You are on page 1of 28

L A P OR A N P R A KT I KU M HI ST O L OGI

B L O K M A T A D A N T HT

Nama : Made Ngurah Jiyesta Wibawa


FAKULTAS KEDOKTERAN
NIM : 019. 06. 0055
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
Kelas : A MATARAM

Modul : Mata dan THT


TAHUN 2020

Dosen : Rusmiatik, S.Si, M.Biomed

LABORATORIUM TERPADU 1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2021
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat-Nya penyusun dapat melaksanakan dan menyusun laporan
praktikum histologi yang berjudul “Histologi Mata dan THT” tepat pada
waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi prasyarat sebagai syarat nilai
praktikum histologi dan syarat mengikuti ujian praktikum histologi. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan,
dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :
1. Rusmiatik, S.Si, M.Biomed, selaku dosen pembimbing praktikum
histologi kelompok penulis.
2. Bapak/Ibu Dosen Universitas Islam Al-Azhar yang telah memberikan
masukan terkait makalah yang penulis buat.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang sifatnya konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak.

Mataram, 21 Oktober 2021

Penyusun

Laporan Histologi Mata & THT 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 5

1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................ 5


1.2. TUJUAN ................................................................................................. 5
1.3 MANFAAT ................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7

2.1 TEORI SISTEM INDRA ................................................................................ 7


2.1.1 Mata .................................................................................................... 7

2.1.2 Telinga (Cochlea) ............................................................................. 11

2.1.3 Hidung dan Leher ............................................................................ 12

BAB III METODE PRAKTIKUM.................................................................. 16

3.1 WAKTU DAN TEMPAT ............................................................................... 16


3.2 ALAT DAN BAHAN .................................................................................... 16
3.3. CARA KERJA ........................................................................................... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 17

4.1 TABEL PREPARAT.................................................................................. 17

4.2 PEMBAHASAN ........................................................................................... 23


4.2.1 Eye .................................................................................................... 23

4.2.2 Cochlea ............................................................................................. 23

4.2.3 Conjungtiva ...................................................................................... 24

4.2.4 Lacrimal gland ................................................................................. 24

4.2.5 Dinding Cavum Nasi ........................................................................ 25

4.2.6 Epiglotis ............................................................................................ 25

4.2.7 Trachea ............................................................................................. 26

Laporan Histologi Mata & THT 3


4.2.8 Palpebra............................................................................................ 26

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 27

5.1 KESIMPULAN ............................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 28

Laporan Histologi Mata & THT 4


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sistem indera adalah salah satu bagian dari sistem koordinasi yang
merupakan penerima rangsang atau reseptor. System penglihatan adalah bagian
dari sistem indra yang membuat organisme mampu melihat. Sistem penglihatan
menafsirkan informasi dari cahaya untuk mendirikan representasi dunia di
sekeliling tubuh. Mata adalah alat utama sistem ini. Mata secara garis besar dibagi
atas adnexa, orbita okuli, dan bulbus okuli. Sistem penciuman merupakan salah
satu dari lima indra yang dimiliki manusia. Sebagai bagian dari sistem panca indra
manusia, indra penciuman berperan untuk mendeteksi bau atau aroma. Peran
penting dari sistem indra, mencakup mata, telinga, hidung, dan tenggorokan. Organ
pengindra manusia memiliki bagian yang menerima rangsang berupa ujung-ujung saraf
atau sel- sel reseptor. Satu jenis reseptor hanya bisa menanggapi satu jenis rangsang.
Rangsangan yang diterimanya lebih dahulu diubah menjadi implus saraf, kemudian oleh
serabut-serabut saraf sensorik diteruskan ke pusat susunan saraf (otak dan susunan tulang
belakang).

1.2. Tujuan
1.2.1 Mahasiswa mampu memahami histologi mata dan THT.
1.2.2 Mahasiswa mampu mengamati komponen-komponen mata dan THT.
1.2.3 Mahasiswa mampu mengamati struktur beserta bagian- bagian dari
komponen mata dan THT.
1.2.4 Mahasiswa mampu mengetahui ciri-ciri jaringan mata dan THT.

1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai histologi mata dan
THT.
1.3.2 Untuk dapat membedakan bentuk dari setiap komponen mata dan
THT.

Laporan Histologi Mata & THT 5


1.3.3 Untuk memahami struktur dan fungsi masing-masing komponen mata
dan THT.
1.3.4 Untuk memmmahami ciri- ciri jaringan mata dan THT.

Laporan Histologi Mata & THT 6


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Sistem Indra

2.1.1 Mata
Palpebra

Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di
bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata
sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos. Pada kelopak terdapat bagian- bagian :

- Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar


keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom
pada tarsus
- Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam
kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak
(Subardjo, Hartono).

System Lakrimal

Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola
mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus
lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior. Sistem lakrimal terdiri atas 2
bagian, yaitu sistem produksi atau glandula lakrimal dan sistem ekskresi, yang
terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal dan duktus
nasolakrimal (Subardjo, Hartono).

Laporan Histologi Mata & THT 7


Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak


bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva
ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet.
Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva terdiri atas
tiga bagian, yaitu konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva bulbi
menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya dan konjungtiva
fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva
tarsal dengan konjungtiva bulbi (Subardjo, Hartono).

Sklera

Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan
sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke
dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera. Sklera
anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai kekakuan
tehentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Walaupun sklera
kaku dan tipisnya 1 mm ia masih tahan terhadap kontusitrauma tumpul (Subardjo,
Hartono).

Laporan Histologi Mata & THT 8


Jaringan Uvea

Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris
didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke
dalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh simpatis, sedang sfingter iris dan
otot siliar di persarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan siliar
mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang terletak di
belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan
melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera
(Subardjo, Hartono).

Retina

Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran
neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan
diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid
sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina (Subardjo,
Hartono).

Lensa

Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada


badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada
akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula
lutea (Subardjo, Hartono).

Kornea

Laporan Histologi Mata & THT 9


Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola
mata sebelah depan dan terdiri atas lapis :

- Epitel Tebalnya 550 pm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk
yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel
gepeng
- Membran Bowman, terletak di bawah membran basal epitel kornea
yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma
dan berasal dari bagian depan stroma
- Stroma, menyusun 90 % ketebalan kornea. Terdiri atas lamel yang
merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada
permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer
serat kolagen ini bercabang
- Membran Descement, merupakan membran aselular dan merupakan
batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan
membran basalnya
- Endotel, berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal,
besar 20-40 pm. Endotel-melekat pada membran descement melalui
hemidesmosom dan zonula okluden (Subardjo, Hartono).

Pupil

Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf


simpatis. Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. pada waktu
bangun korteks menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis. waktu
tidur hambatan subkorteks hilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang
sempurna yang akan menjadikan miosis Fungsi mengecilnya pupil untuk
mencegah aberasi kromatis pada akomodasi dan untuk memperdalam fokus
seperti pada kamera foto yang difragmanya dikecilkan (Subardjo, Hartono).

Otot Penggerak Mata

Laporan Histologi Mata & THT 10


Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakkan
mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot
penggerak mata terdiri atas 6 otot yaitu :

- Oblik inferior, aksi primer sekunder


- Oblik superior, aksi primer sekunder
- Rektus inferior, aksi primer sekunder
- Rektus lateral
- Rektus medius
- Rektus superior (Subardjo, Hartono).

2.1.2 Telinga (Cochlea)

Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Bagian
luar dan tengah menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang
berisi cairan untuk memperkuat energi suara dalam proses tersebut. Telinga dalam
berisi dua sensoris yang berbeda: koklea yang mengandung reseptor-reseoptor
untuk mengubah gelombang suara menjadi impuls-impuls saraf, sehingga kita
dapat mendengar dan aparatus vestibularis yang penting untuk sensasi
keseimbangan. Koklea merupakan tabung berbentuk rumah siput yang
mengandung organ sensori untuk pendengaran. Koklea memiliki tiga buah kanal
yang mengandung cairan yaitu skala vestibuli, skala timpani dan skala media.
Skala media berada di koklea bagian tengah, dipisahkan dari skala vestibuli oleh

Laporan Histologi Mata & THT 11


membran Reissner dan dari skala timpani oleh membran basilaris. Skala vestibuli
dan skala timpani berisi cairan perilimfe sedangkan skala media berisi cairan
endolimfe (Yatim, Wildan Dr. 1990).

2.1.3 Hidung dan Leher


Leher (Trakea dan Epiglotis)

Sebagian besar dari leher mendukung koneksi penting antara kepala dan
seluruh tubuh, seperti pembuluh darah, saraf, tabung pernapasan (trakea) dan
tabung makanan (esofagus). Leher terletak antara kepala dan dada. Batas atas
dibentuk oleh tepi bawah mandibula, angulus mandibulae, processus mastoideus,
linea nuchae superior dan protuberantia occipitalis externa. Sedangkan batas
bawah adalah incisura jugularis sterni,dataran atas clavicula, articualtio
acromioclavicularis,margo superior scapula dan proccesu spinorus vertebra
cervicallis VII.

Laporan Histologi Mata & THT 12


Trakea

Trakea adalah tabung berongga sekitar 11- 14 cm, menghubungkan dari


tulang rawan krikoid yang ada di laring ke bronkus primer. Dinding trakea terdiri
dari mukosa, submukosa, tulang rawan hialin, dan adventisia. Trakea dijaga tetap
tebuka oleh cincin tulang rawan hialin bentuk-C. Tulang rawan hialin dikelilingi
oleh jaringan ikat padat perikondrium, yang menyatu dengan submukosa disatu
sisi dan adventisia disisi yang lain. Banyak saraf, pembuluh darah, dan jaringan
adipose terletak di adventisia. Lumen trakea dilapisi oleh epitel bertingkat semu
bersilia dengan sel goblet.

Hidung

Hidung merupakan indra yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan


sekitar atau sesuatu dari aroma yang dihasilkan. Di dalam hidung terdapat banyak
sel kemoreseptor untuk mengenali bau. Ketika udara akan masuk ke paru, udara
lebih dahulu melewati mulut atau rongga hidung. Di bagian superior dan lateral
atap hidung terdapat rak hidung bertulang yang disebut konka. Bagian ini dilapisi
epitel berlapis semu yang sangat khusus dan disebut dengan epitel olfaktorius
yang mendeteksi dan menyalurkan bau ke otak. Epitel ini terdiri atas tiga jenis sel:
penunjang (sustentakular), basal, dan olfaktorik (sensorik). Dibawah epitel di
dalam jaringan ikat, terdapat kelenjar olfaktori serosa (Bowman). Berbeda dari
epitel pernafasan yang terletak di dekat epitel olfaktori, epitel olfaktori berlapis
semu berbeda karena tidak ada sel goblet atau ada silia yang dapat bergerak di
permukaan selnya.

Reseptor- reseptor olfaktorius merupakan sel- sel khusus, berupa sel-sel


saraf bersilia yang terletak di dalam epitel olfaktorius pada rongga hidung. Akson-
akson sel tersebut bergabung menjadi bungkusanbungkusan kecil yang banyak
jumlahnya (nervus olfaktorius sebenarnya) yang memasuki rongga tengkorak
melalui foramina lamina kribiformis dari tulang etmoidalis dan kemudian
menempel ke bulbus olfaktorius pada permukaan inferior lobus frontalis. Proses
awal informasi olfaktorius terjadi di dalam bulbus olfaktorius, yang berisi sel-sel

Laporan Histologi Mata & THT 13


interneuron dan mitral besar; akson-akson dari sel-sel mitral besar meninggalkan
bulbus melewati traktus olfaktorius.

Traktus olfaktorius lewat ke belakang pada permukaaan basalis lobus


frontalis dan, tepat sebelum mencapai level kiasma optikum, sebagian besar
serabut-serabut traktus olfaktorius berbelok ke lateral, membentuk stria
olfaktorius lateralis. Serabut-serabut ini lewat menuju ke kedalaman fissura
lateralis, di mana serabut-serabut tersebut menyilang untuk mencapai lobus
temporalis. Serabut-serabut tersebut berakhir utamanya di korteks olfaktorius
primer pada unkus, pada aspek inferomedial lobus temporalis, dan di amigdala
yang berdekatan dengan struktur tersebut. Bersebelahan dengan unkus, bagian
anterior dari girus parahipokampalis, atau area entorkinal, terdapat korteks
olfaktorius asosiasi. Korteks primer dan asosiasi disebut juga sebagai korteks
piriformis dan bertanggung jawab untuk mengaresiasi rangsangan olfaktorius.
Proyeksi olfaktorius adalah unik di antara system sensorik di mana proyeksi ini
terdiri atas urutan dua neuron saja di antara reseptorreseptor sensorik dan korteks
serebri dan tidak berproyeksi melewati thalamus.

Hidung manusia mengandung 5 juta reseptor olfaktorius, dengan 1000 tipe


berbeda. Selama deteksi bau, bau “diuraikan” menjadi berbagai komponen.
Setiap reseptor berespons hanya terhadap satu komponen suatu bau dan bukan
terhadap molekul odoran keseluruhan. Karena itu, tiap-tiap bagian suatu bau
dideteksi oleh satu dari ribuan reseptor berbeda, dan sebuah reseptor dapat
berespons terhadap komponen bau tertentu yang terdapat di berbagai aroma.

Bagian reseptor sel reseptor olfaktorius terdiri dari sebuah tonjolan yang
membesar dan mengandung beberapa silia panjang yang berjalan seperti hiasan
rumbai-rumbai ke permukaan mukosa. Silia ini mengandung tempat untuk
mengikat odoran, molekul yang dapat dihidu. Selama bernafas tenang, odoran
biasanya mencapai reseptor sensitif hanya dengan difusi karena mukosa
olfaktorius berada di atas jalur normal aliran udara. Tindakan mengendus
meningkatkan proses ini dengan menarik arus udara ke arah atas di dalam rongga
hidung sehingga lebih banyak molekul odoriferosa di udara yang berkontak
dengan mukosa olfaktorius. Odoran juga mencapai mukosa olfaktorius sewaktu

Laporan Histologi Mata & THT 14


makan dengan naik ke hidung dari mulut melalui faring (belakang tenggorokan).
Agar dapat dihirup, suatu bahan harus (1) cukup mudah menguap sehingga
sebagian molekulnya dapat masuk ke hidung melalui udara inspirasi dan (2)
cukup larut air sehingga dapat masuk ke lapisan mucus yang menutupi mukosa
olfaktorius. Molekul harus larut agar dapat dideteksi oleh reseptor olfaktorius.

Laporan Histologi Mata & THT 15


BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Pratikum pertama dilaksanakan di Laboratorium Terpadu 1, Universitas
Islam Al-Azhar, Mataram. Praktikum ini dilakukan pada hari Jumat, 16 Oktober
2021 pada pukul 13.30 sampai dengan pukul 15.10 WITA.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

- Kaca preparat.
- Penutup kaca preparat.
- Mikroskop.

Sediaan Preparat Pratikum :

Eye wall, cochlea, conjungtiva, lacrimal gland, dinding cavum nasi,


epiglottis, trachea, dan palpebra.

3.3. Cara Kerja


1. Menyediakan preparat yang akan diamati
2. Mengamati preparat di bawah mikroskop
3. Mengenali setiap bagian preparat
4. Menggambar hasil pengamatan pada buku gambar .

Laporan Histologi Mata & THT 16


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Preparat


Tabel 1. Hasil pengamatan menggunakan mikroskop pratikum pertama
pada Mata & THT.

No. Gambar Keterangan


1. Nama : Mata
H13/ 40 (95 C = 100
C)

Laporan Histologi Mata & THT 17


2. Nama : Cochlea
H13/ 70

Laporan Histologi Mata & THT 18


3. Nama : Conjungtiva
H13/ 10

4. Nama : Lacrimal
Gland
H13/ 20

Laporan Histologi Mata & THT 19


5. Nama : Dinding
Cavum Nasi
13 B (64 C)

Laporan Histologi Mata & THT 20


6. Nama : Epiglotis
14 B

7. Nama : Trachea
15 B

Laporan Histologi Mata & THT 21


8. Nama : Palpebra
71 B

Laporan Histologi Mata & THT 22


4.2 Pembahasan

4.2.1 Eye
Mata terletak dalam struktur bertulang yang protektif ditengkorak yang juga
mengandung batalan jaringan adiposa, setiap bola mata terdiri atas sebuah bola
mata fibrosa yang kuat untuk mempertahankan bentuk secara keseluruhan. Secara
internal mata mengandung jaringan transparan yang membiasakan cahaya untuk
memfokuskan bayangan, selapis sel fotosensitif, dan suatu sistem neuron yang
berfungsi mengumpalkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke otak
(Yatim, Wildan Dr. 1990).

4.2.2 Cochlea
Koklea adalah sepenuhnya diluruskan dalam diagram ini untuk lebih mudah
menunjukkan bagaimana gelombang suara ditafsirkan menurut frekuensinya di
situs tertentu di sepanjang organ spiral. Suara berfrekuensi tinggi (panah merah)
menimbulkan gelombang tekanan yang menggerakan membran basilar dekat
pangkal dari koklea, dekat dengan fenestra ovalis. Duktus koklea, sebuah bagian
dari labirin membranosa berbentuk sebagai tuba spiral, mengandung sel-sel
rambut dan struktur lain yang memungkinkan fungsi auditori. Diadakan di tempat
dalam tulang koklea, duktus ini merupakan salah satu dari tiga kompartemen

Laporan Histologi Mata & THT 23


paralel, atau skala (L., landai atau tangga) yang 2¾ koil ternyata dalam koklea
(Yatim, Wildan Dr. 1990).

4.2.3 Conjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa tipis dan transparan yang menutupi
bagian anterior sklera dan berlanjut sebagai lapisan permukaan dalam kelopak
mata. Konjungtiva terdiri atas epitel berlapis kolumnar dengan banyak sel kecil
yang menyerupai sel goblet, yang ditunjang oleh selapis tipis lamina propria
jaringan ikat longgar. Sekresi mukus dari sel epitel konjungtiva ditambahkan ke
lapisan air mata yang melapisi epitel ini dan kornea (diFiore’s).

4.2.4 Lacrimal gland


Kelenjar lakrimal menghasilkan cairan secara kontinu untuk lapisan air mata
yang melembabkan dan melumasi kornea dan konjungtiva serta menyuplai O2 ke
sel epitel kornea. Cairan air mata juga mengandung berbagai metabolit, elektrolit,
dan protein, termasuk lisozim. Kelenjar lakrimal utama berada di bagian temporal
atas orbita dan memiliki sejumlah lobus yang bermuara secara terpisah melalui
duktus ekskretoris ke dalam fornix superior, recessus berlapis-konjungtiva di
antara kelopak mata dan mata. Kelenjar lakrimal memiliki asini tubuloalveolar
yang terdiri atas sel serosa tinggi dengan inti basal dan granula sekretoris yang
terpulas ringan, yang secara histologis menyerupai sel asinar kelenjar parotis.
Setelah bergerak melalui permukaan mata, cairan yang disekresikan oleh kelenjar
tersebut berkumpul di bagian lain apparatus lacrimalis bilateral: aliran ke dalam
dua muara kecil (berdiameter 0,5 mm) ke kanalikuli di tepi medial kelopak mata
atas dan bawah kemudian masuk ke dalam saccus lacrimalis dan akhirnya
bermuara ke dalam rongga hidung melalui duktus nasolacrimalis. Kanalikuli
dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis, tetapi saccus dan duktus yang lebih distal
dilapisi oleh epitel silia bertingkat seperti epitel rongga hidung (diFiore’s).

Laporan Histologi Mata & THT 24


4.2.5 Dinding Cavum Nasi
Rongga hidung kiri dan kanan terdiri atas dua struktur: vestibulum di luar
dan rongga hidung (atau fossa nasalis) di dalam. Kulit hidung memasuki nares
(cuping hidung) yang berlanjut ke dalam vestibulum dan memiliki kelenjar
keringat, kelenjar sebasea, dan vibrisa (bulu hidung) yang menyaring partikel-
partikel besar dari udara inspirasi. Vestibulum adalah bagian paling anterior dan
paling lebar di setiap rongga hidung. Rongga hidung berada di dalam tengkorak
berupa dua bilik kavernosa yang dipisahkan oleh septum nasi oseosa. Dari setiap
dinding lateral, terdapat tiga tonjolan bertulang mirip rak yang dikenal sebagai
conchae. Mukosa menutup conchae ini dan bagian lain dari dinding rongga
hidung yang memiliki lamina propria dengan peran penting dalam mendinginkan
udara terhirup. Sebuah pembuluh darah yang kompleks dengan putaran kapiler
dekat permukaan epitel membawa darah ke arah aliran udara untuk aliran udara
terinspirasi dan untuk melepaskan panas agar menghangatkan udara yang yaitu
dilembabkan dengan air dilepaskan dari kelenjar seromukosa kecil. Lapisan tipis
lendir yang dihasilkan oleh kelenjar ini dan sel- sel goblet juga berfungsi untuk
menangkap partikel dan kotoran udara gas yang kemudian dibersihkan (diFiore’s).

4.2.6 Epiglotis
Epiglotis, yang terjulur keluar dari tepi atas laring, berfungsi untuk
mencegah makanan atau cairan menelan memasuki jalur ini. bagian atas, atau
lingual, permukaan yang telah berlapis epitel skuamosa; pada titik-titik variabel di
permukaan laring yang epitel ini mengalami transisi ke epitel (pernapasan)
kolumnar bersilia pseudostratifid. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran
mukosa dan serosa di lamina propria. Di bawah epiglotis dan laring vestibularis,
mukosa menunjukkan ke lumen bilateral dengan dua pasang lipatan dipisahkan
oleh celah sempit atau vertikel. Pasangan atas, yaitu plica vestibularis atau pita
suara palsu, yang sebagian dilapisi epitel respiratorik yang di bawahnya terdapat
banyak kelenjar seromukosa (diFiore’s).

Laporan Histologi Mata & THT 25


4.2.7 Trachea
Trakea adalah saluran dengan panjang orang dewasa 10 sampai 12 cm dan
dilapisi mukosa respiratorik khas di lamina propria, terdapat sejumlah besar
kelenjar seromukosa menghasilkan mukus encer. Serangkaian dengan sekitar
selusin cincin berbentuk C tulang rawan dari hialin di submukosa memperkuat
dinding dan membuat lumen trakea terbuka. Ujung terbuka dari cincin kartilago
ini terdapat di permukaan posterior trakea, menghadap esofagus dan dihubungkan
oleh suatu berkas otot polos (m. trachealis) dan suaru lembar jaringan fibroelastis
yang melekat pada perikondrium. Keseluruhan organ dikelilingi oleh lapisan
adventisia (diFiore’s).

4.2.8 Palpebra
Di sebelah konjungtiva terdapat suatu lempeng fibroelastis padat jaringan
ikat yang disebut tarsus yang menyangga jaringan lain di kelopak mata. Jaringan
ini juga memiliki serangkaian 20- 25 kelenjar sebasea besar, masing-masing
dengan banyak asinus yang bersekresi ke dalam suatu duktus sentral panjang yang
membuka di antara bulu mata di tepi distal kelopak mata. Minyak dalam sebum
yang dihasilkan oleh kelenjar tarsal ini, yang umum disebut kelenjar Meibom,
membentuk lapisan permukaan pada lapisan air mata, mengurangi laju evaporasi
dan membantu melumasi permukaan mata (diFiore’s).

Laporan Histologi Mata & THT 26


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sistem indera merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi untuk
menerima rangsang sesuai dengan modalitasnya masing-masing. Sistem indera ini
juga merupakan reseptor-reseptor khusus untuk menyadari perubahan lingkungan.
Adapun struktur yang telah diamati yaitu preparat mata, eyelid, eye ball, palpebra,
glandula lakrimalis, dinding cavum nasi, epiglotis, trakea dan naso cavity. Dari
pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada indera penglihatan ini
dilapisi oleh tiga lapisan konsentrik utama yaitu tunika fibrosa, tunikavascularis
dan tunika neuralis yang memiliki peranan masing-masing dalam menerima
rangsang visual sehingga manusia dapat melihat berbagai macam objek.
Sedangkan pada indera penciuman terdapat banyak sel kemoreseptor untuk
mengenali bau, dan juga 5 juta reseptor olfaktorius dengan 1000 tipe berbeda
yang berfungsi untuk mendeteksi dan menyalurkan bau ke otak sehingga manusia
dapat mengetahui aroma yang dihirup.

Laporan Histologi Mata & THT 27


DAFTAR PUSTAKA
Bloom, Fawcett. Buku Ajar Histologi. 12th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2002. p.629-45

diFiore’s. Atlas of Histology with Functional Correlations, Eleventh edition

Guyton. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9th ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2000. p. 597-8; 623.

Junqueira, Luis Carlos dan Jose Carneiro. Histologi Dasar, Teks Dan Atlas. 10th
ed. Jakarta: EGC; 2007.

Kemenkes. 2017. Histology dan Anatomi Fisiologi Manusia. Bahan Ajar


Keperawatan Gigi. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan. Edisi Tahun 2017.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/histologi_bab1_6.pdf (Diunduh pada tanggal 16
Oktober 2021)

Wheater Paul, Burkitt George, Daniels Victor, Young Barbara. Histologi


Fungsional. Jakarta: EGC; 2005. h. 220-1.

Yatim, Wildan Dr. 1990. Biologi Modern Histologi. Bandung : PT Tarsito

Laporan Histologi Mata & THT 28

You might also like