Profesi wartawan mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat.
Wartawan adalah sebuah profesi yang sangat berkaitan erat dengan lapangan. Mereka adalah prajurit tempur di garda terdepan untuk memperoleh berbagai informasi yang akan diberikan kepada masyarakat. Kredibilitas suatu media pun sangat ditentukan oleh kualitas dari seorang wartawan. Bab I mengenai ketentuan umum, UU Pers No. 40 tahun 1999 tentang pers terutama dalam pasal 1 menyebutkan, wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik. Peraturan Rumah Tangga (PRT) pasal 9 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang merupakan organisasi wartawan terbesar di Indonesia memperkuat pula definisi wartawan. Menurut peraturan tersebut wartawan adalah orang yang melakukan kegiatan kewartawanan berupa kegiatan/usaha yang berhubungan dengan pengumpulan, pengolahan dan penyiaran dalam bentuk berita, pendapat dan usulan, gambar- gambar dan sebagainya dalam bidang komunikasi massa. (Darajat Wibawa,2012) Dalam berburu berita, para wartawan memang harus memiliki kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan. Mereka harus memiliki nalar dan insting yang tajam, untuk menghasilkan berita yang benar-benar berkualitas. Seorang wartawan juga harus memiliki refleks yang tinggi, ketika mendapatkan suatu informasi. Jurus seribu bayang pun seketika dikeluarkan saat hendak memburu berita, agar topik hangat tersebut tidak ketinggalan untuk disajikan kepada masyarakat. Arti dari jurus seribu bayang ini adalah, para wartawan harus siap sedia dan selalu ada di kondisi apa pun untuk meliput sebuah berita. Profesionalisme dari seorang wartawan juga sangat dipertaruhkan ketika ia memberikan informasi kepada masyarakat. Informasi tersebut harus berisi fakta-fakta yang ada dan tidak menyembunyikan kebenaran apa pun. Jadi, seorang wartawan tidak hanya sekadar menulis berita saja, namun mereka harus turut memahami dan mematuhi kode etik jurnalistik.