You are on page 1of 95

PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH

DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN


DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Tarbiyah
Jurusan Kependidikan Islam

Disusun Oleh:
ALI MURSIDI
043211108

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis


menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah
ditulis oleh orang lain atau diterbitkan oleh orang lain.
Demikian pula skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran
orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi
yang dijadikan sebagai bahan rujukan.

Semarang, 07 Juli 2010


Deklarator,

Ali Mursidi
043211108
PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, karya skripsi ini saya persembahkan


kepada:

‫ ؤ‬Ayahanda (Rifa’i) dan Ibunda (Sri Ana) tercinta yang senantiasa dengan tulus
memberikan do’a restu, mencurahkan segala kasih sayang, bimbingan,
perhatian, dan dukungan untukku dalam meniti langkah menuju ridho-Nya.
‫ ؤ‬Frank Steve Wignall, best my friend yang jauh di sana, you always give me
your motivation and financial suppor.
‫ ؤ‬Kakakku Rochayati dan Alm. Isrohanah dan adik Turmudhi yang telah
mensuppotku baik moral, spiritual dan material.
‫ ؤ‬Sahabat-sahabat seperjuangan (Rosika, Hadi Rochman, Nasuka, Maskur)
segalanya begitu indah dengan kasih sayang serta persahabatan kalian.
‫ ؤ‬Ibu Guru Siti Fadlilah, S.Ag, yang banyak sekali membantu penelitian ini.
Apalah jadinya tanpa bantuan Bu Fadlil.
‫ ؤ‬SD Islam Al Azhar 29 Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada
saya untuk melakukan penelitian di sana.
‫ ؤ‬Sahabat-sahabat KI semua jurusan dan pembaca yang budiman.
ABSTRAK

Ali Mursidi (Nim. 043211108). Pengelolaan Komite Sekolah dalam


meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. Skripsi
Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam IAIN Walisongo Semarang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Bagaimana pengelolaan
komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29
Semarang, (2) Apa faktor pendukung dan penghambat pengelolaan komite
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29
Semarang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Sedangkan
teknik yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu metode observasi,
interview dan dokumentasi. Data data yang terkumpul kemudian dianalisis
menggunakan teknik analisis deskriptif analitik. Data yang berasal dari naskah,
wawancara, catatan lapangan, dokumen dan sebagainya tersebut dideskripsikan
sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realitas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan yang dijalankan
Komite Sekolah SDIA 29 dalam meningkatkan mutu pendidikan di SDI Al Azhar
29 Semarang, sudah cukup baik. Karena dalam prosesnya telah melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Pengelolaan Komite
Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, dilaksanakan dengan
mengoptimalkan empat peran komite sekolah, yakni: Komite Sekolah bertindak
sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan
pelaksanaa kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; pendukung (supporting
agency) baik yang berujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; pengontrol (controlling
agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan
keluaran pendidikan di satuan pendidikan; dan mediator (mediator agency) antara
pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan atau mediator antara
masyarakat dengan satuan pendidikan.
Faktor pendukung pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan
mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 adalah; a) Besarnya dukungan dari
wali murid, dewan guru dan kepala sekolah, b) Pengurus Jam’iyyah di SD Islam
Al Azhar 29 Semarang didominasi oleh kaum ibu-ibu, c) Pengurus Jam’iyyah
adalah orang-orang yang berpendidikan, d) Pengurus Jam’iyyah mempunyai
network diperusahaan-perusahaan ternama. Sedangkan faktor penghambatnya
adalah: a) Kesibukan pribadi dari masing-masing pengurus Jami’yyah, b) Masih
adanya pengurus Jam’iyyah yang tidak melaksanakan tugasnya, c) Kurangnya
wawasan tentang organisasi komite sekolah, dan wawasan tentang kependidikan.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi,
bagi komponen sekolah terutama bagi Komite Sekolah di lembaga pendidikan,
sehingga dapat dijadikan bahan informasi dan masukan untuk meningkatkan
pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.
MOTTO

...‫ﻔﹸﺴِﻬﹺﻢ‬‫ﺎ ﺑﹺﺄﻧ‬‫ﺍ ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻴﹺّﺮ‬‫ﻐ‬‫ﻰٰ ﻳ‬‫ﺘ‬‫ﻡﹴ ﺣ‬‫ﺎ ﺑﹺﻘﹶﻮ‬‫ ﻣ‬‫ﻴﹺّﺮ‬‫ﻐ‬‫ﺇﻥﱠ ﺍﷲَ ﻻ ﻳ‬...


ِ

( ‫ اﻟﺮﻋﺪ‬:١١)

...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum


sehingga mereka mengubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri...
(QS. Ar-Ra’d : 11)1

1
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30,
(Semarang: CV. Toha Putra, 1989), hlm. 370.
KATA PENGANTAR
‫اﻟﺮﺣﯿﻢ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﷲ ﺑﺴﻢ‬
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah (Rab al-Alamin), yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengelolaan Komite Sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang”. Shalawat
serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad Saw.
pembawa risalah kenabian yang telah menuntun ummat manusia menuju jalan
yang diridhai Allah SWT.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tersusunnya skripsi ini
bukanlah hasil jerih payah penulis sendiri, melainkan atas pertolongan Allah yang
dijelmakan melalui makhluk-Nya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H, Ibnu Hadjar, M. Ed., selaku Dekan fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang beserta segenap stafnya.
2. Ismail SM, M. Ag., selaku ketua Jurusan Kependidikan Islam (KI) dan
Dr. Mustofa Rahman, M. Ag., selaku Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam.
3. Fahrurrozi, M.Ag. selaku dosen pembimbing I dan Drs. Wahyudi, M.Pd.
selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga
dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi ini di tengah kesibukannya.
4. Para dosen pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis
mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Nikmah Rahmawati, M.Si., selaku Kepala SD Islam Al Azhar 29 Semarang
yang telah memberikan waktu, izin, dan data guna penyusunan skripsi ini.
6. Siti Fadlilah, S.Ag., selaku Wakasie Kurikulum SD Islam Al Azhar 29
Semarang, yang telah membantu memberikan waktu guna menyelesaikan
penelitian ini.
7. Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu memberikan baik moral maupun material
kepada penulis, kakak-kakak dan adikku tersayang serta segenap keluarga
yang dengan tulus mendoakan dan memberikan bantuan secara moril maupun
materiil kepada penulis.
8. Frank Steve wignall, Apalah jadiku tanpa bantuanmu. Kau adalah seorang
bapak bagiku yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun
financial.
9. Antok harianto, Temanku yang paling bandel. Tapi sangat banyak
membantuku melalui dukungan moral, spiritual maupun bantuan yang lainnya.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan di Jurusan Kependidikan Islam (KI) 2004-2007
Fakultas Tarbiyah yang memberikan dorongan kepada penulis agar
menyelesaikan studi ini.
11. Sedulur-sedulur musholaku, Hadi, Rosy, dan Nasuka yang selalu berbagi
pengalaman baik suka maupun duka & yang telah memberi makna sebuah
persahabatan dan kekeluargaan.
12. Rustam, Bapak Takmirku. Yang telah memberikan banyak bantuan berupa
tempat panggenan dan tempat mendekatkan diri pada gusti Allah.
13. Semua pihak yang tidak bisa saya sebut satu per satu yang telah membantu
penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal kebaikan dan budi mereka selalu mendapat ridho dan rahmat
dari Allah SWT. Seiring do’a dan ucapan terima kasih penulis mengharapkan
tegur sapa, kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat membawa manfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca yang budiman. Penulis hanya
bertawakkal kepada Allah, karena penulis sadar bahwa hanya kepada Allah-lah
semuanya akan kembali. Wallahu A’lam bis Showab.

Semarang, 07 Juli 2010


Penulis

Ali Mursidi
043211108
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............. ..................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN DEKLARASI ......................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………... 1
B. Penegasan Istilah ………………………………………. 6
C. Perumusan Masalah ……………………………………. 7
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ………………………... 8
E. Telaah Pustaka …………………………………………. 8
F. Metode Penelitian …………………………………...…. 10
BAB II PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH
DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN
A. Pengelolaan Komite Sekolah ………………………………. 23
1. Konsep dasar pengelolaan ……………………………... 15
2. Konsep dasar Komite Sekolah ……………………........ 20
3. Pengelolaan Komite Sekolah…………………………… 23
B. Mutu Pendidikan …………………………………………... 30
1. Konsep mutu …………………………………………… 30
2. Faktor yang mempengaruhi mutu …………………….. 33
3. Pendidikan dan pelanggan …………………………….. 35
4. Konsep peningkatan mutu pendidikan ………………... 36
BAB III PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH
DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN
DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG
A. Data Umum SD Islam Al Azhar 29 Semarang …………... 40
1. Profil sekolah ……………………………………….... 40
2. Sruktur oganisasi sekolah …………………………….. 41
3. Profil Komite Sekolah SDIA 29 ……………………... 41
B. Temuan Data Penelitian
1. Pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang ……... 43
2. Faktor pendukung dan penghambat pengelolaan Komite
Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD
Islam Al Azhar 29 Semarang ………………………… 52
BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL
AZHAR 29 SEMARANG
A. Analisis tentang pengelolaan Komite Sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29
Semarang …………………………………………………… 54
B. Analisis tentang Faktor pendukung dan penghambat
pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang …………… 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………… 64
B. Saran ………………………………………………………... 65
C. Penutup ……………………………………………………... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Visi Misi dan Tujuan SD Islam Al Azhar 29 Semarang................... I
Lampiran 3 : Daftar Prestasi non Akademik siswa SDIA 29 Semarang.............. III
Lampiran 4 : Daftar hasil wawancara dengan Pengurus Jam’iyyah..................... V
Lampiran 8 : Foto-foto kegiatan Jam’iyyah...................................................... XIX
Lampiran 9 : Surat Penunjukkan Pembimbing................................................... XX
Lampiran 10 : Surat Ijin Riset............................................................................ XXI
Lampiran 11 : Surat Keterangan Riset dari SDIA 29 Semarang...................... XXII
Lampiran 12 : Biodata Penulis........................................................................ XXIII
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Indikator Peran Komite Sekolah …………………………………… 27


Tabel 2 : Program Kerja Jam’iyyah SDIA29 Th.2009-2011 ….………………. 44
Tabel 3 : Evalusi Program Kerja Jam’iyyah Tp.2009/2010 …………………… 50
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha
telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya
pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru
melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan
perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu
manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan
belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama
di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup
menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan. 2
Berdasarkan masalah ini, maka berbagai pihak mempertanyakan apa
yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita?. Dari berbagai
pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu
pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata. 3
Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional
menggunakan pendekatan education function atau input-output analisis yang
tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwa
lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipenuhi
semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut,
maka lembaga ini akan menghasilkan output yang dikehendaki. Pendekatan
ini menganggap bahwa apabila input seperti pelatihan guru, pengadaan buku
dan alat pelajaran, dan perbaikan sarana serta prasarana pendidikan lainnya,

2
Ricky Ekaputra Foeh, “MPMBS”, http://pakguruonline.pendidikan.net/mpmbs1.html,
akses: 07/04/2010.
3
Akbariz Rahmad, “Rendahnya Mutu Pendidikan Kita”,
http://akbarizrahmads.blogspot.com/2010/03/rendahnya-kualitas-pendidikan-di.html? , akses:
07/04/2010.
dipenuhi, maka mutu pendidikan (output) secara otomatis akan terjadi.
Dalam kenyataan, mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi. Mengapa?
Karena selama ini dalam menerapkan pendekatan educational production
function terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang
memperhatikan pada proses pendidikan. Padahal, proses pendidikan sangat
menentukan output pendidikan.
Faktor kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan
secara birokratik-sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai
penyelenggaraan pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi
yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan
yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Sekolah
lebih merupakan subordinasi birokrasi di atasnya sehingga mereka
kehilangan kemandirian, keluwesan, motivasi, kreativitas/inisiatif untuk
mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu
pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.
Faktor ketiga, peran serta warga sekolah khususnya guru dan peran
serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan
pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi guru dalam pengambilan
keputusan sering diabaikan, pada hal terjadi atau tidaknya perubahan di
sekolah sangat tergantung pada guru. Dikenalkan pembaruan apapun jika
guru tidak berubah, maka tidak akan terjadi perubahan di sekolah tersebut.
Partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya sebatas pada dukungan
dana, sedang dukungan-dukungan lain seperti pemikiran, moral
dan barang/jasa kurang diperhatikan. Akuntabilitas sekolah terhadap
masyarakat juga lemah. Sekolah tidak mempunyai beban untuk
mempertanggung jawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada
masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu unsur utama
yang berkepentingan dengan pendidikan (stakeholder).
Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut diatas, tentu saja perlu
dilakukan upaya-upaya perbaikan, salah satunya adalah melakukan
reorientasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu dari manajemen peningkatan
mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
Secara umum, manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah
(MPMBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan
otonomi lebih besar kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara
langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan
masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb.)
untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan
nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.4
Salah satu wujud aktualisasi pelaksanaan MPMBS adalah
dibentuknya suatu badan yang mengganti keberadaan Badan Pembantu
Penyelenggara Pendidikan (BP3) yakni Komite Sekolah melalui Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional nomor : 044/U/2002 tanggal 2 April 2002.
Penggantian nama BP3 menjadi Komite Sekolah didasarkan atas perlunya
keterlibatan masyarakat secara penuh dalam meningkatkan mutu
pendidikan.5
Berdasarkan keputusan Mendiknas tersebut, Komite Sekolah
merupakan sebuah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat
dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan
pendidikan di aturan pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, jalur
pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah. Untuk penamaan
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masin-masing satuan
pendidikan, seperti Komite Sekolah, majlis madrasah, majlis sekolah,
komite TK, atau nama-nama lain yang disepakati bersama.6
Adapun tujuan dibentuknya Komite Sekolah yaitu (1) mewadahi dan
menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan
operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan; (2) meningkatkan

4
Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), Cet.II, hlm. 86.
5
Suparlan, Membangun Sekolah Efektif, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008), cet.I,
hlm. 205.
6
http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/docs/dok_16.pdf, “Lampiran Kepmendiknas
nomor: 044/U/2002”, Akses: 01/03/2010.
tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan; (3) menciptakan suasana dan kondisi
transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan
pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.7
Hal ini berarti peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam
peningkatan mutu pendidikan, bukan hanya sekadar memberikan bantuan
berwujud material saja, namun juga diperlukan bantuan yang berupa
pemikiran, ide, dan gagasan-gagasan inovatif demi kemajuan suatu sekolah.
Pelibatan masyarakat dalam pendidikan ini dirasa sangat diperlukan, dan
sekarang diharapkan tidak hanya dalam bentuk konsep dan wacana, tetapi
lebih pada action di lapangan. Selama ini dalam realitasnya pelibatan
masyarakat dalam pendidikan lebih pada tataran konsep, wacana, atau
slogan. Masih jauh dari apa yang diharapkan. 8
Belajar dari berbagai pengalaman dan juga kenyataan-kenyataan di
lapangan, ternyata mengimplementasikan konsep Komite Sekolah tidak
mudah. Kesulitannya bukan bersumber pada tataran konsep yang kurang
jelas, melainkan lebih-lebih oleh karena budaya berorganisasi di kalangan
masyarakat belum berkembang, apalagi organisasi untuk mengurus lembaga
pendidikan yang bersifat non profit ini. Sebagai tindak lanjut Surat
Keputusan Mendiknas tentang Komite Sekolah itu telah dilakukan kegiatan
sosialisasi maupun penyusunan berbagai pedoman operasional
pelaksanaannya. Akan tetapi pada kenyataannya, organisasi semacam itu,
yang benar-benar berhasil mampu melakukan peran dan fungsinya secara
baik, jumlahnya amat kecil. Sudah menjadi sesuatu yang lazim, bahwa
lembaga atau badan yang dibentuk oleh atau atas anjuran pemerintah pada
kenyataannya hanya berjalan sebatas tataran formal belaka.9

7
Ibid.
8
Nana Syaodih Sukmadinata dkk. Pengendalian mutu pendidikan sekolah menengah
(konsep, Prinsip, dan instrument), (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), Ce.II, hlm.7.
9
Sri Renani Pantjastuti dkk., Komite Sekolah: Sejarah dan Prospeknya di Masa Depan,
(Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008), cet. I, hlm. 84.
Untuk dapat melaksanakan peran dan fungsinya, Komite Sekolah
harus menyusun program kerja atau sebuah perencanaan program atau
dalam hal ini Komite Sekolah membutuhkan pengelolaan yang baik agar
dapat mewujudkan tujuan-tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Pengelolaan Komite Sekolah merupakan suatu cara untuk mengatur sebuah
program, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
evaluasi, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dalam rangka
memaksimalkan peran dan fungsi Komite Sekolah agar tujuan dibentuknya
Komite Sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Melihat berbagai kenyataan di atas bahwa tidak sedikit Komite
Sekolah yang belum dapat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik,
maka dalam hal ini peneliti akan meneliti sebuah lembaga yang telah
mampu mengefektifkan Komite Sekolah sebagai badan mandiri yang
membantu satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
Salah satu contoh lembaga pendidikan yang telah mampu
membentuk Komite Sekolah dengan mengefektifkan peran dan fungsinya
adalah SD Islam Al Azhar 29 Semarang yang terletak di jalan RM
Hadisoebeno Sosrowardoyo Km. 6 Boja. SD Islam Al Azhar 29 Semarang
berdiri atas prakarsa Bapak H. Imam Syafi’i, SE.,MM. yang. berinisiatif
untuk membantu pemerintah dengan menyelenggarakan sistem pendidikan
terpadu sebagai bentuk kepedulian dan kontribusinya terhadap bangsa.
Inisiatif tersebut diwujudkan dengan menyelenggarakan pendidikan yang
berkualitas dengan memberdayakan partisipasi masyarakat, sehingga SDM
yang dihasilkan menjadi manusia beriman, berkualitas, mumpuni, dan siap
membangun bangsa Indonesia.
Komite Sekolah di SD Islam al Azhar 29 Semarang sangat berperan
terhadap peningkatan mutu pendidikan di lembaga ini. Hal ini dibuktikan
dengan keterlibatan Komite Sekolah di setiap pelaksanaan program kerja
sekolah. Komite Sekolah selalu memberikan dukungan baik yang berupa
tenaga, pemikiran maupun material. Komite Sekolah di SD Islam Al Azhar
29 Semarang telah dapat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik,
karena Komite Sekolah di Lembaga ini dalam pembentukannya telah
melalui proses dengan menggunakan prinsip Transparan, Akuntabel dan
Demokratis. Selain itu Komite Sekolah mempunyai program kerja yang
jelas untuk membantu dalam peningkatan mutu pendidikan di SD Islam Al
Azhar 29 Semarang. 10
Berdasarkan latar belakang di atas, bahwa masih adanya Komite
Sekolah di beberapa lembaga yang belum mampu melaksanakan peran dan
fungsinya dengan baik, tetapi mengapa Komite Sekolah di SD Islam Al
Azhar 29 Semarang telah mampu melaksanakan peran dan fungsinya
sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk
meneliti lebih jauh tentang pengelolaan yang dilakukan oleh Komite
Sekolah mulai dari penyusunan program, pelaksanaan program dan evaluasi
program, sehingga dapat dinyatakan berperan dengan baik. Sejauh mana
upaya komite membantu meningkatkan mutu pendidikan, dan faktor apa saja
yang menjadi penghambat dan pendukung pengelolaan Komite Sekolah
dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang.

B. Penegasan Istilah
Untuk memudahkan pemahaman dan menghindari kesalahpahaman,
maka penulis akan memberikan penegasan beberapa istilah terkait dengan
judul skripsi yang berjudul “Pengelolaan Komite Sekolah dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang.”
1. Pengelolaan Komite Sekolah
Pengelolaan merupakan kata lain dari manajemen. Manajemen
berasal dari bahasa inggris manage yang memiliki arti mengatur,
mengurus, melaksanakan, mengelola.11
Sedangkan Komite Sekolah adalah badan mandiri yang
mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu,

10
Wawancara dengan Siti Fadillah, S.Ag (Waka kurikulum SDIA 29 Semarang), tanggal 01
April 2010.
11
John M. Echols dan Hasan Shadaly, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia, 1992), hlm. 372.
pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan,
baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur
pendidikan di luar sekolah.12
Jadi pengelolaan Komite Sekolah merupakan suatu proses yang
dilakukan oleh Komite Sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan di
satuan pendidikan dengan melakukan perencanaan dan pelaksanaan
program.
2. Meningkatkan
Meningkatkan berarti menaikkan (derajat, taraf, dsb),
13
Mempertinggi; memperhebat; (produksi, dsb), mengangkat diri. Dalam
hal ini adalah meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikan.
3. Mutu Pendidikan
Kata Mutu berasal dari Bahasa Inggris "quality" yang berarti
kualitas.14 Secara umum, mutu diartikan sebuah proses terstruktur untuk
memperbaiki keluaran yang dihasilkan. 15
Sedangkan, pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk
mengembangkan kualitas manusia.16 Jadi, mutu pendidikan adalah usaha
sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas pendidikan.
Sedangkan mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses,
output, dan outcome.

C. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah dan penegasan istilah seperti
yang dikemukakan di atas, maka pokok permasalahan yang menjadi fokus
pada penelitian ini adalah :

12
http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/docs/dok_16.pdf, “Kepmendiknas nomor:
044/U/2002”, Akses: 01/03/2010.
13
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, , Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1994), Cet.3, hlm.1060
14
John M. Echols dan Hasan Shadhily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1976, hlm. 327.
15
Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata
Langkah Penerapan, terj. Yosal Irinatara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 75.
16
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi FF.duskatif, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 22.
1. Bagaimana pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat pengelolaan Komite Sekolah
dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29
Semarang?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Sejalan dengan perumusan masalah yang telah disusun di atas, maka
penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan
mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pengelolaan
Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al
Azhar 29 Semarang.
Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut :
1. Secara teoritis, penelitian ini memperkaya wacana keilmuan khususnya
kajian pendidikan dalam bidang Kependidikan Islam (KI) dan juga
menambah bahan pustaka bagi Fakultas Tarbiyah.
2. Secara praktis, penelitian ini bisa dijadikan bahan koreksi bagi Komite
Sekolah dalam usahanya meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam al
azhar 29 Semarang. Apakah sudah maksimal, atau harus masih perlu
peningkatan lagi. Selain itu Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi
lembaga-lembaga lain, agar lebih mengoptimalkan peran Komite
Sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikannya.

E. Telaah Pustaka
Penelitian yang akan diangkat mengenai pengelolaan Komite
Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan masih tergolong sedikit
diangkat di fakultas tarbiyah, khususnya di jurusan Kependidikan Islam.
Tetapi ada beberapa karya peneliti yang telah lalu dapat dijadikan sebagai
bahan kajian pustaka. Kajian pustaka terhadap karya-karya terdahulu
dimaksudkan sebagai bahan pertimbangan guna membantu pembahasan
penelitian di lapangan nanti. Beberapa karya yang dimaksud antara lain :
1. M. Subkhan Noer (2009), Skripsi dengan judul “Partisipasi Komite
Sekolah terhadap Pengembangan Madrasah, (Studi Kasus di MAN
Kendal)”. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa peran Komite
Sekolah dalam mewujudkan pengembangan MAN Kendal adalah
dengan membentuk Komite Sekolah yang terdiri dari beberapa unsure
yang sangat urgen dalam pengembangan madrasah seperti pendidik,
wiraswasta, birokrasi, kontraktor, dan masyarakat sekolah. Selain komite
menjadi jembatan antara pihak madrasah dan masyarakat sekitar sekolah
dalam rangka mewujudkan program pengembangan sekolah yang
dilakukan dengan sistem kekeluargaan.17
2. Istik Lailiyah (2007), Skripsi berjudul “Peran Komite Sekolah Bagi
Kehidupan Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Tawaran Kec.Kenduruan
Kab.Tuban”. dalam skripsi ini dijelaskan bahwa peran Komite Sekolah
yaitu sebagai pendukung, sebagai penghubung, sedangkan untuk peran
Komite Sekolah sebagai pemberi pertimbangan dan pengontrol belum
terlaksana.18
Terdapat perbedaan antara skripsi yang akan peneliti tulis dengan
skripsi-skripsi diatas. Skripsi-skripsi di atas hanya membahas tentang peran
dan fungsi Komite Sekolah bagi kehidupan maupun pengembangan satuan
pendidikan. Sedangkan Skripsi yang akan peneliti tulis membahas tentang
pengelolaan atau manajemen Komite Sekolah untuk dapat melaksanakan
peran dan fungsi secara optimal agar tujuan dibentuknya Komite Sekolah
dapat tercapai yaitu membantu Satuan Pendidikan dalam meningkatkan
mutu pendidikan.

17
M. Subkhan Noer, “Partisipasi Komite Sekolah terhadap Pengembangan Madrasah,
(Studi Kasus di MAN Kendal)”, Skripsi Sarjana IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009), hlm. 67, t.d.
18
Istik Lailiyah, “Peran Komite Sekolah Bagi Kehidupan Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah
Tawaran Kec.Kenduruan Kab.Tuban”, Skripsi Sarjana IAIN Walisongo Semarang, (Semarang:
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2007), hlm.71, t.d.
F. Metode Penelitian
1. Fokus Penelitian
Untuk mempertajam penelitian, maka peneliti akan menetapkan
fokus. Dalam menetapkan fokus ada empat alternatif yang dapat
digunakan yaitu a) menetapkan fokus pada permasalahan yang
disarankan informan; b) menetapkan fokus berdasarkan domain-domain
tertentu organizing domain; c) menetapkan fokus yang memiliki nilai
temuan untuk pengembangan iptek; d) menetapkan fokus berdasarkan
permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang telah ada.19
Pada penelitian ini akan di fokuskan pada pengelolaan Komite
Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, serta untuk mengetahui
faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan Komite Sekolah
dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29
Semarang.
2. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan adalah pendekaan kualitatif.
Pendekatan kualitatif ini dapat dipandang sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 20
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk
membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-
kejadian. 21 Adapun tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat
pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta
dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian ini digunakan
untuk mengetahui bagaimana pengelolaan Komite Sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan dan faktor pendukung dan penghambat

19
Sugiono, Metode Penelitian, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung,
Alfabeta, 2006), hlm. 234.
20
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2002), hlm. 6.
21
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),
hlm. 18.
pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di
SD Islam Al Azhar 29 Semarang.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian
ini dilakukan dengan metode sebagai berikut:
a. Interview atau Wawancara
Metode interview atau wawancara yaitu alat pengumpul data
atau informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara
lisan untuk dijawab secara lisan pula.22 Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data tentang bagaimana pengelolaan Komite Sekolah
dalam meningkatkan mutu pendidikan dan faktor pendukung dan
penghambat pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. Dalam hal ini,
penulis mengadakan wawancara langsung dengan ketua Komite
Sekolah, waka Komite Sekolah, Sekretaris Komite sekolah, Kepala
Sekolah, dan wakasi kurikulum SD Islam Al Azhar 29 Semarang.
b. Observasi atau Pengamatan
Observasi adalah metode yang metode yang dilakukan
dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
fenomena-fenomena atau kejadian-kejadian yang diselidiki.23 Dalam
penelitian ini penulis akan melakukan pengamatan mengenai
pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan,
serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat
pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan
di SD Islam Al-Azhar 29 Semarang.
Pengamatan ini penulis anggap suatu metode yang sangat
membantu karena disamping bisa secara langsung mengetahui
permasalahan secara akurat juga sangat membantu dalam

22
Suharsi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hlm 202.
23
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2000), Cet.II,
hlm.. 158.
memberikan suatu analisis terhadap permasalahan yang terjadi pada
pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan
di SD Islam Al Azhar 29 Semarang.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode yang digunakan
dengan mencari data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip dan
termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian. 24 Metode ini digunakan
untuk mendapatkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan
dan untuk membantu menganalisis data-data primer.
4. Metode Analisis data
a. Analisis data interaksi
Analisis data yang digunakan adalah model analisis data
interaksi, dalam hal ini komponen data dilakukan bersamaan dengan
proses pengumpulan data. Setelah data terkumpul, tiga komponen
analisis (reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan)
berinteraksi. 25

Data
Colection
Data Display

Data
Reduction
Conclusion:
Drawing/verifying

Gambar. Komponen dalam analis data (Interactive model)26

24
Ibid., hlm. 165.
25
Sugiono, op.cit., hlm. 337.
26
Ibid,. hlm. 277.
Data yang diperoleh dari penelitian atau data colection yang
masih bersifat komplek dan rumit direduksi, yaitu merangkum dan
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
membuang hal-hal yang tidak perlu. Data hasil penelitian ini yang harus
direduksi meliputi data hasil wawancara, dokumentsi dan observasi yang
berisi tentang pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta evaluasi proram-
program.
Data hasil reduksi disajikan atau di display ke dalam bentuk yang
mudah dipahami, biasanya penyajianan ini dalam bentuk, naratif, table,
grafik, pictogram. Kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan awal yang
dikemukakan dalam analisis interaktif masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal, di dukung oleh bukti-bukti yang
konsisten pada saat peneliti kembali kelapangan, maka kesimpulan yang
dikemukakan adalah kesimpulan yang kredibel.
b. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
27
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan dibedakan menjadi 4 macam
yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan
teori.28
1) Triangulasi dengan sumber, yaitu membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

27
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Colombus, Cio USA, 1988),
hlm. 330.
28
Lexy J. Moleong, Ibid, hlm.330-332.
2) Triangulasi dengan metode, yaitu metode pengecekan data
dengan menggunakan strategi pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan
data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data
dengan metode yang sama.
3) Triangulasi dengan penyidik, yaitu dengan jalan memanfaatkan
peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan
kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat
lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam
pengumpulan data.
4) Triangulasi dengan teori, yaitu teknik berdasarkan anggapan
bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat
kepercayaannya dengan satu atau lebih teori saja. Dalam hal ini,
jika analisis telah menguraikan pola, hubungan dan menyertakan
penjelasan yang muncul dari analisis maka penting sekali untuk
mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing.
BAB II

PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN


MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG

A. Pengelolaan Komite Sekolah


1. Konsep Dasar Pengelolaan
a. Pengertian
Pengelolaan merupakan kata lain dari manajemen. Manajemen
berasal dari bahasa inggris management, akar katanya adalah manage
yang memiliki arti mengatur, mengurus, melaksanakan, mengelola.29
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang
kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah managing
atau pengelolaan, sedang pelaksananya disebut manager atau
pengelola.30
Manajemen menurut Houghton sebagaimana dikutip oleh
Ibrahim Ismat Mutowi dan Amin Ahmad Khasan dalam buku al Ushul
al-Idaroyati littarbiyyah, bahwa:

‫ﻓﹾﻊﹺ‬‫ﺩ‬‫ ﻭ‬‫ﺔ‬‫ﻗﹶﺎ ﺑ‬‫ﺍﻟﺮ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ ﺟﹺﻴ‬‫ﻮ‬‫ﻠﹶﻰ ﺍﻟﺘ‬‫ ﻋ‬‫ﻄﹾﻠﹸﻖ‬‫ ﻳ‬‫ﻱ‬‫ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻠﹶﺎﺡ‬‫ﻄ‬‫ ﺍﻹِﺻ‬‫ﻲ‬‫ﺓﹶ ﻫ‬‫ﺍﺭ‬‫ﺇﹺﻥﱠ ﺍﻟﹾﺈﹺﺩ‬
31
‫ﺄﹶﺓ‬‫ﺸ‬‫ ﺍﳌﹶﻨ‬‫ﻲ‬‫ﻞﹺ ﻓ‬‫ﻤ‬‫ ﺇﹺﻟﹶﻰ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻠﹶﺔ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﻯ ﺍﻟﻌ‬‫ﺍﻟﹾﻘﹸﻮ‬
Yang dimaksud dengan manajemen adalah suatu aktifitas yang
melibatkan proses pengarahan, pengawasan, dan pengerahan
segenap kemampuan untuk melakukan suatu aktifitas dalam
suatu organisasi.

29
John M. Echols dan Hasan Shadaly, Kamaus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia, 1992), hlm. 372.
30
George R. Terry dan Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Bumi aksara,
2003), Cet.VIII, hlm.1.
31
Ibrahim Ismat Mutowi dan Amin Ahmad Khasan, Al-Ushul Al-Idharoh Littarbiyah,
(Riyad: Dar al-Syurq, 1998/1416 H), hlm. 8.
Henry L. Sisk mendefinisikan “Management is the coordination
of all resources through the processes of planning, organizing,
directing, and controlling in order to attain stated objectifies”.32

Manajemen adalah mengkoordinasikan semua sumber-sumber


melalui proses-proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan di dalam ketertiban untuk tujuan.

b. Fungsi-fungsi Manajemen
1) Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran
yang hendak dicapaidan menetapkan jalan dan sumber yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu, seefektif dan seedisien
mungkin. Perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih
dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa
harus dikerjakan dan dan siapa yang mengerjakannya. 33
Perencanaan dan rencana sangat penting, karena: 1) tanpa
perencanaan dan rencana berarti tidak ada tujuan yang dicapai; 2)
tanpa perencanaan dan rencana tidak ada pedoman pelaksanaan,
sehingga banyak pemborosan; 3) rencana adalah dasar
pengendalian, kerana tanpa adanya rencana pengendalian tidak
dapat dilakukan; 4) tanpa adanya perencanaan dan rencana, berarti
tidak ada keputusan dan proses manajemen pun tidak ada.34
2) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian ialah 1) penentuan sumber daya dan
kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi; 2)
proses perancangan dan pengembangan suatu organisasi yang akan
dapat membawa hal-hal tersebut kearah tujuan; 3) penugasan
tanggung jawab tertentu; 4) pendelegasian wewenang yang

32
Henry L. Sisk, Principles Of Management A Sistem Approach to the Management
Process, (Chicago: Publishing Company, 1969), hlm. 10.
33
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2004), Cet.VII, hlm.49.
34
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen:dasar penegrtian dan masalah, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005), cet.IV, hlm.91.
diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-
tugasnya. Pengertian lain tentang pengorganisasian ialah
pengaturan kerja sama sumber daya keuangan, fisik, dan manusia
dalam organisasi. Pengorganisasian merupakan penyusunan
struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber
daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya. 35
3) Penggerakan/Pelaksanaan (Actuating)
Penggerakan merupakan aktualisasi dari perencanaan dan
pengorganisasian secara konkrit. Perencanaan dan
pengorganisasian tidak akan mencapai tujuan yang ditetapkan
tanpa adanya aktualisasi dalam bentuk kegiatan. Perencanaan
bagaikan garis start dan penggerakan adalah bergeraknya mobil
menuju tujuan yang diinginkan berupa garis finish, garis finish
tidak akan dicapai tanpa adanya gerak mobil.
Berdasarkan rencana aksi, penangggung jawab program
kemudian melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah disusun.
Dalam pelaksanaan program, dibutuhkan suatu pengarahan dari
pimpinan, agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar.
Pengarahan yang dilakukan sebelum memulai bekerja, berguna
untuk menekankan hal-hal yang perlu ditangani, urutan prioritas,
prosedur kerja dan lain-lainnya agar pelaksanaan pekerjaan dapat
efektif dan efisien. Pengarahan yang dilakukan selama
melaksanakan tugas bagi orang-orang yang terlibat dimaksudkan
untuk mengingatkan ataupun meluruskan apabila terjadi
36
penyelewengan atau penyimpangan.
4) Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan pengontrol kegiatan yang telah
dilaksanakan, apakah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
atau tidak. Pengawasan diterapkan dalam fungsi manajemen, agar
35
Husaini Usman, lock.cit., hlm.141.
36
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya
Media, 2008), cet.IV, hlm.12.
pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan tidak melenceng dari
perencanaannya, kalaupun ada penyimpangan-penyimpangan maka
dilakukan perbaikan.
Pengawasan adalah kegiatan untuk mengetahuli realisasi
pelaku personel dalam organisasi, dan apakah tingkat pencapaian
tujuan sesuai dengan yang dikehendaki, serta hasil pengawasan
tersebut apakah dilakukan perbaikan. 37 Dalam kegiatan ini juga
dilaporkan factor-faktor pendukung dan penghambat kerja,
sehingga memudahkan usaha perbaikan. Jadi, pengawasan ini
dilihat dari segi input, proses, output bahkan outcomenya telah
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau belum sesuai tujuan
yang ditetapkan.
5) Penilaian (Evaluting)
Evaluasi artinya menilai semua kegiatan untuk menemukan
indikator yang menyebabkan sukses atau gagalnya pencapaian
tujuan, sehingga dapat dijadikan bahan kajian berikutnya. Dalam
mengkaji masalah yang dihadapi, rumuskan solusi alternatif yang
dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dan
meningkatkan kualitas keberhasilan dimasa yang akan datang.
Evaluasi sebagai fungsi manajemen merupakan aktifitas untuk
meneliti dan mengetahui pelaksanaan yang telah dilakukan dalam
proses keseluruhan organisasi mencapai hasil sesuai dengan
rencana atau program yang telah ditetapkan dalam rangka
pencapaian tujuan. Dengan mengetahui kesalahan-kesalahan atau
kekurangan-kekurangan, perbaikan dan pencarían solusi yang tepat
dapat ditemukan dengan mudah.38
6) Penganggaran (Budgetting)
Penganggaran merupakan rencana detail mengenai
perolehan dan penggunaan keuangan maupun sumber daya
37
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: CV. Alfabet, 2000),
hlm. 59.
38
Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), cet.I, hlm.124.
organisasi lainnya pada periode yang telah ditentukan. Anggaran
merupakan representasi dari perencanaan masa depan organisasi
yang disusun dalam bentuk laporan formal secara kuantitatif. Ada
dua hal yang perlu dicermati berkaitan dengan anggaran, yaitu
perencanaan dan pengontrolan biaya.
Beberapa manfaat yang dapat dipetik oleh organisasi yang
melakukan penganggaran, antara lain:
a) Anggaran mengomunikasikan rencana manajemen ke seluruh
bagian di dalam organisasi;
b) Anggaran akan memaksa manajer untuk memikirkan masa
depan organisasi dan merencanakan bagaimana cara
mencapainya;
c) Proses penganggaran akan mengalokasikan sumber daya
organisasi ke seluruh bagian organisasi secara efektif dan
efisien;
d) Prosese penganggaran akan meminimalisir terjadinya aktifitas
yang kurang optimal;
e) Anggaran akan mengoordinasi aktifitas-aktifitas di dalam
organisasi dengan mengintegrasikan rencana di masing-masing
bagian;
f) Anggaran akan mendefinisikan tujuan dan sasaran yang akan
menjadi benchmarks dalam mengevaluasi kinerja organisasi.
7) Motivasi (Motivating)
Motivasi merupakan salah satu alat atasan agar bawahan
mau bekerja keras dan bkerja cerdas sesuai dengan yang
diharapkan. Pengetahuan tentang pola motivasi membantu para
manajer memahami sikap kerja pegawai masing-masing. Manajer
dapat memotivasi pegawainya dengan cara berbeda-beda sesuai
dengan pola masing-masing yang paling menonjol. Bawahan perlu
dimotivasi karena ada bawahan yang baru mau bekerja setelah
dimotivasi atasannya. Motivasi yang timbul dari luar disebut
motivasi ekstrinsik. Di pihak lain, ada pula bawahan yang bekerja
atas motivasi dari dirinya sendiri. Motivasi yang timbul dari dalam
diri sendiri disebut motivasi intrinsic. Motovasi intrinsic biasanya
lebih bertahan lama dan efektif dibandingkan motivasi ekstrinsik.39
8) Pemberdayaan (Empowering)
Pemberdayaan merupakan suatu istilah yang sering
digunakan oleh pimpinan untuk mengoptimalkan fungsi dan peran
warga yang dipimpinnya. Pemberdayaan merupakan pemberian
wewenang kepada karyawan untuk merencanakan, mengendalikan,
dan membuat keputusan tentang pekerjaan yang menjadi
tanggungjawabnya, tanpa harus mendapatkan otorisasi secara
eksplisit dari manajer di atasnya. 40
Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan, tetapi
melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh-
sungguh berarti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan menyususn pekerjaan yang memungkinkan para karyawan
untuk mengambil keputusan mengenai perbaikan proses
pekerjaannya dengan parameter yang ditetapkan dengan jelas. 41

2. Konsep dasar Komite Sekolah


Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 1 diterangkan bahwa
Komite Sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang
tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang
peduli pendidikan.42 Kemudian pada pasal 56 ayat 3 diterangkan kembali

39
Husaini Usman, Manajemen teori Praktik & Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), ed.II., hlm.244.
40
Gunawan sudarmanto, “Optimalisasi pemberdayaan unsur-unsur terkait pengelolaan
sekolah yang mandiri dan berkualitas” http://blog.unila.ac.id/radengunawans/Manajemen-
Pendidikan.pdf, akses: 07/07/2010.
41
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, TQM: Total Quality Management, (Yogyakarta:
Andi, 2003), Ed.V, hlm.18.
42
Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI
tentang Pendidikan, (Jakarta: Depag RI, 2006), hlm.8.
bahwa Komite Sekolah sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan
dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan,
arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. 43
Pemaparan lebih lanjut mengenai Komite Sekolah dijelaskan
dalam Lampiran II Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 044/U/2002 Tanggal 2 April 2002, sebagai berikut.44
a. Pengertian, nama, dan ruang lingkup
1) Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peranserta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan
efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada
pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur
pendidikan luar sekolah;
2) Nama badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah
masing- masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah,
Komite Pendidikan, Komite Pendidikan Luar Sekolah, Dewan
sekolah, Majelis Sekolah, Majelis Madrasah, Komite TK, atau
nama lain yang disepakati.
3) Bp3, Komite Sekolah dan/atau majelis sekolah yang sudah ada
dapat memperluas fungsi, peran, dan keanggotaan sesuai dengan
acuan ini.
b. Tujuan Komite Sekolah
1) Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat
dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan
di satuan pendidikan;
2) Meningkatkan tanggung jawab dan peranserta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;

43
Ibid, hlm.37.
44
http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/docs/dok_16.pdf, Lampiran Kepmendiknas
nomor: 044/U/2002, Akses: 01/03/2010.
3) Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang
bermutu di satuan pendidikan.
c. Peran dan fungsi Komite Sekolah
Komite Sekolah berperan sebagai:
1) Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan;
2) Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud financial,
pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di
satuan pendidikan;
3) Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan
pendidikan;
4) Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di
satuan pendidikan.
Komite Sekolah berfungsi sebagai berikut:
1) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat
terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu;
2) Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/
organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan
dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu;
3) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat;
4) Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada
satuan pendidikan mengenai:
a) kebijakan dan program pendidikan;
b) Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS);
c) kriteria kinerja satuan pendidikan;
d) kriteria tenaga kependidikan;
e) kriteria fasilitas pendidikan; dan
f) hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan;
5) Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam
pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan
pendidikan;
6) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;
7) Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan
d. Tata hubungan antar organisasi
Tata hubungan antara Komite Sekolah dengan satuan
pendidikan, Dewan Pendidikan, dan institusi lain yang
bertanggungjawab dalam pengelolaan pendidikan dengan Komite-
Komite Sekolah pada satuan pendidikan lain bersifat koordinatif.
Komite Sekolah bukan lembaga birokrasi baru. kedudukan Komite
Sekolah sama sekali tidak berada di bawah atau di atas kepala sekolah,
melainkan sejajar. Komite Sekolah juga sama sekali bukan sebagai
institusi pemerintah, yang harus membuat pertanggungjawaban kepada
pemerintah pusat. atasan langsung Komite Sekolah tak lain adalah orang
tua dan masyarakat. Komite Sekolah adalah badan mandiri yang menjadi
wadah peran serta orang tua dan masyarakat dalam membantu
penyelenggaraan pendidikan di sekolah dan dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan sekolah.45

3. Pengelolaan Komite Sekolah


Pengelolaan Komite Sekolah merupakan suatu cara untuk
mengatur sebuah organisasi, mulai dari perencanaan program kerja,
pengorganisasian, pelaksanaan program kerja, dan evaluasi program kerja,
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dalam rangka
memaksimalkan peran dan fungsi Komite Sekolah agar tujuan
dibentuknya Komite Sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien.

45
Sri Renani Pantjastuti dkk., Komite Sekolah: Sejarah dn Prospeknya di Masa Depan,
(Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008), cet.I, hlm. 95.
Sebuah Komite Sekolah dapat menjalankan roda organisasi melalui
berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut barangkali ada yang belum
menyentuh substansi peningkatan mutu pendidikan di satuan pendidikan
tersebut. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah konsolidasi
organisasi. Kegiatan lain adalah misalnya penyusunan Panduan Organisasi
atau Penyusunan AD/ART atau melengkapi kelengkapan organisasi. 46
Komite Sekolah yang telah memenuhi syarat minimal sebagai
sebuah organisasi, dapat melangkah lebih jauh dalam menjalankan roda
organisasi, dan mulai menyentuh substansi mutu pendidikan. Dalam hal
ini Komite Sekolah dapat memulai kegiatannya dengan berangkat dari
upaya pemecahan masalah yang dapat diidentifikasi. Berikut ini tahap-
tahap yang dapat dilakukan oleh Komite Sekolah.47
a. Identifikasi masalah.
Setiap sekolah atau satuan pendidikan tentu memiliki masalah
yang berbeda-beda. Langkah yang perlu dilakukan oleh Komite
Sekolah dalam menjalankan roda organisasi adalan identifikasi
masalah, baik masalah akademik, maupun masalah non-akademik.
Dapat dipastikan bahwa akan banyak sekali masalah yang dapat
diidentifikasi.
b. Menentukan prioritas.
Dari sekian banyak masalah yang berhasil diidentifikasi harus
dipilih masalah yang akan menjadi prioritas, dikaitkan dengan
ketersediaan personel, dana, dan penunjang.
c. Analisis masalah.
Guna mengetahui secara lebih mendalam tentang masalah yang
terjadi, perlu dilakukan analisis masalah. Dalam masalah atau topik
yang akan ditangani langkah-langkah yang perlu dilakkan adalah
sebagai berikut:

46
Ngadino, Optimalisasi Peran Komite Sekolah,
http://www.suarakomunitas.net/?lang=id&rid=21&id=2796. Akses: 07/04/2010.
47
Departemen Pendidikan Nasional, Modul 2: Peningkatan Kemampuan Organisasional
komite sekolah, http://www.ziddu.com/download/5677996/modul2.doc.html, akses: 07/04/2010.
- Lakukan identifikasi faktor-faktor penyebab masalah tersebut,
- Buat daftar alternatif kemungkinan pemecahan masalah dan untung
rugi masing-masing alternatif
- Pilih alternatif terbaik berdasarkan kesepakatan bersama
- Buat perencanaan untuk pemecahan masalah.
d. Perencanaan program
Pelaksanaan Program dapat dilakukan dengan baik apabila
dibuat rencana aksi yang baik. Berikut ini contoh sebuah rencana aksi
yang dapat diacu.
Topik Kegiatan Waktu Sumberdaya Penanggung Indikator
Masalah yang yang yang jawab keberhasilan
dapat dibutuhkan diperlukan pemecahan
mengatasi masalah
masalah
Masalah 1.
A 2.
Masalah 1.
B 2.

e. Pelaksanaan Program/Kegiatan
Berdasarkan rencana aksi, penangggung jawab program
kemudian melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah disusun.
f. Evaluasi program
Selama berjalannya waktu dilalukan evaluasi secara periodik.
Setelah tenggat waktu periode tertentu terlewati tetapi indikator kinerja
masih di bawah target, perlu dilakukan analisis dan dibuat tindakan
koreksi (corrective action). Dalam hal ini ada baiknya dilakukan siklus
perencanaan : Planà Do à Check à Action, yang kini banyak dianut
oleh berbagai organisasi dalam menjalankan progran dan kegiatan
organisasinya.
Dalam menjalankan pengelolaan, dibutuhkan tenaga yang
profesional agar setiap pekerjaan yang ada dapat terselesaikan dengan baik
dan benar. Rasulullah saw bersabda dalam hadits yang berbunyi :

‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻠﱠﻰ ﺍﷲ ﻋ‬‫ﻝﹸ ﺍﷲ ﺻ‬‫ﻮ‬‫ﺳ‬‫ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ‬: ‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ ﺍﷲ ﻋ‬‫ﻰ‬‫ﺿ‬‫ﺓﹶ ﺭ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺮ‬‫ ﺍﹶﺑﹺﻰ ﻫ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬

)‫ﺔﹶ( ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ‬‫ﺎﻋ‬‫ﺮﹺ ﺍﻟﺴ‬‫ﻈ‬‫ﺘ‬‫ ﻓﹶﺎﻧ‬‫ﻪ‬‫ﻠ‬‫ﺮﹺ ﺍﹶﻫ‬‫ﻟﹶﻰ ﻏﹶﻴ‬‫ ﺍ‬‫ﺮ‬‫ ﺍﻻﹶﻣ‬‫ﺪ‬‫ﺳ‬‫ﺫﹶﺍ ﻭ‬‫ﺍ‬: ‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ﻭ‬

Dari abu Hurairah r.a. ia berkata : Rasulullah saw telah bersabda :


Apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya
maka tunggulah saat kehancurannya” (HR. Bukhari).48

Penyusunan program kerja Komite Sekolah perlu memperhatikan


atau berdasarkan beberapa hal sebagai berikut. 49
1) Program kerja komite merupakan penjabaran operasional dari peran dan
fungsi Komite Sekolah. Program kerja Komite Sekolah jangan sampai
keluar dan harus tetap dalam koridor yang tertuang dalam peran dan
fungsi Komite Sekolah.
2) Berdasarkan data dan informasi yang akurat yang diperoleh dari kondisi
dan permasalahan nyata yang dihadapi oleh sekolah. Proses penyusunan
program kerja Komite Sekolah perlu mempertimbangkan masukan dan
pertimbangan dari sekolah.
3) Sesuai dengan kaidah penyusunan program kerja pada umumya,
program Komite Sekolah disusun menganut kaidah SMART (specific,
measurable, achievable, dan time frame), yakni a) spesifik, b) dapat
diukur keberhasilan dan taraf pencapaiannya, c) dapat dicapai dan dapat
diperoleh, d) berorientasi pada hasil dan proses, e) dengan jadwal yang
jelas.
4) Pelaksanaan program kerja Komite Sekolah harus
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Salah satu prinsip Komite

48
Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah bin Bardizbah al-
Bukhari al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, (Beirut: Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1992), Juz I, hlm. 21.
49
Sri Renani Pantjastuti dkk., op.cit., hlm.100-101.
Sekolah adalah akuntabilitas. Oleh karena itu hasil pelaksanaan program
kerja Komite Sekolah harus dipertanggungjawabkan, bukan hanya
kepada orang tua tetapi juga kepada masyarakat. Sekolah dan Komite
Sekolah harus membuat laporan pertanggungjawaban secara periodic
atau setiap akhir tahun pelajaran kepada orang tua siswa dan
masyarakat.
Secara lebih rinci, Ace Suryadi dan Dasim Budimansyah dalam
Hasbullah melukiskan beberapa indikator dari peran Komite Sekolah
sebagai berikut.50
Tabel. 01
Indikator Peran Komite Sekolah

Peran Komite Fungsi Indikator Kinerja


Sekolah manajemen
Sebagai 1. Perencanaan · Identifikasi sumber daya
advisory sekolah pendidikan dalam masyarakat;
agency · Memberikan masukan
RAPBS;
· Menyelenggarakan rapat
RAPBS;
· Memberikan pertimbangan
perubahan RAPBS;
· Ikut mensahkan RAPBS
bersama kepala sekolah.
2. Pelaksanaan · Memberikan masukan
program terhadap proses pengelolaan
a. kurikulum pendidikan di sekolah;
b. PBM · Memberikan masukan
c. Penilaian terhadap proses pembelajaran
kepada guru-guru.
3. Pengadaan · Identifikasi potensi sumber
sumber daya daya pendidikan dalam
pendidikan masyarakat;
(SDM, S/P, · Memberikan pertimbangan
Anggaran) tentang tenaga kependidikan
yang dapat diperbantukan di
sekolah;
· Memberikan pertimbangan

50
Hasbullah, Otonomi Pendidikan : kebijakan otonomi daerah dan implikasinya terhadap
penyelenggaraan pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 96-98.
tentang sarana dan prasarana
yang dapat diadakan di
sekolah;
· Memberikan pertimbangan
tentang anggaran yang dapat
dimanfaatkan di sekolah.
Sebagai badan 1. Sumber Daya · Pemantauan terhadap kondisi
pendukung ketenagaan pendidikan di
(supporting sekolah;
agency) · Mobilisasi guru sukarelawan
di sekolah;
· Mobilisasi tenaga
kependidikan non guru di
sekolahan;
· Memantau kondisi
sarana/prasarana di sekolah.
2. Sarana dan · Mobilisasi bantuan
Prasarana sarana/prasarana di sekolah;
· Evaluasi pelaksanaan
dukungan.
3. Anggaran · Memantau kondisi anggaran
pendidikan di sekolah.
· Mobilisasi dukungan terhadap
anggaran pendidikan di
sekolah;
· Koordinasi dukungan terhadap
anggaran pendidikan di
sekolah;
· Evaluasi pelaksanaan
dukungan anggaran di
sekolah.

Peran Komite Fungsi Indikator Kinerja


Sekolah manajemen
Sebagai badan 1. Control · Pengawasan terhadap proses
pengontrol terhadap pengambilan keputusan di
Perencanaan sekolah;
sekolah · Penilaian terhadap kualitas
kebijakan di sekolah;
· Pengawasan terhadap proses
perencanaan di sekolah;
· Pengawasan terhadap kualitas
perencanaan sekolah;
· Pengawasan terhadap kualitas
program sekolah.
2. Kontrol · Pengawasan terhadap
terhadap organisasi sekolah;
pelaksanaan · Pengawasan terhadap
program penjadwalan program sekolah;
sekolah · Pengawasan terhadap alokasi
anggaran untuk pelaksanaan
program sekolah;
· Pengawasan terhadap sumber
daya pelaksana program
sekolah;
· Pengawasan terhadap
partisipasi sekolah terhadap
program sekolah.
3. Kontrol · penilaian terhadap hasil Ujian
terhadap Nasional;
output · penilaian terhadap angka
pendidikan partisipasi sekolah;
· penilaian terhadap angka
mengulang sekolah;
· penilaian terhadap angka
bertahan di sekolah.
Mediator 1. Perencanaan · Menjadi penghubung antara
Agency KS dengan masyarakat, KS
dengan Dewan Pendidikan,
serta KS dengan sekolah;
· Identifikasi aspirasi
pendidikan dalam masyarakat;
· Membuat usulan kebijakan
dan program pendidikan
kepada sekolah.
2. Pelaksanaan · Sosialisasi kebijakan dan
program program pendidikan sekolah
terhadap pendidikan
masyarakat;
· Memfasilitasi berbagai
masukan terhadap kebijakan
program terhadap sekolah;
· Menampung pengaduan dan
keluhan terhadap kebijakan
dan program pendidikan;
· Mengkomunikasikan
pengaduan dan keluhan
masyarakat terhadap instansi
terkait dalam bidang
pendidikan di sekolah.
3. Sumber daya · Identifikasi kondisi sumber
daya di sekolah;
· Identifikasi sumber daya
masyarakat;
· Mobilisasi bantuan
masyarakat untuk pendidikan
di sekolah;
· Koordinasi bantuan
masyarakat.

Sumber: Hasbullah, Otonomi Pendidikan, hlm. 96-98.

Apabila Komite Sekolah sudah dapat melaksanakan keempat


perannya tersebut secara baik, diasumsikan bahwa Komite Sekolah
tersebut dapat memberikan dampak terhadap kinerja sistem pendidikan
yang ada. Dengan kata lain, keberadaan dan peran Komite Sekolah perlu
menyentuh berbagai indicator kinerja dalam kaitannya dengan
keberhasilan sistem pendidikan persekolahan dalam upaya memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara optimal.51
Pengelolaan Komite Sekolah merupakan suatu cara untuk
mengatur sebuah organisasi, mulai dari perencanaan program kerja,
pengorganisasian, pelaksanaan program kerja, dan evaluasi program kerja,
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dalam rangka
memaksimalkan peran dan fungsi Komite Sekolah agar tujuan
dibentuknya Komite Sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Pengelolaan Komite Sekolah merupakan penjabaran dari peran dan fungsi
Komite Sekolah yang telah disebutkan di atas. Jika dalam pengelolaan
Komite Sekolah telah mampu melaksanakan Peran dan Fungsinya sebagai
Komite Sekolah, maka dapat dikatakan pengelolaan itu telah berjalan
secara efektif dan efisien dalam rangka mewujudkan tujuan Komite
Sekolah yang telah diatur dalam Undang-Undang yakni Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 044/U/2002.

51
Ibid., hlm. 99.
B. Mutu Pendidikan
1. Konsep Mutu
Bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan
mutu merupakan tugas yang paling penting. Walaupun demikian, ada
sebagian orang yang menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang
penuh dengan teka-teki. Mutu dianggap sebagai suatu hal yang
membingungkan dan sulit untuk diukur. Mutu dalam pandangan seseorang
terkadang bertentangan dengan mutu dalam pandangan orang lain,
sehingga tidak aneh jika ada dua pakar yang tidak memiliki kesimpulan
yang sama tentang bagaimana cara menciptakan institusi yang baik.52
Sebagai suatu konsep yang absolut, mutu sama halnya dengan sifat
baik, cantik dan benar; merupakan suatu idealisme yang tidak dapat
dikompromikan. Dalam definisi yang absolut, sesuatu yang bermutu
merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi yang tidak dapat
diungguli. Produk-produk yang bermutu adalah sesuatu yang dibuat
dengan sempurna dan dengan biaya yang mahal. 53
Mutu dalam pengertian relatif bukanlah suatu sebutan untuk suatu
produk atau jasa, tetapi pernyataan bahwa suatu produk atau jasa telah
memenuhi persyaratan atau kriteria, atau spesifikasi yang ditetapkan.
Produk atau jasa tersebut tidak harus terbaik, tetapi telah memenuhi
standar yang ditetapkan. Mutu dalam pengertian relatif memiliki dua
aspek. Pertama mutu diukur dan dinilai berdasarkan persyaratan kriteria
dan spesifikasi (standar-standar) yang telah ditetapkan lebih dulu. Kedua,
konsep ini mengakomodasi keinginan konsumen atau pelanggan, sebab di
dalam penetapan standar produk dan atau jasa yang akan dihasilkan
memperhatikan syarat-syarat yang dikehendaki pelanggan, dan

52
Edward Sallis, Total Quality Management In Education, terjemahan Dr. Ahmad Ali
Riyadi dan Fahrurrozi, M.Ag dan (Yogyakarta: IRCISOD, 2006), hlm.29.
53
Ibid., hlm. 51.
perubahan-perubahan standar antara lain juga didasarkan atas keinginan
konsumen/pelanggan, bukan semata-mata kehendak produsen.54
Kata “Mutu” berasal dari Bahasa Inggris “quality” yang berarti
kualitas.55 Quality is the totality of features and other characteristics of a
product or service that bear on its ability to satisfy stated or implied
needs.56
Definisi tentang mutu sangat beragam dengan sudut pandang yang
berbeda namun memiliki hakekat yang sama. Dalam membahas definisi
mutu kita perlu mengetahui definisi mutu produk yang disampaikan oleh lima
pakar Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Berikut ini
definisi-definisi tersebut :
a. Juran menyebutkan bahwa mutu produk adalah kecocokan
penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pelanggan.
b. Crosby mendefinisikan mutu adalah conformance to requirement,
yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan.
c. Deming mendefinisikan mutu, bahwa mutu adalah kesesuaian dengan
kebutuhan pasar.
d. Feigenbaum mendefinisikan mutu adalah kepuasan pelanggan
sepenuhnya.
e. Garvin dan Davis menyebutkan bahwa mutu adalah suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja,
proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan atau konsumen. 57
Mutu adalah gambaran karakteristik menyeluruh dari barang atau
jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan

54
Umaidi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah, (Ciputat: Pusat Kajian
Manajemen mutu pendidikan, 2004), Ed.I, Hlm.162-163
55
John M. Echols dan Hasan Shadhily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1976., hlm. 327.
56
Glossary Terms, http://www.qaproject.org/methods/resglossary.html,
Akses:13/05/2010
57
Rita H., Definisi Mutu, http://weblog-pendidikan.blogspot.com/2009/08/definisi-
mutu.html, Akses: 13/04/2010.
yang akan atau yang tersirat. Lebih luas lagi Mutu adalah kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk jasa, manusia, proses, dan hubungan
yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.58
Dari beberapa definisi mutu di atas, maka bisa ditarik kesimpulan
bahwa:
a. Mutu meliputi usaha memenuhi kebutuhan atau melebihi kebutuhan
atau harapan pelanggan.
b. Mutu mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.
c. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang
dianggap merupakan mutu saat ini, mungkin dianggap kurang bermutu pada
masa mendatang).
Sedangkan mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses,
output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap
berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan
suasana yang PAKEMB (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif,
Menyenangkan, dan Bermakna). Output dinyatakan bermutu jika hasil
belajar akademik dan non akademik siswa tinggi. Outcome dinyatakan
bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua
pihak mengakui kehebatan lulusan dan merasa puas.
Mutu bermanfaat bagi dunia pendidikan karena 1) meningkatkan
pertanggungjawaban (akuntabilitas) sekolah kepada masyarakat dan atau
pemerintah yang telah memberikan semua biaya kepada sekolah, 2)
menjamin mutu lulusannya, 3) bekerja lebih professional, dan 4)
meningkatkan persaingan yang sehat.59

2. Faktor yang Mempengaruhi Mutu


Mutu tidak terjadi begitu saja, ia harus direncanakan. Mutu harus
menjadi bagian penting dari strategi institusi, dan harus didekati secara
sistematis dengan menggunakan proses perencanaan strategis.

58
Abu Choir, “Manajemen Mutu Terpadu”, Modul Mata Kuliah Jurusan Kependidikan
Islam, (Fakultas tarbiyah, IAIN Walisongo Semarang), hlm.1., t.d.
59
Husaini Usman, Op.Cit., hlm.481.
Perencanaan strategis merupakan salah satu bagian penting dari Total
Quality Management (TQM). Tanpa arahan jangka panjang yang jelas,
sebuah institusi tidak dapat merencanakan peningkatan mutu. Bahwa
sebuah visi strategis yang kuat merupakan salah satu faktor kesuksesan
yang penting bagi institusi manapun.60
Edward Sallis mengatakan bahwa Total Quality Management is a
philosophy of continuous improvement, which can provide any
educational institution with a set of practical tools for meeting and
exceeding present and future customers needs, wants, and expectations.61

TQM adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus


menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada
setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan,
harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan
datang.

Mutu sekolah adalah mutu semua komponen yang dalam sistem


pendidikan, artinya efektivitas sekolah tidak hanya dinilai dari hasil
semata, tetapi sinergitas berbagai komponen dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dengan bermutu,62 Maka usaha-usaha untuk peningkatan
kualitas pendidikan melalui beberapa cara, seperti :
a. Meningkatkan ukuran prestasi akademik melalui ujian nasional atau
ujian daerah yang menyangkut kompetensi dan pengetahuan,
memperbaiki tes bakat, sertifikasi kompetensi dan profil portofolio.
b. Membentuk kelompok sebaya untuk meningkatkan gairah
pembelajaran melalui belajar secara kooperatif.
c. Menciptakan kesempatan belajar baru di sekolah dengan mengubah
jam sekolah menjadi pusat belajar sepanjang hari dan tetap membuka
sekolah pada jam-jam libur.

60
Edward Sallis, op.cit., hlm. 211.
61
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, (London: Kogan Page, 1993),
hlm. 34.
62
Aan Komariah dan Cepi Triatna, , Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2006),, hlm. 31.
d. Meningkatkan pemahaman dan penghargaan belajar melalui
penguasaan materi dan penghargaan atas pencapaian prestasi
akademik.
e. Membantu siswa memperoleh pekerjaan dengan menawarkan kursus-
kursus yang berkaitan dengan keterampilan memperoleh pekerjaan,
bertindak sebagai sumber kontak informal tenaga kerja, membuat
daftar riwayat hidupnya dan mengembangkan portofolio pencarian
Pekerjaan.
TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang
mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan
terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan. Namun
pendekatan TQM hanya dapat dicapai dengan memperhatikan
karakteristiknya, yaitu: a) fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal
maupun eksternal, b) memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas, c)
mengggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah, d) memiliki komitmen jangka panjang, e)
membutuhkan kerja sama tim (teamwork), f) memperbaiki proses secara
berkesinambungan, g) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, h)
memberikan kebebasan yang terkendali, i) memiliki kesatuan tujuan, j)
adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. 63

3. Pendidikan dan Pelanggan


Pelanggan adalah semua orang yang menuntut kita/institusi untuk
memenuhi suatu standar kualitas tertentu, dan karena itu akan memberikan
pengaruh pada performansi kita/institusi. Beberapa definisi tentang
pelanggan yaitu:
a. Pelanggan adalah orang yang tidak tergantung pada kita, tetapi kita
yang tergantung padanya.
b. Pelanggan adalah orang yang membawa kita kepada keinginannya.

63
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Op.Cit.,, hlm.4-5.
c. Tidak ada seorangpun yang pernah menang beradu argumentasi
dengan pelanggan.
d. Pelanggan adalah orang teramat penting yang harus dipuaskan. 64
Institusi pendidikan adalah sebagai pemberi jasa. Jasa-jasa ini
meliputi pemberian beasiswa, penilaian dan bimbingan bagi para pelajar,
para orang tua, dan para sponsor mereka. Para pelanggan terdiri dari
bermacam-macam golongan dan perlu diidentifikasi. Pelanggan utama
yaitu pelajar yang secara langsung menerima jasa. Pelanggan kedua yaitu
orang tua, gubernur atau sponsor pelajar yang memiliki kepentingan
langsung secara individu maupun institusi. Pelanggan ketiga yaitu pihak
yang memiliki peran penting, meskipun tak langsung, seperti pemerintah
dan masyarakat secara keseluruhan.65
Gagasan lebih lengkap diungkapkan Lewis &Smith dikutip oleh
Fandy Tjiptono dan Anastasia dalam buku Total Quality Management,
keduanya mengajukan kerangka identifikasi pelanggan pada tiga
perspektif, yaitu pelanggan internal (akademik dan administratif),
pelanggan eksternal langsung, pelanggan eksternal tidak langsung.
Pelanggan internal akademik meliputi siswa/murid, staf pengajar, program
dan departemen/unit-unit yang mempengaruhi program tertentu
(kurikulum, kesiswaan, humas dan keuangan). Pelanggan internal
administrasi meliputi mahasiswa, karyawan dan unit, departemen atau
bagian yang mempengaruhi suatu pelayanan atas aktifitas (ITU, service
cleaning, dll). Pelanggan eksternal langsung terdiri atas employers
siswa/murid dan sekolah atau lembaga lain yang menjadi penerima
siswa/murid untuk studi lanjut atau jasa yang lain. Sedangkan pelanggan
eksternal tidak langsung meliputi legislature bodies, masyarakat yang
dilayani, BAN, alumni, keputusan dan operasi lembaga pendidikan. 66

64
Vincent Gaspers, Total Quality Management, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), Cet.1, hlm.33.
65
Edward Sallies, loc. cit, hlm. 68.
66
Fandi Tjiptono dan Anastasia Diana, Loc.Cit., hlm. 38.
4. Konsep Peningkatan Mutu Pendidikan
a. Peningkatan mutu pendidikan
Pada era otonomi daerah, berbagai tantangan untuk pemerataan
dan peningkatan mutu pendidikan mengharuskan adanya reorientasi
dan perbaikan sistem manajemen penyelenggaraan pendidikan. Untuk
itu, pelaksanaan konsepsi school based management dan community
based education merupakan suatu keharusan. Manajemen berbasis
sekolah atau MBS merupakan konsep manajemen sekolah yang
memberikan kewenangan, kepercayaan, dan tanggung jawab yang luas
bagi sekolah berdasarkan profesionalisme untuk menata organisasi
sekolah, mencari, mengembankan dan mendayagunakan sumber daya
pendidikan yang tersedia, serta memperbaiki kinerja sekolah dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan sekolah yang bersangkutan. 67
Dalam MBS sekolah dapat merencanakan, menetapkan, dan
melaksanakan sendiri kebijakan, program, dan kegiatan sekolah,
sepanjang untuk memajukan institusi sekolah dan meningkatkan mutu
pendidikannya. Oleh karena itu, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
ini kemudian dikenal dengan nama Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah (MPMBS). Sudah barang tentu sekolah tidak dapat
melakukannya sendiri. Sekolah harus dapat menjalin dan bekerja sama
dengan semua stakeholder pendidikan.68
Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan
alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan
kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Beberapa indikator yang
menunjukkan karakter dari konsep manajemen ini antara lain sebagai
berikut; (a) lingkungan sekolah yang aman dan tertib, (b) sekolah
memilik misi dan target mutu yang ingin dicapai, (c) sekolah memiliki
kepemimpinan yang kuat, (d) adanya harapan yang tinggi dari personel

67
Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah Dan Implikasinya
Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.51.
68
Suparlan, Membangun Sekolah Efektif, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008), cet.I,
hlm.30.
sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainnya termasuk siswa) untuk
berprestasi, (e) adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus
sesuai tuntutan IPTEK, (f) adanya pelaksanaan evaluasi yang terus
menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif, dan
pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/perbaikan mutu, dan (g)
adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua
murid/masyarakat.69
b. Prinsip-prinsip peningkatan mutu pendidikan
Ada beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam menerapkan
program mutu pendidikan diantaranya sebagai berikut.
1) Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan
professional dalam bidang pendidikan.
2) Menghadapi “kegagalan sistem” yang mencegah dari
pengembangan atau penerapan cara atau proses baru untuk
memperbaiki mutu pendidikan yang ada.
3) Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan.
Norma dan kepercayaan lama harus diubah. Uang bukan kunci
utama dalam usaha peningkatan mutu.
4) Kunci utama peningkatan mutu adalah komitmen pada perubahan.
5) Profesional di bidang pendidikan harus berani melakukan
perubahan dan tahu bagaimana mengatasi tuntutan-tuntutan baru.
6) Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat
dipakai secara langsung dalam pendidikan, tetapi membutuhkan
penyesuaian-penyesuaian dan penyempurnaan.
7) Sistem pengukuran. Dengan pengukuran dapat memperlihatkan
dan mendokumentasikan nilai tambah dari pelaksanaan program
peningkatan mutu pendidikan, baik terhadap siswa, orang tua
maupun masyarakat.

69
Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,
http://www.ssep.net/director.html., Akses: 01/03/2010.
8) Masyarakat dan manajemen pendidikan harus menjauhkan diri dari
kebiasaan menggunakan “program singkat”, peningkatan mutu
dapat dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan tidak dengan
program-program singkat. 70
Peningkatan mutu pendidikan, tidak dapat terlaksana tanpa
pemberian kesempatan sebesar-besarnya pada sekolah yang
merupakan ujung tombak terdepan untuk terlibat aktif secara mandiri
mengambil keputusan tentang pendidikan. Sekolah harus menjadi
bagian utama sedangkan masyarakat dituntut partisipasinya dalam
peningkatan mutu yang telah menjadi komitmen sekolah demi
kemajuan masyarakat.71
Peningkatan mutu hanya akan berhasil jikalau ditekankan
adanya kemandirian dan kreativitas sekolah. Proses pendidikan
menyangkut berbagai hal diluar proses pembelajaran, seperti misalnya
lingkungan sekolah yang aman dan tertib, misi dan target mutu yang
ingin dicapai setiap tahunnya, kepemimpinan yang kuat, harapan yang
tinggi dari warga sekolah untuk berprestasi, pengembangan diri,
evaluasi yang terus menerus, komunikasi dan dukungan intensif dari
pihak orang tua, masyarakat maupun komite sekolah sebagai wadah
peran serta masyarakat.

70
Nana Syaodih Sukmadinata dkk., Pengendalian mutu pendidikan sekolah menengah
(konsep, Prinsip, dan instrument), (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), Ce.II, hlm.10-11.
71
Hasbullah, Op.Cit., hlm.51
BAB III
PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN
MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG

C. Data Umum SD Islam Al Azhar 29 Semarang


1. Profil Sekolah
Nama Sekolah : SD Islam Al Azhar 29 Semarang
Alamat : Jl. R.M Hadisoebeno Sosrowardoyo Km.6
Mijen Semarang (024) 70779510
Nama yayasan : YP HIMSYA
Ketau Pembina : H. Imam Syafi’I, SE. MM
Yayasan
Status Sekolah : Swasta
Nama Kepala : Nikmah Rahmawati, M.Si.
Sekolah
Sistem : - Bimbingan akhlakulkarimah
72
Belajar - Program belajar mandiri
- Remedial and enrichment program
- Pembelajaran komputer sejak dini
- Pembiasaan Bahasa Inggris sejak dini
Program : - Hafalan Juz ‘Amma
keagamaan73 - Metode Qiro’ati
- Amaliyah Romadlon
- Do’a Harian
- Shalat Dhuha
- Tadarus Harian
- Infaq Shadaqah
- Peringatan Hari Besar Islam

72
Profil SD Islam Al Azhar 29 Semarang
73
Leaflet Penerimaan Murid Baru SD Islam Al Azhar 29 Semarang
2. Struktur Organisasi SD Islam Al Azhar 29 Semarang

YP HIMSYA

Jam’iyyah/Komite
Kepala Sekolah
Sekolah

Kasie Kurikulum Kasie Kesiswaan

Koord. Koord. Koord. Koord. Koord. Keuangan Tata Koord.


IT B.ingg Keagamaa OR IPA Usaha PSB
n

Bendahara Guru Kelas / Guru Bidang Guru Ekstra


BOS, BPP Wali Kelas

Office Girl Claening servis Guru Security Driver Penjaga Malam


Pendamping

Keterangan:
Garis Komando :
Garis koordinasi :

3. Profil Komite Sekolah SDI Al Azhar 29


a. Nama Komite Sekolah SDI Al Azhar 29
Komite Sekolah SD Islam Al Azhar 29 Semarang bernama
Jam’iyyatul Walidin, yang kemudian disebut dengan Jam’iyyah
SDI Al Azhar 29. 74 Penamaan ini berdasarkan pada aturan yang
telah ditetapkan oleh Yayasan Pesantren Islam Al Azhar Pusat.
Kepengurusan Jam’iyyah masa jabatan 2009/2011 dilantik pada
tanggal 3 November 2009.75

74
Pedoman Dasar Jam’iyyatul Walidin SDI Al Azhar 29 Semarang
75
Wawancara dengan Ibu Sri Gati Wahyuni,Wakil Ketua Jam’iyyah, pada tanggal 3 Juni
2010, pukul. 10.00 wib, di ruang PSB
b. Tujuan Jam’iyyatul Walidin SDI Al Azhar 29
Tujuan dibentuknya Jam’iyyah adalah untuk mewadahi
peran serta masyarakat khususnya wali murid, dalam rangka
meningkatkan mutu, efisiensi dan efektifitas pengelolaan
pendidikan di satuan pendidikan. Kemudian dalam melaksanakan
tugasnya Jam’iyyah SDIA 29 mempunyai motto, yaitu:
“Bergandengan tangan meraih prestasi, mengedepankan
kepentingan bersama, untuk kemajuan anak-anak Al azhar 29
Semarang”. 76

c. Pengurus Jam’iyyah SDI Al Azhar 29 periode Th. 2009/201177

Ketua : Risa Wahyuningsih, SH


Wakil Ketua : Sri Gati wahyuni
Sekretaris I : Hartalya Eva Rachmanti
Sekretaris II : Emi Susilowati
Bendara I : Sri Harnowo
Bendara II : Marhamah
Sie. Dana : Silvana Woro, Dewi Ernawati,
Ir. Wasis Gunawan
Sie. Dakwah : Hj. Tuti Munawati, Noneng Sumirat
Sri Rahayu
Sie. Sosial : Jumiati, Jane Handriyani
Ratih Dwi Suci
Sie. : Evy Juliastuti, Sri Wahyuni
Pendidikan Yuni Ika Widiastuti
Sie. Humas : Rismayasih, Yuli Nur Hayati
Nining

76
Wawancara dengan Ibu Risa wahyuningsih (ketua Jam’iyyah SDIA 29), pada tanggal
12 Juni, pukul 11.30-13.00, di kediamannya Jl.Kalimas A-7 Mijen.
77
Buletin Zahara, Edisi Januari 2010/Muharram 1431 H, hlm.22
D. Pengelolaan Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
di SD Islam Al Azhar 29 Semarang
Pengelolaan Komite Sekolah merupakan suatu cara untuk
mengatur sebuah organisasi, mulai dari perencanaan program kerja,
pengorganisasian, pelaksanaan program kerja, dan evaluasi program kerja,
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dalam rangka
memaksimalkan peran dan fungsi Komite Sekolah agar tujuan
dibentuknya Komite Sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Dalam melaksankan perannya sebagai advisory agency, supporting
agency, controlling agency, dan mediator agency, Komite Sekolah
(Jam’iyyah) SD Islam Al Azhar 29 Semarang menyusun beberapa
program kerja yang dapat membantu SD Islam Al Azhar 29 Semarang
meningkatkan mutu pendidikannya. Program kegiatan tahunan Jam’iyyah,
dibuat menyesuaikan dengan program kegiatan sekolah dan berdasarkan
Pedoman Dasar Jam’iyyaul Walidin.
1. Perencanaan
Perencanaan program kerja/program kegiatan tahunan yang
dilakukan Jam’iyyah merupakan program kerja/program kegiatan yang
dihasilkan melalui rapat pengurus Jam’iyyah di awal tahun
kepengurusannya. Dalam proses perencanaan tiap-tiap pengurus
menentukan program kegiatan yang akan dilakukan dalam setahun
kedepan.78
Proses perencanaan program Jam’iyyah, dilakukan melalui
beberapa tahapan diantaranya adalah mengidentifikasi kebutuhan
berdasarkan program kerja SDI Al Azhar 29 Semarang, membuat
rencana sementara, kemudian menentukan prioritas terhadap rencana-
rencana sementara dan selanjutnya menentukan rencana. Kemudian
rencana yang telah disusun, dikoordinasikan terlebih dahulu kepada
Kepala Sekolah, agar program kegiatan Jam’iyyah selaras dengan

78
Wawancara dengan Ibu Risa wahyuningsih (ketua Jam’iyyah SDIA 29), pada tanggal
12 Juni, pukul 11.30-13.00, di kediamannya Jl.Kalimas A-7 Mijen.
program kegiatan sekolah.79 Adapun program kerja Jam’iyyah Periode
2009/2011 adalah:
Tabel. 02
Program kerja Jam’iyyah SDIA 29 Th. 2009-201180

Penanggung
No. Kegiatan waktu
Jawab
1 Mengusulkan pembangunan Waka.
Januari
kolam renang dan poliklinik Jam’iyyah
2 tiap 3 bulan Ketua/
memonitor RPS dan RAPBS sekali sekretaris
bendahara
3 mengontrol penggunaan dana Sebulan Ketua/
BOS dan dana BPP sekali sekretaris
bendahara
4 Kunjungan kepada guru, Kondisional Sie. Sosial
karyawan bila sakit, melahirkan
dll.
5 pembuatan ID card siswa baru Agustus Sie. Dana

6 memberi uang saku peserta Maret Sie.


lomba olimpiade dan uji Pendidikan/
kompetensi Al Azhar se- sie. dana
Indonesia
7 memberi kenang-kenangan Juni Sie. Social/
kepada wali murid kelas 6 dan sie. dana
guru kelas pada saat acara
Akhirussanah
8 membuat album kenangan Juni Sie. humas
untuk kelas 6
9 membantu pendanaan kegiatan 2 x setahun Sie. Dana/
field trip sie.
pendidikan
10 membantu pendanaan dalam Sesuai Sie. Dana/
kegiatan peringatan PHBI dan jadwal sie. Social/
PHBN sie. humas
11 ikut serta dalam setiap kegiatan Sesuai Sie.
kelas dan kegiatan sekolah jadwal Pendidikan/
sekolah semua
pengurus
12 melaksanakan pembinaan 2x setahun Ketua/ sie

79
Wawancara dengan Ibu Risa wahyuningsih (ketua Jam’iyyah SDIA 29), pada tanggal
12 Juni, pukul 11.30-13.00, di kediamannya Jl.Kalimas A-7 Mijen.
80
Panduan Program kerja Jam’iyyatul Walidin SDIA 29, Periode 2009/2011
pengurus dan anggota pendidikan/
Jam’iyyah sie. humas
13 pendampingan kepada wali Sesuai Sie.
murid dalam kegiatan jadwal pendidikan
konsultasi kesulitan belajar sekolah
murid
14 pengajian rutin sebulan sekali Sebulan Sie. dakwah
untuk guru dan wali murid sekali

15 pengajian Qiro’ati setiap hari Setap hari Sie. dakwah


sabtu untuk wali murid sabtu
16 pemeriksaan gigi, mata dan April, Sie. sosial
THT untuk murid Agustus,
Februari
17 mengikuti rapat penyusunan Juli Ketua
RPS dan RAPBS jam’iyyah
18 ikut mengesahkan RAPBS Juli Ketua
jam’iyyah
19 mengikuti acara open house Agustus Ketua/
wali murid dengan kepala semua
sekolah pengurus
20 menerbitkan bulletin Zahara Al Juni dan Sie. humas
Azhar 29 News Januari
21 Memberikan THR untuk guru Agustus Sie. dana
dan karyawan

Sumber: Dokumen Program Kerja Jam’iyyah SDIA 29

Program kegiatan di atas akan dilaksanakan dalam masa


kepengurusan Jam’iyyah periode 2009-2011. Ada beberapa kegiatan
yang dilakukan secara rutin, secara periodik, dan 2 kali dalam setahun.
Jadi tidak menutup kemungkinan kegiatan yang telah terlaksana pada
Tahun Pelajaran 2009/2010, juga akan dilaksanakan pada Tahun
Pelajaran 2010/2011. Selain program-program yang telah ditentukan
dalam rencana, ada juga program kerja yang sifatnya insidental atau
tak terduga, hal ini dikarenakan program kegiatan Jam’iyyah
menyesuaikan juga dengan kegiatan sekolah. 81

81
Wawancara dengan Ibu Risa wahyuningsih (ketua Jam’iyyah SDIA 29), pada tanggal
12 Juni, pukul 11.30-13.00, di kediamannya Jl.Kalimas A-7 Mijen.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian yang dilakukan Jam’iyyah SDIA 29
merupakan pengaturan kerja bersama. Yakni membagi tiap-tiap
pengurus kepada sebuah tanggung jawab program kerja seperti yang
telah tercantum dalam rencana kerja. Tetapi sebenarnya
pengorganisasian tidak hanya mencakup suber daya manusia, tetapi
juga suber daya keuangan, karena dalam setiap pelaksanaan kegiatan
tentu membutuhkan pendanaan. Tetapi dalam rencana program kerja
Jam’iyyah SDIA 29 tidak mencantumkan dana yang dibutuhkan,
meskipun sebenarnya Jam’iyyah SDIA 29 tetap melakukan
82
pengorganisasian dalam hal keuangan.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan program kerja Jam’iyyah merupakan realisasi dari
program kerja yang telah direncanakan sebelumnya. Kemudian
masing-masing penanggungjawab kegiatan melaksanakan program-
program tersebut bersama-sama dengan pengurus lain. Pelaksanaan
kegiatan Jam’iyyah merupakan penjabaran dari rencana-rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya, untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Ketua Jam’iyyah merupakan penanggungjawab utama, maka
dalam pelaksanaan, Ketua Jam’iyyah berkewajiban memberikan
pengarahan dan motivasi terhadap pengurus yang akan/sedang
melaksanakan tanggung jawabnya. Pengarahan yang dilakukan
sebelum memulai bekerja berguna untuk menekankan hal-hal yang
perlu ditangani, urutan prioritas, prosedur kerja, dan lain-lainnya agar
pelaksanaan pekerjaan dapat efektif dan efisien.
Program kerja Jam’iyyah SDIA 29 Semarang yang telah
terlaksana, sebagai berikut:

82
Wawancara dengan Ibu Risa wahyuningsih (ketua Jam’iyyah SDIA 29), pada tanggal
12 Juni, pukul 11.30-13.00, di kediamannya Jl.Kalimas A-7 Mijen.
1) Memberikan kenang-kenangan kepada Bu An dari Al azhar Pusat
untuk kunjungan ke Al Azhar 29 Semarang, Rp.114.000,- pada
tanggal 25 November 2009
2) Pembinaan Pengurus anggota Jam’iyyah oleh Ibu Nikmah
Rahmawati, M.S.I, terlaksana pada tanggal 5 Desember 2009
3) Santunan kepada Panti Asuhan pada peringatan 1 Muharram, pada
tanggal 17 Desember 2009. Santunan diberikan kepada Panti
Asuhan Qosim Al Hadi Wonolopo Mijen, Panti Asuhan Al
Hikmah Polaman, Panti Asuhan Al Fathoni Tambakaji dengan
santunan berupa sembako, barang-barang, dan uang Rp.
7.439.000,- (dana non kas)
4) Penerbitan bulletin Zahara Al Azhar 29 News edisi Januari 2010/
Muharram 1431 H, pada tanggal 6 Januari dengan dana
Rp.500.000,-
5) Bantuan penyediaan Snack untuk anak-anak Al Azhar dalam
peringatan 1 Muharram pada tanggal 9 Januari 2010, Rp. 87.600,-
6) Mengusulkan pembangunan Kolam Renang dan Klinik telah
terlaksana pada tanggal 16 Januari 2010, pada saat acara
pembinaan Jam’iyyah oleh kepala sekolah
7) Pendampingan dalam kegiatan field trip kelas 4 di Pabrik Roti
DRYANA pada tanggal 11 februari 2010
8) Pendampingan dalam kegiatan field trip kelas 1 di GIANT Central
City, pada tanggal 18 februari 2010
9) Pendampingan kepada wali murid dalam kegiatan konsultasi
kesulitan belajar peserta didik telah terlaksana pada tanggal 20
Februari 2010
10) Memberi uang saku pada peserta lomba Olimpiade dan Uji
Kompetensi Al Azhar se-Indonesia pada tanggal 1 Maret 2010,
dengan dana sebesar Rp. 2.400.000,-
11) Pendampingan dalam kegiatan field trip kelas 5 di Pabrik Genteng
Meteseh, pada tanggal 11 Maret 2010
12) Pencarian sponsorship untuk kegiatan lomba-lomba dalam
peringatan Maulid Nabi SAW, pada tanggal 18 Maret 2010
13) Menjenguk Istrinya Bapak Imam Syafi,I yang sedang sakit pada
tanggal 22 Maret 2010, berupa parcel buah Rp. 100.000,-
14) Dana kepanitiaan dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad
pada tanggal 27 Maret 2010, Rp. 400.000,-
15) Membeli karangan bunga duka cita untuk keluarga bapak H. Imam
syafi’I pada tanggal 28 Maret 2003, Rp. 200.000,-
16) Pemeriksaan kesehatan mata untuk murid Al Azhar bekerja sama
dengan SEMARANG EYE CENTRE, dilaksanakan pada tanggal 1
April 2010. Menghabiskan dana Rp. 1.450.000,-
17) Pendampingan dalam kegiatan pelatihan Dokter Kecil SDI Al
Azhar 29, pada tanggal 3 Mei 2010
18) Bantuan dana untuk wisuda kelas (baju, toga, samir, plakat, buku
kenangan kelas 6), pada tanggal 17 Juni 2010, Rp. 1.900.000,-
19) Membantu biaya konsumsi dan fee pembicara pada acara
Akhirussanah SDIA 29, dan memberikan kenang-kenangan untuk
wali murid kelas 6, pada tanggal 19 Juni 2010. Dengan anggaran
dana Rp. 5.000.000,-
20) Penerbitan bulletin Zahara Al Azhar 29 News Edisi Juni 2010/
Rajab 1431 H pada 21 Juni 2010 dengan dana Rp. 500.000,-
21) Controlling penggunaan dana BOS dan dana BPP dilaksanakan
setiap bulan sekali. Jika penggunaan sudah benar maka ketua
Jam’iyyah melakukan penandatanganan.
22) Monitoring RPS dan RAPBS dilaksanakan setiap 3 bulan sekali.
Monitoring dilakukan ketua Jam’iyyah bersama sekretaris dan
bendahara. Selain untuk menciptakan kondisi transparan dan
akuntabel juga untuk melakukan koordinasi dengan Kepala
Sekolah tentang program kerja sekolah mendatang.
23) Pengajian rutin sebulan sekali untuk guru dan wali murid telah
terlaksana setiap hari sabtu, yakni minggu kedua.
24) Pengajian Qiro’ati setiap hari sabtu juga telah terlaksana dengan
cukup baik. 83
Dalam pelaksanaan kegiatan, penanggungjawab kegiatan
melaksanakan kegiatannya sesuai waktu yang ditentukan, karena
sebagian besar dari kegiatan tersebut menyesuaikan kegiatan sekolah
dan sesuai kalender akademik SDIA 29. Selain itu dalam setiap
pelaksanaan kegiatan, penanggungjawab kegiatan juga melibatkan
pengurus lain untuk membantu mensukseskan kegiatannya jika
kegiatan tersebut tergolong kegiatan besar, bahkan tidak menutup
kemungkinan juga melibatkan wali murid jika memang diperlukan.
4. Evaluasi
Evaluasi program kerja Jam’iyyah dimaksudkan untuk menilai
semua kegiatan, kemudian menemukan indikator yang menyebabkan
sukses atau gagalnya pencapaian tujuan, sehingga dapat dijadikan
bahan kajian berikutnya Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui
apakah sasaran kegiatan yang dilakukan Jam’iyyah sudah sesuai
dengan apa yang direncanakan, dan untuk mengetahui hasil-hasil yang
telah dicapai dalam jangka waktu tertentu. Selain itu tindakan evaluasi
juga untuk mengetahui kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan
oleh anggota lembaga sehingga dapat dicarikan jalan pemecahannya.
Evaluasi program kerja Jam’iyyah SD Islam Al Azhar 29
Semarang, dilaksanakan secara periodik, yaitu sebulan sekali pada saat
rapat bulanan. Dengan melakukan evaluasi, dapat diketahui efektivitas
setiap kegiatan organisasi serta dapat diketahui kelemahan dan
kelebihan selama berlangsungnya proses manajemen. Kelemahan yang
ada dapat ditanggulangi dan kelebihannya dapat dipertahankan. Selain
itu, dapat diketahui apakah rangkaian seluruh kegiatan dalam
organisasi telah sesuai untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Evaluasi program kerja Jam’iyyah tahun 2009/2010, sebagai berikut:

83
Daftar Kegiatan Jam’iyyah yang telah terlaksana Tp.2009/2010 dan Laporan
Keuangan Jam’iyyah periode 2009-2010
Tabel. 03
Evaluasi Program Kerja Jam’iyyah TP.2009/201084

Penilaian Pelaksanaan
No Trlksn
Kegiatan Tidak
. Lancar Tp.2010/
Lancar 2011
1 Mengusulkan pembangunan

kolam renang dan poliklinik
2 memonitor RPS dan RAPBS √
3 mengontrol penggunaan dana

BOS dan dana BPP
4 Kunjungan kepada guru,
karyawan bila sakit, melahirkan √
dll.
5 pembuatan ID card siswa baru √
6 memberi uang saku peserta
lomba olimpiade dan uji

kompetensi Al Azhar se-
Indonesia
7 memberi kenang-kenangan
kepada wali murid kelas 6 dan

guru kelas pada saat acara
Akhirussanah
8 membuat album kenangan untuk

kelas 6
9 membantu pendanaan kegiatan

field trip
10 membantu pendanaan dalam
kegiatan peringatan PHBI dan √
PHBN
11 ikut serta dalam setiap kegiatan

kelas dan kegiatan sekolah
12 melaksanakan pembinaan

pengurus dan anggota Jam’iyyah
13 pendampingan kepada wali
murid dalam kegiatan konsultasi √
kesulitan belajar murid
14 pengajian rutin sebulan sekali
untuk guru dan wali murid √

15 pengajian Qiro’ati setiap hari



sabtu untuk wali murid
16 pemeriksaan gigi, mata dan THT √

84
Rancangan laporan evaluasi program kerja Jam’iyyah periode 2009-2010
untuk murid
17 mengikuti rapat penyusunan RPS

dan RAPBS
18 ikut mengesahkan RAPBS √
19 mengikuti acara open house wali

murid dengan kepala sekolah
20 menerbitkan bulletin Zahara Al

Azhar 29 News
21 Memberikan THR untuk guru

dan karyawan
Catatan:
- Kegiatan yang lancar agar terus ditingkatkan
- Kegiatan yang kurang lancar agar lebih ditingkatkan dan dicari solusi
bersama dalam rapat pengurus.
- Kegiatan yang belum terlaksana, akan dilaksanakan tahun depan

Sumber: Laporan Evaluasi dan laporan keuangan


Jamiyyah periode 2009-2010

Selain evaluasi program kerja secara intern, juga dilakukan


evalusi kinerja Jam’iyyah yang dilaksanakan 2 kali dalam setahun, dan
evaluasi ini melibatkan badan pembina pusat yaitu dari Yayasan
Pesantren Islam Al Azhar Jakarta. Dalam evaluasi ini dilakukan
pembinanaan-pembinaan dari Al Azhar Pusat mengenai peran
Jam’iyyah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. Dan kegiatan ini
merupakan momen yang sangat penting, karena pengurus Jam’iyyah
dapat mengetahui kekurangan dan kelemahannya selama
melaksanakan program kerjanya. Evaluasi dan pembinaan Jam’iyyah
dari Al Azhar Pusat ini dimanfaatkan dengan baik, selain sebagai
wahana evaluasi diri juga sebagai bahan diskusi antara jam’iyyah
dengan Al Azhar Pusat, kemudian evaluasi dan pembinaan ini
menghasilkan wawasan baru bagi Jam’iyyah agar di masa mendatang
Jam’iyyah dapat lebih baik menjalankan roda organisasinya dan dapat
lebih baik dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai Komite
Sekolah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. 85

85
Wawancara dengan Ibu Risa wahyuningsih, S.H, Ketua Jam’iyyah, pada tanggal 3 Juni
2010, pukul. 10.00 wib, di ruang PSB
E. Faktor pendukung dan penghambat pengelolaan Komite Sekolah
dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29
Semarang.
Dalam melaksanakan kepengurusan Jam’iyyah, tentu saja tidak
luput dari berbagai hal yang dapat menghambat program kerja Jam’iyyah.
Tetapi dibalik hambatan-hambatan tersebut ada berbagai faktor pendukung
yang dapat memperlancar pengurus Jam’iyyah dalam melaksanakan roda
organisasinya dan melaksanakan program-program kerjanya. Faktor
pendukung dan penghambat pengelolaan komite sekolah (Jam’iyyah)
dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29
Semarang, sebagai berikut:86
a. Faktor pendukung
a) Besarnya dukungan dari wali murid, dewan guru dan kepala
sekolah SD Islam Al Azhar 29 Semarang terhadap keberadaan
Jam’iyyah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. Besarnya dukungan
ini akan memperlancar setiap kegiatan-kegiatan Jam’iyyah dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29
Semarang.
b) Pengurus Jam’iyyah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang
didominasi oleh kaum ibu- ibu, hal ini akan memudahkan
sosialisasi dengan masyarakat khususnya wali murid. Selain itu
biasanya ibu-ibu lebih mudah dalam mengadakan pertemuan-
pertemuan dan membentuk network seperti pengajian rutin.
c) Pengurus Jam’iyyah adalah orang-orang yang berpendidikan,
meskipun tidak semuanya dari kalangan pendidikan, paling tidak
orang yang berpendidikan mempunyai wawasan yang lebih luas
dan lebih kreatif dalam menemukan ide-ide.
d) Pengurus Jam’iyyah mempunyai network diperusahaan-perusahaan
ternama, sehingga mudah mencari sponsorship untuk pendanaan
program kegiatan Jam’iyyah maupun program kegiatan sekolah.

86
Ibid.
b. Faktor penghambat
a) Kesibukan pribadi dari masing-masing pengurus Jami’yyah,
sehingga dalam rapat tidak dapat dipastikan semuanya dapat hadir.
Padahal rapat-rapat tersebut membahas tentang program kerja yang
akan dilaksanakan maupun yang telah terlaksana. Jika yang
bersangkutan tidak hadir, maka akan menghambat jalannya
kegiatan yang akan dilaksanakan.
b) Masih adanya pengurus Jam’iyyah yang tidak melaksanakan
tugasnya. Hal ini jelas menghambat organisasi dalam
melaksanakan program kerjanya. Akibatnya tanggung jawab yang
seharusnya dipikul, akan membebani pengurus yang lain, yang
seharusnya tidak memikul tanggung jawab tersebut. Padahal tiap-
tiap pengurus Jam’iyyah sudah mempunyai tanggung jawab
masing-masing.
c) Kurangnya wawasan tentang organisasi komite sekolah, dan
wawasan tentang kependidikan. Hal ini mempengaruhi cara
pandang dan cara berfikir pengurus Jam’iyyah dalam
melaksanakan tanggung jawabnya.
BAB IV
ANALISIS PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29
SEMARANG

A. Analisis Pengelolaan Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu


Pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang
Komite Sekolah SD Islam Al Azhar 29 Semarang atau yang juga
disebut Jam’iyyah SDIA 29, telah melakukan sebuah proses pengelolaan
dalam menjalankan roda organisasinya. Pengelolaan dilakukan untuk
mengatur sumber daya manusia, maupun sumber daya dana yang ada,
dalam mewujudkan tujuan yang diinginkan yakni meningkatkan mutu
pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang.
Pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan, dilaksanakan dengan mengoptimalkan empat peran komite
sekolah, yakni:
1. Komite Sekolah bertindak sebagai pemberi pertimbangan (advisory
agency) dalam penentuan dan pelaksanaa kebijakan pendidikan di
satuan pendidikan;
2. Pendukung (supporting agency) baik yang berujud financial,
pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di
satuan pendidikan;
3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan
pendidikan; dan
4. Mediator (mediator agency) antara pemerintah dengan masyarakat di
satuan pendidikan atau mediator antara masyarakat dengan satuan
pendidikan.
Pengelolaan Komite Sekolah merupakan suatu cara untuk
mengatur sebuah organisasi, mulai dari perencanaan program kerja,
pengorganisasian, pelaksanaan program kerja, dan evaluasi program kerja,
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dalam rangka
memaksimalkan peran dan fungsi Komite Sekolah agar tujuan
dibentuknya Komite Sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien
1. Perencanaan
Perencanaan program kerja Komite Sekolah dalam
meringkatkan mutu pendidikan harus berkiblat pada keempat
perannya. Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran
yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu, seefektif dan seefisien mungkin.
Komite Sekolah sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency)
dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di tingkat
satuan pendidikan, minimal memberikan masukan, pertimbangan dan
rekomendasi kepada satuan pendidikan. Supaya masukan tersebut
sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan, diperlukan informasi-
informasi yang didasarkan pada kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Mengadakan pendataan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan
sumberdaya pendidikan di masyarakat sekitar sekolah.
b. Menganalisis hasil pendataan sebagai bahan pemberian masukan,
pertimbangan dan rekomendasi kepada sekolah.
c. Menyampaikan masukan, pertimbangan atau rekomendasi secara
tertulis kepada sekolah.
d. Memberikan pertimbangan kepada sekolah dalam rangka
pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
e. Memberikan pertimbangan kepada sekolah untuk meningkatan
mutu pembelajaran.
f. Memberikan pertimbangan kepada sekolah untuk
menyelenggarakan pembelajaran yang menyenangkan (PAKEM).
g. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah dalam
penyusunan visi, misi, tujuan, kebijakan, program dan kegiatan
pendidikan di sekolah.
h. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah dalam
penyusunan RAPBS.
Perencanaan dalam hal sebagai pendukung (supporting
agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga
dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, minimal
dalam mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat
terhadap penyelengaraan pendidikan yang bermutu, dalam bentuk
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Mengadakan pertemuan secara berkala dengan stakeholders di
lingkungan sekolah.
b. Mendorong peran serta masyarakat dan dunia usaha/industri untuk
mendukung penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu.
c. Memotivasi masyarakat kalangan menengah ke atas untuk
meningkatkan komitmennya bagi upaya peningkatan mutu
pembelajaran di sekolah.
d. Mendorong orang tua dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pendidikan, seperti; mendorong peran serta masyarakat dan dunia
usaha/industri dalam penyediaan sarana/prasarana serta biaya
pendidikan untuk masyarakat tidak mampu, dan ikut memotivasi
masyarakat untuk melaksanakan kebijakan pendidikan sekolah.
Perencanaan Komite Sekolah sebagai pengontrol (controlling
agency) dalam rangka tranparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan
dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Minimal melakukan
evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan dari satuan pendidikan.
Dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Meminta penjelasan sekolah tentang hasil belajar siswa di
sekolahnya.
b. Mencari penyebab ketidakberhasilan belajar siswa, dan
memperkuat berbagai hal yang menjadi keberhasilan belajar siswa.
Komite Sekolah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan
program sekolah kepada stakeholder secara periodik, baik yang berupa
keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran
program sekolah. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban
bantuan masyrakat baik berupa materi, maupun non materi kepada
masyarakat dan pemerintah setempat.
Perencanaan program kerja komite sekolah sebagai mediator
antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan
pendidikan, dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti :
a. Melakukan kerjasama dengan masyarakat baik perorangan,
organisasi pemerintah dan kemasyarakatan untuk penyelenggaraan
pendidikan dan pembelajaran yang bermutu.
b. Membina hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan seluruh
stakeholders pendidikan di sekitar sekolah.
c. Mengadakan penjajagan tentang kemungkinan untuk dapat
mengadakan kerjasama dengan lembaga lain di luar sekolah untuk
memajukan mutu pembelajaran di sekolah.
d. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat, dalam
bentuk: menyebarkan kuesioner untuk memperoleh masukan, saran
dan ide kreatif dari stakeholder pendidikan di sekitar sekolah;
menyampaikan laporan kepada masyarakat secara tertulis tentang
hasil pengamatannya terhadap perkembangan pendidikan di daerah
sekitar sekolahnya.
Perencanaan sangat penting dilakukan, karena tanpa adanya
rencana berarti tidak ada tujuan yang dicapai, adanya rencana tidak
ada pedoman pelaksanaan, sehingga banyak pemborosan, dan rencana
merupakan dasar pengendalian, kerana tanpa adanya rencana
pengendalian tidak dapat dilakukan.
Jika rencana program kerja Komite Sekolah sudah mencakup
keempat peran tersebut di atas, maka dapat dikatakan perencananaan
Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Satuan
Pendidikan sudah baik, tinggal bagaimana pelaksanaannya nanti,
apakah dapat dilaksanakan sesuai rencana atau justru sebaliknya.
Karena semua itu tergantung bagaimana Komite Sekolah dapat
mengoptimalkan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia,
maupun sumber daya keuangan, dan lingkungan sosial ekonomi yang
mendukungnya.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan tindakan penentuan sumber daya
dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi,
penugasan tanggung jawab tertentu, dan pendelegasian wewenang
yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-
tugasnya. Pengorganisasian juga merupakan pengaturan kerja sama
sumber daya keuangan, fisik, dan manusia dalam organisasi.
Dalam melaksanakan pengorganisasian, Komite Sekolah SD
Islam Al Azhar 29 Semarang mengatur sumber daya manusia dan
sumber daya finansial ke dalam pembagian kerja. Hal ini berarti proses
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab telah dilakukan Komite
Sekolah. Dalam proses pengorganisasian ada tiga langkah yang perlu
dilakukan dalam proses pengorganisasian, yaitu :
a. pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan organisasi
b. pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan
yang logik dapat dilaksanakan oleh satu orang; dan
c. pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk
mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan
yang terpadu dan harmonis.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan realisasi rencana program kerja dalam
bentuk kegiatan yang nyata. Dalam melaksanakan perannya sebagai
advisory agency, supporting agency, controlling agency dan mediator
agency, komite sekolah dapat melaksanakan kegiatan yang terangkum
dalam tujuh fungsi komite sekolah yang dapat membantu peningkatan
mutu di satuan pendidikan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat
terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu
b. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/
organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan
dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu
c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat
d. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada
satuan pendidikan mengenai:
1) kebijakan dan program pendidikan
2) Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
3) kriteria kinerja satuan pendidikan
4) kriteria tenaga kependidikan
5) kriteria fasilitas pendidikan
6) dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan;
e. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam
pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan
pendidikan;
f. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;
g. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Dalam proses pelaksanaan program kerja, ketua Komite
Sekolah SDIA 29 bertindak sebagai pengarah dan pemberi motivasi
agar pelaksanaan program kerja dapat berjalan dengan lancar.
Pengarahan dalam proses pelaksanaan sangat penting, karena
pengarahan yang dilakukan sebelum memulai bekerja, berguna untuk
menekankan hal-hal yang perlu ditangani, urutan prioritas, prosedur
kerja dan lain-lainnya agar pelaksanaan pekerjaan dapat efektif dan
efisien. Pengarahan yang dilakukan selama melaksanakan tugas bagi
orang-orang yang terlibat dimaksudkan untuk mengingatkan ataupun
meluruskan apabila terjadi penyelewengan atau penyimpangan.
4. Evaluasi
Evaluasi program kerja Komite Sekolah SDIA 29, dilakukan
untuk menilai semua kegiatan yang telah dilaksanakan. Selain itu
evaluasi juga dilakukan untuk menemukan indikator yang
menyebabkan sukses atau gagalnya suatu kegiatan Komite Sekolah
dalam pencapaian tujuan, sehingga dapat dijadikan bahan kajian dalam
kegiatan Komite Sekolah berikutnya. Evaluasi yang harus dilakukan
adalah evaluasi tentang seberapa jauh Komite Sekolah telah
melaksanakan keempat perannya tersebut. Kemudian hasil dari evalusi
tersebut dapat dijadikan umpan balik dalam merencanakan kegiatan
yang akan datang.
Dalam melaksakan evalusi program kerja Komite Sekolah
harus dilakukan oleh seluruh pengurus Komite Sekolah, agar
permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan program kerja dapat
diketahui. Dengan mengetahui kesalahan-kesalahan atau kekurangan-
kekurangan, perbaikan dan pencarían solusi yang tepat dapat
ditemukan dengan mudah. Pencarian solusi akan lebih mudah jika
dilakukan bersama-sama.

B. Analisis Faktor pendukung dan penghambat pengelolaan Komite


Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar
29 Semarang.
Setiap proses kerja akan berhasil jika dipengaruhi faktor-faktor
pendukung. Tetapi proses kerja tersebut bisa juga kurang berhasil secara
efektif dan efisien, atau bahkan tidak berhasil sama sekali jika faktor
penghambat lebih besar daripada faktor pendukung. Demikian halnya
Komite Sekolah SDIA 29 Semarang dalam menjalankan program kerjanya
tentu tidak lupt dari faktor pendukung dan faktor penghambat.
1. Faktor pendukung
e) Besarnya dukungan dari wali murid, dewan guru dan kepala
sekolah SD Islam Al Azhar 29 Semarang terhadap keberadaan
Jam’iyyah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. Besarnya dukungan
ini akan memperlancar setiap kegiatan-kegiatan Jam’iyyah dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29
Semarang. Karena tanpa dukungan baik berupa pemikiran, tenaga
maupun dana dari berbagai pihak, mustahil kegiatan-kegiatan
Komite Sekolah dapat berjalan sesuai rencana.
f) Pengurus Jam’iyyah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang
didominasi oleh kaum ibu-ibu. Kaum Ibu biasanya sangat paham
dengan keperluan anak-anaknya, menerima laporan langsung dari
anak-anaknya tentang peristiwa di sekolah setiap hari, dan mereka
mempunyai jaringan yang kuat. Ibu-ibu dengan mudah
bersosialisasi dan membentuk network semacam kelompok
pengajian atau arisan. Ini yang menjadikan motivasi dan intensitas
pertemuan mereka tinggi, sehingga menghasilkan ide-ide segar
untuk kemajuan mutu di SD Islam Al Azhar 29 Semarang.
g) Pengurus Jam’iyyah adalah orang-orang yang berpendidikan,
meskipun tidak semuanya dari kalangan pendidikan. Orang yang
mempunyai pendidikan tinggi, lebih mudah untuk diajak berfikir,
atau memecahkan suatu permasalahan. Tentu saja latar belakang
ini mempengaruhi kinerja Komite Sekolah.
h) Pengurus Jam’iyyah mempunyai network diperusahaan-perusahaan
ternama, sehingga mudah mencari sponsorship untuk pendanaan
program kegiatan Jam’iyyah maupun program kegiatan sekolah.
Murid-murid Al azhar 29 adalah berasal dari keluarga menengah
ke atas. Mata pencaharian orang tuanya sebagian adalah
pengusaha, atau karyawan yang mempunyai jabatan tinggi di
sebuah perusahaan. Sehingga dalam setiap penggalian dana,
Pengurus Jam’iyyah mendapat bantuan dari wali murid yang
berpotensi ini. Inilah fungsi dari membina hubungan baik dengan
semua steakholder pendidikan di SDIA 29 semarang.
2. Faktor penghambat
a. Kesibukan pribadi dari masing-masing pengurus Jami’yyah cukup
menghambat proses kerja Jam’iyyah. Kesibukan ini berimbas
kepada pertemuan rutin atau dalam mensosialisasikan program
kerja selanjutnya. Karena kehadiran pengurus Jam’iyyah dalam
rapat-rapat sangat penting, karena rapat-rapat tersebut membahas
tentang program kerja yang akan dilaksanakan maupun yang telah
terlaksana. Jika yang bersangkutan tidak hadir, maka akan
menghambat jalannya kegiatan yang akan dilaksanakan.
b. Masih adanya pengurus Jam’iyyah yang tidak melaksanakan
tugasnya. Hal ini jelas menghambat organisasi dalam
melaksanakan program kerjanya. Akibatnya tanggung jawab yang
seharusnya dipikul, akan membebani pengurus yang lain, yang
seharusnya tidak memikul tanggung jawab tersebut. Padahal tiap-
tiap pengurus Jam’iyyah sudah mempunyai tanggung jawab
masing-masing. Jika sudah demikian, maka program kerja bisa saja
tidak berjalan.
c. Kurangnya wawasan tentang organisasi Komite Sekolah, dan
wawasan tentang kependidikan. Hal ini mempengaruhi cara
pandang dan cara berfikir pengurus Jam’iyyah dalam
melaksanakan tanggung jawabnya. Seperti dalam program kerja
Jam’iyyah di atas, ada banyak kegiatan yang kurang menyentuh
proses pembelajaran. Padahal proses pembelajaran merupakan
kunci dihasilkannya output yang berkualitas. Hal ini lebih
dikarenakan karena kurangnya pengetahuan dalam bidang
pendidikan. Adanya Pengurus yang tidak melaksanakan tugasnya
juga dipengaruhi kurangnya wawasan dalam bidang
keorganisasian, khususnya organisasi Komite Sekolah.
Faktor pendukung pengelolaan komite sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SDI Al Azhar 29 harus terus
diberdayakan, melalui selalu menjalin hubungan yang harmonis terhadap
stakeholder pendidikan khususnya wali murid. Kemudian faktor
penghambat yang ada dapat diminimalisir, dengan melakukan pembinaan-
pembinaan terhadap Komite Sekolah dalam hal wawasan keorganisasian
Komite Sekolah dan wawasan dalam bidang pendidikan. Baik mengikuti
seminar-seminar pendidikan ataupun mengadakan pelatihan-pelatihan
keorganisasian.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Setelah penulis mengkaji dan mengadakan analisis tentang
pengelolaan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD
Islam Al Azhar 29 Semarang maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
1. Pengelolaan yang dijalankan Komite Sekolah SD Islam Al Azhar 29
Semarang dalam meningkatkan mutu pendidikan, sudah cukup baik.
Karena dalam prosesnya telah melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Proses perencanaan
program kerja Komite Sekolah SDIA 29 diwujudkan dalam bentuk
rencana, pengorganisasian yang dilakukan Komite Sekolah SDIA 29
dimaksudkan untuk mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab
kepada anggota ke dalam program-program tertentu, pelaksanaan
program kerja Komite Sekolah SDIA 29 telah sesuai rencana yang
ditetapkan, dan evaluasi dilakukan untuk menilai program kerja yang
telah terlaksana apakah sudah sesuai dengan rencana. Kemudian dalam
upayanya meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29
Semarang juga sudah cukup baik, Pengelolaan Komite Sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan, dilaksanakan dengan
mengoptimalkan empat peran komite sekolah, yakni: Komite Sekolah
bertindak sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam
penentuan dan pelaksanaa kebijakan pendidikan di satuan pendidikan;
pendukung (supporting agency) baik yang berujud financial,
pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di
satuan pendidikan; pengontrol (controlling agency) dalam rangka
transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran
pendidikan di satuan pendidikan; dan mediator (mediator agency)
antara pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan atau
mediator antara masyarakat dengan satuan pendidikan.
2. Faktor pendukung pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan
mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang adalah; a)
Besarnya dukungan dari wali murid, dewan guru dan kepala sekolah,
b) Pengurus Komite Sekolah SDI Al Azhar 29 didominasi oleh kaum
ibu-ibu, c) Pengurus Komite Sekolah SDI Al Azhar 29 adalah orang-
orang yang berpendidikan, d) Pengurus Komite Sekolah SDI Al Azhar
29 mempunyai network diperusahaan-perusahaan ternama. Sedangkan
faktor penghambatnya adalah: a) Kesibukan pribadi dari masing-
masing pengurus Komite Sekolah SDI Al Azhar 29, b) Masih adanya
pengurus Komite Sekolah SDI Al Azhar 29 yang tidak melaksanakan
tugasnya, c) Kurangnya wawasan tentang organisasi komite sekolah,
dan wawasan tentang kependidikan. Faktor pendukung pengelolaan
Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al
Azhar 29 Semarang lebih banyak dari pada faktor penghambatnya. Hal
ini dapat dimanfaatkan pengurus Komite Sekolah SD Islam Al Azhar
29 Semarang dalam mengoptimalkan perannya sebagai lembaga
mandiri dalam mewujudkan tujuannya, yakni menciptakan suasana
dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan
pendidikan.

B. Saran-saran
Agar dapat terus meningkatkan pengelolaan Komite Sekolah
dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Azhar 29 Semarang,
penulis merasa perlu menyampaikan saran-saran, sebagai berikut:
1. Komite Sekolah SD Islam Al Azhar 29 Semarang harus lebih banyak
lagi membuat program kerja yang berkaitan dengan perannya sebagai
pengontrol (controlling agency), dan sebagai mediator (mediator
agency). Dalam hal ini program kerja yang berhubungan dengan
proses pembelajaran di kelas.
2. Komite Sekolah SD Islam Al Azhar 29 Semarang, harus lebih sering
melakukan pembangunan dalam tubuh organisasinya. Seperti
mengadakan pelatihan keorganisasian untuk pengurus dan anggota
Komite Sekolah, mengikuti seminar-seminar pendidikan, dan lain
sebagainya, yang dapat meningkatkan kinerja Komite Sekolah sebagai
lembaga independen dalam bidang pendidikan.

C. Penutup
Alhamdulillah, berkat karunia dan pertolongan Allah SWT, yang
didasari dengan niat dan kesungguhan hati akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengelolaan Komite
Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SD Islam Al Azhar 29
Semarang” dengan harapan semoga dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan skripsi ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, untuk itu demi kesempurnaan dan perbaikan dalam
penelitian ini kritik dan saran yang bersifat konstruktif, sangatlah penulis
harapkan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arcaro, Jerome S., Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip-prinsip Perumusan dan


Tata Langkah Penerapan, terj. Yosal Irinatara, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005.

Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta:


Aditya Media, 2008.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:


Rineka Cipta, 2002.

Bafadal, Ibrahim, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi


Aksara, 2006, Cet.II.

Choir, Abu, “Manajemen Mutu Terpadu”, Modul Mata Kuliah Jurusan


Kependidikan Islam, (Fakultas tarbiyah, IAIN Walisongo Semarang),
t.d.

Departemen Pendidikan Nasional, ”Modul 2: Peningkatan Kemampuan


Organisasional komite sekolah”,
http://www.ziddu.com/download/5677996/ modul2.doc.html, akses:
07/04/2010.

Depdiknas, “Kepmendiknas nomor: 044/U/2002”,


http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/docs/dok_16.pdf , Akses:
01/03/2010.

Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah


RI tentang Pendidikan, Jakarta: Depag RI, 2006.

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi FF.duskatif,
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.

Echols, John M. dan Hasan Shadaly, Kamaus Bahasa Inggris Indonesia, Jakarta:
PT. Gramedia, 1992.

Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda


Karya, 2004), Cet.VII.

Foeh, Ricky Ekaputra, “Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,”,


http://pakguruonline.pendidikan.net/mpmbs1.html, akses: 07/04/2010.

Glossary Terms, http://www.qaproject.org/methods/resglossary.html,


Akses:13/05/2010.
Hasbullah, Otonomi Pendidikan : kebijakan otonomi daerah dan implikasinya
terhadap penyelenggaraan pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2006.

Hasibuan, Malayu S.P., Manajemen:dasar penegrtian dan masalah, Jakarta:


Bumi Aksara, 2005, cet.IV.

Hikmat, Manajemen Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2009, cet.I.

Hutagalung, Rita., “Definisi Mutu”, http://weblog-pendidikan.blogspot.com/


2009/08/definisimutu.html, Akses: 13/04/2010.

Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah bin
Bardizbah al-Bukhari al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, Beirut: Dar al-Kutb al-
Ilmiyah, 1992, Juz I.

Komariah, Aan dan Cepi Triatna, , Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif,
Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Lailiyah, Istik, Peran Komite Sekolah Bagi Kehidupan Madrasah Ibtidaiyah


Salafiyah Tawaran Kec.Kenduruan Kab.Tuban, Skripsi Sarjana IAIN
Walisongo Semarang, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,
2007.t.d.

Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rieneka Cipta, 2000,


Cet.II.

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda


Karya, 2002.

Mutowi, Ibrahim Ismat dan Amin Ahmad Khasan, Al-Ushul Al-Idharoh


Littarbiyah, Riyad: Dar al-Syurq, 1998/1416 H.

Ngadino, “Optimalisasi Peran Komite Sekolah”, http://www.suarakomunitas.net/


?lang=id&rid=21&id=2796, Akses: 07/04/2010.

Noer, M. Subkhan, “Partisipasi Komite Sekolah terhadap Pengembangan


Madrasah, (Studi Kasus di MAN Kendal)”, Skripsi Sarjana IAIN
Walisongo Semarang, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,
2009.t.d.

Pantjastuti, Sri Renani, dkk., Komite Sekolah: Sejarah dan Prospeknya di Masa
Depan, Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, , Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta: Balai Pustaka, 1994, Cet.III.
Rahmad, Akbariz, “Rendahnya Mutu Pendidikan Kita
http://akbarizrahmads.blogspot.com/rendahnya-kualitas .html, akses: 07/04/2010.
Sagala, Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabet, 2000.

Sallis, Edward, Total Quality Management in Education, London: Kogan Page,


1993.

___________, Total Quality Management In Education, terjemahan Dr. Ahmad


Ali Riyadi dan Fahrurrozi, M.Ag dan Yogyakarta: IRCISOD, 2006.

Sisk, Henry L., Principles Of Management A Sistem Approach to the Management


Process, (Chicago: Publishing Company, 1969), hlm. 10.

Sudarmanto, Gunawan, “Optimalisasi pemberdayaan unsur-unsur terkait


pengelolaan sekolah yang mandiri dan berkualitas”
http://blog.unila.ac.id/radengunawans/Manajemen-Pendidikan.pdf,
akses: 07/07/2010.

Sugiono, Metode Penelitian, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,


Bandung, Alfabeta, 2006.

Sukmadinata, Nana Syaodih, dkk. Pengendalian mutu pendidikan sekolah


menengah (konsep, Prinsip, dan instrument), Bandung: PT Refika
Aditama, 2008, Ce.II.

Suparlan, Membangun Sekolah Efektif, Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008,


cet.I.

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


2002.

Terry, George R. dan Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Bumi


aksara, 2003, Cet.VIII.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana, TQM: Total Quality Management,


Yogyakarta: Andi, 2003, Ed.V.

Umaedi, “Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,


http://www.ssep.net/director.html, Akses: 01/03/2010.

________, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah, Ciputat: Pusat Kajian


Manajemen mutu pendidikan, 2004, Ed.I.

Usman, Husaini, Manajemen teori Praktik & Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, 2008, ed.II.

Vincent Gaspers, Total Quality Management, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,


2008, Cet.1.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA DIRI
Nama : Ali Mursidi
Tempat / Tanggal lahir : Kendal / 05 April 1983
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat Asal : Tanjunganom rt.01/ rw.I Rowosari- Kendal
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status / Pekerjaan : Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah/ Kependidikan Islam
Tinggi/berat badan : 161/52
Golongan Darah : AB
Nama Orang Tua
a. Ayah : Rifai
b. Ibu : Srianah
c. Pekerjaan : Tani
Anak ke : Empat dari enam bersaudara
No. Telp. : 085290009885

II. PENDIDIKAN
A. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri Tanjung Anom Lulus Th. 1995
2. SMP NU 09 Rowosari Lulus Th. 1998
3. Madrasah Aliyah Negeri Kendal Lulus Th. 2002
4. IAIN Walisongo Semarang Lulus Th. 2010

B. PENDIDIKAN NON FORMAL


1. kursus Komputer Microsoft word Tahun 2002
2. Kursus Teknisi Komputer 2009
3. Teater Semut Kendal
4. Racana Walisongo Semarang

Semarang, 07 Juli 2010


Hormat saya,

Ali Mursidi
LAMPIRAN
VISI MISI DAN TUJUAN SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG

VISI

Sekolah unggulan yang berbasis IPTEK dan keIslaman tanpa meninggalkan


culture Jawa dengan mengembangkan seluruh aspek kecerdasan anak

MISI

Menjadikan SD Islam Al Azhar 29 Semarang sebagai sekolah unggulan


Melahirkan cendekiawan muslim yang mampu berbahasa Inggris dan Arab
Menghasilkan generasi yang santun dan berkompeten dalam IMTAQ, IPTEK
dan budaya Jawa.
Menciptakan pembelajaran yang melayani dan dapat mengembangkan seluruh
aspek kecerdasan anak meliputi: kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis
logis, kecerdasan kinestatik, kecerdasan spasial, kecerdasan lingkungan,
kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan musikal.

TUJUAN
ü Menghasilkan peserta didik yang taat beribadah dan bersikap santun dalam
tutur kata dan perilaku
ü Menghasilkan peserta didik yang aktif, inovatif, inisiatif dan kreatif
ü Menghasilkan peserta didik yang unggul dalam pencapaian kompetensi
ü Menghasilkan peserta didik yang menguasai seni
ü Menghasilkan peserta didik yang menguasai teknologi informasi dan
komunikasi (information technology and communication/ICT)
ü Menghasilkan peserta didik yang mengauasai kemampuan berbahasa asing
ü Mewujudkan peserta didik yang mandiri
ü Mampu berkompetensi dalam dunia global
Daftar Prestasi Non Akademik Siswa SD Islam Al Azhar 29 Semarang
Tahun Ajaran 2009/2010

Jenis Lomba
No. Nama Juara Tingkat
/ penyelenggara
1. Qanisha agara Story Telling Kota
I
/SMP Maria Regina Semarang
2. Hanif Sefa A I Renang gaya Kupu-kupu Kec. Mijen
I Renang gaya bebas
3. Febri Dwi Avianto I Renang gaya dada Kec. Mijen
II Renang gaya bebas
4. Rochmat Rizky II Renang gaya dada Kec. Mijen
5. Zafnatia II Renang gaya dada Kec. Mijen
6. Anisha kurnia Fashion Show Kota
III
/Aneka Jaya Semarang
7. Qanisha agara Story Telling Kota
I
/Pemkot Semarang Semarang
8. Pramuka Pionerring / LGM Kota
I
Penggalang Putri SMPN 1 Semarang Semarang
Harapan LGM
I / SMPN 1 Semarang
9. Pramuka siaga Pesta Siaga Kec. Mijen
II
Putri /Kwaran Mijen
10. Pramuka Siaga Pesta Siaga Kec. Mijen
III
Putra /Kwaran Mijen
11. Qanisha agara Story Telling Kota
I
/Pemkot Semarang Semarang
12. Febri Dwi Avianto Mapel IPS/ Olimpiade Nasional
Harapan
dan Uji Kompetensi Al
II
Azhar se-Indonesia
13. M. Furqon P.K Da’I Kecil/ Olimpiade Nasional
I dan Uji Kompetensi Al
Azhar se-Indonesia
14. Tim Cheerleader Pom pom girl/ lomba Kota
III
futsal anak marimas 2010 Semarang
15. Tim Futsal Futsal/ lomba futsal anak Kota
III
marimas 2010 Semarang
16. Akbar Azis Saputra Lomba Lukis / UPTD Kec. Mijen
I
kec. Mijen
17. Ellena Salsabila Lomba Baca Puisi / Kec. Mijen
I
UPTD kec. Mijen
18. M. Furqon P.K. Lomba Pidato / UPTD Kec. Mijen
I
kec. Mijen
19. Ellena Salsabila Harapan Lomba baca puisi festifal Diknas Kota
I seni Semarang
20. M. Furqon P.K. Lomba Pidato festifal Diknas Kota
III
seni Semarang
21. Fayyaza zahia Fashion Show busan Kota
II
Amara casual/ DP mall Semarang
PANDUAN WAWANCARA

Pengelolaan Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan


Di SD Islam Al Azhar 29 Semarang

Kepada Kepala SDIA 29 Semarang

2. Bagaimana Ibu memaknai Mutu Pendidikan?


Jawab:
Mutu adalah kualitas atau nilai kebaikan suatu hal. Mutu berkaitan
dengan produk yang dapat berupa barang atau jasa. Mutu Pendidikan di SD
Islam Al Azhar 29 Semarang mencakup input, proses, output dan outcome.

3. Bagaimana strategi peningkatan mutu di SDIA 29 Semarang?


Jawab:
Dalam meningkatkan mutu input, SD Islam Al Azhar 29 Semarang
melakukan seleksi terhadap calon peserta didik dengan melakukan observasi
dengan alat-alat observasi yang memadahi. Observasi tersebut mencakup
semua bidang, antara lain; a) Baca tulis, b) Berhitung, c) Pengetahuan
umum, d) Pengetahuan agama, e) Membaca huruf hija’iyah, f) Motorik
kasar, g) Motorik halus, h) Test psikologi.
- Langkah yang ditempuh untuk menigkatkan kualitas proses pembelajaran
adalah:
1. Memberikan supervisi pada guru, baik supervise dari kepala sekolah,
UPTD ataupun Yayasan Pesantren Al Azhar Jakarta secara terprogram.
2. Memberikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
guru, antara lain:
a) pelatihan pembuatan alat peraga pendidikan
b) pelatihan pembuatan pidato elektronik
c) pelatihan Bahasa Inggris 2 kali seminggu
d) pelatihan mengaji qiro’ati/al Qur’an
e) pelatihan KTSP dari Al Azhar Jakarta
f) pelatihan pembelajaran PAIKEMB tingkat Nasional di Yayasan
Pesantren Al Azhar Jakarta Pusat.
g) Penambahan APP (alat peraga pendidikan) dan fasilitas pendukung
pembelajaran/sarana dan prasarana, seperti ruang AVA (audio
visual aid), ruang musik, laboratorium IPA dan dalam perencanaan
adalah pembuatan kolam renang untuk anak (peserta didik).
- Untuk terus meningkatkan mutu pendidikan dan memupuk tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap SD Islam Al Azhar 29 Semarang, maka
ada beberapa hal yang dilakukan, diantaranya adalah; a) Remidial
Teaching ang Remidial Test, b) tambahan jam belajar untuk persiapan
UASBN dan UAS secara terprogram, c) bimbingan individual bagi anak
yang belum mencapai rata-rata.
- Dalam mempersiapkan outcome agar diterima di SMP favorit, SD Islam
Al Azhar 29 Semarang mengadakan bimbingan secara berkala dan
terprogram kepada peserta didik yang akan melnjutkan ke SMP favorit,
mulai dari pendaftaran, pemberkasan dan bimbingan test seleksi masuk
SMP favorit.

Kepada Komite Sekolah di SDIA 29 Semarang

4. Apa nama Komite Sekolah di SDIA 29 Semarang?


Jawab:
Komite Sekolah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang bernama
Jam’iyyatul Walidin, yang kemudian disebut dengan Jam’iyyah. Penamaan
ini berdasarkan pada aturan yang telah ditetapkan oleh Yayasan Pesantren
Islam Al Azhar Pusat. Jam’iyah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang

5. Apa Tujuan dibentuknya Komite Sekolah di SDIA 29 Semarang?


Jawab:
Jam’iyyah SDIA 29 Semarang bertujuan untuk mewadahi peran serta
masyarakat khususnya wali murid, dalam rangka meningkatkan mutu,
efisiensi dan efektifitas pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Motto
Jam’iyyah SDIA 29 yaitu: “Bergandengan tangan meraih prestasi,
mengedepankan kepentingan bersama, untuk kemajuan anak-anak Al azhar
29 Semarang”

6. Kenapa Jam’iyyah SDIA 29 Semarang keanggotaannya di dominasi oleh


kaum ibu-ibu?
Jawab:
Alasan Jam’iyyah dipercayakan kepada ibu-ibu adalah, karena
mereka sangat paham dengan keperluan anak-anaknya, menerima laporan
langsung dari anak-anaknya tentang peristiwa di sekolah setiap hari, dan
mereka punya jaringan yang kuat. Ibu-ibu dengan mudah bersosialisasi dan
membentuk network semacam kelompok pengajian atau arisan. Ini yang
menjadikan motivasi dan intensitas pertemuan mereka tinggi, sehingga
menghasilkan ide-ide segar untuk kemajuan mutu di SD Islam Al Azhar 29
Semarang.

7. Bagaimana upaya Jam’iyyah dalam membantu SDIA 29 meningkatkan mutu


pendidikannya?
Jawab:
Upaya yang dilakukan Jam’iyyah adalah dengan membuat program
kerja. Dan program kerja tersebut merupakan penjabaran dari peran dan
fungsi komite sekolah yaitu sebagai pemberi pertimbangan kepada pihak
sekolah ,pendukung baik berupa tenaga, fikiran, maupun dana, pengontrol
penggunaan dana BOS dan BPP, dan lain sebagainya dan sebagai mediator
antara masyarakat dengan sekolah.
8. Bagaimana Jam’iyyah menentukan program kerja, membagi tanggung jawab
kepada anggotanya, melaksanakan program kerjanya, dan mengevaluasi
program kerjanya?
Jawab:
Proses perencanaan program Jam’iyyah, dilakukan dengan
mengidentifikasi kebutuhan berdasarkan program kerja SDI Al Azhar 29
Semarang, membuat rencana sementara, kemudian menentukan prioritas
terhadap rencana-rencana sementara dan selanjutnya menentukan rencana.
Kemudian rencana yang telah disusun, dikoordinasikan terlebih dahulu
kepada Kepala Sekolah, agar program kegiatan Jam’iyyah selaras dengan
program kegiatan sekolah.
Program yang dilaksanakan dalam masa kepengurusan Jam’iyyah
periode 2009-2011, Ada beberapa kegiatan yang dilakukan secara rutin,
secara periodik, dan 2 kali dalam setahun. Jadi tidak menutup kemungkinan
kegiatan yang telah terlaksana pada Tahun Pelajaran 2009/2010, juga akan
dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2010/2011. Selain program-program
yang telah ditentukan dalam rencana, ada juga program kerja yang sifatnya
insidental atau tak terduga, hal ini dikarenakan program kegiatan Jam’iyyah
menyesuaikan juga dengan kegiatan sekolah
Pengorganisasian yang dilakukan oleh Jam’iyyah SDI Al Azhar 29
Semarang merupakan pembagian wewenang dan tanggung jawab kepada
pengurus Jam’iyyah yang telah terbentuk. Pengorganisasian ini bertujuan
untuk meringankan kinerja pengurus Jam’iyyah dalam melaksanakan
program kerjanya, agar program kerja yang telah direncanakan tidak dipikul
sendiri oleh Ketua Jam’iyyah.
Pelaksanaan program kerja Jam’iyyah merupakan penjabaran dari
program kerja umum dan program kerja khusus yang telah dijabarkan diatas.
Dalam pelaksanaan program kerja, seksie-seksi yang mempunyai tanggung
jawab melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah disusun. setiap seksi
mempunyai program kerja tersendiri. Dan program-program ini tidak
melenceng tujuan awal maupun menyalahi program kerja sekolah.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah sasaran kegiatan yang
dilakukan Jam’iyyah sudah sesuai dengan apa yang direncanakan, dan untuk
mengetahui hasil-hasil yang telah dicapai dalam jangka waktu tertentu.
Selain itu tindakan evaluasi juga untuk mengetahui kesalahan atau
penyimpangan yang dilakukan oleh anggota lembaga sehingga dapat
dicarikan jalan pemecahannya. Evaluasi program kerja Jam’iyyah
dimaksudkan untuk menilai semua kegiatan, apa yang menyebabkan sukses
atau gagalnya pencapaian tujuan, sehingga dapat dijadikan bahan kajian
berikutnya Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah sasaran kegiatan
yang dilakukan Jam’iyyah sudah sesuai dengan apa yang direncanakan.
Evaluasi program kerja Jam’iyyah SD Islam Al Azhar 29 Semarang,
dilaksanakan secara periodik, yaitu sebulan sekali pada saat rapat bulanan.
Selain evaluasi program kerja secara intern, juga dilakukan evalusi kinerja
Jam’iyyah yang dilaksanakan 2 kali dalam setahun, dan evaluasi ini
melibatkan badan pembina pusat yaitu dari Yayasan Pesantren Islam Al
Azhar Jakarta. Dalam evaluasi ini dilakukan pembinanaan-pembinaan dari
Al Azhar Pusat mengenai peran Jam’iyyah di SD Islam Al Azhar 29
Semarang.

6. Apa faktor pendukung dan penghambat pengelolaan Komite Sekolah dalam


meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang.
Jawab:
a. Faktor pendukung
i) Besarnya dukungan dari wali murid, dewan guru dan kepala sekolah
SD Islam Al Azhar 29 Semarang terhadap keberadaan Jam’iyyah di
SD Islam Al Azhar 29 Semarang.
j) Pengurus Jam’iyyah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang didominasi
oleh kaum ibu- ibu, hal ini akan memudahkan sosialisasi dengan
masyarakat khususnya wali murid.
k) Pengurus Jam’iyyah adalah orang-orang yang berpendidikan,
meskipun tidak semuanya dari kalangan pendidkan
l) Pengurus Jam’iyyah mempunyai network diperusahaan-perusahaan
ternama.
b. Faktor penghambat
m) Kesibukan pribadi dari masing-masing pengurus Jami’yyah, sehingga
dalam rapat tidak dapat dipastikan semuanya dapat hadir.
n) Masih adanya pengurus Jam’iyyah yang tidak melaksanakan tugasnya.
Hal ini jelas menghambat organisasi dalam melksanakan program
kerjanya.
o) Kurangnya wawasan tentang organisasi komite sekolah, dan wawasan
tentang kependidikan.
FOTO-FOTO JAM’IYYAH SDI AL AZHAR 29 BSB

Pengurus Jam’iyyah 2009/2010 Bimbingan kpd Anggota Jam’iyyah

Santunan ke Panti Asuhan Supporting dlm acara lomba maulid

Konsultasi kesulitan belajar siswa Pendampingan Field Trip

You might also like