You are on page 1of 7

PANDUAN PENGELOLAAN LIMBAH B3

UPT PUSKESMAS NGAWI PURBA

UPT PUSKESMAS NGAWI PURBA

DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI PEMERINTAH KABUPATEN


NGAWI
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga Puskesmas Ngawi Purba dapat menyusun Panduan
Pengelolaan Limbah B3 dengan baik dan benar.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada pedoman
teknis ini. Oleh karena itu Puskesmas Ngawi Purba mengundang pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang dapat membangun Puskesmas Ngawi Purba. Kritik dan saran dari
pembaca sangat Puskesmas Ngawi Purba harapkan untuk penyempurnaan panduan
selanjutnya. 
Akhir kata semoga pedoman teknis ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 

Ngawi , 2022

UPT Peskesmas Ngawi Purba


BAB I
DEFINISI
A. PENGERTIAN
1. B3 adalah zat, energi, dan atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan
atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan
atau merusak lingkungan hidup, dan atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
2. Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung B3.
3. Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan.
4. Fasilitas penyimpanan limbah B3 berupa :
a. Bangunan
b. Tangki dan atau kontainer
c. Silo
d. Tempat tumpukan limbah
e. Waste impoundment
f. Bentuk lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
5. Fasilitas penyimpanan limbah B3 berupa bangunan harus memenuhi persyaratan :
a. Desain dan konstruksi yang mampu melindungi limbah B3 dari hujan dan
sinar matahari
b. Memiliki penerangan dan ventilasi
c. Memiliki saluran drainase dan bak penampung
d. Terdapat peralatan penanggulangan keadaan darurat paling sedikit meliputi
alat pemadam api dan alat penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai.
e. Pengemasan limbah B3 dilakukan dengan menggunakan kemasan yang terbuat
dari bahan yang mengemas limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah B3
yang akan disimpan mampu mengungkung Limbah B3 untuk tetap berada
dalam kemasan. Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya
tumpahan saat dilakukan penyimpanan, pemindahan atau pengangkutan.
Berada dalam kondisi baik, tidak bocor, tidak berkarat dan tidak rusak.
6. Label limbah B3 paling sedikit memuat keterangan mengenai nama limbah B3,
identitas penghasil limbah B3, tanggal dihasilkannya limbah B3 dan tanggal
pengemasan limbah B3.
7. Secara konvensional terdapat tujuh kelas bahan berbahaya, yaitu:
a. Flammable (mudah terbakar), yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang
menyala dengan mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber
nyala, misalnya: jenis pelarut ethanol, gas hidrogen, methane.
b. Explosive (mudah meledak), yaitu materi yang dapat meledak karena adanya
kejutan, panas atau mekanisme lain, misalnya dinamit.
c. Corrosive (korosif), bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak
jaringan kulit bila berkontak dengannya.
d. Reaktif, bahan padat atau cair yang mudah bereaksi sesuai dengan keadaan
disekitarnya, misalnya : logam natrium
e. Infeksius, bahan padat atau cair yang dapat menginfeksi lingkungan atau
makhluk hidup di sekitarnya, misalnya : jarum suntik, sisa obat-obatan
f. Beracun, bahan padat, cair, atau gas yang dapat mempengaruhi kesehatan
lingkungan atau manusia yang menghirup atau terkena limbah tersebut.
8. Sumber Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. Berasal bukan dari proses utamanya,
tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi,
pelarut kerak, pengemasan, dll.
b. Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah B3 sisa proses suatu industri atau
kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah.
9. Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada
pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang
stabil dan mudah menguap.
b. Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan
flokulasi
c. Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan
dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa
lumpur dari hasil proses tersebut.
d. Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan
digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan
cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup panduan ini adalah pengelolaan limbah yang dilakukan di UPT
Puskesmas Ngawi Purba. Yang terdiri dari limbah cair dan limbah padat.

BAB III
TATA LAKSANA
A. PENGURANGAN
1. Setiap unit meminimalkan penggunaan B3
2. Substitusi bahan dengan memilih bahan tidak mengandung B3
3. Memodifikasi proses melalui pemilahan
4. Menerapkan proses produksi yang lebih efisien dan menggunakan teknologi ramah
lingkungan
5. Menggunkan APD saat kontak dengan B3 maupun limbah B3

B. PENYIMPANAN
1. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan penyimpanan
limbah B3.
2. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dilarang melakukan pencampuran
limbah B3 yang disimpannya.
3. Lokasi penyimpanan Limbah B3 harus bebas banjir dan tidak rawan bencana
alam.
4. Fasilitas penyimpanan limbah B3 berupa bangunan harus memenuhi persyaratan
desain dan konstruksi yang mampu melindungi limbah B3 dari hujan dan sinar
matahari, memiliki penerangan dan ventilasi serta memiliki saluran drainase dan
bak penampungan.
5. Di fasilitas penyimpanan limbah B3 harus terdapat fasilitas alat pemadam api dan
alat penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai.
6. Pengemasan limbah B3 terbuat dari bahan yang dapat mengemas limbah B3
sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang akan disimpan, mampu
mengungkung Limbah B3 untuk tetap berada dalam kemasan.
7. Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan
penyimpanan, pemindahan atau pengangkutan.
8. Berada dalam kondisi baik, tidak bocor, tidak berkarat dan tidak rusak.
9. Kemasan limbah B3 wajib dilekati label limbah B3 dan simbol Limbah B3.
10. Label limbah B3 memuat nama limbah B3, identitas penghasil limbah B3,
tanggal dihasilkan libah B3 dan tanggal pengemasan limbah B3.
11. Simbol B3 disesuaikan dengan karakteristik limbah B3.
12. Durasi penyimpanan limbah B3
a. 90 hari sejak limbah B3 dihasilkan, untuk limbah B3 yang dihasilkan sebesar
50 kg per hari / lebih
b. 180 hari sejak limbah B3 dihasilkan, untuk limbah B3 yang dihasilkan
kurang dari 50 kg per hari / lebih untuk limbah kategori 1
c. 365 hari sejak limbah B3 dihasilkan, untuk limbah B3 yang dihasilkan
sebesar 50 kg per hari / lebih untuk limbah kategori 2 dari sumber tidak
spesifik dan sumber spesifik umum
d. 365 hari sejak limbah B3 dihasilkan, untuk limbah B3 yang dihasilkan untuk
limbah kategori 2 dari sumber tidak spesifik dan sumber spesifik khusus.
13. Limbah sisa gas yg mudah terbakar harus diamankan (dibuatkan tempat
tersendiri).
C. PENGUMPULAN
1. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengumpulan limbah
B3 yang dihasilkannya.
2. Tidak melakukan pengumpulan limbah B3 yang tidak dihasilkan
3. Tidak mencampur limbah yang dikumpulkan.
4. Pengumpul limbah B3 dilarang melakukan pemanfaatan limbah B3 dan atau
pengolahan limbah B3 yang dikumpulkan dan menyerahkan limbah B3 yang
dikumpulkan kepada pengumpul limbah B3 yang lain.
D. PENGANGKUTAN
1. Pengangkutan limbah B3 wajib menggunakan alat angkut yang tertutup untuk limbah
B3 kategori 1
2. Pengankutan limbah B3 wajib menggunakan alat angkut yang terbuka untuk limbah
B3 kategori 2
3. Pihak ke 3 yang melakukan pengangkutan limbah B3 wajib memiliki rekomendasi
pengangkutan limbah B3 dan izin pengelolaan limbah B3.
E. PEMANFAATAN
1. Limbah B3 dapat dimanfaatkan sebagai substitusi bahan baku
2. Limbah B3 dapat dimanfaatkan sebagai substitusi sumber energi
3. Limbah B3 dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
4. Limbah B3 dapat dimanfaatkan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
F. PENGOLAHAN
1. Limbah cair yang bersifat asam dan basa harus dinetralkan dahulu sebelum dibuang.
Untuk zat-zat logam berbahaya harus dilakukan pre treatment terlebih dahulu dengan
proses netralisasi, kemudian baru dilakukan pengolahan lebih lanjut di instalasi
pengolahan air limbah (IPAL).
2. Pengolahan limbah B3 padat diserahkan kepada pengolah limbah B3
3. Pihak yang melakukan pengolahan limbah B3 wajib memiliki izin pengelolaan
limbah B3 untuk kegiatan pengolahan limbah B3.
G. PENIMBUNAN
1. Penimbunan limbah B3
2. Pihak yang melakukan penimbunan limbah B3 wajib memiliki izin penimbunan
limbah B3 untuk kegiatan pengolahan limbah B3

BAB IV
DOKUMENTASI
1. Setiap ruangan yang menghasilkan limbah B3 harus mencatat jenis B3 sesuai dengan
kriterianya.
2. Melakukan pelabelan sesuai dengan bahan B3
3. Setiap unit yang menghasilkan B3 harus mempunyai MSDS setiap bahan

You might also like