Professional Documents
Culture Documents
Contoh Minpro
Contoh Minpro
DESEMBER 2017
Diusulkan oleh :
C11114105
Pembimbing
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN
Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Departemen Ilmu Patologi
judul:
SEPTEMBER 2017”
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur yang sebesar – besarnya penulis panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan AnugerahNya sehingga
dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya dapat menyelesaikan skripsi
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan dan
dukungan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama
penyusunan skripsi ini. Secara khusus rasa terima kasih penulis sampaikan kepada :
2. dr.Rachmawati A. Muhiddin, Sp. PK (K) dan Dr. dr. Tenri Esa, Sp. PK, M.Si
3. Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS, FICS sebagai Dekan Fakultas
vi
4. Departemen Ilmu Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
beserta staf.
5. Pegawai dan staf bagian rekam medik Rumah Sakit Universitas Hasanuddin yang
6. Kedua Orang Tua penulis yaitu Bapak Ir. Yermia Pasau dan Ibu Dra. Betrina
7. Kepada saudara penulis, adik Piere Pasau, kakak Febriola Pasau dan seluruh
8. Untuk Anastasio Harimba dan keluarga, yang selalu mendoakan dan memberikan
semangat.
atas kebersamaan dan dukungan yang selalu diberikan dalam penyusunan skripsi
ini.
10. Kepada keluarga Manakarra Choir di Mamuju dan Makassar atas doa dan
dukungan.
11. Sahabat-sahabat “No Wacana”, Jein Pratiwi, Novia Tungadi, Novia Tenggono,
Kwan Silvea, Sulpiana, Apilia Patampang, Nurul Rahmita, Iin Sakinah yang
13. Keluarga “PMK FK FKG UNHAS” atas doa dan dukungan kepada penulis
vii
14. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, untuk itu saran dan kritik
berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan
Penulis
viii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3.Tujuan Penelitian.............................................................................................4
ix
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Asam Urat........................................................................................................6
x
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.7.Alur Penelitian.................................................................................................35
4.8.Etika Penelitian................................................................................................35
BAB 5 HASIL
5.1.Deskripsi Umum..............................................................................................37
5.2.1. Usia.....................................................................................................38
xi
BAB 6 PEMBAHASAN
7.1.Kesimpulan ......................................................................................................50
7.2.Saran ................................................................................................................51
xii
DAFTAR TABEL
2017 ............................................................................................................................38
September 2017..........................................................................................................39
Tabel 5.3. Distribusi Kadar Frekuensi Asam Urat pada Kejadian Nefropati
September 2017..........................................................................................................39
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN, UNIVERSITAS HASANUDDIN
Desember 2017
xvi
THESIS
FACULTY OF MEDICINE, HASANUDDIN UNIVERSITY
December 2017
ABSTRACT
The background of the study : Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases
that suffer from hyperglycemia due to disorders in insulin‟s secretion, insulin‟s work
or the punpon. The global prevalence of diabetes increases doubled from 1980, by
4.7% to 8.5% in the adult population by 2014. The main problem with the disease is
a tendency to obtain macro and microvascular structures at the time. Diabetic
nephropathy is the most and general common complication of both types of diabetes
and also a leading cause of end-stage renal failure. The pathogenesis of diabetic
nephropathy to end-stage renal failure with an important role of inflammation.
Recent evidence has emerged in recent times that hyperuricemia is one of the
inflammatory factors and may play a role in endothelial dysfunction. Therefore, the
suggestion of hyperuricemia as one of the factors of inflammation need to be known
and examined its patomechanism against to the incidence of diabetic nephropathy.
Aim : To determine the relationship of hyperuricemia with diabetic nephropathy
events in patients with diabetes mellitus at Hasanuddin University Hospital Makassar
period January 2014 - September 2017.
Method : The study is analytic observational type and used purposive sampling of
non-probability sampling technique for sampling diabetic nephropathy in DM patient
population and also used the secondary data (medical record).
Result : Based on the study which conducted in September - November 2017
obtained 31 samples, the sample was analyzed with Microsoft Excel and SPSS 22.0
software then obtained statistical test result (p = 0,412).
Conclusion : The result concluded that there is no significant relationship of
hyperuricemia with diabetic nephropathy events in patients with diabetes mellitus at
Hasanuddin University Hospitals Makassar period of January 2014 - September
2017.
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus adalah salah satu masalah kesehatan yang besar. Diabetes
disfungsi dan kegagalan organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan
ada 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes di seluruh dunia, dibandingkan
dengan 108 juta pada tahun 1980. Prevalensi global mendapatkan peningkatan
dua kali lipat dari tahun 1980, yaitu 4,7% menjadi 8,5% pada populasi orang
Dan diperkirakan akan meningkat dua kali lipat di Indonesia pada tahun 2030
sebesar 21.257.000 orang. (WHO, 2016) Data WHO, Diabetes Country Profiles
2016 untuk Indonesia didapatkan angka kematian karena diabetes sebesar 7%,
1
2
oleh dokter menderita diabetes melitus adalah 1,5% dan 0,6% penduduk yang
belum didiagnosis menderita diabetes melitus tetapi dalam satu bulan terkhir
mengalami gejala sering lapar, sering haus, sering buang air kecil dalam jumlah
Selanjutnya, data lain dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang
didiagnosis menderita diabetes melitus oleh dokter dan 1,8% proporsi penduduk
yang belum pernah didiagnosis menderita diabetes melitus tetapi dalam satu
bulan terakhir mengalami gejala sering lapar, sering haus, sering buang air kecil
ditunda karena efek langsung maupun tidak langsungnya terjadi pada vascular
(penyakit arteri koroner, penyakit arteri perifer dan stroke) serta komplikasi
(Fowler, 2008) Masalah utama dengan penyakit ini adalah seiring waktu,
komplikasi yang paling sering dan umum dari kedua tipe diabetes (tipe 1 dan tipe
dkk, 2016) Selain itu, nefropati diabetik sebagai salah satu komplikasi diabetes
melitus juga menjadi penyebab utama kegagalan ginjal stadium akhir dan kondisi
2014)
Peradangan berat yang terjadi dipicu oleh gangguan metabolik, kelebihan protein
dan kelainan hemodinamik. (Tang dkk, 2016) Bukti terbaru telah muncul dalam
(hiperurisemia) sebagai salah satu faktor independen yaitu faktor inflamasi dan
mungkin berperan dalam disfungsi endotel. (Jalal dkk, 2011) Hal ini akan sangat
merugikan organ ginjal. Disisi lain, kadar insulin serum yang tinggi dapat
menurunkan pembersihan asam urat oleh ginjal yang merupakan keadaan dasar
patofisiologi diabetes. Oleh karena itu, pasien diabetes lebih rentan terhadap
pengidap diabetes. (Tang dkk, 2016) Oleh karena itu, saran hiperurisemia sebagai
4
September 2017.
1.2.Rumusan Masalah
nefropati diabetik
1.4.Manfaat Penelitian
datang.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
Asam urat merupakan produk akhir dari katabolisme purin yang berasal
dari degradasi nukleotida purin yang terjadi pada semua sel. Urat dihasilkan
oleh sel yang menghasilkan xanthine oxidase, terutama hepar dan usus kecil.
(Nasrul, 2012)
2.1.2. Metabolisme
melibatkan berbagai faktor yang mengatur produksi hati, ginjal dan ekskresi
usus. Asam urat merupakan produk akhir dari eksogen dan metabolisme
endogen purin. Sumber eksogen berasal dari diet dan protein hewani.
Sedangkan produksi asam urat endogen terutama berasal dari hati, usus, dan
jaringan lain seperti otot, ginjal, dan endotel pembuluh darah. (Maiuolo dkk,
2015)
Produksi dan katabolisme purin relatif konstan, yaitu antara 300 dan 400
mg per hari. Dua pertiga total urat tubuh berasal dari pemecahan purin
endogen, hanya sepertiga yang berasal dari diet (eksogen) yang mengandung
purin. (Singh dkk, 2010) Pembentukan asam urat berasal dari katabolisme
6
7
enzim xantin oksidase.(Chaudhary dkk, 2013) Sintesis asam urat dimulai dari
mempunyai sembilan cincin purin. Reaksi ini dikatalisis oleh PRPP glutamil
penambahan sebuah gugus amino aspartat ke karbon enam cincin purin dalam
amino dari amino glutamin ke karbon dua cincin purin, reaksi ini
Xhantine akan diubah oleh xhantine oxsidase menjadi asam urat. (Nasrul,
2012)
post glomerular terjadi reabsorpsi dan sekresi untuk mengatur jumlah asam
urat yang akan diekskresi. Tubulus proksimal adalah tempat reabsorpsi dan
sekresi asam urat dan sekitar 90% diserap kembali ke dalam darah. (Maiuolo
dkk, 2015) Semua reabsorpsi asam urat terjadi pada segmen S1 tubulus
dan sekitar 10% asam urat yang tersaring muncul pada urin. (Chaudhary dkk,
2013)
Definisi kadar asam urat didasarkan pada batas kelarutan urat dalam cairan
tubuh. Kelarutan fisiologis garam asam urat atau Monosodium urate (MSU)
pada wanita, dan >7 mg/dL (416 μmol/L) pada pria, sampai ≥6,5 mg/dL (387
μmol/L), atau >8,3 mg/dL (494 μmol/L) terlepas dari jenis kelamin. Asam
Penelitian dari Barbieri dkk (2015) menunjukkan bahwa kadar asam urat
secara signifikan lebih tinggi pada pria dibanding pada wanita. Namun pada
Peningkatan kadar asam urat pada wanita lebih sering terjadi pada usia 80-89
tahun dibanding pada usia 20-29 tahun. Sedangkan pada pria, kecenderungan
10
untuk mengalami peningkatan asam urat lebih cepat dibanding pada wanita
kulit putih, ras minoritas terutama ras kulit hitam memiliki prevalensi asam
urat yang lebih tinggi. Disisi lain, orang kulit hitam cenderung tidak
tingginya angka morbiditas”. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Lohr
(2017) bahwa pada ras asli pasifik kejadian hiperurisemia juga tinggi. Di
juga dapat meningkatkan aktivasi shunt fosfat heksose yang akan mendorong
2.2.Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah dan dapat menyebabkan kerusakan serius pada
organ jantung, pembuluh darah, mata, ginjal dan saraf. (WHO, 2013) Penyakit ini
secara absolut maupun relatif. Ada 2 tipe diabetes melitus, yaitu DM tipe 1 dan
sering lapar (poliphagi), sering kencing (poliuri), penurunan berat badan yang
bermakna, rasa lemah, luka sulit sembuh dan pada ibu hamil dapat melahirkan
bayi besar dengan berat badan bayi ≥4 kg. Diagnosa ditegakkan jika pasien sudah
pernah didiagnosa DM oleh dokter atau belum pernah didiagnosa oleh dokter,
2015)
- Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak
(NGSP).
Bila DM tidak ditangani dengan baik, komplikasi pun dapat berkembang dan
jantung, pembuluh darah, mata, ginjal dan saraf. (WHO, 2016) Secara umum,
2.3.Nefropati Diabetik
2.3.1. Definisi
yang ditandai dengan hiperglikemi dan ekskresi albumin urin yang meningkat
atau penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) atau keduanya. (Gheith dkk, 2015)
2.3.2. Epidemiologi
terjadi pada 20% sampai 40% penderita diabetes di seluruh dunia. (Gheith
2017) Dari hasil 7th Report of Indonesian Renal Registry tahun 2014,
- Usia
- Jenis kelamin
minuman, gaya hidup dan stress tinggi. Ada juga yang menyebutkan
karena sampai saat ini masih sulit menentukan kesimpulan yang pasti.
(Maeda, 2008)
15
- Ras
diabetes melitus dan komplikasinya yang terkait pada kelompok etnis dan
ras yang berbeda, mungkin disebabkan oleh ciri budaya yang berbeda,
pilihan gaya hidup dan lebih penting lagi sikap terhadap pendidikan
ras/etnis. Seperti pada sub kelompok Asia, varian genetik yang terlibat
- Merokok
- Hiperkolesterolemia
2016)
- Hiperglikemia
akan dimetabolisme oleh jalur pensinyalan yang lain seperti jalur poliol,
dibuktikan bahwa kontrol glikemik & tekanan darah yang teliti dapat
Vijayalaksmy, 2013)
- Riwayat Keluarga
dengan saudara kandung diabetes atau orang tua yang memiliki nefropati
diabetes.
2.3.4. Patofisiologi
sampai 6 bulan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus yang terus menerus
terus menerus. (Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI, 2014) Produksi protein
pertumbuhan lainnya (IPD edisi VI, 2014 dan Arya dkk, 2010)
jalur pemecahan protein. Selain itu, interaksi sel dengan matriks mengatur
produksi dan pemecahan matriks. Pada tahap lanjut, akan tampak fibrosis
kolagen dan fibronektin secara terus menerus. (Ilmu Penyakit Dalam Edisi
VI, 2014)
Menurut Arya dkk (2010) DN terjadi sebagai akibat interaksi antara faktor
metabolisme glukosa yang tidak normal, yaitu adanya peningkatan pada jalur
poliol, proses glikasi protein dan aktivasi enzim protein kinase C (PKC).
mesangial terjadi karena kelainan metabolik pada DM, terutama pada jalur
sinyal oleh karena adanya glukosa. (Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI, 2014)
terdapat dalam jumlah yang lebih, glukosa akan dimetabolisme oleh jalur
species (ROS) yang dapat mempengaruhi jalur lainnya. Oleh ROS, TGF-β
reseptornya (RAGE). (Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI, 2014) RAGE adalah
reseptor sinyal transduksi yang juga dimiliki sel-sel imun dan diekspresikan
ginjal dan podosit. Interaksi antara AGE dan reseptornya (RAGE) akan
intraseluler seperti PKC dan MAPK, faktor transkripsi seperti NF-kB, fos dan
jun (AP-1) serta aktivasi sejumlah faktor pertumbuhan dan sitokin yaitu TGF-
oleh ikatan TGF-β aktif dan reseptornya) akan mengatur transkrpsi gen yang
ROS dan ekspresi TGF-β. Induksi MES membutuhkan aktivasi TGF-β dan
CTGF pun pada sel-sel ginjal terbentuk pada keadaan hiperglikemia, AGEs
dan ROS melalui aktivasi TGF-β. Induksi CTGF oleh TGF-β tergantung oleh
PKC dan MAPK. Oleh karena itu, adanya CTGF oleh TGF-β menjadi
dkk, 2012)
tahun sejak awitan penyakit. Pada tahap ini LFG normal atau
(GDP ≥ 126 mg/dl ; TTGO ≥ 200 mg/dl ; GDS ≥ 200 mg/dl ; HBA1C ≥ 65
dalam 24 jam adalah >30 mg pada 2 sampai 3 kali pemeriksaan dalam kurun
Tabel 2.2. Deteksi Albuminuria (Sumber : Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI, 2014)
Sampel
Sampel Sewaktu Sampel 24 jam
Kategori berdasarkan
(µ/mg kretinin) (mg/24 jam)
waktu (µg/mnt)
Normal <30 <30 <30
Mikroalbuminuria 30-299 30-299 20-199
Makroalbuminuria ≥300 ≥300 ≥200
lanjut (mikroalbuminuria) pada level >300 mg/24 jam. Diagnosis juga dapat
rasio albumin kreatinin 30-299 mg/g dan >300 mg/g) (Konsensus Pengolahan
2.3.6. Penatalaksanaan
- Pengurangan diet protein pada diet pasien diabetes dengan penyakit ginjal
sebagai terapi tambahan ataupun pengganti pada pasien yang tidak dapat
dilibatkan.
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin. Sepertiga dari hasil
keadaan asam urat yang terus mengalami peningkatan akan menjadi faktor yang
peningkatan aktivitas oksidasi xanthine dari asam urat akan menghasilkan stress
permeabilitas pembuluh darah. (Arya dkk, 2010 dan Ilmu Penyakit Dalam Edisi
VI, 2014)
(Chang dkk, 2013) Penelitian dengan menggunakan tikus yang telah diinduksi
Disisi lain, keadaan asam urat yang tinggi dalam darah (hiperurisemia)
xanthine yang diinduksi oleh resistensi insulin, hipoksia dan kematian sel, juga
dengan bantuan oksigen dan air, akan berubah menjadi asam urat yang
2012)
28
adalah transporter urat pada membran tubulus proksimal ginjal yang berperan
Menurut Chang dkk (2013), pasien nefropati diabetik dengan kadar asam urat
yang rendah atau normal, memilki risiko lebih rendah untuk cedera ginjal. Hal
3.1.Kerangka Teori
sebagai berikut :
Hiperinsulinemia/
Hiperurisemia Hiperglikemia
↑ Stress ↑Permeabilitas
TGF β
Oksidatif vascular
Disfungsi ↑ Penimbunan
endotel MES
Faktor risiko lain :
- Usia
- Jenis kelamin
Albuminuria - Genetik
- Ras
- Merokok
- IMT
- Hiperkolesterolemia
Nefropati Diabetik - Durasi DM yang
lama
- Riwayat keluarga
- Hipertensi
29
30
pustaka
Hiperglikemi
Hiperurisemia Nefropati
Diabetik
Usia
Jenis kelamin
Ras
Hiperinsulinemia
Keterangan :
3.3.Definisi Operasional
Nefropati Diabetik :
c. Hasil ukur :
d. Skala :Nominal
Hiperurisemia :
c. Hasil ukur :
d. Skala : Nominal
3.4.Hipotesis Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
approach dan pengamatan studi hanya dilakukan beberapa kali selama penelitian.
November 2017.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua data rekam medik pasien diabetes
ini, sampel adalah kejadian nefropati diabetik pada pasien diabetes melitus
ditinjau dari kadar glukosa darah dan kadar albuminuria, yang diambil
32
33
adanya pertimbangan atau kriteria tertentu sesuai dengan kriteria inklusi dan
2017
- Pasien dengan data rekam medik yang lengkap, terutama kadar asam urat
- Pasien dengan data rekam medik yang tidak lengkap (identitas pasien,
4.5.Instrumen Penelitian
tabel-tabel tertentu dan analisis SPSS (Statistical Product and Service Solution)
penelitian ini adalah data sekunder, berupa rekam medik pasien diabetes
dan ekslusi.
Statistik 22.
masing variabel.
peneliti.
Data yang telah diolah, disajikan dalam bentuk tabel distribusi disertai
4.7.Alur Penelitian
Analisis data
Kesimpulan
Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah:
sebelumnya.
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1.Deskripsi Umum
Oktober 2017 sampai tanggal 30 Oktober 2017. Data yang digunakan adalah data
sekunder yaitu rekam medik, dengan populasi target dalam penelitian ini adalah
penelitian ini adalah non probability sample yaitu purposive sampling yang
kadar asam urat dan kadar albuminuria yang telah dilakukan coding sebelumnya.
Kemudian, data tersebut diolah menggunakan program SPSS 22.0 dan hasilnya
disajikan dan dianalisa secara deskriptif dengan tabel distribusi frekuensi serta
37
38
5.2.Analisis Univariat
5.2.1. Usia
Interval Usia
Usia Frekuensi Persentase (%)
40 – 50 Tahun 7 22,6
51 – 60 Tahun 15 48,4
61 – 70 Tahun 8 25,8
71 – 80 Tahun 1 3,2
Total 31 100
Sumber : Data sekunder (Rekam medis RS Universitas Hasanuddin Makassar)
usia 54-55 tahun. Kemudian dari nilai minimal dan maksimal, didapatkan usia
minimal pada sampel adalah 40 tahun dan usia maksimal pada sampel adalah 76
orang (48,4 %) pada interval usia 51-60 tahun, 8 orang (25,8 %) pada interval usia
61-70 tahun, dan 1 orang (3,2 %) berada pada interval usia 71-80 tahun. Sehingga
dapat disimpukan bahwa sebagian besar sampel berada pada interval usia 51-60
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Kejadian Nefropati Diabetik di
RS Universitas Hasanuddin Makassar Periode Januari 2014-September 2017
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 14 45,2
Perempuan 17 54,8
Total 31 100
Sumber : Data sekunder (Rekam medis RS Universitas Hasanuddin Makassar)
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa dari 31 sampel, terdapat 14 orang
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat pada Kejadian Nefropati Diabetik
di RS Universitas Hasanuddin Makassar Periode Januari 2014-September 2017
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Hiperurisemia 17 54,8
Tidak Hiperurisemia 14 45,2
Total 31 100
Sumber : Data sekunder (Rekam medis RS Universitas Hasanuddin Makassar)
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 14 orang (45,2 %) memiliki
kadar asam urat yang normal (tidak hiperurisemia) dan 17 orang (54,8 %) memiliki
kadar asam urat yang tinggi (hiperurisemia). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar sampel memiliki kadar asam urat yang tinggi (hiperurisemia) dengan
5.2.4. Albuminuria
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kadar Albuminuria pada Kejadian Nefropati Diabetik
di RS Universitas Hasanuddin Makassar Periode Januari 2014-September 2017
Batas Kategori Frekuensi Persentase (%)
Albuminuria persisten awal 24 77,4
Albuminuria persisten lanjut 7 22,6
Total 31 100
Sumber : Data sekunder (Rekam medis RS Universitas Hasanuddin Makassar)
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 24 orang (77,4 %) dengan
bahwa sebagian besar sampel, kadar albuminurianya masih pada tahap awal
5.3.Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah suatu proses analisa data yang bertujuan untuk
diteliti. Pada penelitian ini, digunakan uji hipotesis chi square untuk mengetahui
diabetik pada pasien diabetes melitus ditinjau dari kadar albuminuria. Hasil
Signifikasi : P >0,05
Berdasarkan tabel 5.5 di atas, dari 31 sampel yang yang memiliki kadar asam urat
tinggi (hiperurisemia) ada 17 sampel (54,8 %) dan kadar asam urat tidak tinggi (tidak
hiperurisemia) ada 14 sampel (45,2 %). Dari 17 sampel dengan kadar asam urat
awal (30-299 mg/24jam) dan 5 sampel (16,1 %) dengan albuminuria persisten lanjut
(>300 mg/24jam). Dari 14 sampel dengan kadar asam urat tidak tinggi (tidak
299 mg/24jam), dan 2 sampel (6,5 %) dengan albuminuria persisten lanjut (>300
mg/24jam).
Setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji chi-square dengan melihat nilai
Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p-value 0,412 yang berarti lebih besar dari α-
value (0,05). Dengan demikian tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
September 2017.
BAB 6
PEMBAHASAN
55 tahun, dengan umur terbawah adalah 40 tahun dan tertinggi adalah 76 tahun.
tertinggi, lalu didapatkan 4 interval yaitu interval 1 untuk usia 40-50 tahun,
interval 2 untuk 51-60 tahun, interval 3 untuk 61-70 tahun dan interval 4 untuk
71-80 tahun. Dari 4 interval, yang tertinggi ada pada interval 2 (51-60 tahun)
dengan persentase (48,4 %). Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dan Santi
(2013) menyatakan kelompok usia >50 tahun lebih banyak mengalami nefropati
diabetik sebagai salah satu komplikasi diabetes melitus dibandingkan usia <50
tahun. Begitu pun penelitian oleh Putri (2015) yang mendapatkan kejadian
nefropati diabetik terbanyak pada kelompok usia 50-59 tahun. Salah satu faktor
yang mempengaruhi adalah pada usia lanjut derajat vasodilatasi semakin tinggi
oleh perubahan endotel dan peningkatan sintesis nitric oxide sehingga keadaan
43
44
Hasil analisis frekuensi jenis kelamin pada 31 sampel pasien nefropati diabetik
yang tertinggi adalah pada perempuan dengan persentase sebesar 54,8 %. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015) yang mendapatkan
yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita nondiabetes. (Maric & Shannon,
Bonakdaran dkk (2011) yang menyatakan bahwa peningkatan kadar asam urat,
stimulasi proliferasi sel otot polos pembuluh arteriol aferen, yang semuanya ini
45
akan berdampak pada seberapa besar albuminuria yang akan terjadi. (Bonakdaran
dkk, 2011)
dengan persentase sebesar 77,4 %. Oleh Currie dkk (2014) menyatakan bahwa
albuminuria persisten awal adalah indeks klinis paling awal dan paling umum
klinis albuminuria persisten awal pada pasien diabetes melitus sebesar 36,3 %
albuminuria persisten awal tersebut dikaitkan dengan faktor risiko lain seperti
persisten lanjut, tapi tidak semua pasien akan maju ke tahap tersebut
tahun 2014, bahwa beberapa waktu terakhir, hanya sekitar 30% orang dengan
dikaitkan dengan penanganan yang semakin baik, termasuk dari strategi kontrol
nilai Fisher’s Exact Test pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
periode Januari 2014 – September 2017 dengan nilai signifikansi sebesar 0,412
(p > 0,05). Hasil penelitian ini juga dikemukakan oleh Gul dkk pada tahun 2015
yang menyatakan bahwa kadar asam urat tidak terkait dengan tingkat
nefropati diabetik.
47
Jalal dkk., melaporkan bahwa efek peningkatan kadar asam urat akan berdampak
diabetik (Jalal dkk, 2011) Kemudian secara cross sectional, penelitian yang
dilakukan pada 60 pasien dengan diabetes melitus tipe 2 tanpa riwayat gout,
Behradmanesh dkk., melaporkan hubungan yang signifikan dari kadar asam urat
oleh Suryawanshi dkk., pada 565 pasien diabetes melitus tipe 2 yang
menemukan ada korelasi positif antara peningkatan kadar asam urat dan
besar oleh Bonakdaran dkk, dengan mengambil 1275 pasien dengan diabetes
melitus tipe 2 dan mendapatkan peningkatan bertahap kadar asam urat pada
sebagai obat penurun asam urat dapat menurunkan tingkat keparahan proteinuria
(Momeni, 2012) Dan juga oleh Kosugi dkk., yang melaporkan bahwa
yang terkait dengan nefropati diabetes tetapi tidak kerusakan glomerulus pada
fungsi ginjal, mekanisme dan penyebab pasti masalah ini masih dalam
Beberapa faktor telah diajukan untuk membantah asam urat sebagai faktor
penyebab nefropati diabetik. Pertama, bahwa asam urat dapat berperan bukan
hanya sebagai molekul pro-oksidan, tetapi juga sebagai antioksidan. (Sautin dan
karena bertindak sebagai pro-oksidan. Sel-sel yang terpapar asam urat akan
Disisi lain, asam urat pada lingkungan hidrofilik berperan sebagai antioksidan.
Asam urat akan mencegah peroksinitrit, lipid dan protein peroksidase, serta
radikal bebas. (Kang & Sung, 2014) Tetapi yang masih menjadi perdebatan
adalah masa “Molecular Switch” atau peralihan molekuler asam urat dari pro-
Kedua, bahwa saat produksi asam urat berlangsung, sel-sel juga secara
endotel. Dengan demikian, sangat sulit untuk menganalisa efek buruk dari
tersebut. (Gul dkk, 2015) Jadi, oleh Sautin dan Johnson membagi peran asam
49
urat, yaitu dalam lingkungan intraseluler asam urat sebagai pro-oksidan dan
Ada dua keterbatasan utama yang melekat pada penelitian ini. Pertama,
bersifat observasional analitik, dilakukan pada satu kali pengamatan dan hanya
lain yang turut mempengaruhi hasil penelitian. Kedua, bahwa ukuran sampel
kesimpulan.
BAB 7
7.1.Kesimpulan
54,8 %
sebesar 22,6 %
September 2017.
50
51
7.2.Saran
Albertoni, Guilherme A., Fernanda Teixeira., Nestor Schor., 2012, Disease of Renal
Barbieri, L. et al., 2015, „Impact of Sex on Uric Acid Levels and its Relationship
Institutes of Health Public Access, vol. 241, no. 1, Jul., pp. 241-8.
52
53
Behradmanesh, Saeed et al., 2013, „Association of Serum Uric Acid with Proteinuria
Bennett, Katie & Bhandari Sumer Aditya., 2015, „An Overview of Diabetic
Brennan, Eoin et al., 2013, „The Genetics of Diabetes Nephropathy‟, Genes., vol. 4,
The Fuel Tank‟, World Journal of Diabetes, vol. 3, no. 12, pp. 186-195.
Chan, Gary C.W. & Sydney C.W. Tang, 2015, Diabetic Nephropathy : Landmark
Chang, Hung Yu et al., 2013, „Hyperuricemia Is an Independent Risk Factor for New
Prospective Cohort Study in Taiwan‟, Plos One, vol. 8, no. 4, pp. 1-7.
54
Chaudhary, Kunal et al., 2013, „Uric Acid-Key Ingridient in the Recipe for
Chen, Jing., 2014, Diabetes and Kidney Disease : Diabetic Nephropathy : Scope of
the Problem, Springer Science and Business Media, New York, pp. 9-14.
Cui, Yuliang et al., 2016, „The Relation between Serum Uric Acid and HbA1c Is
Currie, Gemma., Gerarad McKay, & Christian Delles, 2014, „Biomarkers in Diabetic
Gheith, Osama et al., 2015, „Diabetic Kidney Disease : World Wide Difference of
pp. 49-56.
Gul, Cuma Bulent, et al., 2015, „Serum Uric Acid is Not Associated with Diabetic
Mar., pp 1153-6.
55
Hendromartono. 2014, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI, Jilid II : Nefropati
National Institute of Health Public Access Author Manuscript, vol. 31, no. 5,
Kang, Duk Hee & Sung Kyu Ha, 2014, „Uric Acid Puzzle : Dual Role as Anti-
Diabetic Nephropathy‟, Renal Replacement Therapy, vol. 2, no. 16, pp. 1-9.
Kosugi, Tomoki et al., 2009, „Effect of Lowering Uric Acid on Renal Disease in
Type 2 Diabetic db/db mice‟, American Journal of Renal Physiology, vol. 297,
http://emedicine.medscape.com/article/241767-overview#a4, [1 September
2017].
Maiuolo, Jessica et al., 2015, „Regulation of Uric Acid Metabolism and Excretion‟,
Maric, Bilkan Christine, 2013, „Obesity and Diabetic Kidney Disease‟, National
Institute of Health Public Access Author Manusript, vol. 97, no. 1, Jan., pp. 59-
74.
Maric, Christine., 2009, „Sex, Diabetes and The Kidney‟, American Journal of
Maric, Christine & Shannon Sullivan, 2008, „Estrogen and The Diabetic Kidney‟,
National Institute of Health Public Access Author Manusript, Sept., pp. 103-
13.
Momeni, Ali., 2012, „Serum Uric Acid and Diabetic Nephropathy‟, Journal or Renal
Nasrul, Sofitri Ellyza., 2012, „Hiperurisemia pada Pra Diabetes‟, Jurnal Kesehatan
Putri, Rahmadany Isya., 2015, „Faktor Determinan Nefropati Diabetik pada Penderita
pp. 393-8.
Sautin, Yuri Y. & Richard J. Johnson., 2008, „Uric Acid : The Oxidant-Antioxidant
Paradox‟, National Institute of Health Public Access, vol. 27, no. 6, Jun., pp.
608-619.
Potential Risk Factor for Type 2 Diabetes and Diabetic Nephropathy‟, Journal
Singh, Jasvinder A., 2013, „Racial and Gender Disparities in Patients with Gout‟,
National Institute of Health Public Access, vol. 15, no. 2, Feb., p. 307.
Singh, V., Gomez V.V., Swamy S.G., 2010, „Approach to a Case Hyperuricemia‟,
Suryawanshi, K.S. et al., 2015, „To Study Serum Uric Acid and Urine Microalbumin
Tang, Sydney C.W., Gary C.W. Chan, Kar Neng Lai., 2016, „Recent advances in
World Health Organization, 2013, ‘Global Report On Diabetes‟, WHO, [Online], dari
Wu, A.Y.T et al., „An Alarming High Prevalence of Diabetic Nephropathy in Asian
Wulandari, Afnita., Armenia, Syed Wasif Gillani, 2013, „Study of the Risk Factor on
the Patients with Kidney Disorder at the Hospital Universiti Sains Malaysia‟,
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 menurut Gula Darah Acak‟, Jurnal Berkala
Yu, Margaret K et al., 2012, „Risk Factor, Age and Sex Differences in Chronic
National Institute of Health Public Access Author Manusript, vol. 36, no. 3,
xix
Lampiran 2 Rekapan Data Hasil Penelitian
xix
Data sampel penelitian :
CODING
INISIAL ASAM CODING
No RM USIA JK ALBUMINURIA ALBUMINURIA
SAMPEL URAT AU (*)
(**)
1 3370 Y 70 L 8,2 2 1+ 1
2 58312 N 57 L 2,2 1 2+ 1
3 65897 S 47 L 8,2 2 2+ 1
4 69817 M 52 L 9,2 2 3+ 2
5 36873 P 65 L 10,8 2 1+ 1
6 56047 K 55 L 8,3 2 2+ 1
7 52997 M 51 L 4,3 1 3+ 2
8 81236 N 46 L 10,4 2 2+ 1
9 81249 R 51 L 6,4 1 2+ 1
10 73680 A 54 L 7,9 2 2+ 1
11 72932 A 64 L 7,8 2 2+ 1
12 64540 H 57 L 6 1 2+ 1
13 66216 J 53 L 9,6 2 2+ 1
14 36492 J 64 L 3,65 1 2+ 1
15 58876 Y 53 P 5,5 1 1+ 1
16 30023 H 62 P 7,7 2 1+ 1
17 40363 Y 65 P 6,6 1 2+ 1
18 37877 K 54 P 4,2 1 2+ 1
19 54884 N 46 P 5 1 2+ 1
20 40687 I 43 P 5,1 1 1+ 1
21 79726 S 76 P 3,9 1 1+ 1
22 1612 F 54 P 6,9 2 2+ 1
23 66260 H 61 P 3,6 1 1+ 1
24 67938 N 51 P 9,1 2 2+ 1
25 19810 D 51 P 9,3 2 3+ 2
26 42679 Y 40 P 5,8 1 1+ 1
27 42642 N 44 P 4,2 1 3+ 2
28 12848 S 47 P 6,7 2 3+ 2
29 14440 H 62 P 6,7 2 3+ 2
30 22127 N 54 P 7 2 3+ 2
31 80271 S 54 P 8,1 2 2+ 1
Keterangan :
*Coding AU (Asam Urat) : 1 (Tidak Hiperurisemia) ; 2 (Hiperurisemia)
**Coding Albuminuria : 1 (Albuminuria persisten awal) ; 2(Albuminuria
persisten lanjut)
xx
Lampiran 3 Hasil Statistik Variabel Penelitian
Frequencies
Statistics
USIA
N Valid 31
Missing 0
Mean 54,94
Std. Deviation 8,238
Minimum 40
Maximum 76
INTERVAL USIA
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Frequencies
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
xxi
Frequencies
ASAM URAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Frequencies
ALBUMINURIA
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Crosstabs
Cases
ALBUMINURIA *
31 100,0% 0 0,0% 31 100,0%
ASAM_URAT
xxii
ALBUMINURIA*ASAM URAT Crosstabulation
ASAM_URAT
Tdk
Hiperurisemia Hiperurisemia Total
% within
85,7% 70,6% 77,4%
ASAM_URAT
Albuminuria Count 2 5 7
Persisten Lanjut Expected Count 3,2 3,8 7,0
% within
14,3% 29,4% 22,6%
ASAM_URAT
Total Count 14 17 31
% within
100,0% 100,0% 100,0%
ASAM_URAT
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
,972 1 ,324
Association
N of Valid Cases 31
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,16.
b. Computed only for a 2x2 table
xxiii
Lampiran 4 Biodata Penulis
BIODATA PENULIS
Emai : Adhesoprano@ymail.com
xxiv