You are on page 1of 31

 

REFERAT

ASMA BRONKIAL

Pembimbing:

dr Benyamin Paulus Oktavianus Sp, P

Disusun oleh:

Yolanda Phingkasari Suhendra (112021035)

KEPANITERAAN
KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA PERIODE 13 SEPTEMBER- 20


NOVEMBER 2021

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG 2021


 

LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul :

Asma Bronkial

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik 

Ilmu Penyakit Dalam RSUD Cengkareng periode

13 September 2021 – 20 November 2021

Disusun oleh:

Yolanda Phingkasari Suhendra 11201035

Telah diterima dan disetujui oleh dr. Benyamin Paulus Oktavianus Sp, P

Selaku dokter pembimbing Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUD Cengkareng

Jakarta, 2 November 2021


Pembimbing

  dr. Benyamin Paulus Oktavianus Sp,P


 

BAB 1

Pendahuluan

Gangguan pada paru dapat diakibatkan oleh banyak hal yang mendasari sehingga
dapat menyebabkan rusaknya sistem pernafasan pada manusia. Salah satu penyakit paru yang
sering dijumpai adalah asma. Asma merupakan kondisi jangka panjang yang mempengaruhi
anak-anak maupun orang dewasa. Asma disebabkan oleh peyempitan atau pembengkakan
saluran yang membawa udara ke paru-paru. Sehingga, hal ini menyebabkan batuk, sesak 
nafas, nafas pendek dan mengi. Pemicu asma pada setiap orang berbeda-beda, dan serangan
yang
yang diak
diakib
ibat
atka
kan
n pu
pun
n da
dapa
patt terj
terjad
adii mula
mulaii da
dari
ri ri
ring
ngan
an samp
sampai
ai be
bera
ratt atau
ataupu
pun
n samp
sampai
ai
mengakibatkan kematian. Namun ada beberapa faktor yang dapat mencetuskan timbulnya
 penyakit ini, yaitu olahraga, infeksi aluran nafas, alergen (serbuk sari, debu), iritan (asap
 polusi,asap rokok). 1

Menurut WHO asma mempengaruhi sekitar 262 juta orang pada tahun 2019 dan

menyeba
menyebabkan
bkan 461.000
461.000 kemati
kematian.
an. Sumber
Sumber lai
lain
n menyebu
menyebutkan
tkan bahwa
bahwa pasien
pasien asma
asma sudah
sudah
mencapai300 juta orang di seluruh dunia dan terus meningkat selama 20 tahun belakangan
ini.
ini. Apabi
Apabila
lati
tidak
dak diceg
dicegah
ah dan di
dita
tanga
ngani
ni dengan
dengan baik,
baik, maka
maka diperk
diperkir
iraka
akan
n ak
akan
an terja
terjadi
di
prev alensi yang lebih tinggi lagi pada masa akan datang. 2,3
 peningkatan prevalensi

Asma dapat diderita seumur hidup sebagaimana penyakit alergi lainnya, dan tidak dapat
di
disem
sembuh
buhka
kan
n secara
secara to
tota
tal.
l. Upaya
Upaya terba
terbaik
ik yang
yang dapat
dapat dilak
dilakuka
ukan
n untuk
untuk mena
menangg
nggul
ulang
angii
 permasalahan asma hingga saat ini masih berupa upaya penurunan frekuensi dan derajat
serangan, sedangkan penatalaksanaan utama adalah menghindari faktor penyebab.4

BAB II

Tinjauan Pustaka

Definisi
 

Asma adalah penyakit radang kronis pada saluran pernafasan. Peradangan kronis
dikaitkan
dikaitkan dengan hiperresponsivitas
hiperresponsivitas jalan napas (adanya penyempitan jalan napas berlebihan
yang disebabkan oleh pemicu spesifik seperti virus, alergen, dan olahraga) yang mengarah
 pada episode berulang berupa mengi, sesak napas, nyeri dada dan/atau batuk yang dapat
 bervariasi dari waktu ke waktu dan intensif. 5  Sedangkan definisi lain menurut WHO pada

ta
tahu
hun
n 2020
2020 yayait
itu,
u, asma
asma meru
merupa
paka
kan
n ko
kond
ndis
isii dima
dimana
na terj
terjad
adin
inya
ya pe
pemb
mben
engk
gkak
akan
an atau
atau
 penyempitan saluran nafas
n afas yang menyebabkan k
kesulitan
esulitan bernapas sporadis
s poradis dan sering dimulai
 pada masa kanak-kanak, walaupun juga dapat berkembang pada orang dewasa, dan
mempengaruhi orang-orang dari segala usia. 2

Gambar 1: Mekanisme Dasar Kelainan Asma6

Pasien asma memiliki pola inflamasi saluran napas yang khas, ditandai oleh sel mast
 bergranulasi, infiltrasi eosinofil dan peningkatan jumlah sel T helper- 2 yang teraktivasi.
teraktiv asi.
Pola inflamasi khas inilah yang mendasari gambaran klinis pasien asma termasuk mengi

inte
interm
rmite
iten,
n, se
sesak
sak napas
napas,, batuk
batuk dan rasa
rasa berat
berat di dada.
dada. Peni
Peningk
ngkat
atan
an berbag
berbagai
ai medi
mediat
ator 
or 
inflamasi diantaranya mediator lipid, sitokin atau kemokin dan growth factor yang berasal
dari struktur sel saluran napas antara lain sel otot polos saluran napas, sel epitel, sel endotel
dan
dan fi
fibro
brobla
blass ditem
ditemuka
ukan
n pada
pada pasie
pasien
n asma.
asma. Sel
Sel epite
epitell didug
didugaa berper
berperan
an pe
penti
nting
ng karen
karenaa
mengalami aktivasi oleh sinyal lingkungan dan melepaskan berbagai protein inflamasi yang
di
diat
atur
ur oleh
oleh menin
meningka
gkatny
tnyaa tr
trans
anskri
kripsi
psi ge
gen
n yang
yang diken
dikendal
dalik
ikan
an oleh
oleh faktor
faktor tr
trans
anskri
kripsi
psi
 proinflamasi misalnya nuclear factor-kB (NF-Kb) dan activator protein-1 (AP-1) yang
teraktivasi pada saluran napas pasien asma.7

Epidmiologi
 

Asma merupakan
merupakan masalah kesehatan dunia. Diperkirakan
Diperkirakan sebanyak 300 juta
orang menderita asma, dengan prevalensi sebesar 1- 18 %, bervariasi pada berbagai negara.
Kejadi
Kejadian
an asma
asma dipengar
dipengaruhi
uhi factor
factor genetik,
genetik, lingkun
lingkungan,
gan, umur dan gender
gender dan terdapa
terdapatt
kecenderungan peningkatan insidensinya terutama didaerah perkotaan dan industri akibat
adanya polusi udara. Di Indonesia, prevalensi asma belum diketahui secara pasti, namun

di
diper
perkir
kirak
akan
an 5-7%
5-7% pendu
penduduk
duk Indon
Indonesi
esiaa mende
menderi
rita
ta asma.
asma. Sedan
Sedangka
gkann menur
menurutut Bada
Badann
Kesehatan
Kesehat an Dunia (WHO), jumlah penderita asma pada tahun 2019 adalah 262 juta orang dan
diprediksi akan terus meningkat. Sedangkan jumlah kematian yang diakibatkan oleh asma
mencapai 461.000 orang.2,5

Etiologi

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan
asma:3

1. Fakt
Faktor
or pre
predi
disp
spos
osis
isii

Gene
Geneti
tik.
k. Di
Dima
mana
na ya
yang
ng di
ditur
turunk
unkan
an adala
adalah
h bakat
bakat alerg
alergin
inya,
ya, meski
meskipun
pun belum
belum
diketahu
diketahuii bagaima
bagaimana
na cara penuruna
penurunannya
nnya yang jelas.
jelas. Penderi
Penderita
ta dengan
dengan penyaki
penyakitt alergi
alergi
 biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan
foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

2. Fakt
Faktor
or pres
presip
ipit
itas
asii
a) Alergen
Alergen,, dimana
dimana alergen
alergen dapat
dapat dibagi
dibagi menja
menjadi
di 3 jenis,
jenis, yaitu
yaitu :
 Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
pernapasan (debu, bulu binatang, serbuk bunga,
spora jamur, bakteri dan polusi)
 Ingestan, yang masuk melalui mulut (makanan dan obat-obatan)
 Kontakta
Kontaktan,
n, yang masuk melalui
melalui kontak dengan
dengan kulit
kulit (perhias
(perhiasan,
an, logam dan jam
tangan)
 b) Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma .
Kadang-k
Kadang-kadan
adang
g serangan
serangan berhubun
berhubungan
gan dengan
dengan musim,
musim, seperti
seperti musim
musim hujan,
hujan, musim
musim

kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
 

c) Stress

Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus
segera
segera diobati
diobati penderi
penderita
ta asma yang mengala
mengalami
mi stress/g
stress/gangg
angguan
uan emosi
emosi perlu
perlu diberi
diberi
nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.

d) Li
Ling
ngku
kung
ngan
an ke
kerj
rjaa

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
 berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
libur atau cuti.

e) Olahrag
Olahraga/
a/ akti
aktifita
fitass jasma
jasmani
ni yang
yang berat
berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau
olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :3

1. Ekst
Ekstri
rins
nsik
ik (ale
(alerg
rgik
ik))

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan
spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik 
terha
terhada
dap
p aler
alergi.
gi. Ol
Oleh
eh ka
karen
renaa itu
itu ji
jika
ka ad
adaa faktor
faktor-fa
-fakto
ktorr pence
pencetu
tuss spesif
spesifik
ik sepert
sepertii ya
yang
ng
disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.

2. Intri
Intrinsi
nsik
k (non
(non aler
alergik
gik))

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak 
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi
infeksi saluran
saluran pernafas
pernafasan
an dan emosi. Serangan
Serangan asma
asma ini menjadi
menjadi lebih
lebih berat
berat dan sering
sering
 

sejalan
sejalan dengan
dengan berlalun
berlalunya
ya waktu
waktu dan dapat
dapat berkemb
berkembang
ang menjadi
menjadi bronkhit
bronkhitis
is kronik
kronik dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

3. Asm
Asma ga
gabu
bung
ngan
an

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk 
alergik dan non-alergik.

Patofisiologi

Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas dan disebabkan oleh hipereaktivitas
hipereaktivitas
saluran
saluran napas
napas yang melibat
melibatkan
kan beberapa
beberapa sel inflama
inflamasi
si terutam
terutamaa sel mast,
mast, eosinofi
eosinofil,
l, sel
limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel yang menyebabkan pelepasan mediator seperti
hi
hista
stami
min
n dan leukot
leukotri
rin
n yang
yang dapat
dapat menga
mengakt
ktiva
ivasi
si targe
targett salu
saluran
ran napas
napas sehin
sehingga
gga terja
terjadi
di

 bronkokonstriksi, kebocoran mikrovaskular, edema dan hipersekresi mukus. Inflamasi


saluran napas pada asma merupakan proses yang sangat kompleks melibatkan faktor genetik,
antigen dan berbagai sel inflamasi, interaksi antara sel dan mediator yang membentuk proses
inflamasi kronik.7

C        
   
    
   
   
#
 

# #
#






.





#
!
C




$# #



 

!  7
    

     
   


%



#


%


%
% 

 



 
(# 
 

   
   

#  ?
=G    
    
    
  (#
    
    
   
      #


?/ !  ? 
.

%
 






%
C 
   
    
   
   
#
# #
#






 

.




! 

#
C




$# #



!  7
    

 

     
   


%



#


%


%
% 




(# 
  

   
   

 

#  ?
=G    
       
    
  (#
    
    
   
    # 
 
?/ !  ?
.

%



 



%
Obstruks
Obstruksii saluran
saluran nafas
nafas pada asma merupak
merupakan
an kombinas
kombinasii spasme
spasme otot bronkus,
bronkus,
sumbatan mukus, edema dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi bertambah berat selama
ekspiras
ekspirasii karena
karena secara
secara fisiolog
fisiologis
is saluran
saluran nafas
nafas menyem
menyempit
pit pada fase tersebut.
tersebut. Hal ini
mengaki
mengakibatk
batkan
an udara
udara distal
distal tempat
tempat terjadi
terjadinya
nya obtruksi
obtruksi terjebak
terjebak tidak
tidak bisa diekspi
diekspirasi
rasi,,
selanjutnya terjadi peningkatan volume residu, kapasitas residu fungsional (KRF), dan pasien
akan bernafas pada volume yang tinggi mendekati kapasitas paru total (KPT). Keadaan
hiperinflasi ini bertujuan agar saluran nafas tetap terbuka dan pertukaaran gas berjalan lancar.
Gangguan yang berupa obstruksi saluran nafas dapat dinilai secara obyektif dengan Volume

Ekspirasi Paksa (VEP) atau Arus Puncak Ekspirasi (APE). Sedangkan penurunan Kapasitas
Vital
Vital Paksa
Paksa (KVP)
(KVP) menggam
menggambark
barkan
an derajat
derajat hiperin
hiperinflas
flasii paru.
paru. Penyem
Penyempita
pitan
n saluran
saluran nafas
nafas
dapat terjadi baik pada di saluran nafas yang besar, sedang maupun yang kecil. Gejala mengi
menandakan ada penyempitan di saluran nafas besar.7

Tabel 1. Mediator Sel Mast Dan Pengaruhnya Terhadap Asma 3

Mediator
Histamin Kontruksi otot polos

LTC4, D4, E4
Prostaglandin dan Thromboksan A2
Bradikinin
Platelet-activating factor (PAF)
Histamin Udema mukosa
LTC4, D4,E4
Prostaglandin dan Thromboksan E2
Bradikinin
Platelet-activating factor (PAF)
Histamin Sekresi mukus
LTC4, D4,E4
 

Prostaglandin
 Hidroxyeicosatetraenoic acid 
Radikal oksigen Deskuamasi epitel bronkial
Enzim proteolitik 
Faktor inflamasi dan sitokin
 

Gambar 2. Patofisiologi Asma7

Klasifikasi

Klasifikasi asma menurut Global Initiative for Asthma: 5

1. Int
Intermi
rmiten
ten
Gejala kurang dari 1 kali, serangan singkat, gejala nokturnal tidak lebih dari 2 kali/bulan
(F
(FEV
EV1
1 ≥80%
≥80% predi
predict
cted
ed atau
atau PEF
PEF ≥80%
≥80% nilai
nilai terba
terbaik
ik indivi
individu
du,, vari
variabi
abilit
litas
as PEV
PEV atau
atau
FEV1<20%)
2. Pe
Pers
rsis
iste
ten
n ring
ringan
an
Gejala lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari, serangan dapat mengganggu
aktivitas dan tidur, gejala nokturnal >2 kali/bulan (FEV1 ≥80% predicted atau PEF ≥80%
nilai terbaik individu, variabilitas PEV atau FEV120-30%)
3. Persisten sedang
Gejala terjadi setiap hari, serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur, gejala nokturnal >1

kali/ minggu, menggunakan agonis-β2 kerja pendek setiap hari (FEV1 60-80% predicted atau
PEF 60-80% nilai terbaik individu, variabilitas PEV atau FEV1>30%).
4. Pe
Pers
rsis
iste
ten
n ber
berat
at
Gejala terjadi setiap hari, serangan sering terjadi,
terjadi, gejala asma nokturnal sering terjadi (FEV1
≤60% predicted atau PEF ≤60% nilai terbaik individu, variabilitas PEV atau FEV1>30%)

Tabel
Tabel 2. Klasifi
Klasifikasi
kasi derajat
derajat asma
asma berdasar
berdasarkan
kan gambaran
gambaran klinis
klinis secara
secara umum pada orang
orang
dewasa6

Derajat Gejala Gejala malam Faal paru


Intermiten Gejala kurang dari Ku
Kura
rang
ng da
dari
ri 2 ka
kali
li APE > 80%
1x/minggu dalam sebulan

Asimtomatik 
Persisten -Gejala lebih dari Lebih dari 2 kali APE >80%
ringan 1x/mi
1x/mingg
nggu
u tapi
tapi kuran
kurang
g dalam sebulan
dari 1x/hari

-Serangan dapat
menga
engang
nggu
gu Akt
ktiv
ivit
itas
as
dan tidur 
Persisten -Set
-Setia
iap
p ha
hari
ri,, Lebi
Lebih
h 1 ka
kali
li da
dala
lam
m AP
APE
E 60
60-8
-80%
0%
 

sedang seminggu

-serangan 2
kali/seminggu, bisa
 berahari-hari.

-menggunakan obat
setiap hari

-Aktivitas & tidur  


terganggu
Persisten berat - gejala Kontinyu Sering APE <60%

-Aktivitas terbatas

-sering serangan

Gejala
Gejala yang biasanya
biasanya dialami
dialami oleh
oleh pasien
pasien dengan
dengan penyakit
penyakit asma adalah
adalah mengi,
mengi,
kesulitan bernafas, dada sesak, dan batuk (tanpa dahak). Gejala ini merupaka gejala klasik 
 pada pasien dengan penykit asma. Gejala yang dialami pasien ini bisa terjadi secara
 berulang/episodik, dan
d an dapat juga terjadi keparahan
kep arahan pada pagi hari atau malam hari. Selain itu
 juga, keparahan pada gejala dapat terjadi karena terpaparnya pasien oleh allergen (debu,
tungau, dingin, serbuk sari, dll), sedang atau setelah olahraga, dan terpaparnya dengan asap
rokok.7

Diagnosis Asma

Diagnosis asma didasarkan pada riwayat penyakit, pemeriksaan fisis, dan


 pemeriksaan penunjang. Pada riwayat penyakit akan dijumpai keluhan batuk, sesak, mengi,
atau rasa berat di dada. Tetapi kadang-kadang
kadan g-kadang pasien hanya mengeluh batuk-batuk saja
yang umumnya
umumnya timbul
timbul pada malam
malam hari atau
atau sewaktu
sewaktu kegiata
kegiatan
n jasmani.
jasmani. Adanya
Adanya
 penyakit alerho yang lain pada pasien maupun keluarganya seperti rinitis alergi, atau
dermatitis atopik membantu diagnosis asma. Gejala asma sering timbul pada malam hari,
tetapi dapat pula muncul sembarang waktu. Adakalanya gejala lebih sering terjadi pada
musi
musim
m te
tert
rten
entu
tu.. Ya
Yang
ng pe
perl
rlu
u di
dike
keta
tahu
huii ad
adal
alah
ah fa
fakt
ktor
or-f
-fak
akto
torr pe
penc
ncet
etus
us ke
kemu
mudi
dian
an
6
menghindarinya, maka diharapkan gejala asma dapat dicegah.
 

Faktor-faktor pencetus pada asma yaitu:6

a. Infeksi
Infeksi virus
virus salur
saluran
an napas:
napas: influenz
influenzaa
 b. Pemajanan terhadap alergen
aler gen tungau, debu rumah, bulu
bu lu binatang
c. Pemaja
Pemajanan
nan terha
terhadap
dap irita
iritan
n asap rokok,
rokok, minya
minyak
k wangi
wangi
d. Kegia
Kegiata
tan
n jasm
jasmani
ani:: lari
lari
e. Ekspiras
Ekspirasii emosio
emosional
nal takut
takut,, marah,
marah, frustasi
frustasi
f. Obat-oba
Obat-obatt aspirin,
aspirin, penye
penyekat
kat beta,
beta, anti-in
anti-infla
flamas
masii non-ster
non-steroid
oid
g. Lingk
Lingkung
ungan
an kerj
kerja:
a: uap
uap zat kimia
kimia
h. Polusi
Polusi udara:
udara: asa
asap
p rok
rokok 
ok 
i. Peng
Pengaw
awet
et maka
makana
nan:
n: su
sulf
lfit
it

Pemeriksaan Penunjang

 Spirometri
Spirometri
Spirometri adalah alat yang dipergunakan
dipergunakan untuk mengukur faal ventilasi paru. Reversibilitas
Reversibilitas
 penyempitan saluran napas
n apas yang merupakan ciri khas asma dapat dinilai dengan
d engan peningkatan
pen ingkatan
volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan atau kapasiti vital paksa (FVC) sebanyak 
20% atau lebih sesudah pemberian bronkodilator. 6

 Uji Provokasi Bronkus


Uji provokasi bronkus membantu menegakkan diagnosis asma. Pada penderita dengan gejala
sma dan faal paru normal
normal sebaikny
sebaiknyaa dilakuk
dilakukan
an uji provokasi
provokasi bronkus.
bronkus. Pemeriksa
Pemeriksaan
an uji
 provokasi bronkus merupakan cara untuk membuktikan secara objektif hiperreaktivitas
saluran napas pada orang yang diduga asma. Uji provokasi bronkus terdiri dari tiga jenis
yaitu uji provokasi dengan beban kerja (exercise), hiperventilasi udara dan alergen non-
spesifik seperti metakolin dan histamin.6

 Foto Toraks
Pemeriksaan foto toraks dilakukan untuk menyingkirkan penyakit lain yang memberikan
geja
gejala
la se
seru
rupa
pa sepe
sepert
rtii ga
gaga
gall jant
jantun
ung
g ki
kiri
ri,, ob
obst
stru
ruks
ksii salu
salura
ran
n na
nafa
fas,
s, pn
pneu
eumo
moth
thor
orak
aks,
s,

 pneumomediastinum. Pada serangan asma yang ringan, gambaran radiologik paru biasanya
tidak memperlihatkan adanya kelainan.6
 

Diagnosis Banding6

 Bronkitis kronik 
Bronkitis kronik ditandai dengan batuk kronik yang mengeluarkan sputum 3 bulan dalam
setahun untuk sedikitnya 2 tahun. Gejala utama batuk yang disertai sputum dan perokok 
 berat. Gejala dimulai dengan batuk pagi, lama kelamaan disertai mengi dan menurunkan
kemampuan jasmani.

 Emfisema paru
Sesa
Sesak
k napas
napas merup
merupaka
akan
n gejal
gejalaa utama
utama emfi
emfisem
sema,
a, sedan
sedangka
gkan
n batuk
batuk dan mengi
mengi jara
jarang
ng
menyertainya.

 Gagal jantung kiri


Dulu gagal jantung kiri dikenal dengan asma kardial dan timbul pada malam hari disebut
 paroxysmal nocturnal dispnea. Penderita tiba-tiba terbangun pada malam hari karena sesak,
tet
tetapi
api sesak
sesak menghil
menghilang
ang atau
atau berkuran
berkurang
g bila
bila duduk.
duduk. Pada
Pada pemeri
pemeriksaa
ksaan
n fis
fisik
ik ditemuk
ditemukan
an
kardiomegali dan edema paru.

 Emboli paru
Hal-hal yang dapat menimbulkan
menimbulkan emboli paru adalah gagal jantung. Disamping gejala sesak 
napas, pasien batuk dengan disertai darah (haemoptoe).

Penatalaksanaan

Tujuan
Tujuan utama
utama penatala
penatalaksan
ksanaan
aan asma
asma adalah
adalah meningka
meningkatkan
tkan dan mempert
mempertahan
ahankan
kan kualitas
kualitas
hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. 5

 Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma


 Mencegah eksaserbasi akut
 Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
 Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise
 Menghindari efek samping obat
 Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel

Penatalaksanaan asma bronkial terdiri dari pengobatan non-medikamentosa dan pengobatan


medikamentosa :
 

Pengobatan non-medikamentosa

  Penyuluhan
  Menghindari faktor pencetus
 Pengendali emosi

 Pemakaian oksigen

Pengobatan medikamentosa

Pengobatan ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan napas, terdiri atas
pelega .3,5
 pengontrol dan pelega.

a. Pengon
ngonttrol (Controllers)
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk mengontrol asma, diberikan setiap
hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten.
Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat pengontrol :3,5

1. Kortikosteroid inhalasi
Pengobatan jangka panjang yang paling efektif untuk mengontrol asma. Penggunaan
steroid inhalasi menghasilkan perbaikan faal paru, menurunkan hiperesponsif jalan
napas, mengurangi gejala, mengurangi frekuensi dan berat serangan dan memperbaiki
kualiti hidup. Steroid inhalasi adalah pilihan bagi pengobatan asma persisten (ringan
sampai berat).

2. Kortikosteroid sistemik 
Cara pemberian melalui oral atau parenteral. Harus selalu diingat indeks terapi (efek/
efek samping), steroid inhalasi jangka panjang lebih baik daripada steroid oral jangka
 panjang.

3. Kromolin (Sodium kromoglikat dan nedokromil sodium)


Pemberiannya secara inhalasi. Digunakan sebagai pengontrol pada asma persisten
ringan. Dibutuhkan
Dibutuhkan waktu 4-6 minggu pengobatan
pengobatan untuk menetapkan
menetapkan apakah obat ini
 bermanfaat atau tidak.
tidak .

4. Metilsantin
Teofili
Teofilin
n adalah
adalah bronkodi
bronkodilat
lator
or yang juga mempuny
mempunyai
ai efek ekstrapu
ekstrapulmo
lmoner
ner seperti
seperti
 

antiinfl
antiinflama
amasi.
si. Teofil
Teofilin
in atau aminofi
aminofilin
lin lepas
lepas lambat
lambat dapat
dapat digunakan
digunakan sebaga
sebagaii obat
 pengontrol, berbagai studi menunjukkan pemberian jangka lama efektif mengontrol
gejala dan memperbaiki faal paru.

5. Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi

Termas
Termasuk
uk di dadala
lam
m agon
agonis
is be
beta
ta-2
-2 ke
kerj
rjaa lama
lama inha
inhala
lasi
si ad
adal
alah
ah salm
salmet
eter
erol
ol da
dan
n
formoterol
formoterol yang mempunyai
mempunyai waktu kerja
kerja lama (> 12 jam). Seperti lazimnya
lazimnya agonis
 beta-2 mempunyai efek relaksasi otot polos, meningkatkan pembersihan mukosilier,
menurunkan permeabiliti pembuluh darah dan memodulasi penglepasan mediator dari
sel mast dan basofil.

6.  Leukotrien modifiers
Obat ini merupak
merupakan
an antiasm
antiasmaa yang relatif
relatif baru dan pemberi
pemberianny
annyaa melalu
melaluii oral.
oral.
Mekani
Mekanism
smee ke
kerja
rja mengh
menghasi
asilk
lkan
an efek
efek br
bronk
onkodi
odila
lato
torr mini
minima
mall da
dan
n menur
menurunk
unkan
an

 bronkokonstrik si akibat alergen, sulfurdioksida dan exercise. Selain bersifat


 bronkokonstriksi
 bronkodilator, juga mempunyai efek antiinflamasi. Kelebihan obat ini adalah
 preparatnya dalam bentuk tablet (oral) sehingga mudah diberikan. Saat ini yang
 beredar di Indonesia
Indones ia adalah zafirlukas (antagonis
( antagonis reseptor leukotrien
leu kotrien sisteinil).

 b. Pelega (Reliever)


Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan
atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di
dada dan batuk, tidak
tidak memperbaiki
memperbaiki inflamasi
inflamasi jalan napas atau
atau menurunkan hip
hiperesponsif 
eresponsif 
 jalan napas. Termasuk pelega adalah:3,5

1. Agonis
Agonis beta2
beta2 kerj
kerjaa sing
singkat
kat
Termasuk golongan ini adalah salbutamol, terbutalin, fenoterol, dan prokaterol yang
telah
telah bered
beredar
ar di Indone
Indonesia
sia.. Memp
Mempuny
unyai
ai waktu
waktu mula
mulaii ke
kerja
rja (o
(onse
nset)
t) yang
yang cepat
cepat..
Mekanismee kerja sebagaimana
Mekanism sebagaimana agonis beta-2 yaitu relaksasi otot polos saluran napas,
meningkatkan
meningkatkan bersihan
bersihan mukosilier,
mukosilier, menurunkan permeabiliti pembuluh darah dan
modulasi penglepasan mediator dari sel mast. Merupakan terapi pilihan pada serangan
akut dan sangat bermanfaat sebagai praterapi pada exercise-induced asthma.

2. Korti
Kortikos
koster
teroi
oid
d sist
sistem
emik
ik..
 

Steroid sistemik digunakan sebagai obat pelega bila penggunaan bronkodilator yang
lain sudah
sudah optimal
optimal tet
tetapi
api hasil
hasil belum
belum tercapai
tercapai,, pengguna
penggunaanny
annyaa dikombi
dikombinasi
nasikan
kan
dengan bronkodilator lain.
3. Met
etiilsanti
ntin
Term
Termas
asuk
uk da
dala
lam
m br
bron
onko
kodi
dila
lato
torr wala
walau
u ef
efek
ek br
bron
onko
kodi
dila
lata
tasi
siny
nyaa lebi
lebih
h lema
lemah
h

dibandingkan agonis beta-2 kerja singkat.

4. Anti
Antiko
koli
line
nerg
rgik
ik
Pemberi
Pemberianny
annyaa secara
secara inhalasi
inhalasi.. Mekanism
Mekanismee kerjanya
kerjanya memblok
memblok efek
efek penglepa
penglepasan
san
asetilkolin dari saraf kolinergik pada jalan napas. Menimbulkan bronkodilatasi dengan
menurunk
menurunkan
an tonus
tonus kolinerg
kolinergik
ik vagal
vagal intrins
intrinsik,
ik, selain
selain itu juga mengham
menghambat
bat refleks
refleks
 bronkokostriksii yang disebabkan iritan. Termasuk dalam golongan ini adalah
 bronkokostriks
ipratropium bromide dan tiotropium bromide.

5. Adrenalin
Dapat sebagai pilihan pada asma eksaserbasi sedang sampai berat. Pemberian secara
subkutan harus dilakukan hati-hati pada penderita usia lanjut atau dengan gangguan
kardiovaskular. Pemberian intravena dapat diberikan bila dibutuhkan, tetapi harus
dengan pengawasan ketat (bedside monitoring).
Pengo
Pengobat
batan
an Ses
Sesuai
uai Deraja
Derajatt Asma
Asma

 Asma Intermiten

Termas
Termasuk
uk pula dalam
dalam asma
asma intermi
intermiten
ten penderi
penderita
ta alergi
alergi dengan
dengan pajanan
pajanan alergen
alergen,,
as
asma
manya
nya kamb
kambuh
uh teta
tetapi
pi di luar
luar it
itu
u bebas
bebas ge
gejal
jalaa dan fa
faal
al paru
paru norma
normal.
l. Demi
Demikia
kian
n pula
pula
 penderita exe
exercis
rcise-
e- induce
induced asthma atau kambuh hanya bila cuaca buruk, tetapi di luar 
d asthma
 pajanan pencetus tersebut gejala tidak ada dan faal paru normal. Serangan berat umumnya
 jarang pada asma intermiten
in termiten walaupun mungkin
mun gkin terjadi. Bila terjadi
terjad i serangan berat
ber at pada asma
intermiten, selanjutnya penderita diobati sebagai asma persisten sedang.

Pengobatan yang lazim adalah agonis beta-2 kerja singkat hanya jika dibutuhkan atau
sebelum exercise pada exercise-induced asthma, dengan alternatif kromolin atau leukotriene
modifiers, atau setelah pajanan alergen dengan alternatif kromolin. Bila terjadi serangan, obat

 pilihan agonis beta-2 kerja singkat inhalasi, alternatif agonis beta-2 kerja singkat oral,
kombinasi teofilin kerja singkat dan agonis beta-2 kerja singkat oral atau antikolinergik 
 

inhalasi. Jika dibutuhkan bronkodilator lebih dari sekali seminggu selama 3 bulan, maka
sebaiknya penderita diperlakukan sebagai asma persisten ringan.

 Asma Persisten Ringan


Pende
Penderi
rita
ta asma
asma persi
persiste
sten
n ringa
ringan
n memb
membut
utuhk
uhkan
an obat
obat pengo
pengontr
ntrol
ol setia
setiap
p hari
hari un
untuk 
tuk 
mengontrol asmanya dan mencegah agar asmanya tidak bertambah bera; sehingga terapi
utama pada asma persisten ringan adalah antiinflamasi setiap hari dengan glukokortikosteroid
inhalasi dosis rendah. Dosis yang dianjurkan 200-400 ug BD/ hari atau 100-250 ug FP/hari
atau ekivalennya, diberikan sekaligus atau terbagi 2 kali sehari.

Terapi lain adalah bronkodilator (agonis beta-2 kerja singkat inhalasi) jika dibutuhkan
sebagai
sebagai pelega,
pelega, sebaikny
sebaiknyaa tidak
tidak lebih
lebih dari 3-4 kali sehari. Bila
Bila penderi
penderita
ta membutu
membutuhkan
hkan
 pelega/ bronkodilator lebih dari 4x/ sehari, pertimbangkan kemungkinan beratnya asma
meningkat menjadi tahapan berikutnya.

 Asma Persisten Sedang


Penderita dalam asma persisten sedang membutuhkan obat pengontrol setiap hari untuk 
mencapai asma terkontrol dan mempertahankannya. Idealnya pengontrol adalah kombinasi
inha
inhala
lasi
si gluk
glukok
okor
orti
tiko
kost
ster
eroi
oid
d (4
(400
00-8
-800
00 ug BD/
BD/ ha
hari
ri atau
atau 25
250-
0-50
500
0 ug FP/
FP/ ha
hari
ri atau
atau
ekivalennya)
ekivalennya) terbagi dalam 2 dosis dan agonis beta-2 kerja lama 2 kali sehari. Jika penderita
hany
hanyaa mend
mendap
apat
atka
kan
n gl
gluk
ukok
okor
orti
tiko
kost
ster
eroi
oid
d in
inha
hala
lasi
si do
dosi
siss re
rend
ndah
ah (≤ 40
400
0 ug BD atau
atau
ekivale
ekivalennya
nnya)) dan belum
belum terkontr
terkontrol;
ol; maka
maka harus
harus ditamb
ditambahka
ahkan
n agonis
agonis beta-2
beta-2 kerja
kerja lama
lama
inhalasi atau alternatifnya. Jika masih belum terkontrol, dosis glukokortikosteroid inhalasi
dapat dinaikkan. Dianjurkan
Dianjurkan menggunakan
menggunakan alat bantu/ spacer pada inhalasi bentuk IDT/MDI
atau kombinasi dalam satu kemasan (fix combination) agar lebih mudah.

Terapi lain adalah bronkodilator (agonis beta-2 kerja singkat inhalasi) jika dibutuhkan ,
tetapi sebaiknya tidak lebih dari 3-4 kali sehari. . Alternatif agonis beta-2 kerja singkat
inhalasi sebagai pelega adalah agonis beta-2 kerja singkat oral, atau kombinasi oral teofilin
kerja
kerja singka
singkatt dan
dan agonis
agonis be
beta-
ta-2
2 kerj
kerjaa singka
singkat.
t. Teofi
Teofili
lin
n kerja
kerja singk
singkat
at sebaik
sebaiknya
nya tidak 
tidak 
digunakan bila penderita telah menggunakan teofilin lepas lambat sebagai pengontrol.

 Asma Persisten Berat


Tujuan terapi pada keadaan ini adalah mencapai kondisi sebaik mungkin, gejala seringan
mungkin, kebutuhan obat pelega seminimal mungkin, faal paru (APE) mencapai nilai terbaik,

variabiliti
variabiliti APE seminimal
seminimal mungkin
mungkin dan efek samping
samping obat semini
seminimal
mal mungkin
mungkin.. Untuk 
Untuk 
mencapaii hal tersebut umumnya membutuhkan beberapa obat pengontrol tidak cukup hanya
mencapa
 

satu pengontrol. Terapi utama adalah kombinasi inhalasi glukokortikosteroid dosis tinggi (>
800 ug BD/ hari atau ekivalennya) dan agonis beta-2 kerja lama 2 kali sehari. Kadangkala
kontrol lebih tercapai dengan pemberian glukokortikosteroid inhalasi terbagi 4 kali sehari
dari pada 2 kali sehari.

Teofil
Teofilin
in lepas
lepas lambat
lambat,, agonis
agonis beta-2
beta-2 kerja
kerja lama
lama oral
oral dan leukotri
leukotriene
ene modifi
modifiers
ers dapat
dapat
sebagai
sebagai alt
alterna
ernatif
tif agonis
agonis beta-2
beta-2 kerja
kerja lama
lama inhalas
inhalasii dalam
dalam perannya
perannya sebagai
sebagai kombina
kombinasi
si
denga
dengan
n gluko
glukokor
korti
tiko
koste
steroi
roid
d in
inhal
halasi
asi,, teta
tetapi
pi ju
juga
ga dapat
dapat sebag
sebagai
ai tamb
tambaha
ahan
n terap
terapii selai
selain
n
kombina
kombinasi
si terapi
terapi yang lazim
lazim (glukoko
(glukokortik
rtikoste
osteroid
roid inhalasi
inhalasi dan agonis
agonis beta-2
beta-2 kerja
kerja lama
lama
inhalasi). Jika sangat dibutuhkan, maka dapat diberikan glukokortikosteroid oral dengan dosis
semini
seminimal
mal mungkin
mungkin,, dianjurk
dianjurkan
an sekalig
sekaligus
us single
single dose pagi hari untuk
untuk mengura
mengurangi
ngi efek 
samp
samping
ing.. Pemb
Pember
erian
ian budes
budesoni
onid
d secar
secaraa nebul
nebulisa
isasi
si pada
pada pe
pengo
ngoba
bata
tan
n jangk
jangkaa lama
lama untuk 
untuk 
mencapa
mencapaii dosis
dosis tinggi
tinggi glukokor
glukokortiko
tikoster
steroid
oid inhalasi
inhalasi adalah
adalah menghas
menghasilka
ilkan
n efek samping
samping
siste
sistemi
mik
k yang
yang sama
sama denga
dengan
n pember
pemberia
ian
n oral,
oral, padaha
padahall harga
harganya
nya jauh
jauh lebih
lebih mahal
mahal da
dan
n
menimbulkan efek samping lokal seperti sakit tenggorok/ mulut. Sehngga tidak dianjurkan
untuk memberikan glukokortikosteroid nebulisasi pada asma di luar serangan/ stabil atau
sebagai penatalaksanaan jangka panjang.

Tabel 3. Pengobatan Sesuai Derajat Asma

Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila
dibutuhkan, dak melebihi 3-4 kali sehari.
Berat Asma Medikasi Alternatif / Pilihan Alternatif lain
pengontrol harian lain
Asma Intermiten Tidak pe
perlu
Asma Persisten Glukokortikosteroid  Teofilin lepas
Ringan inhalasi (200-400 ug lambat
BD/hari atau
ekivalennya)  Kromolin

  Leukotriene
modifiers

Asma Persisten Kombinasi inhalasi  Glukokortikosteroi Ditamb ah agonis


Ditambah agon is
Sedang glukokortikosteroid d inhalasi (400-800  beta-2 kerja lama
ug BD atau  oral, atau
(400-800 ug BD/hari ekivalennya) Ditambah
Ditamb ah teofilin
teofi lin
atau ekivalennya) ditambah Teofilin lepas lambat
  dan lepas lambat ,atau
 Glukokortikosteroi
agonis beta-2 kerja d inhalasi (400-800

lama ug BD atau 
ekivalennya)
 

ditambah agonis
 beta-2 kerja lama
oral, atau
 Glukokortikosteroi
d inhalasi dosis
tinggi (>800 ug BD
atau ekivalennya)

atau
Glukokortikosteroi

d inhalasi (400-800
ug BD atau 
ekivalennya)
ditambah
leukotriene
modifiers

Asma Persisten Kombinasi inhalasi Prednisolon/


Berat glukokortikosteroid metilprednisolon oral
(> 800 ug BD atau  sehari 10 mg ditambah
  ekivalennya) dan agonis beta-2 kerja
agonis beta-2 kerja lama oral, ditambah
lama, ditambah ³ 1 teofilin lepas lambat
di bawah ini:

 teofilin lepas
lambat
 leukotriene
modifier 
 glukokortikosteroid
oral

Tatalaksana serangan
serangan asma dirumah sakit dan rumah

Penderita asma mutlak untuk memahami bagaimana mengatasi saat terjadi serangan,
apakah cukup diatasi di rumah saja dengan obat yang sehari-hari digunakan, ataukah ada obat
tambahan atau bahkan harus pergi ke rumah sakit. Konsep itu yang harus dibicarakan dengan
dokte
dokterny
rnyaa (l
(lih
ihat
at bagan
bagan penat
penatala
alaksa
ksanaa
naan
n asma
asma di rumah)
rumah).. Bila
Bila samp
sampai
ai memb
membut
utuhk
uhkan
an
 pertolongan dokter dan atau fasiliti rumah sakit, maka dokter wajib menilai berat serangan
dan memberikan penanganan yang tepat (lihat bagan penatalaksanaan asma akut di rumah
sakit).

Kemampuan
Kemamp uan penderi
penderita
ta untuk
untuk dapat
dapat mendete
mendeteksi
ksi dini perburuk
perburukan
an asmanya
asmanya adalah
adalah
 penting dalam keberhasilan penanganan serangan akut. Bila penderita dapat mengobati
 

di
diri
rinya
nya sendir
sendirii saat
saat seran
serangan
gan di rumah,
rumah, maka
maka ia tidak
tidak hanya
hanya menc
mencega
egah
h keter
keterlam
lamba
bata
tan
n
 pengobatan tetapi juga meningkatkan kemampuan untuk mengontrol asmanya sendiri.
Idealnya
Idealnya penderit
penderitaa mencata
mencatatt gejala,
gejala, kebutuha
kebutuhan
n bronkodi
bronkodilat
lator
or dan faal paru (APE)
(APE) setiap
setiap
harinya dalam kartu harian (pelangi asma), sehingga paham mengenai bagaimana dan kapan
 pasien mengenal perburukan asmanya, memodifikasi dan menambah pengobatan asma,

menilai berat asma, serta kapan harus mendapat pertolongan medis/ dokter. 5

6
Gambar 3 :Algoritme Penatalaksanaan Asma di Rumah Sakit
 

Gambar 4 : Algoritme Penatalaksanaan Asma di Rumah 6

Edukasi kepada pasien/keluarga


a. meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum dan pola penyakit
asma sendiri)
 b. meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam penanganan asma sendiri/asma
mandiri)
c. membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan mengontrol asma

Pencegahan

a. Menj
Menjau
auhi
hi aler
alerge
gen
n
 b. Menghindari kelelahan
c. Menghi
Menghinda
ndari
ri stres
stresss psik
psikis
is
d. Mencegah
Mencegah/me
/mengoba
ngobati
ti ISPA
ISPA sedini
sedini mungk
mungkin
in
e. Ol
Olah
ahra
raga
ga (se
(sena
nam
m asm
asma)
a)

Komplikasi
 

Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :

1. Pneu
Pneumomoth
thor
orax
ax
2. Pneumodi
Pneumodiast astinum
inum dan emfise
emfisema
ma subku
subkutis
tis
3. Atelec
ecttasi
siss
4. Aspergil
Aspergilosis
osis bronkopu
bronkopulmo
lmoner
ner alergik 
alergik 
5. Gagal nnaapas
6. Bronkitis
7. Frak
akttur iga

BAB III

Kesimpulan
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel
dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan
 batuk- batuk terutama malam dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan

obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau
tanpa pengobatan.
Tujuan penatalaksanaan asma adalah menghilangkan dan mengendalikan gejala asma,
menc
menceg
egah
ah ek
eksa
saser
serba
basi
si ak
akut
ut,, meni
mening
ngka
katk
tkan
an da
dan
n memp
mempert
ertah
ahan
anka
kan
n faal
faal pa
paru
ru seopt
seoptim
imal
al
mungkin, mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise, menghindari efek samping obat,
mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel, dan mencegah
kematian karena asma. Secara etiologis, asma adalah penyakit yang heterogen, dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti genetik dan faktor-faktor
faktor-faktor lingkungan (infeksi virus, pajanan dari
 pekerjaan, rokok, alergen, dan lain-lain). Kontrol pemeriksaan diri harus secara teratur 

dila
dilaku
kuka
kan
n agar
agar asma
asma titida
dak
k menj
menjad
adii be
bera
ratt da
dan
n pe
peng
ngob
obat
atan
an ya
yang
ng pa
pali
ling
ng ba
baik
ik ad
adal
alah
ah
menghindari faktor pencetusnya.
 

Daftar Pustaka

1. Ren
Rengga
gganis,
nis, I. Diagno
Diagnosis
sis Dan Tatala
Tatalaksa
ksana
na Asma
Asma Bronkh
Bronkhial
iale.
e. Depart
Departeme
emen
n Ilmu
Ilmu
Penyak
Penyakit
it Dalam
Dalam FK UI: Jaka
Jakarta
rta,, Majala
Majalah
h Kedokt
Kedoktera
eran
n Indone
Indonesia
sia,, Volume
Volume:: 58.
2008.
2. World Health Organization. Chronic respiratory diseases: asthma. 2020. Available
from:https://www.who.int/news-room/q-a-detail/chronic-respiratory-diseases-
from:https://www.who.int/news-room/q-a-detail/chronic-respiratory-diseases-
asthma  
asthma
3. Di
Dire
rekt
ktor
orat
at Jend
Jender
eral
al PPM
PPM & PLP,
PLP, Depa
Depart
rtem
emen
en Kese
Keseha
hata
tan
n Repu
Republ
blik
ik In
Indo
done
nesi
sia.
a.
Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Departemen Kesehatan RI ;2009; 5-11.

4. Kartasas
Kartasasmit
mitaa CB. Epidem
Epidemiol
iologi
ogi Asma Anak.
Anak. dalam: Rahajoe
Rahajoe NN, Supriya
Supriyatno
tno B,
Setyanto DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. edisi pertama. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI ; 2008. h.71-83
5. Globa
Globall Initi
Initiat
ativ
ivee for
for As
Asth
thma
ma (GIN
(GINA)
A).. Gl
Glob
obal
al st
stra
rateg
tegy
y for
for asth
asthma
ma mana
manage
geme
ment
nt and
and
 prevention. Updated 2017. Tersedia
Tersedia online pada: http://www.ginasthma.org
http://www.ginasthma.org  
6. Pedom
Pedoman
an DiDiag
agnos
nosis
is & Penat
Penatal
alaks
aksana
anaan
an Di Indone
Indonesia
sia.. Perhi
Perhimp
mpuna
unan
n Dokte
Dokterr Paru
Paru
Indonesia.2004
7. Rahm
Rahmaw
awat
atii I, Yunus
Yunus F, Wiyon
Wiyonoo WH.
WH. Pato
Patogen
genesi
esiss dan
dan Patof
Patofis
isiol
iologi
ogi Asma
Asma.. Jurnal
Jurnal
Cermin Kedokteran. 2003; 141. 5 – 6.

You might also like