You are on page 1of 11

PROLICIA (Program Literasi Menuju Demokrasi Berkeadaban): Optimalisasi Media

Literasi Berbasis Platform Digital Sebagai Upaya Pemuda Menguatkan Demokrasi 4.0

(Studi Kasus Di Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang)

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL

Constitusional Law Festival

“Semangat Pemuda Untuk Menguatkan Cita-Cita Demokrasi Indonesia”

Disusun Oleh:

NABILATUZ ZAHROK (220203110026 / Angkatan 2022)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Istilah demokrasi bukanlah hal yang asing untuk di dengar, namun sungguh rumit untuk
diperbincangkan. Selain dikarenakan Indonesia menganut sistem pemerintahan yang demokratis,
namun juga karena demokrasi di Indonesia telah menjadi suatu sikap dan pandangan hidup
bangsa di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk dengan memiliki keragaman suku,
budaya, agama, dan lain sebagainya. Pada dasarnya demokrasi merupakan sebuah system
kehidupan yang bukan hanya sebagai alat politik semata tetapi juga membentuk berbagai aspek
tata masyarakat lainnya sebagai pandangan hidup berupa nilai-nilai yang mengatur kehidupan
bersama
(Prameswari, 2019:16).

Istilah demokrasi sendiri sebagai paham kebebasan yang mendunia, telah merambah ke
berbagai pelosok lapisan kehidupan masyarakat namun tidak cukup banyak dipahami secara
matang. Dari keterbatasan pemahaman dan pengetahuan tentang demokrasi tersebut, ditambah
adanya perbedaan persepsi yang mendasar tentang demokrasi dalam mengimplementasikan,
sehingga demokrasi sering disalah artikan. Untuk menyikapi hal ini maka perlunya sebuah
kedewasaan dan kematangan dalam mengimlementasikan nilai-nilai budaya demokrasi. Tanpa
manusia-manusia yang memegang teguh nilai-nilai demokrasi, masyarakat yang demokratis
hanya akan merupakan impian belaka. Kehidupan masyarakat yang demokratis harus didasarkan
pada kesadaran warga bangsa atas ide dan cita-cita demokrasi yang melahirkan kesadaran dan
keyakinan bahwa hanya dalam masyarakat demokratislah dimungkinkan warga bangsa untuk
memaksimalkan kesejahteraan dan kebebasan.

Dalam perjalanannya, demokrasi di Indonesia tidak terlepas dari berbagai bentuk


rintangan yang tidak jarang menimbulkan sikap apatis bagi masyarakat luas. Apalagi saat ini
Indonesia telah memasuki era revolusi industri 4.0 dimana kemunculannya membawa dinamika
terhadap perubahan kehidupan masyarakat. Dengan adanya perkembangan pengetahuan,
perkembangan teknologi dan informasi sebagai bagian dari perkembangan dunia, perkembangan
kehidupan politik dan permasalahan nasinal sedikit banyak tentu mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Hal inilah yang secara umum menyebabkan munculnya beberapa
permasalahan kompleks berkaitan dengan adanya penyelenggaraan demokrasi
yang tidak dilaksanakan dengan baik dan adanya penyimpangan-penyimpangan
terhadap demokrasi yang mungkin terjadi. Seperti adanya permasalahan
mengenai data The Economist Intelligence Unit (EIU) pada tahun 2020
menunjukkan bahwasanya Indeks demokrasi Indonesia pada tahun tersebut
menduduki skor 6,3. (). Indeks skor ini menurun dari tahun sebelumnya yaitu
6,48, dimana skor tersebut merupakan angka terendah yang diperoleh indonesia
dalam kurun waktu 14 Tahun terakhir.

Keberadaan angka tersebut menunjukkan bahwasanya tren indeks


demokrasi Indonesia cenderung terus mengalami penurunan yang signifikan.
Survei Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial
(LP3ES) pada 2020 Sebagian besar responden melihat bahwa demokrasi di
Indonesia berada dalam situasi yang suram berupa kemunduran (44,7%),
stagnasi/kemandegan (23,7%) bahkan tak sedikit yang menilai kita telah berada
dalam otoriterisme (28,9%). Hanya 2,7% responden yang menilai demokrasi kita
mengalami kemajuan.11

Tren penurunan demokrasi ini juga berpengaruh langsung pada penerimaan


demokrasi pada kawula muda. Hal ini terlihat dengan adanya data Indikator
yang menunjukkan bahwasanya sebesar 36,7 persen kawula muda merasa
kurang puas atas praktik demokrasi dan 3,6 persen kawula muda merasa tidak
puas sama sekali. Lebih lanjut berkaitan dengan pelaksanaan demokrasi di
Indonesia, mereka yang menjawab bahwa Indonesia tetap sama keadaannya
(35.7%), berimbang dengan yang menjawab Indonesia menjadi kurang
demokratis (40%). Sedangkan yang menjawab Indonesia lebih demokratis hanya
15.5%. berkaitan dengan pembangunan demokrasi, kawula muda yang
menyatakan bahwa pembangunan demokrasi ini lebih penting/jauh lebih penting
hanya sebesar 12,4 persen.()
Terlebih permasalahan demokrasi di lingkungan universitas saat ini tengah
menjadi sorotan berkaitan dengan adanya salah satu unsur demokratisasi berupa
penyampaian kebebasan berpendapat (demonstrasi) banyak mengalami
pertentangan. Maka dari itu pembekalan mengenai demokrasi menjadi hal utama yang
harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan diluar
pembelajaran yang dilaksanakan dilingkungan universitas akan menjadi
pendorong pemaksimalan pelaksanaan demokrasi. Apabila orang yang berpendidikan faham
berdemokrasi di media, akan bisa membedakan mana berita baik dan buruk Ketika orang- orang
yang pendidikannya tidak terlalu tinggi, ia akan percaya kepada keseluruhan apa yang
disampaikan oleh pemberitaan di media. Seharusnya demokrasi dan media harus saling
bersinergi karena pemberitaan di media membawa dampak kepada masyarakat. Jika pemberitaan
di media tidak baik akan membawa dampak buruk kepada masyarakat. Ketika ada suatu
pemberitaan masyarakat akan langsung percaya dan mengungkitnya padahal bisa saja berita
palsu atau hoax.

1.2. Rumusan masalah


1. Bagaimana pemahaman dan pengetahuan mahasiswa UIN Malang terhadap demokrasi?
2. Bagaimana peran media literasi sebagai sarana menanggulangi tantangan demokrasi 4.0
di lingkungan kampus UIN Malang?
3. Bagaimana konsep “PROLICIA” (Program Literasi Menuju Demokrasi Berkeadaban):
Optimalisasi Media Literasi Berbasis Platform Digital Sebagai Upaya Pemuda
Menguatkan Demokrasi 4.0?
1.3. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui tentang pemahaman dan pengetahuan mahasiswa UIN Malang terkait
demokrasi.
2. Untuk mengetahui bagaimana peran media literasi sebagai sarana menanggulangi
tantangan demokrasi 4.0 di lingkungan kampus UIN Malang.
3. Untuk mengetahui cara mengoptimalisasikan media literasi melalui platfrom digital
“PROLICIA” (Program Literasi Menuju Demokrasi Berkeadaban) sebagai upaya pemuda
menguatkan demokrasi 4.0.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Manfaat bagi penulis, penelitian ini sangat berguna untuk meningkatkan pengetahuan
yang terkait dengan demokrasi yang ada di lingkungan kampus UIN Malang. Selain
itu, penulisan ini juga sebagai sarana aktualisasi penulis untuk mempraktekan teori
yang telah dipelajari.
2. Manfaat bagi pembaca, karya tulis ini diharapkan bisa menambah wawasan serta
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan maupun penelitian yang komprehensif
dalam mengetahui peranan media literasi dalam menanggulangi permasalahan
demokrasi.
3. Manfaat bagi pemerintah atau pihak terkait, karya tulis tersebut diharapkan dapat
menjadi pertimbangan dan tambahan informasi untuk melestarikan memberdayakan
masyarakat terutama mahasiswa pesisir terutama UMKM di Desa Kemantren
Kabupaten Lamongan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Demokrasi di Indonesia
2.1.1. Definisi Demokrasi

Secara etimologis demokrasi berasal dari bahasa yunani, “demos” berarti rakyat
dan “kratos/kratein” berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrasi berarti “rakyat
berkuasa” (government of rule by the people). Ada pula defenisi singkat untuk istilah
demokrasi yang diartikan sebagai pemerintaahn atau kekuasaan dari rakyat dan untuk
rakyat. Namun demikian penerapan demokrasi diberbagai Negara di dunia memiliki
ciri khas dan spesifikasi masing-masing yang lazimnya sangat dipengaruhi oleh ciri
maysarakat sebagai rakyat dalam suatu negara().
Demokrasi menurut Aristoteles mengemukakan ialah suatu kebebasan atau
prinsip demokrasi ialah kebebasan, karena hanya melalui kebebasanlah setiap
warga negara bisa saling berbagi kekuasaan didalam negaranya. Aristoteles pun
mengatakan apabila seseorang hidup tanpa kebebasan dalam memilih cara hidupnya,
maka sama saja seperti budak. Demokrasi menurut H. Harris Soche ialah suatu bentuk
pemerintahan rakyat, karenanya kekuasaan pemerintahan melekat pada rakyat juga
merupakan HAM bagi rakyat untuk mempertahankan, mengatur dan melindungi diri
dari setiap paksaan dalam suatu badan yang diserahkan untuk memerintah.
Demokrasi memberikan kebebasan pada setiap individu, tetapi bukan demokrasi tanpa
batas karena mereka harus menghormati kebebasan yang dimiliki individu lainnya.
Sejalan dengan pandangan kaum liberalisme, penganut demokrasi sangat yakin bahwa
manusia pada dasarnya adalah makhluk rasional. Meskipun diberikan kebebasan,
setiap orang pasti akan bersikap rasional. Maka dari itu, tiap individu dalam negara
demokrasi diyakini tidak akan melanggar kebebasan individu lainnya, berkompromi
sebelum bertindak, dan tidak saling menyerang. Pada akhirnya, kebebasan yang
dimiliki akan dipakai untuk mengembangkan potensi, kreativitas, dan sisi positif
lainnya dalam diri mereka sehingga akan memajukan negara tersebut.

2.1.2. Karakteristik Pemuda Demokrat

Karaktaeristik banyak memiliki makna, bahkan tidak hanya satu karena


karakteristik adalah sesuatu yang dimiliki oleh setiap individu, bisa dikatakan
sebagai ciri khas yang membedakan individu satu dengan individu yang lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa karakteristik adalah sifat-
sifat, watak dan kepribadian yang membuat satu individu berbeda dengan individu
yang lain. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa setiap individu memiliki kepribadian
yang berbeda Setiap manusia pasti memiliki karakteristiknya masing-masing, itulah
yang membedakan tiap individu.

Pemuda adalah individu yang mengalami perubahan baik secara fisik maupun
psikis. Definisi Pemuda Menurut RUU Kepemudaan bahwa pemuda ialah individu
yang telah memasuki umur 16 tahun sampai 35 tahun.Menurut Mulyana (2011)
pemuda adalah seseorang yang memiliki karakter dinamis, dan masih belum mampu
mengendalikan emosi. Menurut Koentjaraningrat  (1997) pemuda adalah sebuah fase
yang terdapat dalam siklus kehidupan manusia, dalam fase inilah pemuda akan
berkembang kearah yang lebih baik. Sedangkan pengertian demokrat sendiri menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu kelompok yang paham atau penganut
(pengikut) demokrasi.
Dengan demikian arti dari Karakteristik Pemuda Demokrat adalah bahwa
Pemuda Indonesia harus meiliki jiwa atau kerpribadian yang mencerminkan sikap
paham demokrasi sebagai generasi penerus bangsa dan negara.

2.2. Literasi media di era revolusi Industri 4.0

Era 4.0 adalah era revolusi industri dimana munculnya teknologi kecerdasan
buatan, kendaraan otonom dan internet dapat membantu pekerjaan manusia. Era 4.0. Di
era ini kemajuan teknologi membuat penyebaran informasi dapat dilakukan dengan
mudah dan cepat di media sosial. Dari data APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia) menyebutkan, bahwa pengguna internet pada tahun 2020 mencapai lebih dari
196 juta jiwa atau sekitar 72% dari total penduduk. Sedangkan, Pulau Jawa yang
merupakan konsentrasi penduduk Indonesia data pengguna internetnya melebihi setengah
pengguna internet di Indonesia, yaitu 55,7% (Kompas.id, 2021).

Saat ini, berkat berbagai aplikasi media sosial, sangat mudah untuk berbagi
informasi. Oleh karena itu, masyarakat lebih mudah menyampaikan keinginannya atau
menyampaikan pendapatnya secara terbuka. Adanya media sosial juga mempermudah
pemerintah dalam mengetahui suara rakyat dan mudah dalam menyampaikan
gagasannya. Namun, disisi lain. media pada era sekarang banyak menyajikan kebencian
diban- dingkan kebenaran. Sedangkan masyarakat mudah sekali menerima berita yang
tidak benar lalu dengan mudahnya menyebarkan berita tersebut Efek dari kejadian
tersebut banyak menimbulkan perpecahan antar bangsa. Maka dari itu, perlunya upaya
untuk mengatasi hal tersebut. Salah satunya dengan literasi, sebagai wujud pertahanan.
Literasi tersebut yang pertama adalah literasi baca dan tulis kanna ketika orang memiliki
kemauan membaca maka kemapuan untuk menganalisis suatu keadaan akan baik, serta
informasi yang didapat akan semakin banyak.

Berbicara mengenai literasi media, tidak terlepas dari pendidikan demokrasi


dalam masyarakat informasi, karena yang dapat menggunakan hal tersebut adalah
manusia/individu dalam masyarakat sebagai salah satu dari faktor Hak Asasi Manusia
(HAM). Selain itu, Melek media atau “media literacy” adalah sebuah alternatif yang
bertujuan untuk memberdayakan publik di tengah kepungan media. Konsep ini memiliki
tujuan untuk mendidik publik supaya mampu berinteraksi dan memanfaatkan media
secara cerdas dan kritis, sehingga publik tidak mudah dibodohi media dan tidak mudah
dieksploitasi media untuk kepentingan-kepentingan yang tidak berpihak pada kebutuhan
publik. Oleh karena itu sangat diperlukan literasi media dalam kehidupan demokrasi bagi
masyarakat informasi untuk dapat lebih cerdas, kritis, dan bijak dalam memilih dan
menentukan informasi sebagai sarana untuk berkomunikasi dan berinteraksi khususnya
dalam dunia maya.

2.3. Konsep optimalisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Optimalisasi adalah berasal dari kata
dasar optimal yang berarti terbaik, tertinggi, paling menguntungkan, menjadikan paling
baik, menjadikan paling tinggi, pengoptimalan proses, cara, perbuatan mengoptimalkan
(menjadikan paling baik, paling tinggi, dan sebagainya) sehingga optimalisasi adalah suatu
tindakan, proses, atau metodologi untuk membuat sesuatu (sebagai sebuah desain, sistem,
atau keputusan) menjadi lebih/sepenuhnya sempurna, fungsional, atau lebih efektif.

Mengoptimalkan berarti menjadikan paling baik atau paling tinggi. Sedangkan


optimalisasi adalah proses mengoptimalkan sesuatu, dengan kata lain proses menjadikan
sesuatu menjadi paling baik atau paling tinggi.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa optimalisasi adalah suatu


proses, melaksanakan program yang telah direncanakan dengan terencana guna mencapai
tujuan/target sehingga dapat meningkatkan kinerja secara optimal. Jadi, optimalisasi
maknanya langkah/metode untuk mengoptimalkan. Dalam hal penelitian ini tentu yang
dimaksud adalah sebuah upaya, langkah/ metode yang dipakai dalam rangka
mengoptimalkan sistem pembiayaan mudharabah di bank syariah BRI Syariah Pekanbaru.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Teknik Pengumpulan Data

Karya tulis ini menggunakan metode pengumpulan data primer studi kualitatif yaitu
kuisioner yang dibagikan kepada beberapa mahasiswa. Selain itu dalam proses analisis karya
juga menggunakan studi literatur, yaitu memperoleh informasi dan data kualitatif dengan
memperkaya bacaan dari berbagai literatur seperti buku, jurnal penelitian, buletin, makalah atau
rujukan dari peneliti sebelumnya dan sebagainya, yang dapat mendukung atau menjawab
masalah yang telah dirumuskan.

3.2. Teknik Pengolahan Data

Input Proses Output

Input : Data yang dikumpulkan berasal dari data primer yaitu melakukan penyebaran
kuisioner langsung kepada responden sejumlah 14 responden. Selain itu, data juga
berasal dari jurnal penelitian dan hasil survei baik cetak maupun elektronik (internet),
literatur buku maupun dari situs-situs koran online.
Proses : menganalisis data yang terkumpul yang berkaitan dengan permasalahan yang
diangkat dalam karya tulis.
Output: penyajian data berupa makalah karya tulis.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi kondisi mahasiswa demokrat uinma
4.2
Pada era ini, peran literasi digital dalam konteks media sosial menjadi lebih
sentral. Bila kontrol konten media sosial rasanya sulit dilakukan oleh pemilik media,
pemerintah, maupun kelompok lainnya, literasi digital adalah salah satu solusinya.
Dengan menggalakkan literasi digital, pengendalian diri terhadap penggunaan media
sosial dapat dilakukan secara optimal. Literasi digital bertujuan agar masyarakat
menguasai pemprosesan berbagai informasi di media sosial dengan lebih kritis dan tidak
mudah mengikuti arus tren informasi yang belum tentu valid.
Literasi digital yang memberi titik tekan pada kemampuan kritis individu dalam
menggunakan media digital, dalam hal ini juga termasuk media sosial, berpijak pada
pemprosesan informasi dan melibatkan kompetensi teknologi, kognitif, dan sosial. Hal
tersebut perlu dilakukan agar warganet lebih peka ketika menyaring informasi dan cakap
dalam membedakan informasi akurat dan tidak. Literasi digital dapat menjadi alternatif
cara yang efektif, dengan mengenalkan tanda-tanda berita palsu, prosedur verifikasi
informasi, hingga menindak lanjuti informasi yang kiranya masuk kategori hoax.
Strategi personal yang dapat dilakukan oleh mahasiswa UIN Malang untuk
meningkatkan literasi digital, pertama, mengembangkan kesadaran akurat akan paparan
informasi dengan memilah sumber yang kredibel. Kedua, terus memperkaya diri dengan
ilmu agar struktur pengetahuan yang kita bangun menjadi lebih kuat. Ketiga,
membandingkan informasi yang sama dari satu platform media ke media lainnya agar
bisa mendapatkan banyak sudut pandang, Keempat, berkaca pada opini pribadi, apakah
opini tersebut sudah cukup rasional dengan segala sumber informasi yang kita punya.
Terakhir, menumbuhkan budaya verifikasi dan aktif mengoreksi informasi palsu yang
beredar.
BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

You might also like