Resume Stroke

You might also like

You are on page 1of 16

RESUME

ASUHAN KEPERAWATAN STROKE

KMB III

Dosen Pengampu : Tri Suwarto, S.Kep, Ns,M.Kep.

Oleh kelompok 1

1. Kholifah (142022030301)
2. Shara Yusdiana Dewi Warsini(142022030304)
3. Alfiatur rohmah (142022030307)
4. Sartika Catur (142022030310)
5. Muslimah (142022030313)
6. Eka Nur (142022030316)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAMOTAN

2022
A. Pengertian
Stroke adalah kelainan serebrovaskuler dengan gejala-gejala deficit neurologis fokal
atau global akut yang terjadi dalam 24 jam atau lebih diakibatkan oleh penyakit pembulh
darah otak dan bukan akibat penyebab lain (WHO,1976)
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan deficit neurologis
mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak(Mansjor,2007)

Stroke adalah gangguan peredaran daah cerebral yang disebabkan oleh berbagai factor
dan berakibat adanya gangguan neuologis.
Klasifikasi stroke berdasarkan patologis:
1. Stroke hemoragi
Stroke yang terjadi karen apembuluh darah diotak pecah sehingga timbul iskemik
Dan hipoksia dihilir penyebabnya antara lain hipertensi,pecahnya aneurosmia
malformasi arteri venosa
2. Stroke non hemoragi
Stroke yang disebabkan embolus dan trombus

B. Etiologi
Menurut Arif, 2010
1. Thrombosis ini terjadi pada cerebral pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan udema dan
kongesti disekitarnya, thrombosis biasa terjadi saat sedang tidur atau bangun tidur,
hal ini terjadi karena penurunan aktivitas saraf simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat menyebabkan iskemia, beberapa keadaan yang dapat menyebabkan
thrombosis:
a. Aterosklerosis
Penebalan da pengerasan arteri serta berkurangnya kelenturan/ elastisitas
pembuluh darah
b. Hyperkoagulan
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas dapat melambatkan aliran darah
cerebral
c. Arteritis
Radang pada arteri
d. Emboli
Penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah
Thrombosis ini terjadi
2. Haemoraghia
Perdarahan intracranial perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan
hipertensi .akibat pecahnya pembuluh darah otak yang menyebabkan perembesan
darah kedalam parenkim otak dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan
pemisahan jaringan otak sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan,
sehingga terjadi infark otak, udem
3. Hipoksia umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia adalah:
 Hipertensi
 Cardiac
 Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia setempat
Beberapa penyebab yg berhubungan dengan hipoksia setempat;
 Spasme arteri cerebral
 Vasokontriksi arteri otak isertai sakit kepala migraine

Fakto resiko yang dapat dikontrol

1. Merokok
2. Hipertensi
3. DM
4. Hiperkolesterolemia
5. Atrial fibrilasi
6. Obesitas
7. Aktivitas fisik

C. Patofisiologi
Seiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak yang
mneyebabkan keadaan hipoksia, hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan
iskemia otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat kuramg dari 10-15 menit
dapat menyebabkan deficit sementara dan bukan deficit permanen, sedangkan isekemik
yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan
mengakibatkan infark pada otak.
Setiap deficit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana yang terkena,
daerah otak yang terkena akan menggambarkan pembuluh darah otak yang terkena.
Pembuluh darah yang sering mengalami iskemik adalah arteri cerebral tengan dan arteri
karotis interna. Defisit fokal permanen dapat diketahui jika klien pertama kali mengalami
iskemik total otak yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ketiap bagian otak terhambat karena trombus atau emboli, maka
mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak, kekurangan oksigen dalam satu
menit dapat menunjukkan gejala yang dapat pulih seperti kehilamngan kesadaran.
Sedangkan kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis
mikroskopis saraf. Area yang mengalami nekrosis disebut infark
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada metabolisme, sel
sel neuron, dimana sel neuron tidak mampu menympan glikogen sehingga kebutuhan
metabolisme terganggu dari glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri menuju ke
otak.
Perdarahan intracranial termask perdarahan kedalam sub arahnois atau kedalam
jaringan otak sendiri.Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan dan degenerative
pembuluh darah yang menyebabkan rupturnya arteri sehingg perdarahan menyebar
dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi pada pembuluh darah
otak
Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombus oleh fibrin trombosit dan
oleh tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai direabsorbsi, rupture ulangan
merupakan resiko serius yng terjadi 7-10 hari setelah perdarahan perama, rupture ini
mengakibatkan terhentinya aliran darah kebagian trtentu menimbulkan gagar otak dan
kehilangan kesadaran, meningkatkan tekanan cairan serebrospinal. Dan menyebabkan
gesekan otak.
Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi hemodialisis, darah dapat
mengiritasi pembuluh darah, meningen dan otak. Darah dan vasoaktif yang dilepas
mendrong spasme arteri yang berakibat menurunnya perfusi serebral.Vasospasme
merupakan komplikasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan vocal neurologis,
iskemik otak dan infark.(baticaca,2008)
D. Manifestasi klinis
Stroke menyebabkan deficit neurologi, bergantung pada lokasi lesi .stroke akan
meninggalkan gejala sisa karena tidak akan sembuh sepenuhnya diantaranya:
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh/ hemiplagia
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah/bell,s palsy
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang/ homonimus hemianopsi
6. Gangguan bahasa
7. Gangguan persepsi
8. Gangguan satatus mental

 Gejala klinis stroke hemorogik


a. Deficit neurologis mendadak
b. Kadang tidak terjadi penurunan kesadaran
c. Terjadi terutama pada usia lebih 50 tahun
d. Gejala neurologis yang timbul tergantung berat dan ringannya
 Gejala klinis pada stroke akut
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan
b. Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan
c. Mulut mencong atasu tidak simetris
d. Gangguan pemnglihatan
e. Bicara pelo
f. Gangguan daya ingat
g. Mual dan muntah
h. Nyeri kepala hebat
i. Gangguan fungsi otak
E. Pengkajian – evaluasi
Menurut Tarwoto (2013) pengkajian keperawatan pada pasien stroke meliputi :
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis.
b. Keluhan utama
Keluhan yang didapatkan biasanya gangguan motorik kelemahan anggota gerak
sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi, nyeri kepala,
gangguan sensorik, kejang, penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke infark biasanya didahului dengan serangan awal yang tidak
disadari oleh pasien, biasanya ditemukan gejala awal sering kesemutan, rasa
lemah pada salah satu anggota gerak. Pada serangan stroke hemoragik seringkali
berlangsung sangat mendadak, pada saat pasien melakukan aktifitas. Biasanya
terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping
gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
mellitus.
f. Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga
faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran pasien dan
keluarga
g. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran Biasanya pada pasien stroke mengalami tingkat kesadaran
samnolen, apatis, sopor, soporos coma, hingga coma dengan GCS < 12 pada
awal terserang stroke. Sedangkan pada saat pemulihan biasanya memiliki
tingkat kesadaran letargi dan compos metis dengan GCS 13-15 2

2) Tanda-tanda Vital
a) Tekanan darah Biasanya pasien dengan stroke hemoragik memiliki
riwayat tekanan darah tinggi dengan tekanan systole > 140 dan diastole >
80
b) Nadi Biasanya nadi normal
c) Pernafasan Biasanya pasien stroke hemoragik mengalami gangguan pada
bersihan jalan napas
d) Suhu Biasanya tidak ada masalah suhu pada pasien dengan stroke
hemoragik
3) Rambut
Biasanya tidak ditemukan masalah
4) Wajah
Biasanya simetris, wajah pucat. Pada pemeriksaan Nervus V (Trigeminal) :
biasanya pasien bisa menyebutkan lokasi usapan dan pada pasien koma,
ketika diusap kornea mata dengan kapas halus, klien akan menutup kelopak
mata. Sedangkan pada Nervus VII (facialis) : biasanya alis mata simetris,
dapat mengangkat alis, mengernyitkan dahi, mengernyitkan hidung,
menggembungkan pipi, saat pasien menggembungkan pipi tidak simetris kiri
dan kanan tergantung lokasi lemah dan saat diminta mengunyah pasien
kesulitan untuk mengunyah.
5) Mata
Biasanya konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, kelopak
mata tidak oedema. Pada pemeriksaan nervus II (optikus) : biasanya luas
pandang baik 90°, visus 6/6. Pada nervus III (okulomotoris) : biasanya
diameter pupil 2mm/2mm, pupil kadang isokor dan anisokor, palpebra dan
reflek kedip dapat dinilai jika pasien bisa membuka mata . Nervus IV
(troklearis) : biasanya pasien dapat mengikuti arah tangan perawat ke atas
dan bawah. Nervus VI (abdusen) : biasanya hasil nya pasien dapat mengikuti
arah tangan perawat ke kiri dan kanan
6) Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen, tidak ada pernapasan
cuping hidung. Pada pemeriksan nervus I (olfaktorius) : kadang ada yang
bisa menyebutkan bau yang diberikan perawat namun ada juga yang tidak,
dan biasanya ketajaman penciuman antara kiri dan kanan berbeda dan pada
nervus VIII (akustikus) : biasanya pada pasien yang tidak lemah anggota
gerak atas, dapat melakukan keseimbangan gerak tangan-hidung
7) Mulut dan gigi
Biasanya pada pasien apatis, sopor, soporos coma hingga coma akan
mengalami masalah bau mulut, gigi kotor, mukosa bibir kering. Pada
pemeriksaan nervus VII (facialis) : biasanya lidah dapat mendorong pipi kiri
dan kanan, bibir simetris, dan dapat menyebutkan rasa manis dan asin. Pada
nervus IX (glossofaringeal) : biasanya ovule yang terangkat tidak simetris,
mencong kearah bagian tubuh yang lemah dan pasien dapat merasakan rasa
asam dan pahit. Pada nervus XII (hipoglasus) : biasanya pasien dapat
menjulurkan lidah dan dapat dipencongkan ke kiri dan kanan namun
artikulasi kurang jelas saat bicara
8) Telinga
Biasanya sejajar daun telinga kiri dan kanan. Pada pemeriksaan nervus VIII
(akustikus) : biasanya pasien kurang bisa mendengarkan gesekan jari dari
perawat tergantung dimana lokasi kelemahan dan pasien hanya dapat
mendengar jika suara keras dan dengan artikulasi yang jelas
9) Leher
Pada pemeriksaan nervus X (vagus) : biasanya pasien stroke hemragik
mengalami gangguan menelan. Pada peemeriksaan kaku kuduku biasanya (+)
dan bludzensky 1 (+)
10) Thorak
a) Paru-paru
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
Palpasi : biasanya fremitus sam aantara kiri dan kanan
Perkusi : biasanya bunyi normal (sonor)
Auskultasi: biasanya suara normal (vesikuler)
b) Jantung
Isnpeksi : biasanya iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : biasanya ictus cordis teraba
Perkusi : biasanya batas jantung normal
Auskultasi: biasanya suara vesikuler
11) Abdomen
Inspeksi : biasanya simetris, tidak ada asites
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi: biasanya biasanya bising usus pasien tidak terdengar. Pada
pemeriksaan reflek dinding perut, pada saat perut pasien digores biasanya
pasien tidak merasakan apa-apa.
12) Ekstremitas
a) Atas
Biasanya terpasang infuse bagian dextra / sinistra. CRT biasanya normal
yaitu < 2 detik.Pada pemeriksaan nervus XI (aksesorius) : biasanya
pasien stroke hemoragik tidak dapat melawan tahanan pada bahu yang
diberikan perawat. Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat siku diketuk
tidak ada respon apa-apa dari siku, tidak fleksi maupun ekstensi (reflek
bicep (-)) dan pada pemeriksaan tricep respon tidak ada fleksi dan
supinasi (reflek bicep (-)). Sedangkan pada pemeriksaan reflek hoffman
tromer biasanya jari tidak mengembang ketika diberi reflek (reflek
Hoffman tromer (+)).
b) Bawah
Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat pemeriksaan bluedzensky I kaki
kiri pasien fleksi ( bluedzensky (+)). Pada saat telapak kaki digores
biasanya jari tidak mengembang (reflek babinsky (+)). Pada saat dorsum
pedis digores biasanya jari kaki juga tidak beresponn (reflek caddok (+)).
Pada saat tulang kering digurut dari atas ke bawah biasanya tidak ada
respon fleksi atau ekstensi (reflek openheim (+)) dan pada saat betis
diremas dengan kuat biasanya pasien tidak merasakan apa-apa (reflek
gordon (+)). Pada saat dilakukan reflek patella biasanya femur tidak
bereaksi saat di ketukkan (reflek patella Debora, 2013

j. Test diagnostik
1) Radiologi
a) Angiografi
serebri Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik
sperti stroke perdarahan arteriovena atau adanya ruptur. Biasanya
pada stroke perdarahan akan ditemukan adanya aneurisma
b) Lumbal pungsi
Biasanya pada pasien stroke hemoragik, saat pemeriksaan cairan
lumbal maka terdapat tekanan yang meningkat disertai bercak darah.
Hal itu akan menunjukkkan adanya hemoragik pada subarachnoid
atau pada intrakranial
c) CT-Scan
Memperhatikan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara
pasti. Hasil pemerksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang
masuk ke ventrikel atau menyebar ke permukaan otak
d) Macnetic Resonance Imaging (MRI)
Menentukan posisi serta besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan
infark akibat dari heemoragik
e) USG Doppler Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena
(masalah sistem karotis)
f) EEG Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul
dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls
listrik dalam jaringan otak.
2) Laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap
seperti Hb, Leukosit, Trombosit, Eritrosit. Hal ini berguna untuk
mengetahui apakah pasien menderita anemia. Sedangkan leukosit
untuk melihat sistem imun pasien. Bila kadar leukosit diatas normal,
berarti ada penyakit infeksi yang sedang menyerang pasien.
b) Test darah koagulasi
Test darah ini terdiri dari 4 pemeriksaan, yaitu: prothrombin time,
partial thromboplastin (PTT), International Normalized Ratio (INR)
dan agregasi trombosit. Keempat test ini gunanya mengukur
seberapa cepat darah pasien menggumpal. Gangguan penggumpalan
bisa menyebabkan perdarahan atau pembekuan darah. Jika pasien
sebelumnya sudah menerima obat pengencer darah seperti warfarin,
INR digunakan untuk mengecek apakah obat itu diberikan dalam
dosis yang benar. Begitu pun bila sebelumnya sudah diobati heparin,
PTT bermanfaat untuk melihat dosis yang diberikan benar atau
tidak.
c) Test kimia darah
Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah, kolesterol, asam
urat, dll. Apabila kadar gula darah atau kolesterol berlebih, bisa
menjadi pertanda pasien sudah menderita diabetes dan jantung.
Kedua penyakit ini termasuk ke dalam salah satu pemicu stroke
(Robinson, 2014)
k. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola kebiasaan
Biasanya pada pasien yang pria, adanya kebiasaan merokok dan
penggunaan minumana beralkhohol
2) Pola makan
Biasanya terjadi gangguan nutrisi karena adanya gangguan menelan
pada pasien stroke hemoragik sehingga menyebabkan penurunan berat
badan.
3) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pasien mengalami kesukaran untuk istirahat karena adanya
kejang otot/ nyeri otot
4) Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pasien tidak dapat beraktifitas karena mengalami kelemahan,
kehilangan sensori , hemiplegi atau kelumpuhan
5) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urin dan pada pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus
6) Pola hubungan dan peran Biasanya adanya perubahan hubungan dan
peran karena pasien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat
gangguan bicara
7) Pola persepsi dan konsep diri Biasanya pasien merasa tidak berdaya,
tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif (Batticaca, 2008)

2. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul menurut NANDA (2010) dan


Tarwoto: Asuhan Keperawatan Sistem Persarafan (2013)
a) Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan
napas, reflek batuk yang tidak adekuat
b) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan infark
jaringan otak, vasospasme serebral, edema serebral
c) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,
kelemahan anggota gerak
d) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)
3. Intervensi
a) Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan
napas, reflek batuk yang tidak adekuat
NOC: Status pernafasan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan bersihan jalan menjadi
efektif dengan kriteria hasil :
 Frekuensi pernafasan normal (16-25x/menit)
 Irama pernafasan teratur
 Kemampuan untuk mengeluarkan sekret
 Ttv dalam batas normal

NIC :Manajemen jalan nafas

 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi


 Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien untuk memasukkan alat
membuka jalan nafas
 Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau
menyedot lender
 Instruksikan bagaimana agar bias melakukan batuk efektif
 Auskultasi suara nafas
 Posisikan untuk meringankan sesak nafas

b) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan infark


jaringan otak, vasospasme serebral, edema serebral
NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi jaringan
serebral pasien menjadi efektif dengan kriteria hasil :
 Tanda-tanda vital normal
 Status sirkulasi lancer
 Pasien mengatakan nyaman dan tidak sakit kepala
 Peningkatan kerja pupil
 Kemampuan komunikasi baik

NIC: .

 Kaji status neurologic setiap jam


 Kaji tingkat kesadaran dengan GCS
 Kaji pupil, ukuran, respon terhadap cahaya, gerakan mata
 Kaji reflek kornea
 Evaluasi keadaan motorik dan sensori pasien
 Monitor tanda vital setiap 1 jam
 Hitung irama denyut nadi, auskultasi adanya murmur
 Pertahankan pasien bedrest, beri lingkungan tenang,
c) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,
kelemahan anggota gerak
NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan mobilitas fisik
tidak terganggu kriteria hasil :
 Peningkatan aktifitas fisik
 Tidak ada kontraktur otot
 Tidak ada ankilosis pada sendi
 Tidak terjadi penyusutan otot

NIC:

 Kaji kemampuan motorik


 Ajarkan pasien untuk melakukan ROM minimal 4x perhari bila
mungkin 3
 Bila pasien di tempat tidur, lakukan tindakan untuk meluruskan postur
tubuh a. Gunakan papan kaki
b. Ubah posisi sendi bahu tiap 2-4 jam
c. Sanggah tangan dan pergelangan pada kelurusan alamiah
 Observasi daerah yang tertekan, termasuk warna, edema atau tanda lain
gangguan sirkulasi
 Inspeksi kulit terutama pada daerah tertekan, beri bantalan lunak
 Lakukan massage pada daerah tertekan
 Konsultasikan dengan ahli fisioterapi
 Kolaborasi stimulasi elektrik
 Kolaborasi dalam penggunaan tempat tidur anti dekubitus
d) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)
NOC:Managemen nyeri
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri teratasi
dengan kriteria hasil:
 Klien tampak tidak meringis lagi
 Skala nyeri pasien berkurang
 TTV dalam batas normal
 Konsentrasi pasien baik

NIC: managemen nyeri

 Kaji skala, frekuensi, lokasi nyeri


 Berikan posisi semi fowler/ sesuai kenyamanan
 Ajarkan distraksi relaksasi
 Ajarkan kompres dengan es dan massage es
 Berikan lungkungan yang nyaman
 Kolaborasi pemberian analgetik
4. Implementas
Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan adalah tahap ketika
perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Asmadi, 2008). Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan
d. Tanda tangan perawat pelaksana
5. Evaluasi
Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir
keperawatan yang didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan.
Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan
perilaku dan kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi ada
individu (Nursalam, 2008). Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk
pendekatan SOAP. Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen yaitu:
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Evaluasi keperawatan
F. Pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan persiapan sebelum dan sesudah
1. Angiografi cerebral
Membantu menunjukkan penyebab stroke secara spesifik, misalnya pertahanan atau
sumbatan arteri
2. Skan tomografi
Mengetahui adanya tekanan normal adanya thrombosis, emboli dan TIK
3. Magnetik resonance imaging/MRI
Menunjukkan daerah infark, perdarahan malformasi arteriovena
4. Usg
Mengidentifikasi penyakit arteriovena
5. EEG
Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari
massa yang meluas
7. Pemeriksan laboratorium
Pemeriksaan laborat dilakukan dengan memeriksa darah rutin, gula darah, urin rutin,
AGD elektrolit, biokimia darah(batticaca,2008)

Penatalaksanaan medic meliputi:

a. Non pembedahan
1) Terapi antikoagulan, kontraindikasi pemberian terapi antikoagulan pada klien
dengan riwayat ulkus, uremia, kegagalan hepar, sodium heparin diberikan
secara sub kutan
2) Pheynitoin dapat digunakan untuk mencegah kejang
3) Enteris
4) Amicar
5) Nimodipine dapat diberikan untuk mengatasi vasospasme pembuluh darah

b. Pembedahan
1) Carotid endarteretomi untuk mengangkat plaque atherosclerosis
2) Superior temporal arteri middle serebra arteri anatomisis dengan melalui
daerah yang tersumbat dan menetapkan kembali aliran darah pada daerah yang
dipengaruhi
G. Pencegahan primer, sekunder tersier
H. Evidence based nursing

You might also like