You are on page 1of 41

PPT aja- Komunikasi Kesehatan-Eni

Design pesan kesehatan dan menulis dan pers rilis tentang kesehatan

Design Pesan Kesehatan

Komunikator Media Komunikan

Pesan

Proses penyampaian pesan kesehatan oleh komunikator melalui saluran/ media tertentu
kepada komunikan melalui saluran / media tertentu kepada komunikan dengan tujuan untuk
mendorong perilaku manusia tercapainya kesejahteraan sebagai kekuatan yang mengarah
kepada keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial.
Komponen pesan:
 Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa menarik perhatian
komunikan
 Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama
antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
 Pesan harus mampu membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan
beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut
 Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak
bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk
memberikan tanggapan yang dikehendaki.
2.1 Desain Pesan Kesehatan Yang Efektif

2.1.1 Pengertian Desain Pesan


Komunikasi diperlukan dalam proses penyampaian pesan atau
penyuluhan karena tanpa komunikasi tujuan dari hal tersebut tidak akan
tercapai. Komunikasi terjadi apabila ada komunikan memberikan pesan
kepada komunikan. Dari hal tersebut dapat dilihat pengertian pesan merupakan
informasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, dapat
berupa fakta, data, ide, dan makna. Pesan pada dasarnya juga bisa diartikan
sebagai hasil atau output berupa kalimat pembicaraan lisan, tulisan, gambar,
simbol atau sebagainya.
Arti kata desain menurut KBBI adalah kerangka bentuk atau rancangan.
Kata desain juga menunjukkan adanya suatu proses atau suatu hasil. Sebagai
suatu proses, desain pesan sengaja dilakukan mulai dari analisis masalah
penyampaian pesan hingga pemecahan masalah yang dirumuskan dalam
bentuk produk. Produk yang dihasilkan dapat dalam bentuk prototipe, naskah
atau stori board, dan sebagainya (Pti, no date).
Salah satu proses menspesifikasi kondisi untuk penyampaian pesan
adalah desain pesan. Desain pesan itu sendiri adalah suatu perencanaan untuk
merekayasa atau menjadikan bentuk fisik dari pesan atau informasi. Desain
pesan juga bisa dikatakan “pesan dalam bentuk fisik” yang bisa berupa foto,
video, ataupun desain komputer dan lain sebagainya.
Terdapat 3 komponen utama yang digunakan dalam berbagai cara unik
untuk menghasilkan, menafsirkan, dan mentransmisikan pesan dari berbagai
jenis dalam situasi komunikasi yang tergantung pada tujuan dari pesan itu
sendiri, yaitu kata-kata, bentuk dan visual. (Sunandarid, 2016).
Desain pesan adalah suatu bentuk yang digunakan untuk menyajikan
sebuah informasi. Desain pesan merupakan perencanaan bentuk fisik dari
suatu pesan atau informasi. Desain pesan yang sering digunakan dalam
penyampaian pesan kesehatan adalah desain pesan berbasis media cetak dan
media sosial. Media cetak merupakan media yang umum digunakan oleh para
penyuluh kesehatan untuk menarik perhatian masyarakat serta meningatkan
pemahaman masyarakat terkait materi yang sedang disampaikan. Sementara
itu, media sosial merupakan media yang biasanya dimanfaaatkan dalam
penyebaran informasi-informasi kesehatan melalui internet.

2.1.2 Prinsip Desain Pesan


Desain pesan memiliki prinsip prinsip yang juga harus diperhatikan agar
pesan tersebut efektif. Prinsip-prinsip desain pesan akan tidak sama dalam
penggunaanya, tergantung dari sifat medianya, apakah bersifat statis, dinamis
atau kombinasi dari keduanya seperti foto, bagan, audio atau film(Gesang
Wahyudi, 2019). Prinsip desain pesan penyampaian pesan meliputi prinsip (1)
kesiapan dan motivasi, (2) penggunaan alat pemusat perhatian, (3) partisipasi
aktif komunikan, (4) perulangan, (5) umpan balik, (6) persepsi, dan (7) daya
serap(Pti, no date).
Prinsip motivasi dan kesiapan menjelaskan jika dalam menyampaikan
pesan, penerima pesan siap (siap pengetahuan prasyarat, siap mental, siap
fisik) serta memiliki motivasi yang tinggi sehingga pesan yang tersampai akan
efektif dan hasilnya juga akan memuaskan.
Kesiapan mental diartikan sebagai kesiapan kemampuan awal, yaitu
pengetahuan yang telah dimiliki penerima pesan yang dapat dijadikan pijakan
untuk mempelajari materi baru. Oleh sebab itu, dalam menyusun desain pesan,
komunikator harus lebih dahulu mengetahui kesiapan komunikan melalui tes
penjajagan atau tes prasayarat belajar yang diberikan pada komunikan. Jika
diketahui pengetahuan awal komunikan belum mencukupi, maka dapat
diadakan pembekalan matrikulasi.
Sedangkan kesiapan fisik, berarti bahwa komunikan dalam melakukan
kegiatan penyampaian pesan tidak mengalami kekurangan atau halangan,
sebagai faktor yang sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil
penyampaian pesan. Misalnya untuk menyampaikan pesan media audio,
penerima pesan tidak boleh terganggu pendengarannya.
Motivasi adalah merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dorongan itu bisa berasal dari
dalam atau luar. Semakin tinggi motivasi komunikan untuk mengerti pesan
yang disampaikan, semakin tinggi pula proses dan hasil penyampaian
pesannya. Oleh karena itu, dalam kegiatan penyampaian pesan hendaknya
komunikator berupaya mendorong motivasi komunikan dengan menunjukkan
pentingnya mempelajari pesan penyampaian pesan yang sedang dipelajari,
manfaat dan relevansi ntuk kedepannya sehingga akan menghasilkan atau
menumbuhkan motivasi. Seperti contohnya bisa juga melalui pemberian
hadiah dan hukuman agar termotivasi.
Prinsip penggunaan alat pemusatan perhatian menjelaskan bahwa
perhatian yaitu terpusatnya pada mental terhadap suatu objek memegang
peranan penting terhadap keberhasilan penerimaan pesan. Prinsip penggunaan
alat pemusatan perhatian akan berhasil jika semakin diperhatikan dan semakin
gagal jika tidak diperhatikan. Apabila ingin menghasikan suatu desain yang
menarik perhatian masyarakat diperlukan pertimbangan yang cerdas dalam
mengorganisir elemen grafis. Ciri-ciri desain yang baik adalah dapat menari
perhatian orang, pesan didalamnya mudah dipahami dan dimengerti, informasi
visual serta dapat mengankat intisari pesan didalamnya. Selain itu, desain yang
dibuat menggambarkan perasaan dan lingkungan orang yang melihat. Alat
pengendali perhatian yang paling utama adalah media dan tekniknya tetapi
berikut cara -cara yang dapat digunakan untuk mengarahkan perhatian
komunikan antara lain:
 Mengaitkan pesan dengan pengalaman atau kehidupan komunikan.
 Menggunakan alat pemusat perhatian seperti peta konsep, gambar, bagan,
dan media-media penyampaian pesan visual lainnya.
 Menghubungkan pesan yang sedang disampaikan dengan topik-topik yang
sudah disampaikan.
 Menggunakan musik penyeling.
 Mencipatakan suasana riang.
 Teknik penyajian yang bervariasi.
 Mengurangi bahan/materi yang tidak relevan.
Prinsip partisipasi aktif komunikan menjelaskan jika komunikan aktif
berpartisipasi dan interaktif dalam penyampaian pesan maka hasilnya akan
meningkat. Prinsip meliputi aktifitas, kegiatan, atau proses mental, emosional
maupun fisik. Contoh aktifitas mental misalnya mengidentifikasi,
membandingkan, menganalisis, dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk
aktifitas emosional misalnya semangat, sikap, positif terhadap penyampaian
pesan, motivasi, keriangan, dan lain-lain. Contoh aktifitas fisik misalnya
melakukan gerak badan seperti kaki, tangan untuk melakukan ketrampilan
tertentu.(Pti, no date)
Penyampaian pesan yang diulang ulang akan menghasilkan hasil yang
meningkat pula, itu merupan penjelasan dari prinsip perulangan. Memberikan
tinjauan singkat pada awal penyampaian pesan dan ringkasan atau kesimpulan
pada akhir penyampaian pesan bisa dilakukan pada prinsip ini.(Gesang
Wahyudi, 2019)
Prinsip umpan balik menjelaskan jika dalam penyampaian pesan
komunikan diberi umpan balik, hasilnya juga akan meningkat. Jika salah
diberikan pembetulan, dan jika benar diberikan konfirmasi atau penguatan.
Dengan demikian, penerima pesan akan tahu di mana letak kesalahannya dan
semakin mantap dengan pengetahuan yang diperolehnya.(Gesang Wahyudi,
2019)
Prinsip selanjutnya yaitu persepsi. Persepsi adalah proses menangkap
objek-objek melalui alat alat indera dan diproyeksikan pada bagian tertentu di
otak, sehinggga dapat mengamati objek tertentu. Persepsi menggerakkan
proses asosiasi-asosiasi sehingga dapat membandingkan, membedakan,
menganalogi analogi dan menyimpulkan pesan yang ditangkap oleh
komunikan.
Prinsip daya serap berkaitan erat dengan kerja memori otak. Dalam
dunia psikologi terdapat dua klasifikasi yaitu, memori jangka panjang dan
memori jangka pendek. Pada umumnya memori gambar lebih baik daripada
memori kata. Hal ini sesuai dengan efek superioritas gambar (picture
superiority effect).

2.1.3 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Menyampaikan Pesan


Dalam desain pesan kesehatan berbasis media cetak maupun media
sosial, keefektifan suatu pesan sangat ditentukan oleh bentuk pesan, pemilihan
warna, penambahan gambar, ukuran huruf, jenis huruf serta pemilihan kata
dalam pesan tersebut. Desain pesan harus disesuaikan dengan karakteristik
penerima pesan dengan memperhatikan usia, jenis kelamin, latar belakang
pendidikan serta latar belakang kebudayaan penerima pesan. Hal tersebut
mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi, dan daya serap yang mengatur
penjabaran bentuk fisik dari pesan atau informasi, agar suatu pesan dapat
tersampaikan secara efektif. Selain itu, perlu diperhatikan pula penggunaan
bahasa, pemilihan warna, penambahan gambar, ukuran huruf, jenis huruf, serta
pemilihan kata untuk membuat pesan tersebut menarik dan dapat menarik
minat komunikan untuk memperhatikan dan lebih memahami isi dari pesan
yang disampaikan.

2.1.4 Kerucut Efektifitas Media Edgar Dale


Dengan menggunakan perbandingan pada tingkat lapisan dalam kerucut
Edgar Dale, media yang hanya menggunakan kata-kata saja rupanya kurang
efektif atau intensitasnya lebih rendah dari pada media yang disertai gambar.
Oleh karena itu, sebaiknya pembuat pesan kesehatan menambahkan gambar
untuk menambah keefektifan dalam penyampaian pesan. Berikut gambaran
kerucut pengalaman Edgar Dale.

Menurut kerucut pengalaman Edgar Dale (the cone of experience)


lambang kata-kata hanya dapat diserap dalam memori sebesar 10 % dibanding
dengan gambar bergerak sebesar 30 %.
Secara berurutan kerucut pengalaman dari konkrit ke abstrak. Berikut
penjelasannya:
a. Pengalaman langsung (direct puposeful experiences)
Pengalaman langsung dilakukan dengan melihat, mendengar,
memegang dan merasakan. Aktivitas penyampaian pesan seperti bermain
drama, simulasi, membuat karya seni, eksperimen di laboratorium.
Komunikan dapat menangkap 90% pesan ketika penyampaian pesan
dengan pengalaman langsung.
b. Pengalaman tiruan atau tidak langsung (contriverd experiences atau
indirect experiences)
Tingkatan berikutnya penyampaian pesan yang di kreasi atau dibuat.
Sesuatu yang dibuat berbeda dengan aslinya, baik ukuran, bentuk maupun
kompleksitasnya. Pengalaman tidak langsung melalui model yang dibuat
tiruannya lebih diperlukan apabila sesuatu yang asli tidak dapat
ditampilkan secara langsung. Misal komunikan ingin mempelajari sistem
pencernaan manusia, maka komunikator memanfaatkan tiruan dari model
tersebut. Dalam situasi seperti itu maka model tiruan lebih baik untuk
penyampaian pesan.
c. Pengalaman bersandiwara (dramatized experiences)
Penyampaian pesan ini biasanya digunakan dalam persoalan yang
bersifat abstrak dan simbolis. Keikutsertaan komunikan dalam sandiwara
dapat membantu lebih merasakan realita. Komunikan menghayati karakter
yang diperankan, dengan aktivitas tersebut pesan dalam drama dapat
tertanam langsung. Namun perlu dibedakan bahwa partispasi dalam
sandiwara lebih mengena daripada sekedar menonton sandiwara.
Walaupun kedua-duanya mempunyai manfaat dalam penyampaian pesan.
d. Demonstrasi (demonstration)
Demontrasi dalam penyampaian pesan merupakan penjelasan visual
dari suatu ide, fakta atau proses. Dalam demonstrasi terdapat dua
kemungkinan, pertama komunikan hanya mengamati dan kedua,
komunikan sebagai demonstrator. Sebagai contoh, seorang komunikator
olah raga mendemontrasikan cara menggiring bola, komunikan
mengamati. Seorang komunikan mendemonstrasikan cara kerja robotik
hasil karyanya.

e. Karya wisata (field-trip)


Pada kegiatan karya wisata komunikan tidak hanya mengamati suatu
tempat yang dikunjungi, namun juga observasi dan mewancarai pihak
terkait. Suatu contoh, komunikan berkunjung di daerah dengan angka
demam berdarah yang tinggi, selain mengamati langsung situasi dan
kondisi lingkungan disana, komunikan juga mewawancari masyarakat
dalam berbagai hal sesuai dengan topik yang diberikan.
f. Pameran (exhibits)
Pameran biasanya berisi pajangan foto-foto, poster, prototipe hasil
karya komunikator dan sebagainya. Dalam pameran terkadang
pengunjung disuguhi tayangan film dan juga terdapat kegiatan yang
melibatkan penonton langsung untuk mengoperasikan alat yang
dipamerkan.
g. Televisi dan gambar bergerak (television and motion picture)
Pada era sekarang televisi dan gambar bergerak bisa dikatakan
sebuah film. Film penyampaian pesan merupakan salah satu media yang
mengkombinasikan visual, audio dan gambar bergerak dalam satu
tampilan. Pesan pengalaman pada film tidak terlalu terpaku pada ruang
dan waktu seperti karya wisata. Film dapat memilah materi-materi yang
tidak penting dan dipusatkan pada beberapa hal dipilih. Sehingga pesan
disampaikan dalam film tidak melebar dan fokus pada satu pokok
bahasan.
h. Gambar diam, radio, dan rekaman (still picture, radio, and recording)
Tingkat berikutnya pesan pengalaman dari media gambar diam,
radio dan rekaman. Pada tingkat ini menggunakan peralatan audio dan
visual yang cenderung mengandalkan imajinasi audien.

i. Lambang-lambang visual (visual symbol)


Lambang simbol seperti bagan, diagram, grafik, peta dan lain-lain.
Komunikator perlu menyesuaikan lambang simbol dengan tingkat
komunikan. Penyampaian pesan yang terbaik dengan menugaskan
langsung komunikan membuat lambang simbol tersebut.
j. Lambang kata-kata (verbal symbol)
Lambang kata-kata merupakan puncak dari kerucut pengalaman
Edgar Dale. Suatu benda hanya dilukiskan dalam susunan huruf yang
membentuk suatu kata lalu tergabung dalam satu kalimat yang
menyampaikan makna di dalamnya. Sesuatu yang konkrit diubah menjadi
abstrak.

Kerangka kurucut pengalaman di atas memberikan gambaran bahwa


penyampaian pesan akan terekam dalam memori jangka panjang jika
disampaikan dalam bentuk konkrit dan begitu sebaliknya. Komunikan akan
menyimpan dalam memori 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan, 70%
dari apa yang dikatakan, 50 % dari apa yang dilihat dan didengar, 30% dari
dilihat, 20% dari yang didengar dan 10% dari yang dibaca. (Gesang
Wahyudi, 2019)

2.1.5 Konsep Desain Pesan Efektif


Teori muatan kognitif menyatakan bahwa hanya sedikit elemen
informasi yang dapat diolah dalam memori kerja setiap saat. Terlalu banyak
elemen bisa sangat membebani memori kerja sehingga menurunkan
keefektifan pengolahan informasi. Jika penerima diharuskan untuk membagi
perhatian mereka di antara, dan mengintegrasikan secara mental dua atau lebih
sumber-sumber informasi yang berkaitan (misalnya teks dan diagram) proses
ini mungkin menempatkan suatu ketegangan yang tak perlu pada memori kerja
yang terbatas dan menghambat pemerolehan informasi. Menyajikan sejumlah
sumber informasi secara simultan, bahkan di dalam format yang terintegrasi
(contoh: diagram dan teks yang diintegrasikan secara fisikal), tidak selalu bisa
efektif, khususnya jika beberapa informasi yang akan diolah itu tidak
diperlukan dan berlebihan. Jika informasi yang berlebihan itu diintegrasikan
dengan informasi yang esensial, maka tidak ada pilihan lain selain
memprosesnya (contoh: teks tak diperlukan yang menyertai diagram yang
sudah komplit dan mudah dimengerti). (Pranata, 2004)
Tambahan-tambahan elemen auditori yang berlebihan dapat melebihi
kapasitas channelauditori sehingga elemen tambahan apa pun (termasuk kata-
kata, efek-efek suara, dan ilustrasi musik) yang tidak diperlukan untuk
membuat informasi mudah dimengerti atau yang tidak terintegrasi dengan
materi-materi utama akan menurunkan kapasitas memori kerja yang efektif
dan karenanya mempengaruhi proses pemahaman dari materi-materi
terpenting. Karena materi terpenting yang diseleksi bagi pengolahan lebih
lanjut menjadi lebih sedikit, maka hasilnya adalah performansi yang lebih
buruk. Jadi, ketika penerima memfokuskan kapasitas pengolahan auditori
mereka yang terbatas itu pada penerimaan materi auditori yang didapat,
mereka memiliki sedikit sisa kapasitas untuk mengkonstruksi representasi-
representasi yang lain sehingga akan terjadi performansi yang lebih jelek.
(Pranata, 2004)
Setiap memori kerja, visual maupun verbal, memiliki kapasitas yang
terbatas. Karena itu ketika informasi visual dan verbal dalam bentuk teks
ditampilkan ada kemungkinan memori kerja visual tidak dapat menampung
semua informasi sehingga akan ada informasi yang hilang. Hal yang sama
mungkin terjadi ketika sumber informasi verbal dalam bentuk auditorial
ditampilkan berbarengan dengan bentuk teks visual. (Pranata, 2004) Ada 3
proses yang berlangsung saat seseorang menerima 2 bentuk informasi
(verbal dan visual), dalam waktu yang sama, yaitu: 1) membuat gambaran
verbal serta kesesuaian dengan informasi verbal yang diterima; 2) membuat
gambaran visual serta kesesuaian dengan informasi visual yang diterima;
dan 3) membuat kesesuaian hubungan antara gambaran visual dengan
gambaran verbal yang sudah diterima (Saguni, 2006) Tetapi jika informasi
visual ditampilkan secara visual dan informasi verbal ditampilkan secara
auditorial maka akan terbuka kesempatan memori kerja visual dan verbal
bekerja bersama sehingga penerima lebih mudah menyusun kode-kode teks
karena informasi ditangkap secara maksimal.
2.2 Metode dan Media Promosi Kesehatan

2.2.1 Metode Promosi Kesehatan


Metode penyampaian pesan yang paling cocok digunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat adalah dengan
menggunakan media massa yang berupa media cetak dan media sosial,
dikarenakan media tersebut merupakan media yang sudah tidak asing bagi
masyarakat zaman sekarang. Metode berbasis media massa ini dapat
digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi
awareness dan diharapkan dapat mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih
baik dari yang sebelumnya.
Metode promosi kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik
komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi.
Setiap metode yang ada memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Berdasarkan teknik komunikasi metodenya dibagi dua, yaitu metode
penyuluhan langsung dan tidak langsung. Metode penyuluhan langsung ini,
penyuluh bertatap muka atau berhadapan langsung dengan sasaran, seperti
contohnya kunjungan rumah, pertemuan di balai desa atau posyandu, dan
lainnya. Sedangkan metode tidak langsung ini, penyuluh tidak berhadapan
langsung dengan sasaran, tetapi dengan perantara (media), seperti contohnya
publikasi dalam media cetak, melalui pertunjukan film dan sebagainya.
(Siahaan, no date)
Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai, metode promosi kesehatan
dibagi menjadi 3, yaitu pendekatan perorangan, pendekatan kelompok, dan
pendekatan masal. Pendekatan perorangan ini, penyuluh berhubungan secara
langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, antara
lain adalah kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lainnya. Pendekatan
kelompok ini, petugas promosi berhubungan dengan sekelompok sasaran,
seperti contohnya pertemuan, demonstrasi, diskusi kelompok, pertemuan FGD,
dan sebagainya, berbedara dari pendekatan kelompok, pendekatan masal
menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya
banyak, seperti contohnya pertemuan umum, pertunnjukan kesenian,
penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, pemutaran film, dan lain-lain.
(Siahaan, no date)
Yang terakhir, berdasarkan indera penerima metode promosi kesehatan
dibagi menjadi 3, yaitu melihat/memperhatikan, pendengaran, dan kombinasi.
Metode melihat atau memperhatikan ini, pesan yang diterima sasaran melalui
indera penglihatan, seperti penempelan poster. Sedangkan metode
pendengaran, pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar,
contohnya penyuluhan lewat radio, pidato, ceramah, dan lainnya. Metode
kombinasi merupakan gabungan dari dilihat, didengar, dicium, diraba, dan
dicoba, seperti contohnya demonstrasi cara. (Siahaan, no date)

2.2.2 Media Promosi Kesehatan


1. Pengertian (Media Massa)
Media Massa adalah alat sebagai saluran untuk memberikan informasi
dan pesan yang menjangkau seluruh masyarakat dengan cepat dan luas.
Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada
tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus
didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan
sehari-hari, istiah ini sering disingkat menjadi media (Wikipedia Media
Massa).
2. Jenis-jenis Media Massa
a. Media massa tradisional
Media massa tradisional adalah media massa dengan otoritas dan
memiliki organisasi yang jelas sebagai media massa. Secara
tradisional media massa digolongkan sebagai berikut: surat kabar,
majalah, radio, televisi, film (layar lebar). Dalam jenis media ini
terdapat ciri-ciri seperti (Wikipedia Media Massa):
1. Informasi dari lingkungan diseleksi, diterjemahkan dan
didistribusikan.
2. Media massa menjadi perantara dan mengirim informasinya
melalui saluran tertentu.
3. Penerima pesan tidak pasif dan merupakan bagian dari
masyarakat dan menyeleksi informasi yang mereka terima.
4. Interaksi antara sumber berita dan penerima sedikit.
b. Media massa modern
Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi dan
sosial budaya, telah berkembang media-media lain yang kemudian
dikelompokkan ke dalam media massa seperti internet dan telepon
seluler. Dalam jenis media ini terdapat ciri-ciri seperti (Wikipedia
Media Massa):
1. Sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada banyak
penerima (melalui SMS atau internet misalnya).
2. Isi pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga atau
organisasi namun juga oleh individual.
3. Tidak ada perantara, interaksi terjadi pada individu.
4. Komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam.
5. Penerima yang menentukan waktu interaksi.
3. Fungsi Media (Media Massa)
Berdasarkan ketentuan pasal 33 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, fungsi
pers adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol
sosial. Sementara itu, pasal 6 UU Pers Nasional melaksanakan peranan
sebagai berikut (Wikipedia Media Massa):
 Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui, menegakkan nilai-
nilai dasar demokrasi, dan mendorong terwujudnya supremasi
hukum dan hak asasi manusia. Selain itu pers juga harus
menghormati kebhinnekaan mengembangkan pendapat umum
berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar melakukan
pengawasan.
 Sebagai pelaku media informasi
Pers itu memberi dan menyediakan informasi tentang peristiwa yang
terjadi kepada masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar
karena memerlukan informasi.
 Fungsi pendidikan
Pers itu sebagai sarana pendidikan massa (Mass Education). Pers
memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga
masyarakat bertambah pengetahuan dan wawasannya.
 Fungsi hiburan
Pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi
berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot.
Berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-
teki silang, pojok, dan karikatur.
 Fungsi kontrol sosial
Fungsi ini terkandung makna demokratis yang di dalamnya terdapat
unsur-unsur sebagai berikut:
1. Social participation (keikutsertaan rakyat dalam
pemerintahan).
2. Social responsibility (pertanggungjawaban pemerintah
terhadap rakyat).
3. Social support (dukungan rakyat terhadap pemerintah).
4. Social control (kontrol masyarakat terhadap tindakan-
tindakan pemerintah).
 Sebagai Lembaga Ekonomi
Pers adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang pers dapat
memanfaatkan keadaan di sekitarnya sebagai nilai jual sehingga
pers sebagai lembaga sosial dapat memperoleh keuntungan
maksimal dari hasil produksinya untuk kelangsungan hidup lembaga
pers itu sendiri.
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Media Promosi Kesehatan
a. Penggunaan Bahasa dalam Media Promosi Kesehatan
Bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan
efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan
pendapat kepada orang lain (Walija, 1996). Dalam pembuatan
desain pesan kesehatan, keefektifan suatu pesan sangat
dipengaruhi oleh penggunaan bahasa. Penggunaan bahasa
dalam media pesan kesehatan harus disesuaikan dengan target
sasaran penerima pesan. Terdapat dua ragam bahasa yang
sering digunakan dalam desain pesan kesehatan, baik dalam
media cetak maupun media sosial, yaitu ragam bahasa
jurnalistik, ragam bahasa gaul.
1. Ragam Bahasa Jurnalistik
F. Rahardi mendefinisikan bahasa jurnalistik sebagai
salah satu ragam bahasa yang digunakan tidak hanya oleh
dunia persuratkabaran atau dunia pers atau media masa
cetak melainkan juga media massa audio, media massa
audiovidual, dan multimedia atau internet. Lebih lanjut is
menyatakan bahwa bahasa jurnalistik merupakan salah satu
ragam bahasa yang dibentuk karena spesifikasi materi yang
disampaikan (Rahardi, 2006 : 65). Dalam desain pesan
kesehatan, ragam bahasa ini biasanya terdapat di dalam
koran, majalah, dan media pers lainnya.
2. Ragam Bahasa Gaul
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat
(2008) “bahasa gaul artinya dialek bahasa Indonesia nonformal
yang digunakan oleh komunitas tertentu atau di daerah tertentu
untuk pergaulan”. Ragam bahasa ini merupakan ragam bahasa
baru. Dalam desain pesan kesehatan, ragam bahasa ini biasanya
terdapat pada media sosial seperti instagram, facebook, dan
sebagainya.
b. Penggunaan Warna dalam Media Promosi Kesehatan
Warna dapat didefinisikan sebagai sifat cahaya yang
dipancarkan, atau secara subjektif/psikologis dari pengalaman
indra penglihatan (Monica dan Luzar, 2011). Dalam pembuatan
media promosi kesehatan, warna merupakan salah satu unsur
penting yang perlu diperhatikan karena warna dapat memberi
efek spontan bagi psikologis orang yang melihatnya, misalnya
warna hijau rumput dapat memberikan kesan yang
menyegarkan.
Warna yang digunakan dalam pembuatan media pesan
kesehatan sebaiknya warna-warna yang cerah dan mencolok
karena warna yang cerah cenderung meningkatkan minat
seseorang untuk membaca dan memperhatikan. Selain itu,
pemilihan warna juga harus kontras antara tulisan dan gambar.
Adapun arti dari masing-masing warna adalah sebagai berikut:
1. Merah
Merah diasumsikan dengan api. Warna merah memberikan
kesan semangat, antusiasme, cinta, dan kekuatan.
2. Merah Muda
Merah muda diasumsikan dengan wanita. Warna merah
muda memberikan kesan kelembutan dan feminim.
3. Kuning
Kuning diasumsikan dengan sinar matahari. Warna kuning
memberikan kesan optimisme dan keceriaan.
4. Biru
Biru diasumsikan dengan laut dan langit. Warna biru
memberikan kesan kesejukan dan kedamaian.
5. Hijau
Hijau diasumsikan dengan tumbuhan. Warna hijau
memberikan kesan natural dan alami.
6. Ungu
Ungu diasumsikan dengan keagungan dan spiritualitas.
Warna ungu memberikan kesan kemewahan, imajinasi, dan
keajaiban.
7. Oranye
Oranye diasumsikan dengan musim semi dan jeruk. Warna
oranye memberikan kesan berenergi, kreativitas, stimulasi,
dan keunikan.
8. Cokelat
Cokelat diasumsikan dengan tanah atau bumi. Warna
cokelat memberikan kesan hangat, nyaman, dan aman.
9. Emas
Emas diasumsikan dengan perhiasan. Warna emas
memberikan kesan mewah.
10. Hitam
Hitam diasumsikan dengan malam dan kematian. Warna
hitam sebaiknya dihindari dalam pembuatan background
pesan kesehatan karena memberikan kesan suram dan
kurang menarik.
11. Putih
Putih diasumsikan dengan sinar dan kemurnian. Warna
putih memberikan kesan bersih dan suci.
12. Abu-abu
Abu-abu diasumsikan dengan netral. Warna abu-abu
memberikan kesan seimbang, sederhana, dan klasik.
c. Penggunaan Nada (Intonasi) dalam Media Promosi Kesehatan
Nada adalah bunyi yang beraturan, dan memiliki
frekuensi tunggal tertentu (Wikipedia Nada, 2017). Sedangkan
intonasi adalah tinggi rendahnya nada pada kalimat yang
memberikan penekanan pada kata-kata tertentu di dalam
kalimat (Wikipedia Intonasi, 2018). Penggunaan nada atau
intonasi dalam media promosi kesehatan bertujuan untuk
membedakan antara kalimat yang berisi ajakan, perintah
(mempertegas), dan larangan. Oleh karena itu, media promosi
kesehatan yang baik harus memperhatikan penggunaan nada
atau intonasi pada kalimat yang akan digunakan sesuai dengan
tujuan promosi kesehatan tersebut, entah akan berisi ajakan,
perintah (mempertegas), ataupun larangan.
1. Ajakan (Himbauan)
Ajakan atau himbauan merupakan suatu kalimat
yang menyatakan ajakan atau himbauan kepada
seseorang yang diajak berbicara untuk bersama-sama
melakukan sesuatu. Dalam promosi kesehatan, ajakan
atau himbauan biasanya ditujukan untuk mengubah
perilaku seseorang dari yang kurang buruk menjadi
baik. Contoh ajakan dalam media promosi kesehatan:
• Ayo, Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).
• Mari terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
• Konsumsi makanan yang bergizi seimbang.
• Mari olahraga 30 menit setiap hari.
2. Perintah (Mempertegas)
Penegasan atau mempertegas merupakan sebuah
penekanan, penonjolan ide, atau ketegasan terhadap
sesuatu hal yang biasanya dianggap penting. Dalam
promosi kesehatan, mempertegas kalimat atau
pernyataan dapat dikatakan sebagai perintah, karena
perintah identik dengan kalimat yang tegas. Contoh
kalimat penegasan atau perintah dalam media promosi
kesehatan:
• Jauhi virusnya, bukan orangnya!
• Masyarakat hidup sehat, Indonesia kuat!
• Gunakan pelayanan kesehatan!
• Kenali HIV/AIDS, hapus stigma HIV/AIDS!
• Say no to drugs!
3. Larangan
Larangan merupakan suatu hal yang tidak boleh
dilakukan atau dilarang oleh suatu organisasi ataupun
pemerintah. Larangan dalam promosi kesehatan
bermacam-macam, misal:
• Dilarang merokok! Merokok membunuhmu.
• Jangan mandi di sungai!
d. Penggunaan Tokoh dalam Media Promosi Kesehatan
Penggunaan tokoh dalam media kesehatan menunjang
pesan yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat atau tidak. Penggunaannya tergantung kepada siapa
sasaran dari pesan tersebut. Ada beberapa tokoh yang dapat
digunakan dalam media kesehatan, yaitu tokoh masayarakat
atau selebritis, korban dan animasi. Pada umumnya, sasaran
untuk penggunaan tokoh masyarakat pada media kesehatan
adalah orang tua, penggunaan selebritis untuk remaja, dan
animasi untuk anak-anak.
Penggunaan tokoh masyarakat dalam media kesehatan
merupakan salah satu bentuk dukungan sosial dari para tokoh
masyarakat yang disegani masyarakat. Promosi kesehatan yang
dilakukan akan lebih mudah dan masyarakat secara tidak
langsung akan menerima pesan tersebut dengan baik karena
tokoh yang mereka segani dan percayai ikut mendukung pesan
yang ada di media kesehatan tersebut. Lalu tokoh masyarakat
bisa juga digantikan oleh selebritis. Apabila selebritis atau idola
masyarakat digunakan dalam media kesehatan juga akan
mendukung pesan tersebut tersampaikan kepada masyarakat
dengan baik serta menarik perhatian bagi masyarakat yang
mengidolakannya. Masyarakat yang menyukai atau
menggemari selebritis cenderung akan mengikuti apa yang
dilakukan dan dikatakan oleh idolanya tersebut, sehingga
membuat pesan dalah media kesehatan tersebut dapat
tersampaikan.

Figure 1 Penggunaan Tokoh Masyarakat dalam Media


Promosi Kesehatan
Foto korban yang dimasukkan dalam media promosi
kesehatan akan mendukung tersampainya pesan yang
diberikan. Dengan memasukkannya dalam media promosi
kesehatan, masyarakat yang akan menerima pesan akan merasa
jera dan takut untuk tidak berubah dan memilih untuk berubah
atau mengikuti pesan yang disampaikan.

Figure 2 Penggunaan Korban dalam Media Promosi Kesehatan


Seperti halnya selebritis, animasi juga akan mendukung
tersampainya pesan yang terdapat dalam media kesehatan.
Anak-anak yang sebagian besar menyukai tontonan film
animasi pada dasarnya secara langsung maupun tidak langsung
dapat terpengaruh, baik secara sosiologis maupun psikologis
(Nashrur Razzaq, 2018). Liputra (2011), menyimpulkan bahwa
animasi film pada saat ini sangat mempengaruhi sebagian besar
cara berpikir anak ,karena anak menyerap semua informasi
yang ia dapat dan mencoba untuk di praktekkan dalam
kehidupannya nyata sekarang ini. Media kesehatan dengan
menggunakan animasi bersifat sederhana dan lucu sehingga
dapat lebih menarik perhatian anak dan pesan yang
disampaikan dapat maksimal. Media kesehatan menggunakan
animasi juga dibuat dengan memiliki unsur humor agar
informasi disampaikan lebih mudah diingat oleh anak-anak.

Figure 3 Penggunaan Animasi dala Media Promosi Kesehatan

2.3 Desain Pesan Kesehatan Berbasis Media Cetak

2.3.1 Karakteristik Desain Pesan Kesehatan dalam Media Cetak


Menurut Notoatmojo (2010), media cetak yaitu suatu media statis dan
mengutamakan pesan-pesan visual. Media cetak umumnya terdiri atas
gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Adapun macam-
macam media cetak, yaitu : poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, stiker,
dan pamflet. Media cetak memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
1. Praktis
Meskipun di era modern ini media massa lebih praktis daripada media
cetak, media cetak pada zaman sekarang juga tidak kalah praktis dari
media massa. Media cetak merupakan media yang praktis karena
berbentuk nyata dan dapat dibawa ke mana saja. Berkembangnya
teknologi dan komunikasi juga membuat media cetak zaman sekarang
memiliki tampilan yang lebih menarik dan lebih cepat sampai ke pembaca.
2. Daya Jangkaunya Luas
Media cetak dapat menjangkau masyarakat luas dan dapat memberi
informasi kepada masyarakat bahkan yang bertempat tinggal di daerah
pelosok sekalipun. Media cetak tidak memerlukan teknologi seperti listrik
atau internet untuk menjangkaunya sehingga masyarakat di daerah pelosok
yang di daerahnya belum terdapat listrik maupun internet juga dapat
menjangkaunya.
3. Tahan Lama
Media cetak merupakan media yang memiliki ketahanan yang cukup lama
dan dapat disimpan sehingga informasi yang ada di dalam media cetak
dapat dibaca berulang-ulang.
4. Informatif
Di dalam media cetak, terdapat berbagai macam informasi yang dapat
disampaikan secara naratif, mendalam, dan banyak sehingga berita yang
disampaikan memiliki sifat yang informatif serta dapat menambah
pengetahuan bagi para pembacanya.
5. Massal
Media cetak bersifat massal karena dapat dinikmati oleh semua kalangan.
Orang lanjut usia yang tidak mengenal atau tidak mahir menggunakan
teknologi seperti internet, dapat memperoleh informasi melalui media
cetak yang sudah mereka kenal sejak zaman dahulu.
6. Fleksibel
Media cetak bersifat fleksibel karena mudah dibaca di mana saja dan
kapan saja.
7. Mahal
Jika dibandingakan dengan media massa, media cetak pada umumnya
memiliki harga yang lebih mahal. Contohnya yaitu jika ingin membaca
buku, majalah, atau koran, kita harus membelinya terlebih dahulu. Berbeda
halnya dengan media massa yang sudah dapat diakses jika kita memiliki
jaringan internet tanpa harus membelinya terlebih dahulu.
8. Terbatas Waktu
Media cetak memiliki masa yang singkat. Informasi yang relevan
sekarang, mungkin sudah tidak relevan di masa mendatang.
9. Kesalahan Cetak
Kesalahan cetak yang terdapat di dalam media cetak dapat menyebabkan
pembaca menjadi kesulitan untuk memahami maksud dari informasi yang
ada di dalamnya sehingga informasi tersebut tidak dapat tersampaikan
dengan baik. Selain itu, salah cetak juga dapat menimbulkan
kesalahpahaman di kalangan pembaca. Jika terjadi kesalahan cetak,
kesalahan tersebut hanya dapat diubah dengan dua cara, yaitu dengan
mencetak ulang atau melakukan pembetulan di edisi selanjutnya.
10. Media Pasif
Media cetak merupakan media pasif karena tidak adanya interaksi secara
langsung antara pembaca dengan penulis.
11. Menghasilkan Limbah
Kertas-kertas dari media cetak yang sudah tidak terpakai seringkali
menyebabkan limbah yang mencemari lingkungan.

2.3.2 Menyusun Suatu Metode Berbasis Media Cetak


Dalam menyusun desain pesan kesehatan yang efektif melalui media
cetak, diperlukan media cetak yang tepat sesuai dengan sasaran pembacanya.
Menurut Machfoedz dan Suryani (2009), media cetak sebagai alat
untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain:
1. Booklet
Booklet merupakan suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan dalam bentuk buku, baik dalam bentuk tulisan maupun gambar.

2. Leaflet
Leaflet merupakan bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan
kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk
kalimat, gambar, maupun kombinasi kalimat dan gambar. Biasanya dalam
penyuluhan kesehatan, leaflet ini dibagikan kepada masyarakat supaya
masyarakat dapat membaca dan lebih memahami pesan kesehatan yang
disampaikan.
3. Flyer (Selebaran)
Flyer atau selebaran ialah seperti leaflet, tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

4. Flip Chart (Lembar Balik)


Flip chart (lembar balik) merupakan media penyampaian pesan atau
informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam
bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan
dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan
dengan gambar tersebut.

5. Rubrik
Rubrik merupakan media penyampaian pesan kesehatan dalam bentuk
tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas mengenai
suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

6. Poster
Poster merupakan suatu media cetak yang berisi pesan-pesan atau
informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, tempat-
tempat umum, atau kendaraan umum. Poster juga dapat digunakan sebagai
alat untuk membantu menyampaikan pesan kesehatan saat penyuluhan.
Poster didesain semenarik mungkin supaya masyarakat mau
memperhatikan dan menyimak materi penyuluhan.

2.3.3 Pengaruh Media Cetak Sebagai Desain Pesan Kesehatan yang Efektif
Media cetak dapat menjangkau masyarakat secara luas sehingga media
cetak merupakan media yang dapat menyampaikan pesan kesehatan secara
efektif. Dalam penyuluhan kesehatan, media cetak seperti poster dapat
digunakan sebagai alat untuk membantu dalam penyampaian informasi
kesehatan. Poster dibuat menarik dengan pemilihan kata provokatif dan
paduan warna yang menarik supaya dapat menarik perhatian masyarakat untuk
memperhatikan. Dengan demikian, masyarakat dapat lebih memahami apa
yang dibahas dalam penyuluhan tersebut dan pengetahuan yang telah
diperoleh masyarakat tersebut diharapkan dapat mengubah perilaku mereka
menjadi lebih sehat dari sebelumnya.

2.4 Desain Pesan Kesehatan Berbasis Media Sosial

2.4.1 Karakteristik Desain Pesan Kesehatan dalam Media Sosial


Media sosial (sering disalahtuliskan sebagai sosial media) adalah
sebuah media daring, dengan para penggunanya bisa dengan mudah
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi blog, jejaring sosial, wiki, forum,
dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media
sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia
(Wikipedia Media Sosial).
Media sosial adalah media berbasis internet yang memungkinkan
pengguna berkesempatan untuk berinteraksi dan mempresentasikan diri, baik
secara seketika ataupun tertunda, dengan khalayak luas maupun tidak yang
mendorok nilai dari user-generated content dan persepsi interaksi dengan
orang lain, menurut Carr dan Hayes dalam (Nugraha, 2018).
Ardianto dalam buku Komunikasi 2.0 mengungkapkan, bahwa media
sosial online atau jejaring sosial online bukanlah media massa online, karena
media sosial memiliki kekuatan sosial yang sangat mempengaruhi opini publik
yang berkembang di masyarakat. Media sosial dapat membentuk opini, sikap,
dan perilaku publik atau masyarakat. Fenomena media sosial dapat dilihat
dalam kasus Prita Mulyasari versus Rumah Sakit Omni Internasional. Hal
inilah yang membedakan antara media sosial dengan media massa (Elvinaro,
2011)
Darmastuti, dalam buku Komunikasi 2.0, mengutip pernyataan Stanley
J Baran dan Edward T Hall, bahwa komunikasi adalah dasar dari suatu
budaya. Komunikasi dan budaya adalah pasangan tak terpisahkan. Perubahan
pada salah satu sisi akan merubah sisi yang lainnya. Darmastuti menambahkan
bahwa komunikasi dengan media sosial akan membawa pengaruh pada:
 Kepercayaan, nilai, dan sikap
 Pandangan dunia
 Organisasi sosial
 Tabiat manusia
 Orientasi kegiatan
 Persepsi diri dan orang lain (Elvinaro, 2011)

Media sosial mempunyai karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut


(Wikipedia Media Sosial):

a. Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa ke
berbagai banyak orang, contohnya pesan melalui SMS ataupun internet.
b. Pesan yang disampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper.
c. Pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat dibanding media lainnya.
d. Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi.
Menurut Agrawal, et.al. (2011) dalam tulisannya yang berjudul Information
Diffusion in Social Networks: Observing and Influencing Societal Interests,
mengatakan bahwa tahap pertama yang harus dilakukan untuk bisa memahami
karakteristik anggota jejaring tersebut. Pemahaman yang baik akan
karakteristik forum jejaring sosial membantu dalam memahami respons sosial
terhadap informasi yang disampaikan. Banyak media sosial yang menawarkan
aplikasi dengan berbagai fitur yang berbeda-beda antar satu aplikasi dengan
aplikasi yang lainnya. (Agrawal, Budak, & El Abbadi, 2011)
1. Google Analytics

2. Blogger/Blog Spot
3. Facebook

4. Twitter

5. Instagram
6. LINE

7. Google+

8. Whatsapp
9. Telegram

10. Tumblr

11. Wordpress
12. Wattpad

2.4.2 Langkah-langkah Menyusun Suatu Metode Berbasis Media Sosial


Menurut Cassel dkk., agar komunikasi kesehatan (yang akan melibatkan
aplikasi Internet) dapat persuasif, komunikasi itu harus bersifat transaksional
dan dependen-respons. Komunikasi transaksional terbentuk apabila ada
kesempatan untuk memberi dan menerima pengajak dan yang diajak. Suatu
metode komunikasi persuasif berbasis internet telah memberikan aplikasi yang
mudah untuk perubahan perilaku berbasis teori. Secara khusus, the
Transtheorical Stages of Change Model menetapkan tahapan petunjuk
pelaksanaan komunikasi persuasif.
 Aplikasi Teori untuk Perubahan Perilaku
Internet merupakan salah satu sarana komunikasi. Internet
dapat dengan mudah masuk ke dalam aplikasi yang didasarkan pada
teori interpersonal, terutama komunikasi persuasif (bujukan). Aplikasi
dapat dikembangkan dan dimasukkan ke dalam internet seperti dalam
bentuk google, blog, twitter, facebook, whatsapp, instagram, line,
tumblr, wattpad, dan lain sebagainya yang menggunakan komunikasi
persuasif untuk melibatkan seseorang dalam suatu proses komunikasi
personal, yang memperbesar peluang menarik perhatian seseorang
terhadap pesan-pesan kesehatan yang disampaikan.
 Sebarkan ke Populasi Sasaran
Untuk mendapatkan suatu keefektivitasan sebuah pesan
kesehatan melalui media sosial diperlukan uji coba terlebih dahulu untuk
mendapatkan seberapa baik respon penerima terhadap pesan yang
disampaikan. Penyebaran informasi kesehatan melalui media sosial
harus dilakukan dengan intensitas kekerapan tertentu agar pesan yang
disampaikan akan selalu diingat oleh penerima atau pembaca.

2.4.3 Contoh Pesan Kesehatan Berbasis Media Sosial


a. Facebook

b. Twitter
c. Line

d. Instagram
e. Blog

f. Tumblr

g. Wattpad
4.3.1 Pengaruh Media Sosial sebagai Desain Pesan Kesehatan yang Efektif
Media sosial memiliki pengaruh penting terhadap perubahan perilaku
manusia. Keberadaan media dapat membuat hubungan komunkasi antar orang
menjadi lebih dekat. Penyebaran pesan atau informasi melalui media sosial
lebih mudah dan lebih menarik. Pendidikan kesehatan melalui media sosial
menggunakan metode perluasan atau metode dua arah, akibatnya, sesama
penerima pesan dapat bertukar komentar dan mengingatkan masing-masing
lainnya melalui forum yang sudah terbentuk.

2.4.4 Analisis Desain Pesan Kesehatan


Menginformasikan tentang kesehatan bisa dilakukan oleh semua orang
dan kapan saja berkat adanya media sosial. Berikut adalah beberapa contoh
media sosial yang digunakan untuk menginformasikan tentang kesehatan.

 press release, rilis atau siaran pers adalah naskah berita yang dibuat oleh kalangan
non-wartawan- khususnya Humas instansi/lembaga – untuk dipublikasikan di media
massa.
Cara membuat atau cara menulis
press release sama dengan cara menulis naskah berita.Dengan kata lain, naskah siaran
pers sama dengan
naskah berita berita –khususnya berita langsung (straight news).
Rilis berisi fakta atau rekonstruksi peristiwa dengan kandungan elemen berita 5W+1H

(Wahyuningsih, 2019)
Gesang Wahyudi, N. (2019) ‘Desain Pesan Pembelajaran di Era Digital’, journal EVALUASI,
3, p. 104. doi: 10.32478/evaluasi.v3i1.224.

Pranata, M. (2004) ‘EFEK REDUNDANSI: DESAIN PESAN MULTIMEDIA DAN TEORI


PEMROSESAN INFORMASI’, 6(2), p. 12.

Pti, R. (no date) ‘Desain Pesan dan Karakter Siswa Dalam Pembelajaran’.

Saguni, F. (2006) ‘Prinsip-Prinsip Kognitif Pembelajaran Multimedia: Peran Modality dan


Contiguity Terhadap Peningkatan Hasil Belajar’, INSAN, 8, p. 11.

Siahaan, M. (no date) ‘Metode dan Media Promosi Kesehatan’.

Sunandarid (2016) Message Design: Apa itu Pesan Desain?, Sunandarid.

Wahyuningsih, R. (2019) ‘Majalah Ilmiah Inspiratif, Vol. 2 No 04 Juli 2017’, Majalah


Ilmiah Inspiratif, 2(4), pp. 1–10.
TB

Masalah : Peningkatan kasus TB baru

Pesan : Cegah penularan TB dengan etika batuk

Puskesmas : Peneleh

Secara praktis, Press Release artinya berita untuk suratkabar atau media massa. Secara
bahasa, rilis atau merilis menurut KBBI artinya:
1. Menyampaikan secara resmi berita, pengumuman, informasi, dan sebagainya untuk
disiarkan.
2. Mengeluarkan (menerbitkan, mengadakan) buku, film, album lagu, dan sebagainya.
Siaran Pers diartikan sebagai bahan berita yang disiapkan oleh pihak luar untuk
pers.Menurut Soemirat dan Ardianto (2004:46), siaran pers adalah informasi dalam bentuk
berita yang dibuat oleh Humas atau Public Relations (PR) organisasia / perusahaan yang
disampaikan kepada pengelola pers/ redaksi media massa (tv, radio, media cetak, media
online) untuk dipublikasikan. Kesimpulannya, press release, rilis atau siaran pers adalah
naskah berita yang dibuat oleh kalangan non-wartawan- khususnya Humas instansi/lembaga
– untuk dipublikasikan di media massa. Cara Menulis Press Release Cara membuat atau cara
menulis press release sama dengan cara menulis naskah berita.Dengan kata lain, naskah
siaran pers sama dengan naskah berita berita –khususnya berita langsung (straight news).
Rilis berisi fakta atau rekonstruksi peristiwa dengan kandungan elemen berita 5W+1H:
1) What — Apa yang terjadi, peristiwa apa.
2) Who — Siapa pelaku atau orang yang terlibat dalam kejadian itu
3) Why — Kenapa hal itu terjadi, latar belakang, tujuan, atau penyebab kejadian.
4) When — Kapan kejadiannya, unsur waktu (hari, tanggal, bulan, tahun, jam).
5) Where — di mana terjadinya, tempat kejadian, lokasi acara.
6) How – Bagaimana proses kejadiannya, detail, rincian, kronologi, schedule,
rundown, suasana, dan lain sebagainya. Walaupun tujuannya untuk menginformasikan
sebuah kegiatan, namun rilis pun seharusnya juga mengandung nilai berita (News Values).
Press release yang memenuhi nilai berita akan mudah dan cepat dipublikasikan karena layak
muat (fit to print), layak siar (fit to broadcast), atau layak posting (fit to post). Adapun News
Values yang termasuk di sini adalah sebagai berikut:
1) Aktual — peristiwa baru, hal baru, akan dan baru saja terjadi, hangat.
2) Faktual — benar-benar terjadi, ada fakta dan data.
3) Penting — penting diketahui publik atau menyangkut kepentingan umum;
menyangkut orang penting.
4) Menarik — menarik perhatian, menimbulkan rasa ingin tahu atau penasaran.
Prinsip Penulisan: Pola Piramida Terbalik Prinsip penulisan rilis juga sama dengan menulis
berita, yakni menggunakan pola piramida terbalik (inverted pyramid). Prinsip piramida
terbalik maksudnya mengedepankan fakta terpenting sebagaimana gambar berikut ini. Fakta
terpenting yaitu unsur What, Who, When, Where –peristiwa apa, siapa yang terlibat, kapan,
dan di mana. Fakta penting yaitu unsur Why dan How –latar belakang dan rincian kejadian
atau acara. Fakta berikutnya bisa berupa informasi latar belakang (background information),
misalnya profil ringkas lembaga/instansi. Rilis juga tidak mencampurkan fakta dan opini,
hanya berisi data, fakta, tidak berisi pendapat atau penilaian. (Wahyuningsih, 2019)

Daftar Pustaka

Soemirat, Soleh dan Ardianto, Elvinaro. 2004. Dasar-dasar Public Relations. Cetakan Ketiga.
Bandung :Remaja Rosdakarya
Tamburaka, Apriadi. 2013. Lierasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa. Jakarta:
Raja
Gesang Wahyudi, N. (2019) ‘Desain Pesan Pembelajaran di Era Digital’, journal EVALUASI,
3, p. 104. doi: 10.32478/evaluasi.v3i1.224.
Pranata, M. (2004) ‘EFEK REDUNDANSI: DESAIN PESAN MULTIMEDIA DAN TEORI
PEMROSESAN INFORMASI’, 6(2), p. 12.
Pti, R. (no date) ‘Desain Pesan dan Karakter Siswa Dalam Pembelajaran’.
Saguni, F. (2006) ‘Prinsip-Prinsip Kognitif Pembelajaran Multimedia: Peran Modality dan
Contiguity Terhadap Peningkatan Hasil Belajar’, INSAN, 8, p. 11.
Siahaan, M. (no date) ‘Metode dan Media Promosi Kesehatan’.
Sunandarid (2016) Message Design: Apa itu Pesan Desain?, Sunandarid.
Wahyuningsih, R. (2019) ‘Majalah Ilmiah Inspiratif, Vol. 2 No 04 Juli 2017’, Majalah
Ilmiah Inspiratif, 2(4), pp. 1–10.

You might also like