You are on page 1of 14

Nama : Deka wulandari

Npm : 2211080141
Nomor Absen : 06
Kelas : 1E
Prodi : Bimbingan konseling Pendidikan islam

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN INTAN LAMPUNG

2022
2
Resume Film penghianatan G30S/PKI

G30S/PKI terjadi pada 30 September pada malam hingga dini hari dan masuk ke 01
Oktober 1965. Peristiwa ini dimotori oleh pemimpin terakhir PKI yakni Dipa Nusantara Aidit
atau DN AIdit erakan pemberontakan yang dilakukan oleh PKI ini mengincar perwira tinggi
TNI AD Indonesia. Tiga dari enam orang yang menjadi target langsung dibunuh di
kediamannya. Sementara itu, beberapa lainnya diculik dan dibawa menuju Lubang Buaya.
Keenam perwira tinggi yang menjadi korban G30S/PKI antara lain Letnan Jenderal
Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, dan Mayor Jenderal Mas
Tirtodarmo Haryono.

Peristiwa Gerakan 30 September 1965 yang menjadi tragedi nasional tersebut diduga
dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia dan menimbulkan korban di kalangan petinggi
militer. Latar belakang peristiwa G30S/PKI adalah sebab persaingan politik, karena PKI
sebagai kekuatan politik merasa khawatir dengan kondisi kesehatan Presiden Soekarno yang
memburuk. Pada awal Agustus 1965, ketika Presiden Soekarno tiba-tiba pingsan setelah
berpidato, banyak pihak yang beranggapan bahwa usia beliau tidak akan lama lagi. Sehingga
muncul pertanyaan besar tentang siapa yang akan menjadi pengganti Presiden Soekarno
nantinya. Hal ini yang menyebabkan persaingan semakin tajam antara PKI dengan TNI.

Kronologi G30S/PKI

Peristiwa G30S/PKI terjadi selama dua hari satu malam, yakni mulai 30 September
sampai 01 Oktober tahun 1965. Pada tanggal 30 September 1965, kegiatan koordinasi dan
persiapan, selanjutnya pada tanggal 01 Oktober 1965 dini hari kegiatan pelaksanaan
penculikan dan pembunuhan. Berikut kronologi singkat awal pemberontakan G30S/PKI:

- Gerakan 30 September 1965 berada di bawah kendali Letkol Untung dari Komando
Batalion I resimen Cakra birawa Letkol Untung pemimpin Gerakan 30 September
1965
- Letkol Untung menunjuk Lettu Dul Arief menjadi ketua pelaksanaan penculikan
- Pasukan bergerak mulai pukul 03.00, enam Jendral menjadi korban penculikan dan
pembunuhan yakni Letjen. Ahmad Yani, Mayjen. R. Soeprapto, Mayjen. Harjono,
Mayjen. S. Parman, Brigjen D.I. Panjaitan dan Brigjen Sutoyo dan satu perwira yakni

1
Lettu Pierre Tendean. Keseluruhannya dimasukkan ke dalam lubang di kawasan
Pondok Gede, Jakarta
- Satu Jendral selamat dalam penculikan ini yakni Jendral A.H. Nasution, namun
putrinya menjadi korban yakni Ade Irma Suryani serta ajudannya Lettu Pierre
Tendean.
- Satu Jendral selamat dalam penculikan ini yakni Jendral A.H. Nasution, namun
putrinya menjadi korban yakni Ade Irma Suryani serta ajudannya Lettu Pierre
Tendean
- Korban lain, Brigadir Polisi K.S. Tubun wafat ketika mengawal rumah Dr. J. Leimena
- Gerakan ini menyebar juga di Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta,
Kolonel Katamso dan Letkol. Sugiono menjadi korban karena tidak mendukung
gerakan ini Setelah berhasil menculik dan membunuh petinggi AD, PKI menguasai
gedung Radio Republik Indonesia. Dan mengumumkan sebuah Dekrit yang diberi
nama Dekrit no.1, yakni pernyataan bahwa gerakan G30S adalah upaya penyelamatan
negara dari Dewan Jendral yang ingin mengambil alih negara.
Akibat peristiwa pada 30 September 1965 itu, banyak petinggi AD tidak
diketahui keberadaannya. Setelah menerima laporan serta membuat perkiraan,
Soeharto mengambil kesimpulan bahwa para perwira tinggi itu telah diculik dan
dibunuh, lalu langsung mengambil alih pimpinan AD guna menindaklanjuti peristiwa
tersebut.
Pada 1 Oktober 1965, penumpasan pemberontakan G30S PKI pun dimulai. TNI
berusaha menetralisasi pasukan-pasukan yang menduduki Lapangan Merdeka.
Selanjutnya, Mayjen Soeharto menugaskan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo untuk
merebut kembali gedung RRI dan Pusat Telekomunikasi. Dengan dikuasainya RRI
dan Telekomunikasi, pada jam 20.00 WIB Soeharto mengumumkan bahwa telah
terjadi perebutan kekuasaan oleh pasukan G30S. Diumumkan pula bahwa Presiden
Soekarno dan Menko Hankam/KASAB Jenderal A.H. Nasution dalam keadaan
selamat.
Pada 2 Oktober 1965, operasi berlanjut ke kawasan Halim Perdanakusuma,
tempat pasukan G30S mengundurkan diri dari kawasan Monas Kawasan. Pada
tanggal yang sama atas petunjuk Polisi Sukitman yang berhasil lolos dari penculikan
PKI, pasukan pemerintah menemukan lokasi jenazah para perwira di lubang sumur
tua.

2
Pada 4 Oktober 1965, dilakukan pengangkatan jenazah tersebut dan keesokan harinya
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta. Para perwira yang gugur
akibat pemberontakan ini diberi penghargaan sebagai Pahlawan Revolusi.

Upaya penumpasan terus dilakukan, rakyat Indonesia turut membantu dan


mendukung penumpasan tersebut. Demonstrasi anti-PKI berlangsung di Jakarta.
Operasi penumpasan pun berlanjut dengan menangkap orang-orang yang dianggap
bertanggung jawab pada peristiwa itu. Selanjutnya, atas desakan rakyat yang
menuntut PKI untuk dibubarkan, puncaknya pada saat Presiden Soekarno
mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar), Soeharto langsung
mengeluarkan larangan terhadap PKI dan ormas-ormas di bawahnya.

Penghianatan G30S/PKI merupakan salah satu peristiwa penting diindonesia,


dimana terjadi beberapa aksi-aksi anarkis ketidak manusiawi oleh para PKI. PKI
menginginkan mereka tetap berkuasa. Ketika subuh pagi pada tanggal 13 januari 1965
didesakanigoro,terjadisebuah penyerangan oleh ribuan kelompok PKI, mereka 
menyerang pusat clining center pelajar indonesia yang baru saja melaksanakan shalat
subuh kecuali melakukan pemukulan seorang kiayi dan beberapa staf pengajar meraka
menginjak injak kitab suci Al-Quran. Aksi-aksi sepihak yang dilakukan oleh PKI ini
juga di Indramayu, Klaten, Boyolalidan berbagai tempat di Indonesia lainnya.
Sebenarnya pada bulan desember 1964 terungkap adanya dokumen tentang perebutan
kekuasaan yang akan dilakukan PKI, namun pihak PKI membantahnya dan menuduh
ada yang memfitnah dan menuduh lawan politiknya.
Pada tanggal 15 januari 1965 di suatu desa juga di daerah kediri ribuan PKI
menyerang para petani sudarno dengan dalih persengketaan tanah sawah,
kepala desa yang berusaha melerai tak luput dari pengeroyokan, pada tahun yang
sama diSumatra Utara pihak PKI dikenal sebagai peristiwa bandar bensin, petani yang
menggarap tidak sah dan sebenarnya persoalannya telah diselesaikan dengan baik
namun pihak PKI menghasut untuk meggarap kembali tanah itu secara sepihak
melawan pemerintah dalam peristiwa ini seorang petugas tewas, S.Soedjono tewas
karena dikeroyok. Istana Negara Bogor, rombongan team dokter RRC sedang
mengobati soekarno karena Presiden Sedang sakit. Setelah selesai Dokter RRC
mengatakan kepada D.N Aidit bahwa keadaan Presiden dalam keadaannya kritis
yang memiliki 2 kemungkinan lumpuh atau meninggal. Pada masa itu terjadi krisis

3
ekonomi. Di Daerah lubang buaya, disana ada sebuah latihan militer yang dipimpin
oleh sukwan dan sukwatianggota pemuda rakyat dan gerwani.
Peristiwa G30S/PKI bermula pada tanggal 01 Oktober. Dimulai dengan
kasus penculikan 7 jendral yang terdiri dari anggota staf tentara oleh sekelompok
pasukan yang bergerak dari Lapangan Udara menuju Jakarta daerah selatan. Tiga dari 
tujuh jenderal tersebut diantaranya telah dibunuh di rumah mereka masing-masing,
yakni Ahmad Yani, M.T. Haryono dan D.I. Panjaitan. Sementara itu ketiga target
lainya yaitu Soeprapto, S.Parman dan Sutoyo ditangka psecara hidup-hidup. Abdul
Harris Nasution yang menjadi target utama kelompok pasukan tersebut berhasil kabur
setelah berusaha melompati dinding batas kedubes Irak. Meskipun begitu, Pierre
Tendean beserta anak gadisnya, Ade Irma S. Nasution puntewas setelah ditangkap
dan ditembak pada 06 Oktober oleh regu sergap. Korban tewas semakin bertambah
disaat regu penculik menembak serta membunuh seorang polisi penjaga rumah
tetangga Nasution. Abert Naiborhu menjadi korban terakhir dalam kejadian ini. Tidak
sedikit mayat jenderal yang dibunuh lalu dibuang di Lubang Buaya. Sekitar 2.000
pasukan TNI diterjunkan untuk menduduki sebuah tempat yang kini dikenal dengan
nama Lapangan Merdeka, Monas. Walaupun mereka belum berhasil mengamankan
bagian timur dari area ini. Sebab saat itu merupakan daerah dari Markas KOSTRAD
pimpinan Soeharto.
Jam 7 pagi, Radio Republik Indonesia (RRI) menyiarkan sebuah pesan yang
berasal dari Untung Syamsuri, Komandan Cakrabiwa bahwa G30S/PKI telah berhasil
diambilalihdibeberapa lokasi stratergis Jakarta beserta anggota militer lainnya. Merek
a bersikeras bahwagerakan tersebut sebenarnya didukung oleh CIA yang bertujuan
untuk melengserkan Soekarno dari posisinya. Tinta kegagalan nyaris saja tertulis
dalam sejarah peristiwa G30S/PKI. Hampir saja pak harto dilewatkan begitu saja
karena mereka masih menduga bahwa beliau bukanlah seorangtokoh politik.
Selang beberapa saat, salah seorang tetangga memberi tahu pada Soeharto
tentangterjadinya aksi penembakan pada jam setengah 6 pagi beserta hilangnya
sejumlah jenderalyang diduga sedang dicuilik. Mendengar berita tersebut, Soeharto
pun segera bergerak keMarkas KOSTRAD dan menghubungi anggota angkatan laut
dan polisi. Soeharto juga berhasil membujuk dua batalion pasukan kudeta untuk
segeramenyerahkan diri. Dimulai dari pasukan Brawijaya yang masuk ke dalam area
markas KOSTRAD. Kemudian disusul dengan pasukan Diponegoro yang kabur

4
menuju Halim Perdana Kusuma. Karena prosesnya yang berjalan kurang matang,
akhirnya kudeta yang dilancarkan oleh PKI tersebut berhasil digagalkan oleh
Soeharto. Sehingga kondisi ini menyebabkan para tentara yang berada di Lapangan
Merdeka mengalami kehausan akan impresi dalammelindungi Presiden yang sedang
berada di Istana. G30S/PKI bisa berakhir pada jam 07 malam, pasukan pimpinan
Soeharto berhasil mengambil alih atas semua fasilitas yang sebelumnya pernah
dikuasai oleh G30S/PKI. Jam 09 malam Soeharto bersama dengan Nasution
mengumumkan bahwa sekarang ia tengah mengambil alih tentara yang pernah
dikuasai oleh PKI dan akan tetap berusaha untuk menghancurkan pasukan kontra-
revolusioner demi melindungi posisi Soekarno.
Soeharto melayangkan kembali sebuah ultimatum yang kali ini ditujukan
khusus kepada pasukan di Halim. Tak berapa lama kemudian, Soekarno
meninggalkan Halim Perdana Kusuma untuk segera menuju istana Presiden lain yang
ada di Bogor. Ketujuh jasad orang yang terbunuh dan terbuang di Lubang Buaya pada
tanggal 03 Oktober berhasil ditemukan dan dikuburkan secara layak pada tanggal 05
Oktober.
Pemberontaan PKI melakukan gerakan dengan tujuan merebut kekuasaan dari
pemerintah yang sah pada tanggal 30 September 1965. Gerakan ini dilakukan dengan
menculik dan membunuh para perwira tinggi dan perwira pertama angkatan darat.
Dalang G30S PKI adalah kelompok PKI. Sebagai informasi, kelompok ini
diketuai oleh DN Aidit dan pada pagi hari tanggal 1 Oktober 1965, G30S PKI berhasil
menguasai studio RRI dan kantor PN Telekomunikasi.

Nama-nama Pahlawan Revolusi Korban Kekejaman G30S PKI 1965:


1. Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani
Juga dieja Achmad Yani; lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 19 Juni 1922
meninggal di Lubang Buaya, Jakarta, 01 Oktober 1965 pada umur 43 tahun adalah
seorang pahlawan revolusi dan nasional Indonesia. Beliau dikenal sebagai seorang
tentara yang selalu berseberangan dengan PKI (Partai Komunis Indonesia). Ketika
menjabat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat sejak tahun 1962, ia menolak
keinginan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani.
Karena itulah beliau menjadi salah satu target PKI yang akan diculik dan dibunuh
diantara tujuh petinggi TNI AD melalui G30S (Gerakan Tiga Puluh September).

5
Kronologis singkat korban kebiadapan PKI. Pada malam hari ditembak di
ruangmakan di rumahnya, Jalan Lembang D58, Menteng pada jam 04.35 tanggal 01
Oktober1965. Mayatnya kemudian ditemukan di Lubang Buaya.

2. Letjend TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono (MT Haryono)Beliau lahir di kota
Pahlawan, Surabaya pada tanggal 20 Januari 1924. LetjendMT Haryono memiliki
kemampuan berkomunikasi dalam 3 bahasa asing. Samahalnya dengan DI Pandjaitan
dan tentara-tentara lainnya, beliau diculik lalu dibunuhdi Lubang Buaya.
 
3. Letjend TNI Anumerta Suprapto Terlahir di Purwokerto, 20 Juni 1920, beliau juga
mengalami hal serupa dengan MT Haryono. Diculik lalu dibantai di Lubang Buaya.
Letjen Soeprapto pernah berjasa dalam meredam beberapa pemberontakan PKI 
di wilayah-wilayah tertentu, seperti Medan dan Semarang.

4. Kapten Anumerta Pierre Tendean Dari sekian korban tentara korban G30S/PKI yang
ada, Pierre Tendean adalah satu-satunya pahlawan revolusi yang tidak memiliki
pangkat jenderal. Meskipun begitu, keberanian ajudan A.H. Nasution ini patut
diacungi jempol dalam melawan pemberontak komunis. Dengan keberaniannya,
beliau mengaku sebagai A.H. Nasution demi meloloskan ajudannya tersebut.

5. Letjen TNI Anumerta S. Parman Berbeda dengan perwira lainnya, S. Parman


merupakan tentara intel yang sebenarnya akrab dengan PKI. Sehingga ia tahu apa saja
aktivitas rahasia partai komunis tersebut. Meskipun dekat, ia justru menolak untuk
memeluk faham komunis yang ditawarkan oleh anggota PKI tersebut. Alhasil, ia pun
dimasukkan dalam nama-nama target pembunuhan PKI lantaran sudah mengetahui
berbagai hal yang tersimpan rahasia. Kakaknya, Ir. Sakirman yang pada saat itu
menjabatsebagai petinggi PKI dengan kejam membantai adiknya sendiri S. Parman
tepat di Lubang Buaya.

6. Mayjend. TNI Anumerta Donald Isaac Pandjaitan Beliau merupakan salah satu
perintis dibalik lahirnya TNI. Dibantu dengan sekumpulan anak-anak muda lainnya,
ia menggagas Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sebelum TNI. Suatu ketika para

6
gerombolan PKI menyerbu rumah DonaldIssac Pandjaitan. Mereka langsung
membunuh ajudan beserta para pelayannya. Seakan tahu jika detik-detik kematiannya
tiba, Donald Isaac Pandjaitan menemui gerombolan tersebut dengan seragam militer
atribut lengkap. Seketika itu ia langsung diberondong timah panas dan mayatnya
dibuang di Lubang Buaya.

7. Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo Beliau diculik dalam rumahnya,


kemudian dibantai saat berada di Lubang Buaya. Awalnya, tentara yang lahir di
Kebumen tanggal 23 Agustus ini dibujuk oleh para penculik dengan dalih dipanggil
oleh Presiden RI, Soekarno.
Letkol Untung menyiarkan pengumuman melalui RRI bahwa Gerakan 30
September ditujukan kepada Dewan Jenderal yang berencana melakukan kudeta
terhadap Presiden Soekarno.Peristiwa G30S PKI terjadi dimana? Para perwira diculik
dan dibunuh. Jenazah para korban ditemukan dalam sebuah sumur tua di daerah
Lubang Buaya (Jakarta Timur) dan mereka dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan Kalibata.
Sejak 1967, setelah Soeharto diangkat menjadi Pejabat Presiden menggantikan
Soekarno, tanggal 1 Oktober ditetapkan oleh Soeharto (dengan Keputusan Presiden
Nomor 153 Tahun 1967) sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Pada masa pemerintahan
Soeharto, biasanya sebuah film mengenai kejadian tersebut juga ditayangkan di
seluruh stasiun televisi di Indonesia setiap tahun pada tanggal 30 September. Selain
itu pada masa Soeharto biasanya dilakukan upacara bendera di Monumen Pancasila
Sakti di Lubang Buaya dan dilanjutkan dengan tabur bunga di makam para pahlawan
revolusi di TMP Kalibata. Namun sejak era Reformasi bergulir, film itu sudah tidak
ditayangkan lagi dan hanya tradisi upacara dan tabur bunga yang dilanjutkan.

Pada 29 September – 4 Oktober 2006, para eks pendukung PKI mengadakan


rangkaian acara peringatan untuk mengenang peristiwa pembunuhan terhadap ratusan
ribu hingga jutaan jiwa di berbagai pelosok Indonesia. Acara yang bertajuk "Pekan
Seni Budaya dalam rangka memperingati 40 tahun tragedi kemanusiaan 1965" ini
berlangsung di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Depok. Selain civitas
academica Universitas Indonesia, acara itu juga dihadiri para korban tragedi
kemanusiaan 1965, antara lain Setiadi, Murad Aidit, Haryo Sasongko, dan Putmainah.

7
Peristiwa Lubang buaya
Di Lubang Buaya para perwira yang masih hidup dianiaya dengan senjata
tajam dan popor senapan untuk akhirnya dibrondong dengan tembakan dan
dimasukkan ke dalam sebuah sumur tua di tempat itu dan kemudian ditimbun dengan
sampah. Kesemuanya itu dihadiri oleh seorang anggota Polisi yang kebetulan mereka
culik dari jalan yang mereka lewati dan mereka tawan di Lubang Buaya. Anggota
Polisi itulah yang kemudian berhasil meloloskan diri dan menunjukkan sumur tua itu
kepada pasukan-pasukan yang mencarinya. Seorang anggota Polisi lain bernama
Karel Satsuit Tubun telah gugur dalam suatu pergulatan dengan gerombolan yang
mau menculik Jenderal Nasution Pada tanggal 30 September malam itu, satu batalyon
pengawal istana yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung (sebelumnya dari Divisi
Diponegoro), satu batalyon dari Divisi Diponogoro, satu batalyon dari Divisi
Brawijaya, dan orang-orang sipil dari Pemuda Rakyat PKI meninggalkan pangkalan
udara Halim. Mereka pergi untuk menculik Nasution, Yani, Parman, dan empat orang
jenderal senior angkatan darat lainya dari rumah-rumah mereka di Jakarta.
Pemimpin-pemimpin usaha kudeta tersebut termasuk Brigadir Jenderal
Supardjo dari Divisi Siliwangi dan Kepala Intelijen Divisi Diponegoro. Untung
tampaknya hanya menjadi sebuh pion. Mereka mendapat dukungan dari Omar Dhani,
yang telah memberikan pangkalan udara Halim sebagai markas besar mereka dan dia
sendiri hadir di sana. Mereka juga menjalin hubungan dengan Biro Khusus PKI Sjam,
dan beberapa orang anggota Politbiro PKI mengetahui rencana-rencna mereka,
setidak-tidaknya secara samar-samar. Kudeta yang diusahakan itu menampakkan
ketidakcakapan dan kekacauan yang luar biasa. Yani dan dua orang jenderal lainnya
dibunuh di rumah mereka karena melawan ketika hendak ditangkap. Nasution
berhasil meloloskan diri serta melewatkan sisa malam itu dan sebagian esok harinya
di tempat persembunyiannya, tetapi putrinya yang baru berusia lima tahun tertembak
dan kemudian wafat pada tanggal 06 Oktober dan salah seorang ajudannya ditangkap.
Ajudan ini, mayat ketiga jenderal tadi, dan tiga orang jenderal lainnya yang berhasil
ditangkap hidup-hidup dibawa menuju Halim. Di sana, Parman dan ketiga orang
tawanan lain yang masih hidup itu dibunuh secara kejam.
Enam Anggota-anggota Gerwani dan Pemuda Rakyat ikut ambil bagian dalam
pembunuhan-pembunuhan ini. Ketujuh mayat itu kemudian dimasukkan ke dalam

8
sebuah sumur yang sudah tidak terpakai Dengan terjadinya pembunuhan-pembunuhan
itu, maka suatu babak baru kekerasan telah melintas. Pembunuhan-pembunuhan itu
juga memusnahkan para jenderal senior yang menjadi anggota faksi Yani, sehingga
angkatan darat jatuh ke tangan orang-orang yang lebih bersedia menentang Sukarno
dan musuh-musuh angkatan darat. Tepat menjelang fajar tanggal 01 Oktober,
Soeharto pergi menuju Kostrad setelah diberitahu tentang hilangnya para jenderal dan
terjadinya penembakan-penembakan di rumah mereka. Nasution dan Yani hilang,
maka Soeharto mengambil alih komando atas angkatan bersenjata dengan persetujuan
jenderal-jenderal angkatan darat, angkatan kepolisian, dan angkatan laut yang dapat
dihubunginya. Sebelum dibunuh, mereka dikelilingi kader Gerwani sambil menari-
nari dan menyanyikan lagu-lagu rakyat yang sedang populer masa itu, seperti
Ganyang Kabir atau Ganyang Tiga Setan Kota ciptaan Soebroto K Atmodjo,
komponis Lembaga Kebudayaan Rakyat, organisasi underbouw PKI.
Genjer-genjer, lagu pop yang sedang hits waktu itu, ikut menyemarakkan.
Mereka yang sudah trance kemudian menusuk-nusukkan pisau ke sejumlah anggota
tubuh para korban. Ada berita lain yang menyebutkan, bahwa dalam pesta itu mereka
melakukan hubungan seks liar. Seorang dokter diisukan memberikan pilpil
perangsang syahwat. “Jelaslah bagi kita,” kata Soeharto, “betapa kejamnya aniaya
yang telah dilakukan oleh petualang-petualang biadab dari apa yang dinamakan
Gerakan 30 September.” Mendapat dukungan massa, Soeharto mengambil-alih
tongkat komando militer Indonesia. Ia memimpin upacara pengangkatan jenazah dari
dalam sumur, mempertontonkannya kepada massa, dan mempublikasi data-data
forensik tentang kerusakan jenazah dan penyebabnya. Kebencian akan PKI menyebar
ke seantero negeri dan melahirkan perburuan besarbesaran pada tokoh-tokoh serta
anggota partai tersebut.

Monumen Pancasila sakti


Narasi Lubang Buaya membuat Soeharto dengan cepat mendapat dukungan massa
dan mengambil-alih tongkat komando militer Indonesia. Soeharto lah yang memimpin
upacara pengangkatan jenazah dari dalam sumur, mempertontonkannya kepada
massa, dan mempublikasikan data-data forensik tentang kerusakan jenazah dan
penyebabnya. Berkat publikasi media massa yang dimonopoli oleh Harian Berita
Yudha dan Angkatan Bersenjata, kebencian terhadap PKI segera menyebar dengan

9
cepat ke seantero negeri dan melahirkan perburuan dan pembunuhan besar-besaran
terhadap tokoh-tokoh serta anggota partai tersebut. Korban-korban pun berjatuhan.
Sudomo, bekas menteri Koordinator Politik dan Keamanan, mengatakan, ada satu juta
massa PKI yang terbunuh.

Angka ini jauh lebih kecil dari perkiraan peneliti lain, yang menaksir antara
dua sampai tiga juta orang. Mereka yang selamat dari pembunuhan dipenjarakan dan
diasingkan ke berbagai tempat, mulai Pulau Nusakambangan (wilayah selatan
Indonesia) hingga Pulau Buru (wilayah timur Indonesia). Hampir semua tahanan
politik PKI, yang jumlahnya ribuan, dipenjarakan tanpa proses pengadilan. Bahkan
surat penahanan pun mereka terima setelah bertahun-tahun berada di balik jeruji besi.
Soeharto sendiri, lewat secarik kertas bernama Super Semar kependekkan dari Surat
Perintah Sebelas Maret 1966, 11 yang ditanda tangani Presiden Soekarno akhirnya
memegang komando militer dengan kekuasaan penuh. Bahkan, dengan kekuasaannya
itu, ia mengasingkan Soekarno ke Istana Bogor dengan alasan pengamanan. Soeharto
kemudian menandatangani surat keputusan No.1/3/1966 untuk membubarkan PKI.
Surat keputusan ini diperkuat lagi dengan Ketetapan Majelis Permusyaratan Rakyat
Sementara (Tap MPRS) Nomor 25/1966. Sejak itu, selain PKI dinyatakan partai
terlarang, setiap kegiatan penyebaran atau pengembangan paham dan ajaran
Komunisme-Marxisme-Leninisme, dianggap illegal. Seluruh eks PKI dan sanak-
familinya tak diperkenankan masuk ke dalam jajaran pemerintahan dan militer. Di
kemudian hari, mereka pun tak bisa jadi pegawai swasta karena swasta takut
memperkerjakan mereka. Merekapun menduduki kasta pariah dalam struktur
masyarakat Indonesia. dian di tahun 1998. Pada tahun 1967, Soeharto memerintahkan
aparatnya untuk membebaskan kawasan Lubang Buaya dari hunian penduduk dalam
radius 14 hektar. Mereka yang terusir kebanyakan memilih kampung Rawabinong dan
Bambu Apus, beberapa kilometer dari Lubang Buaya, sebagai daerah tujuan. Tahun
1973, kawasan itu diresmikan sebagai kawasan Monumen Pancasila Sakti. Ketujuh
perwira militer yang terbunuh diabadikan dalam tugu, patung dan relief yang berada
sekitar 45meter sebelah utara cungkup sumur Lubang Buaya. Patung-patung mereka
dibangun setinggi kurang lebih 17meter dengan instalasi patung Burung Garuda di
belakangnya. Dinding berbentuk trapesium, berdiri kokoh di atas landasan berukuran
17 x 17meter bujur sangkar dengan tinggi 7 anak tangga. Mereka berdiri dalam

10
formasi setelah lingkaran, mulai Soetodjo Siswomiharjo, DI Pandjaitan, S. Parman,
Ahmad Yani, R. Soeprapto.

Penyebab terjadinya G30S PKI dilatarbelakangi oleh beberapa peristiwa


berikut

1. PKI pernah melakukan pemberontakan di Madiun pada tahun 1948 tetapi gagal. Pada
tahun 1950, PKI muncul kembali dan ikut terlibat dalam politik Indonesia
2. DN Aidit dengan cepat membangun kembali PKI hingga pada Pemilu 1955, PKI
termasuk dalam lima partai besar di Indonesia
3. Kondisi sosial-politik di masa Demokrasi Terpimpin memberikan peluang kepada
PKI untuk memperkuat pengaruhnya. Berlakunya doktrin Nasakom (Nasionalisme,
Agama dan Komunisme) turut mengangkat kedudukan PKI dalam percaturan politik
4. Pengaruh PKI berkembang luas di kalangan seniman, wartawan, guru, mahasiswa,
dosen, kaum cendekiawan, bahkan militer, yakni perwira TNI.

Penumpasan G30S PKI dipimpin oleh Mayjen Soeharto. Langkah pertama


yang dilakukan adalah menetralisir dan menyadarkan kesatuan-kesatuan TNI yang
dipengaruhi oleh PKI. Kemudian, Mayjen Soeharto mengeluarkan pernyataan sebagai
berikut:
- Gerakan 30 September adalah suatu pemberontakan untuk merebut kekuasaan
- Enam perwira tinggi Angkatan Darat telah diculik
- Presiden Soekarno dalam keadaan aman dan sehat
- Rakyat diminta tetap tenang dan waspada
Akhirnya, orang-orang yang terlibat dalam G30S PKI tersebut ditangkap dan
ditahan. Bahkan, beberapa dibuang ke pulau Nusakambangan atau pulau Buru.

Pada akhir cerita, PKI yang berusaha menggeser ideologi Indonesia, yaitu
Pancasila, dengan komunis namun, berhasil digagalkan oleh TNI dan rakyat Indonesia
yang tidak menghendaki perpecahan di Indonesia. Meski usaha PKI ini berhasilkan
menewaskan jenderal-jenderal TNI yang dianggap menghalangi PKI, tetapi PKI tetap
tidak berhasilkan menanamkan komunisme di Indonesi

Kenapa G30S/PKI gagal?

11
Gerakan 30 September merupakan peristiwa kelam yang mengingatkan
kepada kekejaman yang dilakukan PKI kepada 6 jenderal TNI AD dan satu perwira
TNI AD. Mereka tewas dibunuh dan dimasukkan ke dalam sumur Lubang Buaya.
dalam waktu singkat gerakan 30 September bisa ditumpas. Pasukan Mayjen Soeharto
waktu itu yang terdiri dari Kostrad dan RPKAD berhasil mencerai-beraikan kekuatan
militer yang dipimpin Letkol Untung. Hanya dalam waktu dari 24 jam, Soeharto
memutarbalikkan situas. Letkol Untung membagi tiga pasukan saat gerakan 30
September. Hal ini karena pasukan yang datang tidak sesuai harapan. Pasukan
Pasopati (Cakrabirawa dan Brigif) bertugas menculik para jenderal, Bimasakti (Yon
454 dan Yon 530) bertugas mengawal kawasan Monas dan merebut RRI serta
Telkom. Lalu pasukan Gatotkaca yang menjaga Lubang Buaya (Terdiri dari PPP dan
sukarelawan).

12

You might also like