You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi Rata-rata usia 6

bulan. di negara berkembang, sekitar 10 juta bayi mengalami kematian, dan

sekitar 60% dari kematian tersebut seharusnya dapat ditekan salah satunya

adalah dengan menyusui, karena Air Susu Ibu (ASI) sudah terbukti dapat

meningkatkan status kesehatan bayi sehingga 1,3 juta bayi dapat

diselamatkan. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian, United

Nation Children Found (UNICEF) dan World Health Organization (WHO)

mengeluarkan rekomendasi tentang pemberian ASI eksklusif (bayi hanya

diberikan ASI tanpa cairan atau makanan lain, kecuali suplemen vitamin,

mineral, atau obat-obatan untuk keperluan medis) sampai bayi berusia 6

bulan, dan dilanjutkan pemberian ASI dua tahun pertama kehidupannya

(WHO, 2010).

Capaian Pemberian ASI ekskusif di Indonesia menurut Kementrian

Kesehatan (2016) belum mencapai angka yang diharapkan (80 %). Cakupan

ASI eksklusif masih rendah 39.5 % (SDKI 2002), 38 % (SDKI 2007), 42 %

(SDKI 2012), cakupan pemberian ASI 0-6 bulan 54,3 % (Pusdatin 2015) dan

pada 2016 cakupan pemberian ASI 0-6 bulan menurun menjadi 54,0% (Profil

kemenkes,2016). sedangkang Cakupan bayi dengan susu formula 27,9 %

(SDKI 2007) meningkat dari 16,7 % (SDKI 2000) dan meningkat lagi menjadi

31 % (SDKI 2012).

Rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia juga

mendapatkan perhatian dari pemerintah. Salah satunya adalah dengan


diterbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 33 Tahun 2012

tentang pemberian ASI eksklusif. pada pasal 6 yang berbunyi “Setiap Ibu

yang melahirkan Harus memberikan ASI eksklusif terhadap bayi yang

dilahirkannya”.(InfoDatin, 2015).

Sampai saat ini Indonesia termasuk kategori negara dengan (AKB)

yang tinggi, apabila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. AKB

Indonesia dua sampai lima kali lebih tinggi, padahal angka tersebut

merupakan salah satu parameter utama kesehatan anak. Menurut survei

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015 tercatat AKB sebesar 21

per 1000 kelahiran hidup. Pengembangan kesehatan dalam periode 2015-

2019 difokuskan pada empat program prioritas yaitu penurunan angka

kematian ibu dan bayi, penurunan prevalensi balita sakit dan pendek

(stunting), pengendalian penyakit menular dan penyakit tidak menular

(Kementrian Kesehatan RI, 2016).

Unicef menyatakan kematian anak Indonesia setiap tahunnya dapat

dicegah dengan melalui pemberian Air Susu Ibu (ASI) selama 6 bulan sejak

kelahiran bayi. Pemberian ASI dapat menurunkan resiko bayi mengidap

suatu penyakit dan pemberian ASI juga dapat menekan angka kematian bayi

hingga 13% dari pada bayi yang tidak mendapatkan ASI selama 6 bulan

sejak kelahiran . ASI mengandung zat gizi yang lengkap dalam jumlah yang

mencukupi kebutuhan bayi sampai dengan umur 6 bulan sehingga ASI

adalah makanan tunggal yang seharusnya diberikan kepada bayi umur 0-6

bulan. Mengingat pentingnya cara menyusui yang benar bagi tumbuh

kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka

perlu perhatian agar dapat terlaksana dengan baik. Faktor keberhasilan


dalam menyusui adalah menyusui secara dini dengan posisi yang benar,

teratur, eksklusif dan status gizi ibu saat menyusui. Oleh karena salah satu

yang perlu mendapat perhatian ialah bagaimana ibu dapat tetap memberikan

ASI kepada bayinya sampai minimal usia 6 bulan dan dapat dilanjutkna

sampai anak berusia 2 tahun (Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2011).

Mengingat pentingnya ASI Eksklusif bagi tumbuh kembang yang

optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian

agar pemberian ASI Eksklusif dapat terlaksana dengan terus menerus.

Salah satu faktor keberhasilan dalam menyusui adalah status gizi ibu selama

menyusui. Status gizi didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan

oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. status gizi

merupakan ekpresi dari keadaan tubuh yang dipengaruhi oleh zat-zat gizi

tertentu (Beck, 2009). Status gizi ibu yang baik akan sangat berpengaruh

terhadap pemberian ASI, hal ini dikarenakan, tubuh lbu memproduksi ASI

dengan membutuhkan nutrisi sangat banyak dan membutuhkan cadangan

lemak yang cukup, dengan status gizi yang kurang dikhawatirkan simpanan

lemak tubuh pada ibu sangat kurang sehingga dapat mempengaruhi

produksi ASI (Irawati, 2010).

Status gizi ibu menyusui akan mempengaruhi volume dan komposisi

ASI, sehingga dibutuhkan gizi yang seimbang agar kebutuhan ibu dan

bayinya dapat terpenuhi dengan baik. Bila ibu menyusui memiliki pekerjaan,

maka sebaiknya ASI tetap diberikan. Data Dinas Kesehatan Kabupaten

Kudus (2015) menunjukan jumlah bayi usia dibawah dua tahun (Baduta)

yang memiliki status gizi BGM (Bawah Garis Merah) sebanyak 352 (1,2%)

hal ini menunjukan bahwa pemberian ASI Eksklusif dari usia 0-6 bulan
dilanjutakan sampai 2 tahun sangat berpengaruh terhadap status gizi bayi.

Capaian pemberian ASI Eksklusif di wilayah Gribig kabupaten Kudus masih

rendah yaitu 18,3 %.

Studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 05 November

2017 dengan metode wawancara pada 10 ibu di desa Gribig didapatkan

hasil ada sebanyak 6 ibu yang memiliki status gizi baik munyatakan

menyusui bayinya sampai usia 6 bulan, sedangkan 4 ibu yang yang status

gizinya kurang (kurus) tidak menyusui bayinya sampai 6 bulan karena

produksi ASI kurang sehingga dibantu dengan susu Formula.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Status Gizi Ibu dengan Status Gizi Bayi

usia 3-6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif di Desa Gribig Kabupaten

Kudus”.

B. Rumusan Masalah

Status gizi ibu selama menyusui berhubungan dengan keberhasilan

menyusui. Ibu yang memiliki status gizi baik selama menyusui memiliki

cadangan lemak yang banyak dalam tubuhnya (fat deposit) yang cukup

untuk menyusui bayinya sampai 3-6 bulan, Sebaliknya, ibu yang status

gizinya kurang, memungkinkan cadangan lemak tubuhnya tidak cukup untuk

menyusui bayinya 3-6 bulan.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Status Gizi Ibu dengan Status Gizi Bayi

usia 3-6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif di Desa Gribig Kabupaten

Kudus”.
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Status Gizi Ibu dengan Status Gizi Bayi

usia 3-6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif di Desa Gribig Kabupaten

Kudus

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui status gizi ibu menyusui di desa Gribig Kabupaten

kudus

b. Untuk mengetahui status gizi bayi yang diberikan ASI oleh ibu di desa

Gribig Kabupaten kudus

c. Untuk menganalisis pola hubungan status gizi ibu menyusui dengan

status gizi bayi yang mendapatkan ASI eksklusif didesa Gribig

Kabupaten kudus

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi tenaga kesehatan

Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan dalam

memberikan asuhan keperawatan pada ibu menyusui yang hubungannya

dengan status gizi dan pemberian ASI Eksklusif pada bayinya.

2. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bacaan atau

literatur khusunya mahasiswa STIKES tentang Hubungan Status Gizi Ibu

dengan Status Gizi Bayi usia 3-6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif di

Desa Gribig Kabupaten Kudus


3. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan

tentang Hubungan Status Gizi Ibu dengan Status Gizi Bayi usia 3-6 bulan

yang mendapat ASI Eksklusif dan juga sebagai penerapan atas ilmu yang

telah didapat selama dibangku perkuliahan.

4. Masyarakat

Khususnya ibu menyusui materi dapat dijadikan sebagai bahan bacaan

dan dapat menambah wawasan tentang Hubungan Status Gizi Ibu

dengan Status Gizi Bayi usia 3-6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif dan

ibu mampu menerapkan semua anjuran petugas kesehatan pentingnya

memberikan ASI Eksklusif pada bayi di awal kehidupannya. Karena ASI

memiliki banyak manfaat baik untuk ibu maupun untuk bayi, sehingga

dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian pada bayi dan ibu nifas.

E. Keaslian Penelitian

No Judul Penyusun Metode Hasil Perbedaan


1 Hubungan tingkat Robiatul Analitik Ada hubungan Variabel independen
pengetahuan ibu ainiyah Kolerasi tingkat tingkat pengetahuan
dengan pemberian (2010) pengetahuan ibu
ASI eksklusif di ibu dengan
desa payang pemberian
ASI eksklusif
di desa
payang

2 Gizi pada Ibu David H. Deskriptif pada ibu gizi ibu selama hamil
hamil dan Simanjuntak dengan gizi
Menyusui dan Etti yang baik
Sudaryati selama hamil
(2007) asi yang
diberikan
sangat
maksimal
F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Waktu

Proposal penelitian ini dikerjakan mulai bulan November 2017 Sampai

Januari 2018

2. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di desa Gribig kabupaten Kudus

3. Ruang Lingkup materi

Penelitian ini akan membahas dan meneliti tentang Adakah Hubungan

Status Gizi Ibu dengan Status Gizi Bayi usia 3-6 bulan yang mendapat

ASI Eksklusif di Desa Gribig Kabupaten Kudus.

You might also like