You are on page 1of 4

Bab 7

ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN

Materi yang akan disampaikan

1. Cakupan dan ISA Acuan


Acuan utama bab ini ialah ISA 315 Identifying and Assessing the Risks of Material
Misstatement through Understanding the Entity and Its Environment (Mengidentifikasi dan
Menilai Risiko Salah Saji yang Material Melalui Pemahaman terhadap Entitas
dan Lingkungannya).
ISA 315 mendefinisikan asersi sebagai berikut.
Asersi-Representasi oleh manajemen, baik secara eksplisit (dalam bentuk pernyataan) maupun
implisit (tersirat), yang terkandung dalam laporan keuangan.

2. Selayang Pandang
Contoh-contoh asersi adalah sebagai berikut:
1. Semua aset dalam laporan keuangan benar-benar ada (exist).
2. Semua transaksi penjualan telah dicatat dalam periode terjadinya.
3. Persediaan dicantumkan dengan nilai yang tepat.
4. Utang merupakan kewajiban entitas.
5. Semua transaksi yang dicatat, terjadi dalam periode berjalan.
6. Semua jumlah (amounts) disajikan dengan tepat (properly presented) dan diungkapkan
(dengan penjelasan yang memadai) dalam laporan keuangan.

3. Penjelasan mengenai Asersi


ISA 315 alinea A111 menjelaskan kelompok asersi yang dapat digunakan auditor untuk
untuk mempertimbangkan berbagai salah saji dalam laporan keuangan. Kelompok asersi untuk
jenis-jenis transaksi (classes of transactions) dan peristiwa (events) untuk periode yang diaudit.

4. Asersi Gabungan
ISA 315 membolehkan auditor menggunakan asersi seperti dijelaskan di atas, atau dengan
cara yang berbeda, sepanjang semua aspek yang dibahas di atas telah tercakup. Untuk
memudahkan penggunaan asersi dalam entitas kecil, asersi-asersi ini dapat digabungkan.
Penggabungan ini diperagakan dalam Kotak 7-5. Dalam kotak ini asersi gabungan disingkat
sebagai berikut: C - Completeness; E - Existence; A - Accuracy and Cutoff; dan V
-Valuation. Penggabungan asersi dalam empat kombinasi, memudahkan penerapan pada
ketiga kategori (jenis transaksi, saldo akun, dan penyajian serta pengungkapan).

Penggabungan Asersi

Penyajian dan
Asersi Gabungan Jenis Transaksi Saldo Akun
Pengungkapan
Completenes
C - Completeness Completeness Completeness
s
E - Existence Occurrence Existence Occurrence
Accuracy, Rights and
A - Accuracy and Accuracy,Cutoff, Rights and Obligations,
Cutoff Classification Obligations Classification,
Understandably
Valuation and
V - Valuation Valuation
Allocation

Penjelasan Asersi Gabungan

Asersi Gabungan Penjelasan


Segala sesuatu yang harus dicatat atau diungkapkan dalam laporan keuangan, telah
dicakup. Tidak ada aset, utang, dan liabilitas, transaksi yang belum dicatat atau
C - Completeness
diungkapkan; tidak ada catatan dalam laporan keuangan, yang hilang/ dihilangkan
atau tidak lengkap.

Segala sesuatu yang harus dicatat atau diungkapkan dalam laporan keuangan,
memang ada pada tanggal yang bersangkutan, dan memang harus dicakup.Aset,
E - Existence
utang, dan liabilitas, transaksi, dan hal-hal lain dalam catatan laporan keuangan,
memang ada, terjadi, dan terkait dengan entitas.

Semua liabilitas, pendapatan, beban, dan hak atas aset (yang dikuasai atau di bawah
A - Accuracy and pengendalian) merupakan kewajiban atau kekayaan entitas dan telah dicatat dalam
Cutoff jumlah yang benar dan dialokasikan ke periode yang benar. Juga telah dilakukan
pengklasifikasian dan pengungkapan yang benar dalam laporan keuangan.

Aset, liabilitas, dan ekuitas dicatat dalam jumlah atau nilai (at the appropriate value)
dalam laporan keuangan.
V - Valuation Penyesuaian (adjustments) untuk penilaian atau alokasi yang diperlukan karena
sifatnya atau sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterapkan, telah dicatat
sebagaimana mestinya.

5. Asersi dalam Auditing


Berikut ini kutipan dari ISA 315 alinea 25 (terjemahan bebas):
Auditor wajib mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji pada:
a) tingkat laporan keuangan; dan
b) tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan untuk merancang
dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya.
Seperti disebutkan di atas, laporan keuangan mengandung berbagai asersi. Asersi ini
dapat digunakan auditor dalam menilai risiko di tingkat laporan keuangan dan di tingkat asersi.
6. Penilaian Risiko di Tingkat Laporan Keuangan
Risiko salah sali yang material pada tinplat laporan keuangan, cenderung bersifat pervasif
(tersebar luas) dan Karenanya mencakup semnua asersi. Contoh, jika akuntan senior tidak
cuskup kompeten, sangat boleh jadi kekeliruan terjadi dalam laporan keuangan. Kekeliruan
semacam ini sering kali tidak terbatas pada satu saldo akun, atau satu jenis transaksi, atau suatu
pengungkapan saja. Kekelíruan juga tidak terbatas pada satu asersi saja, seperti Jengkaprya
(completeness) transaksi penjualan. Kekeliruan dengan mudah merambah ke asersi lain seperti
accuracy, existence, dan valuation.
7. Penilaian Risiko di Tingkat Asersi
Risiko pada tingkat asersi berkaitan dengan saldo dari akun tertentu (secara individu)
pada saat tertentu (misalnya akhir tahun), atau untuk transaksi tertentu untuk suatu periode
tertentu (misalnya dalam tahun buku bersangkutan), dan berkenaan dengan penyajian dan
pengungkapan tertentu dalam laporan keuangan.
Relevansi setiap asersi untuk saldo akun (atau jenis transaksi, atau penyajian dan
pengungkapan) tertentu, akan berbeda, tergantung pada ciri saldo akun itu dan potensi salah
saji yang material.
8. Jenis Risiko Salah Saji
Dalam langkah ini auditor melaksanakan prosedur penilaian risiko (risk assessment procedures).
Sebagai contoh, auditor dapat mengajukan pertanyaan sebagai berikut.
a) Apakah aset memang ada? (Existence)
b) Apakah entitas memiliki aset tersebut? (Rights and obligations)
c) Apakah transaksi penjualan dicatat dengan benar? (Completeness)
d) Apakah saldo persediaan disesuaikan untuk barang yang lambat perputarannya (slow-
moving) dan usang (obsolete)? (Valuation)
e) Apakah saldo utang sudah meliputi semua liabilitas pada akhir periode?
f) (Completeness)
g) Apakah transaksi dicatat dalam periode yang benar? (Cutoff)
h) Apakah jumlah yang benar disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan?
i) (Accuracy)
9. Besarnya Kemungkinan Terjadi Risiko
Risiko salah saji yang material merupakan kombinasi dari risiko bawaan (inherent risk) dan
risiko pengendalian (control risk). Oleh karena itu, proses penilaian (assessment process)
meliputi keduanya.
Mengenai risiko bawaan, auditor menentukan potensi salah saji yang berkenaan dengan
asersi yang mana. la kemudian menilai seberapa besarnya kemungkinan terjadi risiko ini,
dan taksiran atau "ancer-ancer" jumlahnya.
Mengenai risiko pengendalian, auditor menentukan apakah ada pengendalian internal yang
relevan untuk mencegah dan menekan (mitigate) assessed risks, dan dampaknya terhadap
asersi terkait.
10. Prosedur Audit Selanjutnya
Langkah terakhir ialah merancang prosedur audit yang menjawab assessed risks untuk setiap
asersi terkait. Contoh, jika risiko piutang dinyatakan lebih besar dari sesungguhnya (overstated),
itu tinggi, maka prosedur audit harus dirancang untuk menjawab asersi tersebut (dalam hal ini,
existence assertion). Jika asersi mengenai transaksi penjualan yang berkenaan dengan
completeness yang berisiko tinggi, auditor dapat merancang uji pengendalian (test of controls)
yang menyoroti completeness assertion ini.

You might also like