Professional Documents
Culture Documents
Antioxidant Activity of Ethyl Acetate Fraction of Leaves: Muntingia Calabura L
Antioxidant Activity of Ethyl Acetate Fraction of Leaves: Muntingia Calabura L
Koresponden author
Imrawati
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar, Perintis Kemerdekaan Street Km 13,7 Daya Makassar-Indonesia
59
Imrawati et al., / JPMS 2017 2(2): 59-62
60
Imrawati et al., / JPMS 2017 2(2): 59-62
A B
Penghambatan (%) 100 100
Penghambatan (%)
75 75
50 50
25 25
0 0
Blanko 0.8 1 1.2 1.4 1.6 Blanko 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4
Konsentrasi (ppm) Konsentrasi (ppm)
Gambar 1 Perbandingan aktifitas antioksidan fraksi etil asetat daun M. calabura (A) terhadap vitamin C (B) pada
berbagai konsentrasi (ppm)
sedangkan nilai IC50 didapatkan melalui analisis probit perlakuan disajikan pada Tabel 1.
regresi linear. Hasil skrining fitokimia dapat dilihat bahwa ekstrak
mengandung beberapa komponen metabolit sekunder
HASIL DAN DISKUSI seperti fenolik, flavonoid, dan steroid. Pada penelitian
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah ini, diperoleh hasil yang negatif untuk pengujian
daun M. calabura yang diekstraksi menggunakan saponin.
metode maserasi penyari etanol 70%. Cairan penyari Setelah dilakukan skrining fitokimia dilanjutkan
akan menembus dinding sel dan masuk kedalam dengan fraksinasi menggunakan metode ECC.
rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat Aktif akan Fraksinasi dilakukan untuk memisahkan senyawa
larut dalam cairan penyari karena adanya perbedaan yang terkandung dalam ekstrak berdasarkan tingkat
konsentrasi antara larutan didalam dan diluar sel, kepolarannya. Fraksinasi yang dilakukan yaitu
sehingga larutan yang terpekat terdesak keluar. menerapkan prinsip distribusi senyawa dalam dua
Peristiwa ini terjadi berulang–ulang sehingga terjadi pelarut yang berbeda tingkat polaritasnya yang tidak
keseimbangan konsentrasi antara larutan didalam dan saling bercampur (Gandjar, 2007). Fraksinasi ini
di luar sel. Untuk mengoptimalkan proses ini, maka menggunakan tiga pelarut diantaranya pelarut polar
dilakukan pengulangan maserasi (remaserasi), ampas yaitu air, pelarut semipolar yaitu etil asetat, dan pelarut
dari ekstraksi pertama dimaserasi kembali dengan nonpolar yaitu n-heksana.
penyari yang sama. Ekstrak yang diperoleh kemudian Fraksi etil asetat dipilih karena berdasarkan
di saring dan diuapkan sehingga didapatkan ekstrak penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa fraksi
kental. Dalam penelitian ini, metode maserasi dipilih ini yang memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi
karena prosedurnya sederhana, mudah, murah, dan untuk menghambat radikal bebas DPPH (EC50= 2,80
dapat menghindari kerusakan senyawa bioaktif akibat ppm) di bandingkan dengan fraksi-fraksi yang lain
panas (Gandjar, 2007). (Nanden, 2012).
Hasil maserasi diperoleh ekstrak kental sebanyak Metode ABTS merupakan metode penentuan ativitas
41,32 g (rendamen= 8,26%). Selanjutnya dilakukan uji antioksidan yang diperoleh dari hasil oksidasi kalium
kualitatif komponen fitokimia, hal ini dilakukan untuk persulfat dengan garam diammonium ABTS. Adanya
mengetahui keberadaan suatu senyawa metabolit aktivitas antioksidan dari sampel ditandai dengan
sekunder yang terkandung dalam ekstrak. Penentuan hilangnya warna biru pada pereaksi ABTS (Molyneux,
secara kualitatif dapat dilihat dari perubahan warna 2004). Besarnya aktivitas antioksidan ditandai dengan
atau terbentuknya endapan ketika sampel direaksikan nilai IC50. Nilai IC50 menunjukkan nilai konsentrasi
dengan bahan kimia tertentu. Hasil pengujian kualitatif larutan sampel yang dibutuhkan untuk meredam 50%
komponen fitokimia ekstrak daun kersen dari berbagai aktivitas radikal bebas ABTS.
62