Professional Documents
Culture Documents
Makalah UUK3 - Dasar Kesehatan Kerja - Klompok 11
Makalah UUK3 - Dasar Kesehatan Kerja - Klompok 11
Oleh
Dosen Pengampu
FAKULTAS TEKNIK
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas bapak dosen pada mata kuliah undang-undang keselamatan dan kesehatan
kerja Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, saya
berharap kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi, kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG................................................................................................ 1
1.2. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 2
1.3. TUJUAN MASALAH .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3
2.1. PENGERTIAN KESEHATAN KERJA ........................................................................ 3
2.2. RUANG LINGKUP KESEHATAN KERJA .................................................................. 9
2.3. PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK).......................................................................... 13
2.4. BAHAYA-BAHAYA PENYAKIT AKIBAT KERJA ...................................................... 15
2.5. ETIKA DALAM KESEHATAN KERJA ..................................................................... 16
BAB III STUDI KASUS .......................................................................................................... 18
3.1. KRONOLOGI KECELAKAAN KERJA ...................................................................... 18
3.2. IDENTITAS KORBAN KECELAKAAN KERJA .......................................... 19
3.3. IDENTIFIKASI SUMBER KECELAKAAN ................................................... 19
3.4. ANALISA KECELAKAAN KERJA ............................................................... 19
3.5. SOLUSI UNTUK KEJADIAN KECELAKAAN KERJA ............................... 20
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 22
4.1. KESIMPULAN ..................................................................................................... 22
4.2. SARAN ............................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
peralatan), faktor fisik (panas, Bising, radiasi) dan faktor kimia. Masalah
gizi pekerja juga merupakan hal yang sangat penting yang perlu
diperhatikan, stress, penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan lain-lainnya.
Perubahan ini banyak tidak disadari oleh pengelola tempat kerja atau
diremehkan. Atau walaupun mengetahui pendekatan pemecahan
masalahnya hanya dari segi kuratif dan rehabilitatif saja tanpa
memperhatikan akan pentingnya promosi dan pencegahan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
keluarga, serta kelompok. Pencegahan potensi tersebut dapat dilakukan
dengan pelaksanaan kegiatan pertambangan yang baik dan benar.
Paradigma pengelolaan kegiatan usaha pertambangan yang baik dan benar
(good mining practice) yang membangun peradaban, didefinisikan sebagai
suatu kegiatan pertambangan yang memenuhi ketentuan, kriteria, kaidah
dan norma-norma yang tetap sehingga pemanfaatan sumberdaya
memberikan hasil yang maksimal dan dampak yang minimal.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan konsep positif yang
termasuk dalam kemampuan sosial dan pribadi sebagai bentuk kesanggupan
fisik, dan hal ini telah menjadi konsep sebagai bentuk kemampuan untuk
memiliki dan meraih tujuan, dan pengendalian pada setiap saat, sebagai
contoh pekerja yang menderita tuberkulosis paru atau) batuk pilek dapat
menularkan penyakitnva kepada teman kerja, atau pekerja yang buta warna
salah menyambung kabel listrik dapat menimbulkan kebakaran akibat
korsleting.
Kesehatan kerja atau dalam bahasa asing disebut sebagai
Occupational Health adalah tools yang komprehensif untuk memecahkan
masalah kesehatan kerja yang terjadi. Kesehatan kerja adalah bagian dari
Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja atau Ocupational Safety and
Health (OSH). Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja bertujuan agar
pekerja selamat, sehat, produktif, sejahtera dan berdaya saing kuat, dengan
demikian produksi dapat berjalan dan berkembang lancar
berkesinambungan (sustainable development) tidak terganggu oleh kejadian
kecelakaan maupun pekerja yang sakit atau tidak sehat yang menjadikannya
tidak produktif Kecelakaan kerja diminimalisasi kejadiannya oleh upaya
Keselamatan Kerja atau Safety, sedangkan kesehatan pekerja dijaga,
dipelihara dan ditingkatkan oleh upaya Kesehatan Kerja.
Promosi kesehatan di tempat kerja menurut WHO adalah berbagai
kebijakan dan aktivitas di tempat kerja yang dirancang untuk membantu
pekerja dan perusahaan di semua level untuk memperbaiki dan
meningkatkan kesejahteraan dengan melibatkan partisipasi pekerja,
4
manajemen dan stakeholder lainnya. Promosi K3 bisa juga diartikan sebagai
suatu usaha merubah perilaku seseorang dalam hal ini pekerja untuk
bertindak ke arah yang diinginkan oleh promosi itu. Upaya promotif K3
dilakukan dengan peningkatan kesehatan (health promotion) dan
perlindungan khusus (spesific protection). Peningkatan kesehatan di tempat
kerja dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan dengan berbagai metode
dan media yang interaktif. Misalnya diklat manajemen risiko, diklat tanggap
darurat bencana, penyuluhan giji kerja, penyuluhan tuberkulosis di tempat
kerja dan berbagai kegiatan lainnya sesuai skala prioritas perusahaan.
Sedangkan perlindungan khusus (spesific protection) adalah upaya promosi
K3 dalam mencapai tujuan tertentu. Perlindungan khusus ini misalnya
pemberian vaksin bagi pekerja yang akan bertugas ke daerah dengan
endemik penyakit tertentu, pengendalian lingkungan kerja secara teknis,
administrasi dan pemakaian alat pelindung diri. penyesuaian antara manusia
dengan lingkungan kerja.
Usaha preventif di tempat kerja dilakukan dengan diagnosis awal
dan pengobatan dini. Diagnosis adalah serangkaian pemeriksaan yang
dilakukan oleh seorang dokter untuk mengenali adanya suatu penyakit.
Diagnosis dilakukan dengan penapisan (screening), pemantauan,
pemeriksaan kesehatan. Misalnya pada kasus paparan bahaya debu terhadap
fungsi paru. Pada penapisan ini petugas kesehatan kerja termasuk dokter
perusahaan dan perawat harus mengetahui kriteria yang ditemukan pada
pekerja yang terpapar. Dari hasil penapisan dapat diketahui kelompok
pekerja yang mengalami gangguan kelainan fungsi paru dan yang tidak,
dibandingkan dengan kelompok pekerja yang tidak terpajan. Pengobatan
awal dapat diberikan apabila diperlukan setelah dilakukan pemeriksaan
kesehatan pekerja. Pemeriksaan Kesehatan dilakukan sebelum bekerja,
berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus.
Kesehatan kerja kuratif yaitu upaya yang dilakukan untuk
membatasi terjadinya kecacatan karena penyakit akibat kerja atau
kecelakaan kerja. Secara harfiah, kesehatan kerja kuratif berarti
5
memberikan pengobatan. Pengobatan yang tepat bertujuan untuk
menghentikan penyakit dan mencegah komplikasi din cacat menetap.
Adanya kepastian jaminan kesehatan kerja juga merupakan usaha kesehatan
kerj kuratif. Rehabilitatif atau pembatasan kecacatan bertujuan
mengoptimalkan fungsi-fungsi yang masih ada. Pekerja yang mengalami
kecacatan akibat kecelakam kerja atau penyakit akibat kerja masih bisa
bekerja secara penuh.
6
memilih jenis pekerjaan dan mendapatkan kondisi pekerjaan yang adil
dan membuatnya sejahtera. Pada tahun 1976, dalam United Nations
International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights
kembali dinyatakan tentang perlunya kondisi kerja yang selamat dan
sehat sebagai hak asasi setiap orang, Hal ini diakui oleh kelompok
negara-negara yang terlibat dalam perjanjian ini. Selain itu, Deklarasi
Alma Ata yang dirumuskan pada tahun 1978 dalam Work Health
Assembly, mengulangi pernyataan anggota untuk memberikan
prioritas yang tinggi pada kesehatan pekerja dalam program kerjanya
dan menempatkannya sebagai komponen penting dalam pelayanan
kesehatan primer.
ILO sebagai organisasi pekerja sedunia merumuskan tentang
pentingnya tempat kerja yang produktif dan layak (productive and
decent work place). ILO memberikan bantuan teknik dalam bidang
keselamatan dan kesehatan kerja dengan menghasilkan konvensi dan
rekomendasi yang wajib diratifikasi atau diperundangkan oleh Negara
peserta PBB
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia, pasal 27 ayat
2 tertulis bahwa "Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan", dan dalam
Amandemennya di Pasal 28 h dinyatakan bahwa "Setiap orang
(termasuk pekerja) berhak atas pelayanan kesehatan". Selanjutnya
dalam Undang-Undang No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
ditetapkan bahwa "Setiap orang berhak atas perlindungan HAM
termasuk bidang kesehatan". Penjabaran tentang hak atas pekerjaan
yang layak dan hak atas perlindungan HAM termasuk bidang
kesehatan, diatur dalam peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan kesehatan kerja (Butir 2.2 Bab 2).
Dalam praktiknya, sebagai contoh, pekerja di kebun binatang tidak
bolch diberi tugas menyikat gigi harimau walaupun diberi upah besar
(misalnya satu miliar rupiah), logikanya sama seperti kita tidak akan
7
mau membawa anak balita mendekati ular berbisa. Mengapa?
Alasannya jelas, pekerja menghadapi risiko diterkam harimau, dan si
balita bersama orang dewasa yang membawanya beresiko digigit ular
berbisa.
C. Pertimbangan Ekonomis
Kesehatan kerja mencegah kerugian dan meningkatkan daya saing,
pekerja yang sehat adalah faktor penentu yang vital untuk
pertumbuhan sosial dan ekonomi yang berkesinambungan baik bagi
perusahaan, di tingkat lokal, nasional, dan global. Kerugian usaha
dapat bersumber dari kerugian finansial, kerugian akibat produk rusak,
tidak terjual atau dikembalikan, kerugian akibat bencana alam,
kerugian akibat kecelakaan, ledakan dan kebakaran, serta kerugian
akibat pekerja yang tidak sehat karena produktivitasnya menurun.
Produktivitas pekerja akan menurun apabila pekerja terganggu
kesehatannya. Karena pekerja yang sakit membutuhkan biaya
pengobatan, perawatan, rehabilitasi dan kompensasi. Pekerja yang
sakit bersama pekerja yang walaupun tidak sakit namun tidak sehat dan
tidak bugar sering kali menjadi langganan absen sakit. Tingginya
absenteisme tidak jarang meningkatkan stres kerja karena
sepeninggalan pekerja yang sakit, teman sekerjanya dapat mengalami
penambahan beban kerjanya, ketenangan bekerja pun terganggu,
ditambah lagi pekerja lainnya bisa menjadi was-was terutama apabila
didapatkan penyakitnya terkait dengan pekerjaan. Selain itu,
produktivitas menurun terkait biaya tidak langsung yang harus
dikeluarkan organisasi akibat pekerja yang idle, pekerja dengan file
aktif yang memerlukan pengawasan terhadap kesehatannya dan
pengelolaan khusus, termasuk pengelolaan pekerja agar ia bisa bekerja
kembali (return to work, management), serta kerugian akibat
organisasi kehilangan pekerja terampil dan biaya yang dikeluarkan
untuk mempersiapkan pekerja pengganti.
8
Dalam dunia usaha dan dania kerja, Kesehatan Kerja berkontribusi
dalam mencegah kerugian dengan cara mempertahankan,
meningkatkan status kesehatan dan kapasitas kerja fisik pekerja, serta
mencegah terjadinya cedera atau penyakit dengan cara melindungi
pekerja dari efek buruk pajanan hazard di tempat kerja (yaitu hazard
yang bersumber dari lingkungan kerja, kondisi ergonomi pekerjaan,
pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja), selain itu juga
berkontribusi dalam membentuk perilaku hidup sehat dan perilaku
kerja yang kondusif bagi keselamatan dan kesehatannya, dengan
demikian pekerja menjadi sehat, selamat, sejahtera, produktif dan
performa kerjanya menjadi optimal serta berdaya saing kuat, demikian
pula perusahaan atau organisasi menjadi kuat dalam persaingan dan
dapat memenuhi tuntutan global dalam hal decent work, global
compact dan corporate social responsibility yang menjadi syarat untuk
perdagangan bebas seperti AFTA dan ACFTA, serta memenuhi
persyaratan ekspor komoditi barang yaitu ISO 14000 (Kesehatan
Lingkungan Kerja) dan OHSAS 18000 (Kesehatan dan Keselamatan
Kerja). Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa dengan
melaksanakan upaya Kesehatan Kerja maka produksi dapat berjalan
dan organisasi dapat berkembang lancar berkesinambungan (suistaible
development) tidak terganggu oleh kejadian kecelakaan maupun
pekerja yang sakit, tidak schar atau cacat, karena pekerja tetap
produktif dan perusahaan mampu bersaing bahkan di tingkat global.
9
Pelayaan kesehatan kerja yang difokuskan pada upaya promotif dan
preventif seperti yang tercantum dalam definsi Komisi Gabungan
ILO/WHO pada tahun 1950 dan 1995. Hal tersebut terutama ditekankan
pada upaya peningkatan/ promosi dan pencegahan penyakit.
10
yang bersumber dari perilaku, misalnya pola makan, pola tidur dan
istirahaat, aktivitas fisik, berat badan, konsumsi rokok, alkohol atau
narkoba, untuk mencegah penyakit degeneratif terutama penyakit
jantung koroner, stroke dan hipertensi. PKDTK adalah ilmu dan seni
yang membantu pekerja dan manajemen mengubah perilaku hidup dan
perilaku bekerja untuk mencapai kapasitas kerja dan tingkat kesehatan
yang optimal, sehingga meningkatkan kinerja. produktivitas dan
kapasitas kerja. Di lapangan, PKDTK diaplikasikan sebagai program
yang direncang melalui proses peningkatan pengetahuan, sikap,
perilaku dan keterampilan (pendidikan), dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat di tempat kerja. Hal tersebut sesuai dengan kondisi dan
potensi tempat kerja, dengan pendekatan pendidikan, organisasi,
masyarakat lingkungan dan keluarganya, sehingga mampu
mengendalikan kesehatan pekerja
• Ketiga adalah perbaikan lingkungan kerja, merupakan upaya preventif.
Perbaikan dilakukan dengan mengendalikan berbagai faktor risiko
kontaminan fisik, kimia, dan biologi. Faktor risiko fisik meliputi panas,
bising, getaran dan radiasi. Faktor risiko kimia antara lain meliputi
merkuri, timah hitam, benzene, kloroform, organofosfat dan parakuat.
Faktor risiko biologi antara lain meliputi virus HIV/AIDS,
leptospirosis dan hepatitis B. Barbagai faktor risiko yang bersumber
dari lingkungan kerja tersebut dikendalikman agar tidak melebihi nilai
ambang batas yang diperkenankan. Upaya yang kompleks ini telah
berkembang menjadi Ilmu Higiene Industri (Industrial Hygiene).
• Keempat adalah perbaikan ergonomi, merupakan upaya preventif.
Perbaikan dilakukan dengan menyesuaikan tuntutan tugas dengan
kemampuan fisik dan mental pekerja serta mengendalikan faktor risiko
ergonomi yang bersumber dari pekerjaan. Sebagai contoh, desain
mesin, desain work station, posisi duduk, alat bantu tangan, beban
angkat angkut diupayakan agar pekerja terhindar dari postur janggal
yang dapat menimbulkan gangguan muskuloskeletal (trauma
11
kumulatif). Upaya yang kompleks ini ini juga telah berkembang
menjadi Ilmu Ergonomi (Ergonomy)
• Kelima adalah pengembangan pengorganisasian pekerjaan dan budaya
kerja merupakan upaya preventif. Pengembangan dilakukan dengan
memperbaiki kondisi faktor risiko stres psikososial yang bersumber
dari pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja (Work Organization
and Work Culture). Sebagai contoh desentralisasi dalam perencanaan
tugas, penerapan konsep tugas penuh, otonomi tugas yang masih
terintegrasi dengan tujuan ornagisasi yang lebih tinggi tingkatannya,
perbaikan beban kerja, status kepegawaian, sistem pengupahan, gaya
manajemen, komunikasi antar pekerja maupun antara pekerja dan
pimpinan.
• Keenam adalah surveilans kesehatan pekerja, merupakan upaya
preventif. Surveilans kesehatan kerja meliputi kegiatan a)
mengumpulkan data faktor risiko kesehatan di tempat kerja yang
bersumber dari lingkungan kerja, pekerjaan, pengorganisasian
pekerjaan dan budaya kerja; data kesehatan (dari hasil pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja, berkala dan khusus serta data kunjungan
pengobatan/ perawatan) dan kemangkiran pekerja; b) melakukan
analisis dan interpretasi data berdasarkan kaidah epidemiologi untuk
melihat frekuensi, distribusi dan trend perkembangan faktor risiko dan
gangguan kesehatan, menilai hubungan faktor risiko dan gangguan
kesehatan pekerja; c) komunikasi data dan hasil analisis untuk
digunakan dalam rencana perbaikan. Pencatatan dan pelaporan upaya
pelayanan kesehatan kerja dan kasus KAK/PAK (secara agregat),
dilaporkan kepada manajemen, serikat pekerja dan Dinas Kesehatan,
Dinas Tenaga Kerja dan Tansmigrasi. KAK/PAK secara individu (by
name) hanya dilaporkan dengan cara yang menjunjung tinggi kode etik
untuk kepentingan kompensasi. Dokumentasi termasuk rekam medik
dijaga kerahasiaannya dan dipertahankan minimal 30 tahun, bahkan
ada yang menganjurkan dipertahankan seumur hidup.
12
Yang terakhir adalah pelayanan klinik, merupakan upaya kuratif dan
rehabilitatif. Pelayanan klinik mencakup diagnosis, terapi, rahabilitasi dan
bila diperlukan perhitungan cacat serta rujukan bagi pekerja yang
sakit/cedera, serta pelayanan P3K (cedera/penyakit akut), bahkan Medical
Emergency Plan yang merupakan upaya preventif.
13
Tubuh manusia adalah organisme rumit yang di dalamnya terdiri atas
banyak sekali organ yang terbungkus dalam struktur kaku (berupa
kerangka) dan diikat oleh berbagai macam otot. Organ-organ yang berbeda
memiliki ikatan satu sama lain dan memainkan peran khusus dalam
menjalankan fungsi tubuh secara efektif sebagai satu kesatuan, akan tetapi
koefektifan setiap organ dapat dipengaruhi oleh keadaan dan substansi yang
terdapat di lingkungan sekitar termasuk di lingkungan kerja dan rumah.
Jika suatu substansi yang digunakan dapat memengaruhi lebih dari satu
organ maka perlu dilakukan tindakan pencegahan yang terpisah untuk
melindungi setiap organ yang rentan. Bahaya tersebut berhubungan dengan
karakteristik kimia yang terkandung di dalam substansi-substansi tersebut.
Substansi substansi berbahaya dapat muncul dalam berbagai wujud berupa
zat padat. debu (partikel), gas, asap, cairan, atau uap (Ridley, 2008 dalam
Redjeki, 2016).
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dapat dicegah dengan melakukan beberapa
tips sebagai berikut:
a. Pakailah alat pelindung diri secara benar dan teratur.
b. Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut.
c. Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang
berkelanjutan.
Selain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh agar
lahan kerja tidak menuai penyakit seperti berikut:
a. Pencegahan Primer - Health Promotion meliputi perilaku kesehatan.
faktor hahaya di tempat kerja, perilaku kerja yang baik, olah raga.dan
gizi.
b. Pencegahan Sekunder - Specifict Protection meliputi Pengendalian
melalui perundang undangan, pengendalian administratif/organisasi.
pengendalian teknis, dan pengendalian jalur kesehatan imunisasi.
c. Pencegahan Tersier meliputi pemeriksaan kesehatan pra kerja.
pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan lingkungan secara
14
berkala, surveilans, pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada
kerja, dan pengendalian segera di tempat kerja.
2. Behavioral Hazard
Hazard yang terkait dengan perilaku pekerja.
Contoh :
Pekerja ditambang batubara berambut panjang di ruangan mesin
berputar mengakibatkan rambut tertarik dalam mesin & tubuh hancur
karena tergiling di mesin giling
3. Environmental Hazard
mengacu pada pencegahan bahaya kesehatan di tempat kerja. Hal ini
termasuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpotensi
membahayakan, lalu menerapkan tindakan-tindakan yang dapat
melindungi para pekerja.
❖ Bahaya biologis
Bahaya biologis berasal dari organisme, termasuk dari manusia,
hewan dan tumbuhan yang mengancam kesehatan manusia.
15
Contoh bahaya biologis termasuk jamur, kotoran, darah dan cairan
tubuh. Bahaya tersebut dapat mengakibatkan penyakit dan alergi.
❖ Bahaya kimia
Bahan kimia dapat menjadi racun, memicu korosif dan
mengakibatkan kebakaran. Dengan demikian, hal tersebut dapat
menimbulkan risiko kesehatan bagi pekerja dan menjadi potensi
bahaya jika pekerja menghirup, menelan atau menyerapnya
melalui kulit. Bahaya kimiawi dapat menyebabkan luka bakar,
iritasi dan muntah, atau menimbulkan masalah kesehatan kronis,
seperti asma, kerusakan hati dan kanker.
❖ Bahaya fisik
Bahaya fisik termasuk aktivitas atau zat alami di lingkungan kerja
yang menimbulkan risiko kesehatan. Temperatur ekstrim, kualitas
udara yang buruk, kebisingan yang berlebihan dan radiasi di
tempat kerja semuanya dapat membahayakan pekerja,
menyebabkan masalah pernapasan, gangguan pendengaran dan
kanker, juga masalah lainnya
16
a. Tanggung jawab profesi kesehatan kerja yang kompleks terhadap
pekerja, pemberi kerja, lembaga terkait kesehatan masyarakat,
kesejahteraan sosial dan hukum.
b. Profesi kesehatan kerja terdiri dari banyak individu yang berasal dari
berbagai disiplin ilmu.
c. Pendekatan multidisiplin dengan latar belakang yang bervariasi.
Di Indonesia, kode etik yang terkait dengan kesehatan kerja telah disusun
oleh beberapa organisasi profesi, antara lain: 1) Kode Etik Dokter
Kesehatan Kerja disusun IDKI (1999).2) Kode Etik Spesialis Kedokteran
Okupasi disusun PERDOKI (2004).3) Di tingkat internasional, kode etik
pertama profesi kesehatan kerja dipublikasi oleh ICOH pada tahun 1992
dan direvisi pada tahun 2002.
Prinsip etika dan nilai dalam kode etik ICOH tersebut mencakup:
a) Kesehatan kerja bertujuan memberikan pelayanan kesehatan dan
kesejahteraan sosial bagi pekerja, individu atau kelompok. Praktik
kesehatan kerja harus berdasarkan standar tertinggi profesi dan prinsip
etika.
b) Kebijakan dan program kesehatan kerja melindungi kehidupan &
kesehatan pekerja, menjunjung HAM dan etika Berintegritas, tidak
apriori, menjaga kerahasiaan data dan privacy pekerja.
c) Bebas berkarya sebagai ahli dalam menjalankan fungsi kesehatan
kerja. Mendapatkan dan menjaga kompetensi serta kondisi yang
diperlukan dalam menjalankan tugas sesuai praktik yang baik dan etika
profesi.
17
BAB III
STUDI KASUS
18
3.2. IDENTITAS KORBAN KECELAKAAN KERJA
Pada kasus ini dapat kita ketahui bahwa korban bernanma Kasmin. Ia adalah
seorang pekerja tambang batu kapur di Desa Jadi, Kecamatan Semanding,
Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Selain itu, kesalahan juga terjadi pada mesin pemotong dan korban tersebut
yang dimana korban sempat membersihkan kerikil karena menghambat
putaran gergaji disaat mesin masih berputar, seharusnya korban mematikan
mesin terlebih dahulu sebelum membersihkan kerikil.
19
tempat kerja tersebut tidak aman karena dalam video tersebut tangga
untuk turun kebawah itu tidak ada pengaman, akibatnya memiliki
resiko tinggi terjadinya kecelakaan kerja
b. Human Error, Dimana pada kasus ini kesalahan yang dilakukan
korban yaitu tidak berhati – hati saat membersihkan kerikil yang
menghambat putaran gergaji disaat mesin masih berputar.
c. Hazard, Berdasarkan video tersebut, selain kondisi lingkungan kerja
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja, Korban juga tidak
menggunakan Alat Pelindung Diri yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Dimana seharusnya korban memakai Helm
safety tetapi korban hanya memakai kaos sebagai penutup kepala.
20
5. Memberikan asuransi kecelakaan dan kematian agar seluruh pihak
perusahaan dapat menjamin masa depan keluarga.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Kesehatan kerja atau dalam bahasa asing disebut sebagai Occupational
Health adalah tools yang komprehensif untuk memecahkan masalah
kesehatan kerja yang terjadi. Kesehatan kerja adalah bagian dari
Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja atau Ocupational Safety and
Health (OSH). Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja bertujuan agar
pekerja selamat, sehat, produktif, sejahtera dan berdaya saing kuat.
Tiga alasan pokok mengapa suatu organisasi atau perusahaan
melaksanakan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
o Diwajibkan oleh Peraturan Perundangan
o Pemenuhan Hak Asasi Manusia
o Pertimbangan Ekonomis
Kontribusi Kesehatan Kerja dalam sistem kerja yang utama adalah
o mempertahankan, meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas
kerja fisik pekerja.
o melindungi pekerja dari efek buruk lingkungan, pekerjaan.
o serta pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dapat dicegah dengan melakukan beberapa
tips sebagai berikut:
o Pakailah alat pelindung diri secara benar dan teratur.
o Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut.
o Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang
berkelanjutan.
22
Bahaya kesehatan dapat menyebabkan penyakit yang disebabkan oleh
pajanan suatu sumber bahaya di tempat kerja. Beberapa faktornya dapat
digambarkan sebagai berikut:
o Somatic Hazard
o Behavioral Hazard
o Environmental Hazard
Etika kesehatan kerja tidak persis sama dengan etika kedokteran, yang
terdiri dari 17 pasal dan terbagi menjadi 4 kewajiban yaitu:
o Kewajiban umum
o Kewajiban dokter terhadap pasien
o Kewajiban dokter terhadap teman
o Kewajiban dokter terhadap diri sendiri
4.2. SARAN
Hendaknya mahasiswa lebih memahami dan mempelajari lagi, supaya
mahasiswa dapat menambah ilmunya tentang dasar – dasar kesehatan
kerja
23
DAFTAR PUSTAKA
24