kolom Komentar Warganet
di Berita Babe Pada Rubrik Pemilu 2019. Universitas Muhammadiyah
Jember.
Asmani, Nur. 2016. Bahasa sebagai Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan
Kepribadian. Jurnal Bastra Vol.1,No.1.
xx
Putri Kurniasari. 2019. BAHASA DISFEMIA DALAM TAYANGAN FILM
REKONSTRUKSI DI TRANS7: KAJIAN SEMANTIK. Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
xxi