You are on page 1of 2

Rinjani.

Sampai disini sudah terdapat dua versi, yakni


antara Nala
Segara (Betara Tunggul Nala) dan Ghaus
‘Abdurrazzāq yang sama-
sama dipercaya sebagai penyebar agama Islam,
menjadi cikal
bakal Sulthan-Sulthan Lombok dan pendiri
Kerajaan Selaparang.
Pertanyaan yang agak menggelitik kemudian
adalah:Tidakkah
keduanya memang orang yang sama? Tidakkah
yang dimaksud
sebagai Nala Segara itu sebagai Ghaus
‘Abdurrazzāq, dan Wali
Nyatok adalah Ghaos ‘Abdurrahman?. Hal itu masih
dimungkinkan
mengingat pada masa dahulu seorang tokoh
seringkali
menggunakan nama-nama berbeda ditempat yang
berbeda.
Kejayaan Selaparang
Kerajaan Selaparang tergolong kerajaan yang
tangguh, baik di
darat maupun di laut. Laskar lautnya telah
berhasil mengusir
Belanda yang hendak memasuki wilayah tersebut
sekitar tahun
1667-1668 Masehi. Namun, Kerajaan Selaparang
harus merelakan
salah satu wilayahnya dikuasai Belanda, yakni
Pulau Sumbawa,
karena lebih dahulu direbut sebelum
terjadinya peperangan
laut. Di samping itu, laskar lautnya pernah pula
mematahkan
serangan yang dilancarkan oleh Kerajaan Gelgel
(Bali) dari
arah barat. Selaparang pernah dua kali
terlibat dalam
pertempuran sengit melawan Kerajaan Gelgel,
yakni sekitar
tahun 1616 dan 1624 Masehi, akan tetapi kedua-
duanya dapat
ditumpas habis, dan tentara Gelgel dapat ditawan
dalam jumlah
yang cukup besar pula.
Setelah pertempuran sengit tersebut, Kerajaan
Selaparang mulai
menerapkan kebijaksanaan baru untuk
membangun kerajaannya
dengan memperkuat sektor agraris. Maka, pusat
pemerintahan
kerajaan kemudian dipindahkan agak ke pedalaman,
di sebuah
dataran perbukitan, tepat di Desa Selaparang
sekarang ini.
Dari wilayah kota yang baru ini, panorama Selat
Alas yang
indah membiru dapat dinikmati dengan latar
belakang daratan
Pulau Sumbawa dari ujung utara ke selatan dengan
sekali sapuan
pandangan. Dengan demikian, semua gerakan yang
mencurigakan di
tengah lautan akan segera dapat diketahui.
Wilayah ibukota

You might also like