Professional Documents
Culture Documents
Laporan Praktikum BB
Laporan Praktikum BB
GEDUNG (KT-31102)
DOSEN PENGAMPU:
ROBI FERNANDO, S.T., M.T.
NIP. 198608181014021005
LABORAN:
MOHAMAD TAUFIQUL H, S.T.
LEMBAR PENGESAHAN
hari :
tanggal :
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan praktikum Bahan Bangunan hingga
selesai dan kemudian menyajikannya dalam bentuk laporan.
Laporan praktikum ini kami susun berdasarkan hasil dari praktikum Bahan
Bangunan yang dilaksanakan di Laboratorium Bahan dan Struktur di Politekni
Pekerjaan Umum di Semarang.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
- Bapak Robi Fernando, ST, MT selaku dosen mata kuliah Bahan Bangunan.
- Mohamad Taufiqul H, S.T. Laboran pada Laboratorium Bahan dan Struktur.
- Teman-teman Kelompok 1 dan seluruh pihak yang telah membantu dalam
pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok Dua
Laporan Praktikum Bahan Bangunan
Laboratorium Bahan dan Struktur
Program Studi Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung
Politeknik Pekerjaan Umum
DAFTAR ISI
Laporan Praktikum Bahan Bangunan
Laboratorium Bahan dan Struktur
Program Studi Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung
Politeknik Pekerjaan Umum
DAFTAR GAMBAR
Laporan Praktikum Bahan Bangunan
Laboratorium Bahan dan Struktur
Program Studi Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung
Politeknik Pekerjaan Umum
DAFTAR TABEL
Laporan Praktikum Bahan Bangunan
Laboratorium Bahan dan Struktur
Program Studi Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung
Politeknik Pekerjaan Umum
BAB 1
AGREGAT HALUS
1.1. Analisa Ayak
1.1.1. Tujuan Percobaan
Pada pengujian analisa ayak agregat halus, diharapkan mahasiswa dapat
mencapai tujuan instruksional umum :
dari batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah
batuan. Agar diperoleh mutu beton yang baik, pasir yang akan digunakan
harus memenui beberapa criteria tertentu. Pasir harus terdiri dari butiran
tajam, keras, dan bersifat kekal. Selain itu pasir tidak boleh mengandung
banyak lumpur dan bahan-bahan organic karena dapat mengurangi kekuatan
beton.
Hal lain yang tak kalah penting adalah keanekaragaman besar butiran
agregat halus tersebut. Dengan diketahui nya gradasi (pembagian atau
distribusi ukuran agregat), perencanaan adukan beton dapat dilakukan
dengan tepat. Tujuan gradasi ini tidak lain adalah untuk mengurangi
regangan seminimum mungkin yang berarti setiap celah terisi oleh agregat.
Agregat kasar terdiri dari batu pecah dan kerikil-kerikil. Batu pecah
diperoleh dari pemecah batu, sedangkan kerikil merupakan disintegrasi dari
batuan. Perbedaan mendasar antara kerikil (koral) dengan split adalah
dengan permukaan yang lebih kasar maka spilt lebih menjamin ikatan yang
lebih kokoh dengan semen.
Sama halnya dengan agregat halus, agregat kasar harus memenuhi
beberapa syarat, yaitu terdiri dari butir yang keras dan tidak berpori.
Agregat jenis ini juga tidak boleh banyak mengandung lumpur dan
kekerasan juga merupakan salah satu syaratnya. Agregat kasar harus terdiri
dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya untuk memperoleh rongga-
rongga seminimum mungkin. Pemakaian ukuran butiran ini juga tergantung
dari dimensi penggunaan beton yang akan dibuat.
Untuk memisahkan agregat kasar dengan agregat halus dipakai
saringan No. 4. Material yang tertahan pada saringan tersebut merupakan
agregat kasar. Ini dilakukan dengan menggunakan satu set saringan yang
digerakkan oleh motor (Sieve Shaker). Setelah perhitungan dilakukan maka
dapat dibuat kurva distribusi ukuran atau kurva gradasi agregat halus (pasir).
Laporan Praktikum Bahan Bangunan
Laboratorium Bahan dan Struktur
Program Studi Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung
Politeknik Pekerjaan Umum
Dalam pengujian ayak agregat halus ini, peralatan yang dibutuhkan adalah
sebagai berikut :
1. Timbangan.
2. Seperangkat saringan dengan ukuran:
Tabel 1.1 Nomor Ukuran Saringan
1.1.6. Catatan
=∑ ¿¿¿¿¿
( % Tertahan Kumulatif Sar.3/8 ,No . 4,No . 8,No . 16,No . 30,No . 50,No . 100 \) }} over { size 10{100}} } }} {
Hasil pengamatan pengujian ini dinyatakan dalam catatan sebagai berikut :
1.1.7. Pembahasan
Berikut merupakan hasil analisa, catatan, dan hipotesa dari pengujian ini
yang dinyatakan dalam bentuk tabel :
Berikut merupakan hasil analisa, catatan, dan hipotesa dari pengujian ini
yang dinyatakan dalam bentuk grafik :
A. Grafik Analisa
Grafik Analisa yang digunakan dalam praktikum Analisa Ayak
Agregat Halus berpedoman pada SNI 03-2843-200. Data yang diperoleh
melalui praktikum pengayakan agregat halus kemudian diproyeksikan
terhadap ke empat kategori grafik gradasi pasir SNI 03-2843-2000, yakni
Gradasi no.1 hingga Gradasi no.4.
Grafik menggambarkan detail kenaikan lewat kumulatif gradasi
dan batas gradasi agregat halus. Pada tabel kurva abu-abu menandakan
persentase, kurva merah muda sebagai batas atas gradasi dan kurva biru
sebagai batas bawah.
Laporan Praktikum Bahan Bangunan
Laboratorium Bahan dan Struktur
Program Studi Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung
Politeknik Pekerjaan Umum
100
Batas
Bawah
80
Batas Atas
Persen lolos
Hasil
60
40
20
0
0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
Saringan
Gambar 1.6 Hasil Proyeksi Terhadap Grafik Gradasi Pasir Kasar – Gradasi No.1 – SNI 03-
2843-2000
100
Batas
Bawah
80
Batas Atas
Persen lolos
Hasil
60
40
20
0
0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
Saringan
Gambar 1.7 Hasil Proyeksi Terhadap Grafik Gradasi Pasir Sedang – Gradasi No.2 – SNI 03-
2843-2000
Laporan Praktikum Bahan Bangunan
Laboratorium Bahan dan Struktur
Program Studi Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung
Politeknik Pekerjaan Umum
100
Batas Bawah
Batas Atas 80
Persen lolos
Hasil
60
40
20
0
0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
Saringan
Gambar 1.8 Hasil Proyeksi Terhadap Grafik Gradasi Pasir Agak Halus – Gradasi No.3 – SNI
03-2843-2000
100
Batas Bawah
Batas Atas 80
Persen lolos
Hasil
60
40
20
0
0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
Saringan
Gambar 1.9 Hasil Proyeksi Terhadap Grafik Gradasi Pasir Halus – Gradasi No.4 – SNI 03-1843-
2000
Laporan Praktikum Bahan Bangunan
Laboratorium Bahan dan Struktur
Program Studi Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung
Politeknik Pekerjaan Umum
Hasil proyeksi data Analisa ayak agregat halus pada gambar 1.6,
diketahui bahwa hanya terdapat 3 (dua) titik % lolos yang sesuai dengan
batas atas dan batas bawah. Titik pertama adalah pada ukuran saringan
9,5 mm dimana % lolos pada hasil uji diasumsikan adalah 100 dan
terlihat memenuhi batas atas dan bawah. Titik kedua adalah pada ukuran
saringan 4,75 mm dimana % lolos pada hasil uji adalah 100 dan terlihat
memenuhi batas atas dan bawah. Titik ketiga adalah pada ukuran
saringan 2,36 mm dimana % lolos pada hasil uji adalah 93,7 dan terlihat
memenuhi batas atas dan bawah Terlihat juga 4 (empat) titik lainnya
melebihi batas atas pada grafik Gradasi No.1.
Hasil proyeksi data Analisa ayak agregat halus pada gambar 1.7,
diketahui bahwa terdapat 5 (lima) titik % lolos yang sesuai dengan batas
atas dan batas bawah.. Titik pertama adalah pada ukruan saringan 9,5
mm dimana % lolos pada hasil uji diasumsikan adalah 100 dan terlihat
memenuhi batas atas dan bawah. Titik kedua adalah pada ukuran
saringan 4,75 mm dimana % lolos pada hasil uji adalah 100 dan terlihat
memenuhi batas atas dan bawah. Titik ketiga adalah pada ukuran 2,36
mm dimana % lolos pada hasil uji adalah 93,7 dan terlihat memenuhi
batas atas dan bawah. Titik keempat adalah pada ukuran 1,18 mm dimana
% lolos pada hasil uji adalah 84,77 dan terlihat memenuhi batas atas dan
batas bawah. Titik kelima adalah pada ukuran 0,6 mm dimana % lolos
pada hasil uji adalah 57,71 dan terlihat memenuhi batas atas dan batas
bawah. Terlihat juga 2 (dua) titik lainnya melebihi batas atas pada grafik
Gradasi No.2.
Hasil proyeksi data Analisa ayak agregat halus pada gambar 1.8,
diketahui bahwa terdapat 4 (empat) titik % lolos yang sesuai dengan
batas atas dan batas bawah. Titik pertama adalah pada ukruan saringan
9,5 mm dimana % lolos pada hasil uji diasumsikan adalah 100 dan
terlihat memenuhi batas atas dan bawah. Titik kedua adalah pada ukuran
Laporan Praktikum Bahan Bangunan
Laboratorium Bahan dan Struktur
Program Studi Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung
Politeknik Pekerjaan Umum
saringan 4,75 mm dimana % lolos pada hasil uji adalah 100 dan terlihat
memenuhi batas atas dan bawah. Titik ketiga adalah pada ukuran 2,36
mm dimana % lolos pada hasil uji adalah 93,7 dan terlihat memenuhi
batas atas dan bawah. Titik keempat adalah pada ukuran 1,18 mm dimana
% lolos pada hasil uji adalah 84,77 dan terlihat memenuhi batas atas dan
batas bawah. Terlihat juga 3 (tiga) titik lainnya melebihi batas atas pada
grafik Gradasi No.3.
Hasil proyeksi data Analisa ayak agregat halus pada gambar 1.9,
diketahui bahwa terdapat 2 (dua) titik % lolos yang sesuai dengan batas
atas dan batas bawah. Titik pertama adalah pada ukuran saringan 9,5 mm
dimana % lolos pada hasil uji diasumsikan adalah 100 dan terlihat
memenuhi batas atas dan bawah. Titik kedua adalah pada ukuran
saringan 4,75 mm dimana % lolos pada hasil uji adalah 100 dan terlihat
memenuhi batas atas dan bawah. Terlihat juga 5 (lima) titik lainnya
kurang dari batas bawah pada grafik Gradasi No.4.
A. Catatan Grafik
Pada saat melakukan proyeksi data hasil uji terhadap grafik gradasi
SNI 03-2843-2000 terdapat kesulitan dalam menentukan zona gradasi
agregat halus dikarenakan kuantitas kesesuaian terhadap batas atas dan
bawah pada gradasi no.3 dan gradasi no.4 adalah sama, yaitu 5 (lima)
data yang sesuai dan 2 (dua) data lainnya tidak sesuai batas atas dan/atau
batas bawah.
B. Hipotesa Grafik
Berdasarkan hasil proyeksi data uji dengan grafik gradasi, dapat
diketahui bahwa bahan uji agregat halus dengan kuantitas 500 gram
tidak memenuhi standar gradasi agregat halus SNI 03-2843-2000.
Pendekatan terhadap pemilihan zona gradasi agregat halus dengan
memeperhatikan; (1) kuantitas titik antara hasil uji dan batas atas/bawah,
Laporan Praktikum Bahan Bangunan
Laboratorium Bahan dan Struktur
Program Studi Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung
Politeknik Pekerjaan Umum
kecil di dalam butiran agregat (pori). Pori dalam agregat mempunyai variasi
yang cukup besar dan menyebar di seluruh tubuh butiran. Pori mungkin
menjadi tempat penyimpanan air bebas di dalam agregat. Presentase berat
air yang mampu diserap agregat di dalam air disebut sebagai serapan air,
sedangkan banyaknya air yang terkandung dalam agregat disebut kadar air .
Untuk membuat adukan beton yang baik maka kita perlu mengetahui
berapa kandungan air yang terdapat pada agregat yang akan kita gunakan.
Dengan demikian kita dapat memberikan takaran air yang tepat pada
perencanaan beton tersebut (tidak berlebih ataupun kurang).
1. Kadar air kering tungku, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair.
2. Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya
kering tetapi megandung sedikit air dalam porinya dan masih dapat
menyerap air.
3. Kering permukaan, yaitu keadaan dimana tidak ada air di permukaan
agregat, tetapi masih dapat menyerap air. Dalam kondisi ini air dalam
agregat tidak akan menambah atau mengurangi air pada campuran
beton.
Laporan Praktikum Bahan Bangunan
Laboratorium Bahan dan Struktur
Program Studi Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung
Politeknik Pekerjaan Umum
1. Timbangan.
2. Oven dengan pengatur suhu sampai (110+5)°C.
3. Talam logam berkapasitas cukup besar sebagai tempat pengeringan
contoh benda uji.
1.2.4. Bahan
Dalam pengujian kadar air agregat halus ini, bahan-bahan yang dibutuhkan
adalah sebagai berikut:
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum
agregat. Bahan agregat yang dipakai pada praktikum kali ini adalah agregat
halus sebanyak 500 gram.
1.2.5. Prosedur Pelaksanaan
Dalam pengujian ini, prosedur pelaksanaan yang dilaksanakan oleh
praktikan adalah sebagai berikut :
1. Kalibrasi talam;
2. Masukkan benda uji ke dalam talam, timbang berat benda uji (W1);
Laporan Praktikum Bahan Bangunan
Laboratorium Bahan dan Struktur
Program Studi Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung
Politeknik Pekerjaan Umum
Dimana :
W1 = berat benda uji semula (gr)
W2 = berat benda uji kering oven (gr)
1.2.7. Catatan
Hasil pengamatan pengujian ini dinyatakan dalam catatan sebagai berikut :
gram pula. Berat talam yang digunakan untuk benda uji I seberat 124
gram dan untuk benda uji II seberat 73 gram pula. Dari angka-angka
tersebut kita bisa mendapatkan berat contoh kering dengan mengurangi
berat talam dan contoh kering dengan berat talam saja sehingg untuk
benda uji I didapatkan 473 gram dan untuk benda uji II didapatkan 476
gram. Terakhir, kita bisa menghitung kadar air pada kedua benda uji
dengan membagi berat air dengan berat contoh kering lalu
mengalikannya dengan 100%. Untuk benda uji I didapatkan kadar air
5,71% sedangkan untuk benda uji II didapatkan 5,04%. Hasil kadar air
rata-rata dari kedua benda uji adalah sebesar 5,38%.. Hasil pengujian
dapat dilihat pada tabel 2.5 di bawah ini.
No. Contoh I II
ini tidak layak untuk digunakan karena kandungan airnya kurang dari
standardisasi (14-21%).
1. Timbangan.
2. Piknometer dengan kapasitas 500 gram.
3. Cetakan kerucut pasir (Metal Sand Cone).
4. Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir.
1.3.4. Bahan
Dalam pengujian berat jenis dan penyerapan pada agregat halus ini, bahan-
bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
Benda uji adalah agregat yang lewat saringan No.4 (4,75 mm) diperoleh
dari alat pemisah contoh (Riffle Sample) atau cara perempat (Quartering)
sebanyak 500 gram.
1.3.5. Prosedur Pelaksanaan
Dalam pengujian ini, prosedur pelaksanaan yang dilaksanakan oleh
praktikan adalah sebagai berikut :
1. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110±5)°C sampai berat
tetap, yang dimaksud dengan berat tetap adalah keadaan berat benda
uji selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven
dengan selang waktu 2 jam berturut – turut, tidak akan mengalami
perubahan kadar air lebih besar daripada 0,1%, dinginkan pada suhu
ruang, kemudian rendam dalam air selama (24±4) jam.
Laporan Praktikum Bahan Bangunan
Laboratorium Bahan dan Struktur
Program Studi Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung
Politeknik Pekerjaan Umum
2. Buang air perendam dengan hati-hati, jangan ada butiran yang hilang,
tebarkan agregat diatas talam, keringkan diudara panas dengan cara
membalik-balikkan benda uji, lakukan pengeringan sampai tercapai
keadaan kering permukaan jenuh.
3. Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda
uji kedalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang penumbuk
sebanyak 25 kali, angkat kerucut terpancung, keadaan kering
permukaan jenuh tercapai apabila benda uji runtuh akan tetapi masih
dalam keadaan tercetak.
Bk
3. Berat jenis semu =
( B+Bk – Bt )
Laporan Praktikum Bahan Bangunan
Laboratorium Bahan dan Struktur
Program Studi Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung
Politeknik Pekerjaan Umum
jenuh (gram)
1.3.7. Catatan
Hasil pengamatan pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus ini
dinyatakan dalam catatan hasil perhitungan dilaporkan dalam dua angka di
belakang koma.
1.3.8 Pembahasan
Berikut merupakan hasil analisa, catatan, dan hipotesa dari pengujian ini
yang dinyatakan dalam bentuk tabel:
Tabel 1.3 Pengujian dan Pengolahan Data Berat Jenis Agregat Halus.
Bk
B + 500 - Bt
500
( Ssd ) B + 500 - Bt
Bk
( Apparent ) B + Bk - Bt
500 - Bk
Penyerapan air : x 100%
4,60 2,88 3,74
Bk
Adanya tanah liat, lumpur atau partikel – partikel yang sangat halus
menyebabkan bertambahnya air pengaduk yang diperlukan dalam
pembuatan beton, berkurangnya ikatan antara pasta semen dengan agregat
atau turunya kekuatan beton, menambah penyusutan dan creep.
1.4.3. Peralatan
Dalam pengujian kadar butir halus lewat saringan no.200 ini, peralatan
yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
Benda uji (contoh uji) agregat dalam kondisi kering oven dengan berat
minimum tergantung pada ukuran maksimum agregat sesuai dengan Tabel
1.1.
1.4.6. Perhitungan
Dalam pengujian kadar butir halus agregat halus lewat saringan no. 200 ini
terdapat rumus perhitungan sebagai berikut :
W 3–W5
Kadar butir lewat saringan no .200(W 6)= x 100 %
W3
Dimana :
1.4.7. Catatan
Hasil pengamatan pengujian kadar butir halus agregat halus lewat saringan
no. 200 dinyatakan dalam catatan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian.
2. Kelainan dan kegagalan selama pengujian.
1.4.8. Pembahasan
Berikut merupakan hasil analisa, catatan, dan hipotesa dari pengujian ini
yang dinyatakan dalam bentuk tabel:
gram dan pada sampel 2 sebesar 2241 gram, dimana berat wadah pada
sampel 1 dan 2 berturut turut adalah 305 gram dan 241 gram.
Kemudian benda uji dilakukan pencucian kemudian ditimbang,
sehingga didapatkan hasil pada sampel 1 sebesar 1873 gram dan pada
sampel 2 sebesar 1891 gram. Kemudian sampel agregat di ayak
menggunakan saringan 200 sehingga didapatkan presentase sampel
yang lolos pada sampel 1 sebesar 25% dan pada sampel 2 sebesar
5,45% sehingga didapatkan nilai presentase rata rata sebesar 15,27%.
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 1.2 di bawah ini.
Tabel 1.5 Hasil Pengujian Kadar Butir Halus Lewat Saringan No.200
Ukuran Maksimum
Berat benda uji kering sesudah pencucian + wadah 2178 2132 Gram
( W4 )
Berat benda uji kering sesudah pencucian ( W5 : 1873 1891 Gram
W4 – W2 )
Persen bahan lolos saringan no. 200 (W6 : W3 – 25% 5,45% Gram
W5 / W3 x 100% )
Hasil rata-rata : I + II / 2 15,27%