You are on page 1of 2

TEORI DASAR PERUBAHAN SOSIAL

1. Teori Evolusi (Evolutionary Theory)  

Auguste Comte sebagai tokoh teori evolusi sosiologi melihat masyarakat seperti bergerak maju
dalam pemikiran tersebut terdapat mitos ke metode ilmiah. Sementara itu dalam perkembangannya
Emile Durkheim dalam Schaefer (2012) bahwa masyarakat akan berkembang dari organisasi
sosial sederhana menuju bentuk lebih kompleks. Misalnya saja melihat Jakarta yang dalam sebelum
kemerdekaan sampai saat ini terdapat bangunan serta fasilitas yang berbeda. Perbedaan ini pula
dilakukan dalam upaya memenuhi keinginan dan kebutuhkan manusia yang terus menerus mengalami
perkembangan.

Teori ini terbagi atas teori evolusi unilinear dan multilinear. Teori evolusi unilinear beranggapan
bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap serta tahapan yang sama, dilalui oleh semua masyarakat
dan dimulai dari tahap perkembangan awal yang sederhana menuju ke tahap perkembangan terakhir
yang sempurna. Misalnya dalam perubahan sosial di masyarakat dapat melihat perkembangan
peradaban manusia yang bergerak secara primitif, tradisional, sampai modern. Dimana proses
perubahan terjadi dipengaruhi besar dengan keberadaan teknologi, artinya semakin ditemukan
teknologi yang canggih masyarakat mengalami kehidupan yang berubah.

Sementara itu, Menurut Herbert Spencer teori evolusi multilinear memandang bahwa
perubahan sosial yang memiliki arah tetap, namun nyatanya masing-masing masyarakat tidak harus
mengikuti tahapan yang sama. Misalnya dapat pula melihat kehidupan masyarakat perkotaan dimana
hampir semua masyarakat perkotaan dapat diklasifikasikan dalam masyarakat modern karena
industrialisasi berkembang. Akan tetapi, setiap masyarakat perkotaan tidak harus melalui urutan tahap
perkembangan yang sama untuk mencapai tingkat modern.Bisa saja masyarakat perekotaan melewati
jalur berbeda (jalur alternatif) menuju ke arah modern.

2. Teori Siklus (Cyclical Theory)

Tokoh teori siklus dalam perubahan sosial ini ialah Pitirim Sorokin.Teori siklus melihat
adanya sejumlah tahap yang harus dilalui oleh setiap masyarakat. Pada teori ini, proses perubahan
masyarakat tidak berakhir pada "tahap terakhir" yang sempurna, melainkan berakhir pada tahap
kehancuran, kemudian berputar kembali pada tahap awal untuk peralihan (perubahan).
Misalnya fenomena tren gaya rambut dan pakaian klasik yang kembali ngetren akhir-akhir ini di
masyarakat. Selain itu, semakin banyak pula komunitas pencinta motor klasik yang muncul. Inilah
bukti bahwa perubahan sosial itu bisa berulang.

3. Teori Fungsionalis (Functionalist Theory)

Tokoh teori fungsionalis perubahaan sosial ini ialah Talcott Parson. Teori fungsionalis
beranggapan bahwa setiap elemen masyarakat memberikan fungsi terhadap elemen masyarakat
lainnya. Perubahan yang muncul di suatu bagian masyarakat akan menimbulkan perubahan pada
bagian yang lain pula. Misalnya saja adalah adanya peristiwa lengsennya Soeharto sebagai presiden
yang menjabat selama 32 Tahun, tepatnya pada 2 Mei 1998, maka keseimbangan sosial di masyarakat
menjadi terganggu. Sehinga hal ini terjadi perubahan dalam sistem pemerintahan secara cepat, yang
tentu saja akan menganggu kesetabilan keamanan, ekonomi, dan juga kehidupan dalam berbangsa
dan bernegara.

4. Teori Konflik (Conflict Theory)

Menurut Karl Marx sebagai tokoh teori sosiologi klasik dalam konflik perubahan sosial,
pertentangan antarkelas sosial terjadi tanpa henti, kadang reda, kadang pecah pertempuran.
Pertempuran ini berakhir dengan tersusun ulangnya masyarakat yang semakin revolusioner atau
hancurnya salah satu kelas. Misalnya industrialisasi yang membedakan antara kelas pemilik modal
dan kelas buruh. Akibatnya, perubahan sosial dianggap dapat menghasilkan kesenjangan. Selain itu,
konflik juga dianggap sebagai cara untuk menghasilkan perubahan sosial.

You might also like