You are on page 1of 27

MAKALAH UNDANG-UNDANG K3

“DASAR-DASAR KESEHATAN KERJA”

Oleh

FIKRI MAULANA IKHLAS 20137035


HUMAIRA SABRINA 20137005

Dosen Pengampu

Drs. Rusli HAR, M.T.

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


KATA PENGANTAR
Segala puji syukur terhadap Allah SWT yang telah memberikan kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan tugas
makalah undang-undang keselamatan dan kesehatan kerjaa yang berjudul dasar-
dasar kesehatan kerja. shalawat serta salam semoga terlimpahkan curahkan kepada
baginda tercinta kita syaitu nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syawafaat
nya diakhir nanti.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas bapak dosen pada mata kuliah undang-undang keselamatan dan kesehatan
kerja Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, saya
berharap kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi, kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG................................................................................................ 1
1.2. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 2
1.3. TUJUAN MASALAH .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3
2.1. PENGERTIAN KESEHATAN KERJA ........................................................................ 3
2.2. RUANG LINGKUP KESEHATAN KERJA .................................................................. 9
2.3. PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK).......................................................................... 13
2.4. BAHAYA-BAHAYA PENYAKIT AKIBAT KERJA ...................................................... 15
2.5. ETIKA DALAM KESEHATAN KERJA ..................................................................... 16
BAB III STUDI KASUS .......................................................................................................... 18
3.1. KRONOLOGI KECELAKAAN KERJA ...................................................................... 18
3.2. IDENTITAS KORBAN KECELAKAAN KERJA .......................................... 19
3.3. IDENTIFIKASI SUMBER KECELAKAAN ................................................... 19
3.4. ANALISA KECELAKAAN KERJA ............................................................... 19
3.5. SOLUSI UNTUK KEJADIAN KECELAKAAN KERJA ............................... 20
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 22
4.1. KESIMPULAN ..................................................................................................... 22
4.2. SARAN ............................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta
nyaman merupakan hal yang di inginkan oleh semua pekerja. Lingkungan
fisik tempat kerja dan lingkungan organisasi merupakan hal yang sangat
penting dalam mempengaruhi sosial, mental dan fisik dalam kehidupan
pekerja. Kesehatan suatu lingkungan tempat kerja dapat memberikan
pengaruh yang positif terhadap kesehatan pekerja, seperti peningkatan
moral pekerja, penurunan absensi dan peningkatan produktifitas.
Sebaliknya tempat kerja yang kurang sehat atau tidak sehat (sering terpapar
zat yang bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja,
meningkatnya biaya kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya.
Pada umumnya kesehatan tenaga pekerja sangat mempengaruhi
perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat
pada negara-negara yang sudah maju. Secara umum bahwa kesehatan dan
lingkungan dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi. Dimana
industrilisasi banyak memberikan dampak positif terhadap kesehatan,
seperti meningkatnya penghasilan pekerja, kondisi tempat tinggal yang
lebih baik dan meningkatkan pelayanan, tetapi kegiatan industrilisasi juga
memberikan dampak yang tidak baik juga terhadap kesehatan di tempat
kerja dan masyarakat pada umumnya.
Dengan makin meningkatnya perkembangan industri dan perubahan
secara global dibidang pembangunan secara umum di dunia, Indonesia juga
melakukan perubahan-perubahan dalam pembangunan baik dalam bidang
tehnologi maupun industri. Dengan adanya perubahan tersebut maka
konsekuensinya terjadi perubahan pola penyakit / kasus-kasus penyakit
karena hubungan dengan pekerjaan. Seperti faktor mekanik (proses kerja,

1
peralatan), faktor fisik (panas, Bising, radiasi) dan faktor kimia. Masalah
gizi pekerja juga merupakan hal yang sangat penting yang perlu
diperhatikan, stress, penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan lain-lainnya.
Perubahan ini banyak tidak disadari oleh pengelola tempat kerja atau
diremehkan. Atau walaupun mengetahui pendekatan pemecahan
masalahnya hanya dari segi kuratif dan rehabilitatif saja tanpa
memperhatikan akan pentingnya promosi dan pencegahan.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan kerja ?
2. Apa saja ruang lingkup kesehatan kerja ?
3. Bagaimana cara pencegahan dari penyakit akibat kerja ?
4. Apa saja bahaya-bahaya penyakit akibat kerja ?
5. Apa saja etika dalam kesehatan kerja ?

1.3. TUJUAN MASALAH


1. Untuk mengetahui pergertian tentang kesehatan kerja
2. Untuk mengenali ruang lingkup kesehatan kerja
3. Untuk mengetahui cara pencegahan dari penyakit akibat kerja
4. Untuk mengetahui apa saja bahaya-bahaya dari penyakit akibat kerja
5. Untuk memahami etika dalam kesehatan kerja

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN KESEHATAN KERJA


Kesehatan kerja bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental
maupun sosial dengan usaha prventif dan kuratif terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang di akibatkan faktor-faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja serta penyakit umum.
Kesehatan kerja mutlak harus dilaksanakan di dunia kerja dan di
dunia usaha, oleh semua orang yang berada di tempat kerja baik pekerja
maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyedia (Supervisor) maupun
manajemen, serta pekerja yang bekerja untuk diri sendiri (self employed)
Alasannya jelas, karena bekerja adalah bagian dari kehidupan, dan setiap
orang memerlukan pekerjaan untuk mencukupi kehidupan dan untuk
aktualisasi diri, namun dalam melaksanakan pekerjaannya, berbagai potensi
bahaya (sering disebut juga sebagai hazard atau faktor risiko) dan risiko di
tempat kerja mengancam diri pekerja sehingga dapat menimbulkan cedera
atau gangguan kesehatan. Potensi bahaya dan risiko di tempat kerja antara
lain akibat sistem kerja atau proses kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan,
yang bersumber dan keterbatasan pekerjanya sendiri, perilaku hidup yang
tidak sehat dan perilaku kerja yang tidak selamat/aman, buruknya
lingkungan kerja, kondisi pekerjaan yang tidak ergonomik,
pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja yang tidak kondusif bagi
keselamatan dan kesehatan kerja. Sebaliknya, pekerja yang terganggu
kesehatannya baik karena cedera, cacat atau terserang penyakit dapat
mengganggu kelancaran pekerjaan, dengan demikian menurunkan
produktivitasnya, lebih lanjut juga akan melemahkan daya saingnya. Selain
itu, pekerja yang terganggu kesehatannya dapat membahayakan teman
sekerja atau lingkungan kerjanya, Kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja memiliki dampak yang besar terhadap sosial dan ekonomi individu,

3
keluarga, serta kelompok. Pencegahan potensi tersebut dapat dilakukan
dengan pelaksanaan kegiatan pertambangan yang baik dan benar.
Paradigma pengelolaan kegiatan usaha pertambangan yang baik dan benar
(good mining practice) yang membangun peradaban, didefinisikan sebagai
suatu kegiatan pertambangan yang memenuhi ketentuan, kriteria, kaidah
dan norma-norma yang tetap sehingga pemanfaatan sumberdaya
memberikan hasil yang maksimal dan dampak yang minimal.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan konsep positif yang
termasuk dalam kemampuan sosial dan pribadi sebagai bentuk kesanggupan
fisik, dan hal ini telah menjadi konsep sebagai bentuk kemampuan untuk
memiliki dan meraih tujuan, dan pengendalian pada setiap saat, sebagai
contoh pekerja yang menderita tuberkulosis paru atau) batuk pilek dapat
menularkan penyakitnva kepada teman kerja, atau pekerja yang buta warna
salah menyambung kabel listrik dapat menimbulkan kebakaran akibat
korsleting.
Kesehatan kerja atau dalam bahasa asing disebut sebagai
Occupational Health adalah tools yang komprehensif untuk memecahkan
masalah kesehatan kerja yang terjadi. Kesehatan kerja adalah bagian dari
Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja atau Ocupational Safety and
Health (OSH). Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja bertujuan agar
pekerja selamat, sehat, produktif, sejahtera dan berdaya saing kuat, dengan
demikian produksi dapat berjalan dan berkembang lancar
berkesinambungan (sustainable development) tidak terganggu oleh kejadian
kecelakaan maupun pekerja yang sakit atau tidak sehat yang menjadikannya
tidak produktif Kecelakaan kerja diminimalisasi kejadiannya oleh upaya
Keselamatan Kerja atau Safety, sedangkan kesehatan pekerja dijaga,
dipelihara dan ditingkatkan oleh upaya Kesehatan Kerja.
Promosi kesehatan di tempat kerja menurut WHO adalah berbagai
kebijakan dan aktivitas di tempat kerja yang dirancang untuk membantu
pekerja dan perusahaan di semua level untuk memperbaiki dan
meningkatkan kesejahteraan dengan melibatkan partisipasi pekerja,

4
manajemen dan stakeholder lainnya. Promosi K3 bisa juga diartikan sebagai
suatu usaha merubah perilaku seseorang dalam hal ini pekerja untuk
bertindak ke arah yang diinginkan oleh promosi itu. Upaya promotif K3
dilakukan dengan peningkatan kesehatan (health promotion) dan
perlindungan khusus (spesific protection). Peningkatan kesehatan di tempat
kerja dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan dengan berbagai metode
dan media yang interaktif. Misalnya diklat manajemen risiko, diklat tanggap
darurat bencana, penyuluhan giji kerja, penyuluhan tuberkulosis di tempat
kerja dan berbagai kegiatan lainnya sesuai skala prioritas perusahaan.
Sedangkan perlindungan khusus (spesific protection) adalah upaya promosi
K3 dalam mencapai tujuan tertentu. Perlindungan khusus ini misalnya
pemberian vaksin bagi pekerja yang akan bertugas ke daerah dengan
endemik penyakit tertentu, pengendalian lingkungan kerja secara teknis,
administrasi dan pemakaian alat pelindung diri. penyesuaian antara manusia
dengan lingkungan kerja.
Usaha preventif di tempat kerja dilakukan dengan diagnosis awal
dan pengobatan dini. Diagnosis adalah serangkaian pemeriksaan yang
dilakukan oleh seorang dokter untuk mengenali adanya suatu penyakit.
Diagnosis dilakukan dengan penapisan (screening), pemantauan,
pemeriksaan kesehatan. Misalnya pada kasus paparan bahaya debu terhadap
fungsi paru. Pada penapisan ini petugas kesehatan kerja termasuk dokter
perusahaan dan perawat harus mengetahui kriteria yang ditemukan pada
pekerja yang terpapar. Dari hasil penapisan dapat diketahui kelompok
pekerja yang mengalami gangguan kelainan fungsi paru dan yang tidak,
dibandingkan dengan kelompok pekerja yang tidak terpajan. Pengobatan
awal dapat diberikan apabila diperlukan setelah dilakukan pemeriksaan
kesehatan pekerja. Pemeriksaan Kesehatan dilakukan sebelum bekerja,
berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus.
Kesehatan kerja kuratif yaitu upaya yang dilakukan untuk
membatasi terjadinya kecacatan karena penyakit akibat kerja atau
kecelakaan kerja. Secara harfiah, kesehatan kerja kuratif berarti

5
memberikan pengobatan. Pengobatan yang tepat bertujuan untuk
menghentikan penyakit dan mencegah komplikasi din cacat menetap.
Adanya kepastian jaminan kesehatan kerja juga merupakan usaha kesehatan
kerj kuratif. Rehabilitatif atau pembatasan kecacatan bertujuan
mengoptimalkan fungsi-fungsi yang masih ada. Pekerja yang mengalami
kecacatan akibat kecelakam kerja atau penyakit akibat kerja masih bisa
bekerja secara penuh.

Tiga alasan pokok mengapa suatu organisasi atau perusahaan


melaksanakan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
A. Diwajibkan oleh Peraturan Perundangan
Di kebanyakan negara, pelaksanaan kesehatan kerja diwajibkan oleh
peraturan perundang-undangan. Tujuan dari peraturan perundangan
adalah memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan perlindungan
pekerja untuk mendapatkan pekerjaan yang produktif dan layak,
dengan demikian menjadi jelas hak, kewajiban dan wewenang dari
mereka yang terkait dalam hubungan kerja, yaitu pekerja dan pemberi
kerja. Diharapkan mereka dapat bermitra kerja secara harmonis, dapat
men- jamin perlindungan pekerja terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja, moral dan kesusilaan, memperoleh perlakuan yang sesuai
dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama, dan dapat
menghasilkan- produktivitas yang tinggi serta berkontribusi dalam
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional yang
berkesinambungan.

B. Pemenuhan Hak Asasi Manusia


Sehat merupakan hak asasi manusia yang bersifat universal, karena
setiap warga negara berhak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.' United Nations Declaration on Human
Rights yang dirumuskan pada tahun 1948 di Helzinski menyebutkan
bahwa setiap orang mempunyai hak asasi untuk bekerja, bebas

6
memilih jenis pekerjaan dan mendapatkan kondisi pekerjaan yang adil
dan membuatnya sejahtera. Pada tahun 1976, dalam United Nations
International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights
kembali dinyatakan tentang perlunya kondisi kerja yang selamat dan
sehat sebagai hak asasi setiap orang, Hal ini diakui oleh kelompok
negara-negara yang terlibat dalam perjanjian ini. Selain itu, Deklarasi
Alma Ata yang dirumuskan pada tahun 1978 dalam Work Health
Assembly, mengulangi pernyataan anggota untuk memberikan
prioritas yang tinggi pada kesehatan pekerja dalam program kerjanya
dan menempatkannya sebagai komponen penting dalam pelayanan
kesehatan primer.
ILO sebagai organisasi pekerja sedunia merumuskan tentang
pentingnya tempat kerja yang produktif dan layak (productive and
decent work place). ILO memberikan bantuan teknik dalam bidang
keselamatan dan kesehatan kerja dengan menghasilkan konvensi dan
rekomendasi yang wajib diratifikasi atau diperundangkan oleh Negara
peserta PBB
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia, pasal 27 ayat
2 tertulis bahwa "Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan", dan dalam
Amandemennya di Pasal 28 h dinyatakan bahwa "Setiap orang
(termasuk pekerja) berhak atas pelayanan kesehatan". Selanjutnya
dalam Undang-Undang No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
ditetapkan bahwa "Setiap orang berhak atas perlindungan HAM
termasuk bidang kesehatan". Penjabaran tentang hak atas pekerjaan
yang layak dan hak atas perlindungan HAM termasuk bidang
kesehatan, diatur dalam peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan kesehatan kerja (Butir 2.2 Bab 2).
Dalam praktiknya, sebagai contoh, pekerja di kebun binatang tidak
bolch diberi tugas menyikat gigi harimau walaupun diberi upah besar
(misalnya satu miliar rupiah), logikanya sama seperti kita tidak akan

7
mau membawa anak balita mendekati ular berbisa. Mengapa?
Alasannya jelas, pekerja menghadapi risiko diterkam harimau, dan si
balita bersama orang dewasa yang membawanya beresiko digigit ular
berbisa.

C. Pertimbangan Ekonomis
Kesehatan kerja mencegah kerugian dan meningkatkan daya saing,
pekerja yang sehat adalah faktor penentu yang vital untuk
pertumbuhan sosial dan ekonomi yang berkesinambungan baik bagi
perusahaan, di tingkat lokal, nasional, dan global. Kerugian usaha
dapat bersumber dari kerugian finansial, kerugian akibat produk rusak,
tidak terjual atau dikembalikan, kerugian akibat bencana alam,
kerugian akibat kecelakaan, ledakan dan kebakaran, serta kerugian
akibat pekerja yang tidak sehat karena produktivitasnya menurun.
Produktivitas pekerja akan menurun apabila pekerja terganggu
kesehatannya. Karena pekerja yang sakit membutuhkan biaya
pengobatan, perawatan, rehabilitasi dan kompensasi. Pekerja yang
sakit bersama pekerja yang walaupun tidak sakit namun tidak sehat dan
tidak bugar sering kali menjadi langganan absen sakit. Tingginya
absenteisme tidak jarang meningkatkan stres kerja karena
sepeninggalan pekerja yang sakit, teman sekerjanya dapat mengalami
penambahan beban kerjanya, ketenangan bekerja pun terganggu,
ditambah lagi pekerja lainnya bisa menjadi was-was terutama apabila
didapatkan penyakitnya terkait dengan pekerjaan. Selain itu,
produktivitas menurun terkait biaya tidak langsung yang harus
dikeluarkan organisasi akibat pekerja yang idle, pekerja dengan file
aktif yang memerlukan pengawasan terhadap kesehatannya dan
pengelolaan khusus, termasuk pengelolaan pekerja agar ia bisa bekerja
kembali (return to work, management), serta kerugian akibat
organisasi kehilangan pekerja terampil dan biaya yang dikeluarkan
untuk mempersiapkan pekerja pengganti.

8
Dalam dunia usaha dan dania kerja, Kesehatan Kerja berkontribusi
dalam mencegah kerugian dengan cara mempertahankan,
meningkatkan status kesehatan dan kapasitas kerja fisik pekerja, serta
mencegah terjadinya cedera atau penyakit dengan cara melindungi
pekerja dari efek buruk pajanan hazard di tempat kerja (yaitu hazard
yang bersumber dari lingkungan kerja, kondisi ergonomi pekerjaan,
pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja), selain itu juga
berkontribusi dalam membentuk perilaku hidup sehat dan perilaku
kerja yang kondusif bagi keselamatan dan kesehatannya, dengan
demikian pekerja menjadi sehat, selamat, sejahtera, produktif dan
performa kerjanya menjadi optimal serta berdaya saing kuat, demikian
pula perusahaan atau organisasi menjadi kuat dalam persaingan dan
dapat memenuhi tuntutan global dalam hal decent work, global
compact dan corporate social responsibility yang menjadi syarat untuk
perdagangan bebas seperti AFTA dan ACFTA, serta memenuhi
persyaratan ekspor komoditi barang yaitu ISO 14000 (Kesehatan
Lingkungan Kerja) dan OHSAS 18000 (Kesehatan dan Keselamatan
Kerja). Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa dengan
melaksanakan upaya Kesehatan Kerja maka produksi dapat berjalan
dan organisasi dapat berkembang lancar berkesinambungan (suistaible
development) tidak terganggu oleh kejadian kecelakaan maupun
pekerja yang sakit, tidak schar atau cacat, karena pekerja tetap
produktif dan perusahaan mampu bersaing bahkan di tingkat global.

2.2. RUANG LINGKUP KESEHATAN KERJA


Kontribusi Kesehatan Kerja dalam sistem kerja yang utama adalah
1. mempertahankan, meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas kerja
fisik pekerja
2. melindungi pekerja dari efek buruk lingkungan, pekerjaan
3. serta pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja.

9
Pelayaan kesehatan kerja yang difokuskan pada upaya promotif dan
preventif seperti yang tercantum dalam definsi Komisi Gabungan
ILO/WHO pada tahun 1950 dan 1995. Hal tersebut terutama ditekankan
pada upaya peningkatan/ promosi dan pencegahan penyakit.

Pelaksanaan kesehatan kerja di Indonesia bersifat komprehensif yang


mencakup upaya promotif dan preventif serta mencakup pula upaya kuratif
dan rehabilitatif. Hal tersebut sesuai dengan kerwajiban peraturan
perundang-undangan di Indonesia (Permenakertrans & Koperasi No.Per.
03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja dan UU No. 13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan). Pelayanan kesehatan kerja yang
komprehensif juga tercantum dalam Basic Occupational Health
Services yang diusulkan oleh ICOH tahun 2005. Ruang lingkup atau fungsi
pokok pelayanan kesehatan kerja yang komprehensif meliput enam area
promotif dan preventif ditambah satu area kuratif dan rehabilitatif.

• Pertama, penempatan pekerja pada pekerjaan/jabatan yang sesuai (fit)


dengan kapasitas kerja dan status kesehatannya, merupakan upaya
preventif. Kesesuaian tersebut adalah keserasian antara status
kesehatan, kapasitas dan kapabilitas pekerja secara fisik, mental dan
sosial, dengan tuntutan kondisi kerja yang bersumber dari lingkungan,
pekerjaan, pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja. Pemeriksaan
kesehatan dilakukan sebelum penempatan (pre-placement test), untuk
pekerja baru dan pekerja lama yang akan dipindah tugaskan. Untuk itu,
perlu deskripsi tuntutan tugas (task demand) meliputi data kondisi
lingkungan higiene industri, kondisi ergonomi pekerjaan dan kondisi
faktor stres kerja yang bersumber dari pengorganisasian pekerjaan dan
budaya kerja
• Kedua adalah promosi kesehatan di tempat kerja/PKDTK (workplace
health promotion) untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
kapasitas kerja serta pencegahan penyakit, merupakan upaya promotif
dan preventif. PKDTK bertujuan untuk mengendalikan faktor risiko

10
yang bersumber dari perilaku, misalnya pola makan, pola tidur dan
istirahaat, aktivitas fisik, berat badan, konsumsi rokok, alkohol atau
narkoba, untuk mencegah penyakit degeneratif terutama penyakit
jantung koroner, stroke dan hipertensi. PKDTK adalah ilmu dan seni
yang membantu pekerja dan manajemen mengubah perilaku hidup dan
perilaku bekerja untuk mencapai kapasitas kerja dan tingkat kesehatan
yang optimal, sehingga meningkatkan kinerja. produktivitas dan
kapasitas kerja. Di lapangan, PKDTK diaplikasikan sebagai program
yang direncang melalui proses peningkatan pengetahuan, sikap,
perilaku dan keterampilan (pendidikan), dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat di tempat kerja. Hal tersebut sesuai dengan kondisi dan
potensi tempat kerja, dengan pendekatan pendidikan, organisasi,
masyarakat lingkungan dan keluarganya, sehingga mampu
mengendalikan kesehatan pekerja
• Ketiga adalah perbaikan lingkungan kerja, merupakan upaya preventif.
Perbaikan dilakukan dengan mengendalikan berbagai faktor risiko
kontaminan fisik, kimia, dan biologi. Faktor risiko fisik meliputi panas,
bising, getaran dan radiasi. Faktor risiko kimia antara lain meliputi
merkuri, timah hitam, benzene, kloroform, organofosfat dan parakuat.
Faktor risiko biologi antara lain meliputi virus HIV/AIDS,
leptospirosis dan hepatitis B. Barbagai faktor risiko yang bersumber
dari lingkungan kerja tersebut dikendalikman agar tidak melebihi nilai
ambang batas yang diperkenankan. Upaya yang kompleks ini telah
berkembang menjadi Ilmu Higiene Industri (Industrial Hygiene).
• Keempat adalah perbaikan ergonomi, merupakan upaya preventif.
Perbaikan dilakukan dengan menyesuaikan tuntutan tugas dengan
kemampuan fisik dan mental pekerja serta mengendalikan faktor risiko
ergonomi yang bersumber dari pekerjaan. Sebagai contoh, desain
mesin, desain work station, posisi duduk, alat bantu tangan, beban
angkat angkut diupayakan agar pekerja terhindar dari postur janggal
yang dapat menimbulkan gangguan muskuloskeletal (trauma

11
kumulatif). Upaya yang kompleks ini ini juga telah berkembang
menjadi Ilmu Ergonomi (Ergonomy)
• Kelima adalah pengembangan pengorganisasian pekerjaan dan budaya
kerja merupakan upaya preventif. Pengembangan dilakukan dengan
memperbaiki kondisi faktor risiko stres psikososial yang bersumber
dari pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja (Work Organization
and Work Culture). Sebagai contoh desentralisasi dalam perencanaan
tugas, penerapan konsep tugas penuh, otonomi tugas yang masih
terintegrasi dengan tujuan ornagisasi yang lebih tinggi tingkatannya,
perbaikan beban kerja, status kepegawaian, sistem pengupahan, gaya
manajemen, komunikasi antar pekerja maupun antara pekerja dan
pimpinan.
• Keenam adalah surveilans kesehatan pekerja, merupakan upaya
preventif. Surveilans kesehatan kerja meliputi kegiatan a)
mengumpulkan data faktor risiko kesehatan di tempat kerja yang
bersumber dari lingkungan kerja, pekerjaan, pengorganisasian
pekerjaan dan budaya kerja; data kesehatan (dari hasil pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja, berkala dan khusus serta data kunjungan
pengobatan/ perawatan) dan kemangkiran pekerja; b) melakukan
analisis dan interpretasi data berdasarkan kaidah epidemiologi untuk
melihat frekuensi, distribusi dan trend perkembangan faktor risiko dan
gangguan kesehatan, menilai hubungan faktor risiko dan gangguan
kesehatan pekerja; c) komunikasi data dan hasil analisis untuk
digunakan dalam rencana perbaikan. Pencatatan dan pelaporan upaya
pelayanan kesehatan kerja dan kasus KAK/PAK (secara agregat),
dilaporkan kepada manajemen, serikat pekerja dan Dinas Kesehatan,
Dinas Tenaga Kerja dan Tansmigrasi. KAK/PAK secara individu (by
name) hanya dilaporkan dengan cara yang menjunjung tinggi kode etik
untuk kepentingan kompensasi. Dokumentasi termasuk rekam medik
dijaga kerahasiaannya dan dipertahankan minimal 30 tahun, bahkan
ada yang menganjurkan dipertahankan seumur hidup.

12
Yang terakhir adalah pelayanan klinik, merupakan upaya kuratif dan
rehabilitatif. Pelayanan klinik mencakup diagnosis, terapi, rahabilitasi dan
bila diperlukan perhitungan cacat serta rujukan bagi pekerja yang
sakit/cedera, serta pelayanan P3K (cedera/penyakit akut), bahkan Medical
Emergency Plan yang merupakan upaya preventif.

2.3. PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK)

Redjeki (2016) menyatakan bahwa Penyakit akibat kerja (PAK) menurut


Permenaker dan Transmigrasi adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja. Dengan demikian, PAK adalah penyakit
yang timbul akibat pengaruh lingkungan kerjaatau yang berhubungan
dengan pekerjaan. Penyakit akibat kerja dapat ditemukan atau di diagnosis
sewaktu dilaksanakan pemeriksaan kesehatan pekerja. Namun, dalam
pemeriksaan tersebut harus ditentukan apakah penyakit yang diderita
pekerja adalah penyakit akibat kerja atau bukan. Diagnosis PAK ditegakkan
melalui serangkaian pemeriksaan klinis dan pemeriksaan keadaan pekerja
serta lingkungannya untuk membuktikan adanya hubungan sehab akibat
antara penyakit dan pekerjaannya. Setelah dilakukan diagnosis PAK oleh
dokter pemeriksa maka dokter wajib membuat laporan medik.
PAK dapat disebabkan lingkungan kerja yang tidak aman dan kurang
kondusif sehingga sangat penting untuk mengetahui lingkungan kerja yang
baik. Di dalam lingkungan kerja terdapat peralatan kerja serta material yang
digunakan pada saat bekerja. Untuk mencegah dan meminimalkan agar
tidak terjadi PAK terhadap pekerja maka perlu memperhatikan cara kerja
tubuh manusia (pekerja), bagaimana reaksinya terhadap berbagai macam
substansi yang digunakan dalam pekerjaan dan mengetahui cara masuknya
substansi tersebut ke dalam tubuh. Hal ini adalah faktor penting yang perlu
diketahui dan dapat dipelajari oleh pekerja untuk meminimalkan penyebab
datangnya penyakit yang akan menimbulkan PAK.

13
Tubuh manusia adalah organisme rumit yang di dalamnya terdiri atas
banyak sekali organ yang terbungkus dalam struktur kaku (berupa
kerangka) dan diikat oleh berbagai macam otot. Organ-organ yang berbeda
memiliki ikatan satu sama lain dan memainkan peran khusus dalam
menjalankan fungsi tubuh secara efektif sebagai satu kesatuan, akan tetapi
koefektifan setiap organ dapat dipengaruhi oleh keadaan dan substansi yang
terdapat di lingkungan sekitar termasuk di lingkungan kerja dan rumah.
Jika suatu substansi yang digunakan dapat memengaruhi lebih dari satu
organ maka perlu dilakukan tindakan pencegahan yang terpisah untuk
melindungi setiap organ yang rentan. Bahaya tersebut berhubungan dengan
karakteristik kimia yang terkandung di dalam substansi-substansi tersebut.
Substansi substansi berbahaya dapat muncul dalam berbagai wujud berupa
zat padat. debu (partikel), gas, asap, cairan, atau uap (Ridley, 2008 dalam
Redjeki, 2016).
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dapat dicegah dengan melakukan beberapa
tips sebagai berikut:
a. Pakailah alat pelindung diri secara benar dan teratur.
b. Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut.
c. Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang
berkelanjutan.
Selain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh agar
lahan kerja tidak menuai penyakit seperti berikut:
a. Pencegahan Primer - Health Promotion meliputi perilaku kesehatan.
faktor hahaya di tempat kerja, perilaku kerja yang baik, olah raga.dan
gizi.
b. Pencegahan Sekunder - Specifict Protection meliputi Pengendalian
melalui perundang undangan, pengendalian administratif/organisasi.
pengendalian teknis, dan pengendalian jalur kesehatan imunisasi.
c. Pencegahan Tersier meliputi pemeriksaan kesehatan pra kerja.
pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan lingkungan secara

14
berkala, surveilans, pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada
kerja, dan pengendalian segera di tempat kerja.

2.4. BAHAYA-BAHAYA PENYAKIT AKIBAT KERJA


Suatu bahaya kesehatan akan muncul bila seseorang kontak dengan sesuatu
yang dapat menyebabkan gangguan/kerusakan bagi tubuh ketika terjadi
pajanan “exposure” yang berlebihan dan dapat menimbulkan resiko
kesehatan para pekerja. Bahaya kesehatan dapat menyebabkan penyakit
yang disebabkan oleh pajanan suatu sumber bahaya di tempat kerja.
Beberapa faktornya dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Somatic Hazard
Hazard yang berasal dari tubuh pekerja yaitu kapasitas dan status
kesehatan.
Contoh : pekerja yang buta warna, ketika salah menyambung kabel
listrik mengakibatkan konsleting listrik lalu terbakar

2. Behavioral Hazard
Hazard yang terkait dengan perilaku pekerja.
Contoh :
Pekerja ditambang batubara berambut panjang di ruangan mesin
berputar mengakibatkan rambut tertarik dalam mesin & tubuh hancur
karena tergiling di mesin giling

3. Environmental Hazard
mengacu pada pencegahan bahaya kesehatan di tempat kerja. Hal ini
termasuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpotensi
membahayakan, lalu menerapkan tindakan-tindakan yang dapat
melindungi para pekerja.
❖ Bahaya biologis
Bahaya biologis berasal dari organisme, termasuk dari manusia,
hewan dan tumbuhan yang mengancam kesehatan manusia.

15
Contoh bahaya biologis termasuk jamur, kotoran, darah dan cairan
tubuh. Bahaya tersebut dapat mengakibatkan penyakit dan alergi.

❖ Bahaya kimia
Bahan kimia dapat menjadi racun, memicu korosif dan
mengakibatkan kebakaran. Dengan demikian, hal tersebut dapat
menimbulkan risiko kesehatan bagi pekerja dan menjadi potensi
bahaya jika pekerja menghirup, menelan atau menyerapnya
melalui kulit. Bahaya kimiawi dapat menyebabkan luka bakar,
iritasi dan muntah, atau menimbulkan masalah kesehatan kronis,
seperti asma, kerusakan hati dan kanker.

❖ Bahaya fisik
Bahaya fisik termasuk aktivitas atau zat alami di lingkungan kerja
yang menimbulkan risiko kesehatan. Temperatur ekstrim, kualitas
udara yang buruk, kebisingan yang berlebihan dan radiasi di
tempat kerja semuanya dapat membahayakan pekerja,
menyebabkan masalah pernapasan, gangguan pendengaran dan
kanker, juga masalah lainnya

2.5. ETIKA DALAM KESEHATAN KERJA


Pelaksanaan upaya kesehatan kerja dengan sasaran manusia, memerlukan
etika, karena ada unsur HAM yang harus dihormati dan dijaga. Etika
kesehatan kerja tidak persis sama dengan etika kedokteran, yang terdiri dari
17 pasal dan terbagi menjadi 4 kewajiban yaitu:
1. Kewajiban umum
2. Kewajiban dokter terhadap pasien
3. Kewajiban dokter terhadap teman
4. Kewajiban dokter terhadap diri sendiri
Yang disebabkan oleh beberapa perbedaan diantaranya:

16
a. Tanggung jawab profesi kesehatan kerja yang kompleks terhadap
pekerja, pemberi kerja, lembaga terkait kesehatan masyarakat,
kesejahteraan sosial dan hukum.
b. Profesi kesehatan kerja terdiri dari banyak individu yang berasal dari
berbagai disiplin ilmu.
c. Pendekatan multidisiplin dengan latar belakang yang bervariasi.
Di Indonesia, kode etik yang terkait dengan kesehatan kerja telah disusun
oleh beberapa organisasi profesi, antara lain: 1) Kode Etik Dokter
Kesehatan Kerja disusun IDKI (1999).2) Kode Etik Spesialis Kedokteran
Okupasi disusun PERDOKI (2004).3) Di tingkat internasional, kode etik
pertama profesi kesehatan kerja dipublikasi oleh ICOH pada tahun 1992
dan direvisi pada tahun 2002.
Prinsip etika dan nilai dalam kode etik ICOH tersebut mencakup:
a) Kesehatan kerja bertujuan memberikan pelayanan kesehatan dan
kesejahteraan sosial bagi pekerja, individu atau kelompok. Praktik
kesehatan kerja harus berdasarkan standar tertinggi profesi dan prinsip
etika.
b) Kebijakan dan program kesehatan kerja melindungi kehidupan &
kesehatan pekerja, menjunjung HAM dan etika Berintegritas, tidak
apriori, menjaga kerahasiaan data dan privacy pekerja.
c) Bebas berkarya sebagai ahli dalam menjalankan fungsi kesehatan
kerja. Mendapatkan dan menjaga kompetensi serta kondisi yang
diperlukan dalam menjalankan tugas sesuai praktik yang baik dan etika
profesi.

17
BAB III
STUDI KASUS

3.1. KRONOLOGI KECELAKAAN KERJA

Kasat Reskrim Polres Tuban, AKP Yoan Septi Hendri menjelaskan


kronologi tewasnya korban saat sedang memotong batu kapur dengan
menggunakan gergaji mesin. Dikutip dari Surya.co.id, peristiwa tragis itu
berawal saat Kasmin sedang melakukan aktivitasnya menambang batu
kapur. Korban bekerja di lokasi tambang batu kapur milik Munir yang juga
berada di kawasan Dusun Tlogonongko, Desa Jadi, Kecamatan Semanding.
Saksi yang menyaksikan peristiwa itu menceritakan bahwa korban sempat
membersihkan kerikil karena menghambat putaran gergaji. Ketika sedang
menunduk dan membersihkan peralatan gergaji yang masih memutar itu
kaos yang digunakan sebagai penutup kepala menyangkut pada bagian ban
kipas mesin. Hal tersebut membuat korban langsung ikut tertarik ke bawah.
Korban kemudian jatuh mengenai gergaji yang masih berputar. "Korban
seketika itu juga ikut tertarik dan membentur ke gergaji rajam yang masih
dalam kondisi berputar," ujar Yoan dikonfirmasi. Melihat tubuh korban
yang sudah dalam posisi menyangkut terkena gergaji batu, sejumlah rekan
korban berusaha memberikan pertolongan. Mereka mematikan mesin
gergaji yang biasa digunakan untuk aktivitas menambang batu kapur.
Namun setelah dilihat ternyata korban sudan meninggal.
Sejumlah warga dan juga saksi yang mengatahui kejadian itu
langsung melaporkan kecelakaan kerja itu ke Polsek Semanding, Polres
Tuban. Petugas yang mendapatkan laporan pun datang ke TKP dan
kemudian melakukan penyelidikan atas kejadian itu. Akibat kejadian naas
itu, Kasmin warga dusun Tlogonongko itu dada dan perutnya nyaris terbelah
setelah terkena gergaji mesin. "Korban meninggal dunia dengan menderita
luka pada bagian dada hingga perut," pungkasnya. (Tribun-video.com/
Rena).

18
3.2. IDENTITAS KORBAN KECELAKAAN KERJA

Pada kasus ini dapat kita ketahui bahwa korban bernanma Kasmin. Ia adalah
seorang pekerja tambang batu kapur di Desa Jadi, Kecamatan Semanding,
Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

3.3. IDENTIFIKASI SUMBER KECELAKAAN


Dalam kasus ini korban tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD) berupa
Helm Safety. Dalam ketentuan Peraturan menteri tenaga kerja dan
transmigrasi (Permenakertrans) NO.8 Tahun 2010 sesuai dengan pasal 3
yang berisi sebagai berikut, APD diklasifikasikan menjadi sembilan jenis,
dimana salah satunya yaitu: Alat Pelindung Kepala dimana Alat pelindung
kepala berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk,
kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang melayang atau
meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan
kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu yang ekstrim.

Selain itu, kesalahan juga terjadi pada mesin pemotong dan korban tersebut
yang dimana korban sempat membersihkan kerikil karena menghambat
putaran gergaji disaat mesin masih berputar, seharusnya korban mematikan
mesin terlebih dahulu sebelum membersihkan kerikil.

3.4. ANALISA KECELAKAAN KERJA


Dalam kasus kecelakaan yang terjadi pada Kasmin ini merupakan sebuah
kasus yang komplikatif. Artinya banyak penyebab yang dapat di analisis
didalamnya dan membentuk sebuah kemungkinan terjadinya kecelakaan
yang pada akhirnya menimbulkan kerugian baik secara langsung (direct
cost) maupun tidak langsung (Indirect cost).

Point-point kejadian kasus ini berdasarkan analisa kami yaitu :


a. Kondisi Lingkungan Kerja. Pada kasus ini digambarkan bahwa korban
bekerja di area tambang Batu kapur yang terdapat pada video tersebut

19
tempat kerja tersebut tidak aman karena dalam video tersebut tangga
untuk turun kebawah itu tidak ada pengaman, akibatnya memiliki
resiko tinggi terjadinya kecelakaan kerja
b. Human Error, Dimana pada kasus ini kesalahan yang dilakukan
korban yaitu tidak berhati – hati saat membersihkan kerikil yang
menghambat putaran gergaji disaat mesin masih berputar.
c. Hazard, Berdasarkan video tersebut, selain kondisi lingkungan kerja
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja, Korban juga tidak
menggunakan Alat Pelindung Diri yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Dimana seharusnya korban memakai Helm
safety tetapi korban hanya memakai kaos sebagai penutup kepala.

3.5. SOLUSI UNTUK KEJADIAN KECELAKAAN KERJA


1. Perusahan tersebut sebaiknya melakukan sosialisasi dan pembelajaran
mengenai K3 keseluruh pekerja tambang, seperti mengeluarkan surat
edaran penggunaan APD, surat SOP tentang pengoperasian alat yang
ada di perusahaan dan memberikan pelatihan tentang pemahaman K3.
2. Memakai Alat pelindung diri dengan atribut yaitu kaca mata, masker,
sepatu atau sarung tangan. Alat pelindung diri ini sangat penting untuk
menghindari atau mengurangi resiko kecelakaan kerja. Tapi
disayangkan sekali, para pekerja terkadang mengabaikan tentang
pengunaan alat pelindung diri karena terkesan merepotkan atau justru
mengganggu aktivitas kerja serta perusahaan kadang tidak menyediakan
atibut alat pelindung diri tersebut.
3. Sebaiknya perusahaan menyediakan alat pemotong batu tersebut dengan
pengaman/pelindung, agar batuan tidak terbang kemana mana dan untuk
pekerja pun merasa aman ketika menggunakan alat tersebut.
4. Seharusnya ada pengawas yang dapat mengawasi pekerja dalam
kegiatan tersebut agat peraturan perusahaan yang berkaitan dengan
kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipatuhi oleh seluruh pihak
perusahaan tersebut

20
5. Memberikan asuransi kecelakaan dan kematian agar seluruh pihak
perusahaan dapat menjamin masa depan keluarga.

21
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
 Kesehatan kerja atau dalam bahasa asing disebut sebagai Occupational
Health adalah tools yang komprehensif untuk memecahkan masalah
kesehatan kerja yang terjadi. Kesehatan kerja adalah bagian dari
Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja atau Ocupational Safety and
Health (OSH). Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja bertujuan agar
pekerja selamat, sehat, produktif, sejahtera dan berdaya saing kuat.
Tiga alasan pokok mengapa suatu organisasi atau perusahaan
melaksanakan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
o Diwajibkan oleh Peraturan Perundangan
o Pemenuhan Hak Asasi Manusia
o Pertimbangan Ekonomis
 Kontribusi Kesehatan Kerja dalam sistem kerja yang utama adalah
o mempertahankan, meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas
kerja fisik pekerja.
o melindungi pekerja dari efek buruk lingkungan, pekerjaan.
o serta pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja.
 Penyakit Akibat Kerja (PAK) dapat dicegah dengan melakukan beberapa
tips sebagai berikut:
o Pakailah alat pelindung diri secara benar dan teratur.
o Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut.
o Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang
berkelanjutan.

22
 Bahaya kesehatan dapat menyebabkan penyakit yang disebabkan oleh
pajanan suatu sumber bahaya di tempat kerja. Beberapa faktornya dapat
digambarkan sebagai berikut:
o Somatic Hazard
o Behavioral Hazard
o Environmental Hazard
 Etika kesehatan kerja tidak persis sama dengan etika kedokteran, yang
terdiri dari 17 pasal dan terbagi menjadi 4 kewajiban yaitu:
o Kewajiban umum
o Kewajiban dokter terhadap pasien
o Kewajiban dokter terhadap teman
o Kewajiban dokter terhadap diri sendiri

4.2. SARAN
Hendaknya mahasiswa lebih memahami dan mempelajari lagi, supaya
mahasiswa dapat menambah ilmunya tentang dasar – dasar kesehatan
kerja

23
DAFTAR PUSTAKA

[1] Djatmiko, R. D. (2016). Keselamatan dan kesehatan kerja. Deepublish.


[2] Hasibuan, A., Purba, B., Marzuki, I., Mahyuddin, M., Sianturi, E., Armus, R.,
... & Jamaludin, J. (2020). Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yayasan
Kita Menulis.
[3] Kurniawidjadja, L. M., Ok, S., Ramdhan, D. H., KM, S., & KKK, M. (2019).
Buku Ajar Penyakit Akibat Kerja dan Surveilans. Universitas Indonesia
Publishing.
[4] Kurniawidjaja, D. D. L. M., & Ok, S. (2012). Teori dan aplikasi kesehatan
kerja. Universitas Indonesia Publishing.
[5] Kurniawidjaja, L. M. (2007). Filosofi dan konsep dasar kesehatan kerja serta
perkembangannya dalam praktik. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional (National Public Health Journal), 1(6), 243-251.
[6] Van Deni, A., & Abdullah, R. (2018). Analisis Implementasi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Tambang Batubara Bawah Tanah PT. Cahaya Bumi
Perdana dalam Rangka Pembentukan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Bina Tambang, 3(4), 1603-1614.
[7] academia.edu KONSEP_DASAR_KESEHATAN_KERJA

24

You might also like