Professional Documents
Culture Documents
Laporan Kasus Ola Fix
Laporan Kasus Ola Fix
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menjalani Program Internship di RS Djatiroto
Lumajang
Disusun oleh:
Pembimbing:
Mengetahui,
Kepala Rumah Sakit RSU Djatiroto Lumajang
Dokter Pendamping Internsip Pembimbing
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………3
BAB 1. PENDAHULUAN……………………………………………………………..4
BAB 2. LAPORAN KASUS……………………………………………………………5
BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………8
BAB 4. PEMBAHASAN………………………………………………………………21
BAB 5. KESIMPULAN……………………………………………………………….27
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….28
3
BAB I
PENDAHULUAN
Krisis hiperglikemia dapat terjadi dalam bentuk ketoasidosis diabetikum (KAD) dan hyperosmolar
non ketotik (HONK) atau kondisi yang mempunyai elemen kedua keadaan diatas. Ketoasidosis
diabetikum adalah keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolik akibat pembentukan keton yang
berlebihan, sedangkan HONK ditandai dengan hiperosmolalitas berat dengan kadar glukosa serum
yang biasanya lebih tinggi dari KAD murni. Salah satu kendala dalam laporan mengenai insidensi,
1,2
epidemiologi dan angka kematian KAD adalah belum ditemukannya kesepakatan tentang definisi
KAD. Sindroma ini mengandung trias yang terdiri dari hiperglikemia, ketosis dan asidemia. Konsensus
diantara para ahli dibidang ini mengenai kriteria diagnostik untuk KAD adalah pH arterial kurang dari
7,3, kadar bikarbonat kurang dari 15 mEq/L, dan kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL disertai
ketonemia dan ketonuria sedang. 3 HONK pertama kali dilaporkan oleh Sament dan Schwartz pada
tahun 1957. HONK didefinisikan sebagai hiperglikemia ekstrim, osmolalitas serum yang tinggi dan
dihidrasi berat tanpa ketosis dan asidosis yang signifikan. Hiperglikemia pada HONK biasanya lebih
berat dari pada KAD, kadar glukosa darah lebih dari 600 mg/dL biasanya dipakai sebagai kriteria
diagnostik. Hiperosmolar non ketotik (HONK) lebih sering terjadi pada usia tua atau pada mereka
yang baru didiagnosis sebagai diabetes dengan onset lambat. Data di Amerika menunjukkan bahwa
insidens HONK sebesar 17,5 per 100.000 penduduk. Insidens ini sedikit lebih tinggi dibanding insiden
KAD. HONK lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 31 Agustus 2020 jam 18.30 WIB
Keluhan Utama : Lemas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanggal 31 Agustus 2020 pukul 20.20 WIB pasien datang ke IGS RS Djatiroto diantar oleh keluarganya.
Pasien datang dengan keluhan badan terasa lemas. Lemas dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Menurut keluarga pasien 6 jam terakhir sebelum ke RS pasien terlihat semakin lemas. Pasien tidak mampu
berjalan, dan bangun dari tempat tidur. Riwayat diabetes mellitus tipe 2 diakui pasien (sekitar 2-3 tahun),
namun tidak terkontrol. Pasien mengakui terakhir minum obat-obatan diabetes 3 bulan lalu dan hanya
mengonsumsi obat-obatan herbal/tradisional. Kejadian ini merupakan yang pertama kali. Pasien menyangkal
adanya sesak atau nafas cepat dan pendek. Tidak ada muntah proyektil, tidak ada sakit kepala, tidak ada
kejang. Riwayat trauma atau jatuh disangkal. Riwayat hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal disangkal.
Nafsu makan menurun, nyeri dada dan nyeri perut disangkal, BAB normal dan BAK sedikit.
- Riwayat kencing manis : sejak 2-3 tahun pasien berobat ke dokter SpPD dan
5
mendapat terapi Glimepirid 1mg tapi pasien tidak rutin minum obat.
Pasien tinggal bersama istri dan kedua anaknya, hubungan keluarga harmonis. Pasien seorang
pensiunan. Pasien mengaku tidak merokok dan tidak minum-minuman beralkohol. Pasien mengaku
mengkonsumsi obat-obatan atau jamu. Makan makanan tidak dikontrol, jarang jajan makanan di
luar rumah. Biaya pengobatan menggunakan BPJS Mandiri dan dirawat inap di kelas 1.
h) Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Auskultasi : BU (+) normal 4x/menit
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali cepat, limpa dan hepar
tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)
i) Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-
Hb 18.7 g/dL
WBC 15.400
HCT 54.7 %
Trombosit 423.000
Neut% 85.4 %
Eritrosit 6.770.000
LED 17- 28
SGOT 12 U/I
SGPT 17 U/I
Rapid Covid 19
Albumin Positif/+1
Reduksi Positif/+3
Bilirubin Negatif/-
Urobilin Negatif/-
Keton Positif/+2
Nitrit Negatif/-
pH 5.5
Sedimen
Eritrosit 2-3/Lp
Leukosit 15-20/Lp
Epitel 20-25/Lp
Kristal Negatif/-
8
Foto Rontgen Thoraks 31 Agustus 2020
2.5 DIAGNOSA
Diagnosa : HONK
2.6 PENATALAKSAAN
Terapi di IGD :
a. IVFD NaCl 0,9% 1500cc loading maintenance 1500cc/24 jam
b. Pump Novorapid 50 IU dalam PZ 50cc kecepatan 5 IU/jam
c. Pasang DC
d. Cek GDA tiap 4 jam
Follow Up
9
),
Ext : akral hangat,
CRT <2 detik, edema (-)
GDA: High
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Hiperosmolar non ketotik (HONK) merupakan gangguan metabolik akut yang dapat terjadi pada
pasien diabetes melitus, yang ditandai dengan hiperglikemia, hiperosmolaritas, dan dehidrasi tanpa
adanya ketoasidosis. Istilah HONK merupakan istilah yang sekarang digunakan untuk menggantikan
KHH (Koma Hiperosmolar Hiperglikemik) dan HHNK (Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik)
karena koma dapat terjadi lebih dari 50% kasus, dan ketosis ringan juga dapat ditemukan pada pasien
dengan HONK
Hiperosmolar non ketotik (HONK) adalah nomenklatur yang direkomendasikan oleh American Diabetes
Association (ADA) untuk menekankan bahwa terdapat perubahan tingkat kesadaran. Diagnostik dari HONK
meliputi :
1. Glukosa plasma 600 mg/dL atau lebih
2. Osmolalitas serum 320 mOsm/kg atau lebih
3. Dehidrasi berat (biasanya 8 -12 L) dengan peningkatan BUN
4. Ketonuria minimal, tidak ada ketonemia
5. Perubahan dalam kesadaran
3.2 Etiologi
Krisis hiperglikemia pada diabetes tipe 2 biasanya terjadi karena ada keadaan yang
mencetuskannya. Faktor pencetus krisis hiperglikemia ini antara lain infeksi (pneumonia, infeksi
saluran kencing, sepsis), penyakit vaskular akut (penyakit serebrovaskular, infark miokard akut,
emboli paru), trauma, luka bakar, hematom subdural, kelainan gastrointestinal (pankreatitis akut,
kholesistitis akut, obstruksi intestinal), obatobatan (diuretika, steroid, agen antipsikotik atipikal,
glukagon, interferon, agen simpatomimetik seperti albuterol, dopamin, dobutamin, dan
terbutalin).5
Hiperosmolar non ketotik (HONK) adalah komplikasi metabolik akut lain dari diabetes yang
sering terjadi pada penderita diabetes tipe 2 yang lebih tua. Bukan karena defisiensi insulin
absolut, namun relatif, hiperglikemia muncul tanpa ketosis. Hiperglikemia berat dengan kadar
glukosa serum lebih besar dari 600 mg/dl. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolalitas, diuresis
osmotik, dan dehidrasi berat. Pasien dapat menjadi tidak sadar dan meninggal bila keadaan ini
tidak segera ditangani. HONK biasanya terjadi pada
orang tua dengan DM, yang mempunyai penyakit penyerta yang mengakibatkan menurunnya
asupan makanan. Faktor pencetus dapat dibagi menjadi enam kategori: infeksi, pengobatan,
noncompliance, DM tidak terdiagnosis, penyalahgunaan obat, dan penyakit penyerta.
Infeksi merupakanpenyebab tersering (57,1%). Compliance yang buruk terhadap pengobatan
DM juga sering menyebabkan HONK (21%).
3.3 Patogenesis
11
HONK ditandai dengan peningkatan ekstrim dalam konsentrasi glukosa serum dan hiperosmolalitas tanpa ketosis
yang signifikan. Gangguan metabolisme ini diakibatkan oleh faktor-faktor sinergis termasuk defisiensi insulin dan
peningkatan kadar hormon counterregulatory (glukagon, katekolamin, kortisol, dan hormon pertumbuhan).
Hiperglikemia berkembang karena peningkatan glukoneogenesis dan percepatan konversi glikogen menjadi glukosa
(glikogenolisis) dan penggunaan glukosa yang tidak memadai oleh jaringan perifer, terutama otot. Dari sudut pandang
kuantitatif, peningkatan produksi glukosa hati merupakan gangguan patogenik utama yang menyebabkan hiperglikemia
pada DKA. Ketika konsentrasi glukosa dan osmolalitas cairan ekstraseluler meningkat, gradien osmolar dibuat yang
menarik air keluar dari sel. Filtrasi glomerulus awalnya meningkat, yang menyebabkan glukosuria dan diuresis osmotik.
Glukosuria awal mencegah perkembangan hiperglikemia berat selama laju filtrasi glomerulus normal. Namun, dengan
diuresis osmotik yang berlanjut, hipovolemia akhirnya terjadi, yang menyebabkan penurunan progresif pada laju filtrasi
glomerulus dan memburuknya hiperglikemia
Konsentrasi insulin hati dan sirkulasi yang lebih tinggi serta glukagon yang lebih rendah hadir di HHS
dibandingkan dengan pasien dengan ketoasidosis. Rasio sirkulasi insulin / glukagon yang lebih tinggi pada pasien
dengan HHS mencegah ketogenesis dan perkembangan ketoasidosis. Konsep ini didukung oleh studi klinis baik pada
hewan maupun pada manusia, yang telah menunjukkan bahwa konsentrasi setengah maksimal insulin untuk antilipolisis
lebih rendah daripada penggunaan glukosa oleh jaringan perifer. Akhirnya, peran langsung hiperosmolaritas dengan
menghambat lipolisis dan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan adiposa telah ditunjukkan pada hewan percobaan.
Hiperglikemia berat dikaitkan dengan keadaan inflamasi parah yang ditandai dengan peningkatan sitokin
proinflamasi (tumor necrosis factor-α, interleukin (IL) β, IL6, dan IL8) dan spesies oksigen reaktif, dengan sekresi dan
aksi insulin. Hiperglikemia menyebabkan peningkatan penanda stres oksidatif seperti peroksidasi membran lipid.
Derajat peroksidasi lipid berbanding lurus dengan konsentrasi glukosa pada pasien diabetes. Hal ini diperkirakan terjadi
melalui beberapa mekanisme yang dipelajari dengan baik, termasuk peningkatan fluks jalur poliol, peningkatan
pembentukan intraseluler produk akhir glikasi lanjutan, aktivasi protein kinase C, atau kelebihan produksi superoksida
oleh rantai transpor elektron mitokondria. Dengan minat, peningkatan sitokin proinflamasi yang bersirkulasi diturunkan
ke tingkat normal segera sebagai respons terhadap terapi insulin dan normalisasi konsentrasi glukosa darah.
Demam
Rasa tidak enak
Kelemahan umum
Takipnea
Takikardia
Jika faktor pencetusnya adalah kondisi jantung, pembuluh darah, tanda dan gejala meliputi:
Nyeri dada
Sesak dada
Sakit kepala
Pusing
Takikardia
Gambaran klinis khas pasien dengan HONK adalah peningkatan buang air kecil (poliuria) dan peningkatan
asupan air (polidipsia). Ini adalah hasil dari stimulasi pusat haus di otak dari dehidrasi parah dan peningkatan
osmolaritas serum. Kelemahan, malaise, dan kelesuan juga bisa menjadi bagian dari keluhan.
Dehidrasi parah akibat HONK juga dapat memengaruhi kulit dan sistem integumen. Biasanya, kulit dan mukosa
mulut kering dengan pengisian kapiler yang tertunda.
Faktor pembeda terpenting dalam HONK adalah adanya tanda-tanda neurologis. Aliran darah otak yang menurun
akibat dehidrasi parah dapat menyebabkan:
13
Sistem Saraf Pusat (SSP): Defisit neurologis fokal, kelesuan dengan Skor Koma Glasgow rendah. Pada kasus
HONK yang parah, pasien mungkin koma.
Pemeriksaan fisik juga harus difokuskan pada penyakit penyerta lain yang berhubungan dengan diabetes mellitus.
Acanthosis nigricans, sariawan oral, vulvovaginitis, lesi kulit pustular multipel mungkin menunjukkan kontrol glikemik
yang buruk. Ini penting jika HONK adalah presentasi awal dari diabetes tipe 2.
Diagnosis secara klinis untuk membedakan antara KAD dan HONK tidaklah mudah. Gejala yang
dialami oleh pasien dapat serupa. Anamnesis manifestasi klinis dari KAD biasanya berlangsung
dalam waktu singkat, dalam kurun waktu kurang dari 24 jam. Poliuria, polidipsia dan
penurunan berat badan dapat
berlangsung selama beberapa hari, sebelum terjadinya ketoasidosis, muntah dan nyeri perut. Nyeri
perut yang menyerupai gejala akut abdomen, dilaporkan terjadi
pada 40-75% kasus KAD. Dalam suatu penelitian, didapatkan hasil bahwa kemunculan nyeri
perut dapat dikaitkan dengan kondisi asidosis metabolik, namun bukan karena hiperglikemia atau
dehidrasi. Untuk HONK, manifestasi klinis dapat terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa
minggu. Pasien dapat mengalami poliuria, polidipsia, dan penurunan kesadaran yang progresif akibat
osmolalitas darah yang sangat tinggi. Nyeri perut juga jarang dialami oleh pasien SHH. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan dehidrasi sangat berat, bau nafas keton tidak ada, status mental sampai
koma. 6
Pasien dengan HONK, umumnya berusia lanjut, belum diketahui mempunyai DM, dan pasien
DM tipe:2 yang mendapat pengaturan diet dan atau obat hipoglikemik oral. Seringkali dijumpai
penggunaan obat yang semakin memperberat masalah, misalnya diuretik. Keluhan pasien HONK
ialah: rasa lemah, gangguan penglihatan, atau kaki kejang. Dapat pula ditemukan keluhan mual dan
muntah, namun lebih jarang jika dibandingkan dengan KAD. Kadang, pasien datang dengan
disertai keluhan saraf seperti letargi, disorientasi, hemiparesis, kejang atau koma. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan tanda-tanda dehidrasi berat seperti turgor yang buruk, mukosa pipi yang kering,
mata cekung, perabaan ekstremitas yang dingin dan denyut nadi yang cepat dan lemah. Dapat pula
ditemukan peningkatan suhu tubuh yang tak terlalu tinggi. Akibat gastroparesis dapat pula dijumpai
distensi abdomen, yang membaik setelah rehidrasi adekuat. Perubahan pada status mental dapat
berkisar dari disorientasi sampai koma. Derajat gangguan neurologis yang timbul berhubungan secara
langsung dengan osmolaritas efektif serum. Koma terjadi saat osmolaritas serum mencapai lebih dari
350 mOsm per kg (350 mmol per kg). Kejang ditemukan pada 25 persen pasien, dan dapat berupa
kejang umum, lokal, maupun mioklonik. Dapat juga terjadi hemiparesis yang bersifat reversibel
dengan koreksi defisit cairan. Secara klinis HONK akan sulit dibedakan dengan KAD terutama bila
hasil laboratorium seperti kadar glukosa darah, keton dan analisis gas darah belum ada hasilnya.
Berikut di bawah ini adalah beberapa gejala dan tanda sebagai pegangan :
Sering ditemukan pada usia lanjut yaitu usia lebih dari 60 tahun, semakin muda
semakin berkurang, dan pada anak belum pernah ditemukan.
14
Hampir separuh pasien tidak mempunyai riwayat DM atau DM tanpa insulin
penyakit ginjal atau kardiovaskular, pernah ditemukan penyakit akromegali, tirotoksikosis, dan
penyakit Cushing
Sering disebabkan oleh obat-obatan, antara lain tiazid, furosemid, manitol, digitalis,
reserpin, steroid, klorpromazin, hidralazin, dilantin, simetidin dan haloperidol (neuroleptik).
Mempunyai faktor pencetus misalnya infeksi, penyakit kardiovaskular, aritmia,
pendarahan, gangguan keseimbangan cairan, pankreatitis, koma hepatik dan operasi.
B. Pemeriksaan penunjang
Menurut rekomendasi dari American Diabetic Association dan pedoman internasional saat ini, HONK ditentukan
oleh kadar glukosa plasma yang lebih besar dari 600 mg / dL, osmolaritas efektif plasma lebih besar dari 320 mOsm /
L, dan tidak adanya ketoasidosis yang signifikan. Hiperosmolas non ketotik tidak lagi diterima sebagai nomenklatur
diagnostik karena tidak semua pasien dengan HONK akan datang dengan koma bahkan dengan adanya hiperglikemia
dan hiperosmolaritas yang signifikan.
Evaluasi HONK membutuhkan riwayat rinci dan pemeriksaan fisik. Timbulnya gejala dan faktor pencetus sangat
penting untuk diketahui dari pasien. Selain itu, studi tambahan juga diperlukan sebagai bagian dari pemeriksaan
diagnostik. Tes pertama di HONK adalah tes jari untuk menentukan kadar glukosa serum. Nilainya biasanya antara 600
hingga 1200 mg/dl. Semakin tinggi kadar glukosa, semakin besar osmolaritas serum dan semakin tinggi derajat
dehidrasinya.
Glukosa
Kadar glukosa harus dipantau setiap jam untuk mencegah penurunan yang tiba-tiba dan mendadak, selama
pengobatan dengan cairan isotonik dan insulin. Ini untuk mencegah perkembangan edema serebral yang merupakan
komplikasi paling ditakuti pada DKA dan HONK. Risiko edema serebral lebih tinggi di HONK.
Hemoglobin A1C
Ini adalah ukuran kontrol glikemik jangka panjang dan merupakan alat yang berguna dalam penilaian diabetes
mellitus onset baru.
Osmolaritas Serum
Osmolalitas serum sangat tinggi di HONK. Kadar antara 320 hingga 400mOsm/kg sangat umum di HONK.
Osmolaritas serum normal sekitar 280 -290 mOsm/kg. Pada pasien dengan osmolaritas serum yang lebih tinggi
dikaitkan dengan perubahan tingkat kesadaran dan pada akhirnya dapat menyebabkan koma.
Sodium
Tingkat natrium terlalu rendah (pseudohyponatremia). Keadaan hiperglikemik menciptakan gradien osmotik yang
15
menarik air dari ruang intraseluler ke ruang ekstraseluler. Kadar natrium yang benar atau benar biasanya dihitung
menggunakan rumus:
Kalium
Tingkat kalium mungkin tinggi atau rendah. Kadar insulin yang rendah dapat menyebabkan pergeseran kalium
ekstraseluler. Namun, karena kehilangan urin yang terus menerus, total kalium tubuh rendah di HONK dan DKA.
Perhatian harus diberikan untuk menghindari koreksi agresif hipokalemia pada HONK karena penurunan laju filtrasi
glomerulus akibat dehidrasi
Magnesium
Tingkat magnesium mungkin rendah di HONK.
Keton
Ketonemia sangat minimal di HONK. Elektrolit harus dipantau secara serial setiap 2 hingga 3 jam dalam
pengelolaan HONK.
Gas Darah Arteri
Peran gas darah adalah menentukan tingkat asidosis. Di HONK, pH biasanya di atas atau sekitar 7.30 pC0
mungkin rendah akibat hiperventilasi. Pada DKA, pH serum biasanya jauh lebih rendah mulai dari 6,8 hingga sekitar
7,2 pada presentasi awal. Asidosis di HONK terutama disebabkan oleh dehidrasi dan gangguan perfusi organ akhir. Gas
darah arteri harus dipantau setiap 2 sampai 3 jam di HONK.
Fungsi Ginjal
Kadar BUN dan kreatin biasanya meningkat yang mencerminkan azotemia prerenal. Saat hidrasi dan terapi
insulin dimulai, nilai-nilai ini biasanya akan turun dan akhirnya menjadi normal.
Enzim Serum
Tingkat enzim serum seperti kreatinin kinase, aldolase, transaminase biasanya tinggi dari hemokonsentrasi dan
dehidrasi.
Hitung Darah Lengkap
Jumlah sel darah putih mungkin tinggi karena respons stres atau sebagai akibat dari proses infeksi yang memicu
HONK. Dalam kebanyakan kasus, kadar hemoglobin dan hematokrit meningkat. Jika jumlah putih meningkat, darah,
kultur urin, dan rontgen dada mungkin diperlukan untuk menemukan sumber infeksi.
Analisa urin
Berat jenis urin tinggi di HONK. Glikosuria dan ketonuria juga.
3.6 Tatalaksana
16
Pengobatan HONK membutuhkan pendekatan multidisiplin. Konsultasi dengan ahli endokrinologi dan spesialis
perawatan intensif sangat dianjurkan. Resusitasi yang tepat dengan memperhatikan prinsip Airway, Breathing,
Circulation (ABC) harus dimulai. Pasien dengan HONK dapat datang dengan status mental yang berubah sebagai akibat
dari penipisan cairan yang signifikan dan penurunan perfusi serebral. Aturan praktis yang baik adalah mengamankan
jalan napas jika skor koma glasgow kurang dari 8.
Hidrasi agresif dengan cairan isotonik dengan penggantian elektrolit adalah praktik standar dalam pengelolaan
HONK. Bolus cairan awal 15 sampai 20 ml/kg diikuti dengan kecepatan infus 200 sampai 250ml/jam adalah takaran
yang direkomendasikan untuk orang dewasa. Pada pasien anak-anak, infus harus berjalan dua kali lipat dari kecepatan
pemeliharaan. Hidrasi dengan cairan isotonik telah terbukti membantu mengurangi jumlah hormon counterregulatory
yang diproduksi selama HONK. Penggunaan ini saja dapat mengurangi glukosa serum sekitar 75 sampai 100 mg/jam.
Kalium serum di HONK biasanya tinggi, tetapi total kalium tubuh rendah sebagai akibat dari pergeseran ekstraseluler
dari kekurangan insulin. Penggantian kalium harus dimulai ketika kalium serum antara 4 sampai 4,5 mmol/L.
Perhatian harus diberikan untuk menghindari pemberian insulin pada tahap awal pengobatan karena hal ini dapat
menyebabkan penurunan cepat glukosa serum yang menyebabkan edema serebral. Dianjurkan untuk mencoba menjaga
kadar glukosa sekitar 300 mg/dL untuk mencegah perkembangan edema serebral. Pada pediatri, rehidrasi dan koreksi
elektrolit dalam periode yang lebih lama, 48 jam dapat membantu dalam pencegahan edema serebral.
Sasaran pertama terapi hiperglikemia adalah mengendalikan glukosa darah basal (puasa, sebelum makan). Hal ini
dapat dicapai dengan terapi oral maupun insulin. Insulin yang dipergunakan untuk mencapai sasaran glukosa darah basal
adalah insulin basal (insulin kerja sedang atau panjang). Penyesuaian dosis insulin basal untuk pasien rawat jalan dapat
dilakukan dengan menambah 2-4 unit setiap 3-4 hari bila sasaran terapi belum tercapai. Apabila sasaran glukosa darah
basal (puasa) telah tercapai, sedangkan HbA1c belum mencapai target, maka dilakukan pengendalian glukosa darah
prandial (mealrelated). Insulin yang dipergunakan untuk mencapai sasaran glukosa darah prandial adalah insulin kerja
cepat (rapid acting) yang disuntikan 5-10 menit sebelum makan atau insulin kerja pendek (short acting) yang
disuntikkan 30 menit sebelum makan.
Pada kondisi hiperglikemia > 200mg/dl dilakukan pengendalian kadar gula darah dengan regulasi cepat insulin.
Regulasi cepat dengan insulin dibagi menjadi dua yaitu regulasi cepat intravena dan regulasi cepat subkutan.
Tujuan dari terapi KAD dan HONK adalah penggantian volume sirkulasi dan perfusi jaringan,
penurunan secara bertahap kadar glukosa serum dan osmolalitas plasma, koreksi ketidakseimbangan
elektrolit, perbaikan keadaan ketoasidosis pada KAD, mengatasi faktor pencetus, melakukan monitoring
dan melakukan intervensi terhadap gangguan fungsi kardiovaskular, paru, ginjal dan susunan saraf pusat. 8
Terapi cairan Pasien dengan HONK memerlukan rehidrasi dengan estimasi cairan yang diperlukan 100
ml/kgBB. Terapi cairan awal bertujuan mencukupi volume intravaskular dan restorasi perfusi ginjal. Terapi
cairan saja dapat menurunkan kadar glukosa darah. Salin normal (NaCl 0,9%) dimasukkan secara intravena
dengan kecepatan 500 sampai dengan 1000 ml/jam selama dua jam pertama. Perubahan osmolalitas serum
tidak boleh lebih dari 3 mOsm/jam. Namun jika pasien mengalami syok hipovolemik, maka cairan isotonik ketiga atau
keempat dapat digunakan untuk memberikan tekanan darah yang stabil dan perfusi jaringan yang baik .
a. Terapi cairan
17
Terapi cairan pada awalnya ditujukan untuk memperbaiki volume intravascular dan extravascular dan
mempertahankan perfusi ginjal. Terapi cairan juga akan menurunkan kadar glukosa darah tanpa bergantung pada
insulin, dan menurunkan kadar hormon kontra insulin (dengan demikian memperbaiki sensitivitas terhadap insulin).
Secara umum, NaCl 0.45% diberikan sebanyak 4–14 ml/kg/jam jika sodium serum meningkat atau normal; NaCl 0.9%
diberikan dengan jumlah yang sama jika Na serum rendah. Selama fungsi ginjal diyakinkini baik, maka perlu
ditambahkan 20–30 mEq/l kalium ( 2/3 KCl dan 1/3 KPO4) sampai pasien stabil dan dapat diberikan secara oral.
b. Terapi insulin
Pemberian insulin dengan dosis yang kecil dapat mengurangi risiko terjadinya hipoglikemia dan
hipokalemia. Fungsi insulin adalah untuk meningkatkan penggunaan glukosa oleh jaringan perifer,
menurunkan produksi glukosa oleh hati sehingga dapat menurunkan konsentrasi glukosa darah .
Selain itu, insulin juga berguna untuk menghambat keluaran asam lemak bebas dari jaringan adiposa
dan mengurangi ketogenesis.8,9 Pada pasien dengan klinis yang sangat berat, insulin reguler diberikan
secara kontinyu intravena. Bolus insulin reguler intravena diberikan dengan dosis 0,15 U/kgBB, diikuti
dengan infus insulen regular dengan dosis 0,1 U/kg BB/jam (5-10 U/jam). Hal ini dapat menurunkan
kadar glukosa darah dengan kecepatan 65-125 mg/jam. Jika glukosa darah telah mencapai 250 mg/dL
pada KAD atau 300 mg/dL pada HONK, kecepatan pemberian insulin dikurangi menjadi 0,05 U/kg
BB/jam (3-5 U/jam) dan ditambahkan dengan pemberian dextrosa 5- 10% secara intravena. Pemberian
insulin tetap diberikan untuk mempertahankan glukosa darah pada nilai tersebut sampai keadaan
ketoasidosis dan hiperosmolalitas teratasi. 8- 10
Ketika protokol KAD atau HONK berjalan, evaluasi
terhadap glukosa darah kapiler dijalankan setiap 1-2 jam dan darah diambil untuk evaluasi elektrolit
serum, glukosa, BUN, kreatinin, magnesium, fosfor, dan pH darah setiap 2-4 jam.
BAB IV
PEMBAHASAN
Teori Kasus
Epidemiologi :
bahwa insidens HONK sebesar 17,5 per Insiden ini sedikit lebih tinggi dibanding
18
insiden KAD. Pasien R, merupakan
seorang
HONK lebih sering ditemukan
laki - laki berusia 58 tahun, penderita DM
pada perempuan dibandingkan dengan tipe 2.
laki-laki.
19
penyebab tersering(57,1%). Compliance yang
buruk terhadap
pengobatan DM juga sering menyebabkan
HONK (21%).
20
mencapai lebih dari 350 mOsm per kg
semakin
berkurang, dan pada anak
ditemukan penyakit
akromegali, tirotoksikosis, dan
21
penyakit Cushing
Diagnosis :
22
Ureum : 258,6
Tatalaksana :
Tujuan dari terapi KAD dan HONK Pada saat pasien sampai ke IGD,
adalah penggantian volume sirkulasi dan kembali dilakukan primary survey dengan
perfusi jaringan, penurunan secara protokol ABCDE, serta dilakukan
23
KAD, mengatasi faktor pencetus, kateter urin.
Loading IVFD NaCl 0,9%
melakukan monitoring dan melakukan
2 flash (rehidrasi)
intervensi terhadap gangguan fungsi
Bed rest
kardiovaskular, paru, ginjal dan
Beri oksigen 2-4 L/i via
susunan saraf pusat.8 Terapi cairan
nasal canul
Pasien dengan HONK memerlukan
Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
rehidrasi dengan estimasi cairan yang
/iv
diperlukan 100 ml/kgBB. Terapi cairan
Drip 5 unit insulin per jam
awal bertujuan mencukupi volume
dalam 50 cc NaCl 0,9% via
intravaskular dan restorasi perfusi syringe pump
ginjal. Terapi cairan saja dapat
Pada saat diruangan pasien
menurunkan kadar glukosa darah.
mendapatkan terapi:
Salin normal (NaCl 0,9%) dimasukkan
secara intravena dengan kecepatan 500 IVFD NaCl 0,9 % guyur 1-2L
Terapi Insulin
Terapi Elektrolit
24
BAB V
KESIMPULAN
Hasil anamnesis yang didapatkan pada pasien ini, yaitu adanya lemas yang dirasakan selain itu
pada anamnesis juga didapati bahwa pasien menderita diabetes mellitus sejak 2 – 3 tahun belakangan
namun tidak terkontrol dengan obat anti diabetes. Selain anamnesis, dari pemeriksaan fisik pada pasien
juga didapatkan keadaan umum pasien yang buruk, tekanan darah pasien yang turun serta nadi yang
meningkat. Hasil pemeriksaan fisik ini menunjukan bahwa pada pasien didapati tanda – tanda
dehidrasi.
Pada pemeriksaan penunjang gula darah sewaktu menggunakan stick didapati hasil high. Pada
pemeriksaan darah lengkap juga didapati bahwa hematocrit pasien yang meningkat, menandakan
adanya dehidrasi. Lalu didapati peningkatan leukosit. Pada pasien juga dilakukan pemeriksaan
urinalisa lengkap dan hasilnya ketonurin positif minimal serta ditemukan tanda – tanda infeksi saluran
kencing pada pasien dari hasil pemeriksaan penunjangnya.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pada pasien maka pasien didiagnosis dengan HONK atau hiperosmolar non ketotik. Keadaan pada
pasien ini dicetuskan dari infeksi yang dialami pasien. Penatalaksaan yang diberikan kepada pasien
berupa rehidrasi cairan serta dilakukannya pemberian insulin pada pasien untuk mengatasi
hiperglikemia pada pasien.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Manaf A. Insulin: Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. dalam Aru W, dkk, editor, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III. Ed VI. Jakarta: Interna Publishing, 2014: 2350
2. Hyperglycemic crises in patients with diabetes mellitus. American Diabetes Association.
Diabetes Carevol 27 supplement; 2006.
3. Kitabchi AE, Fisher JN, Murphy MB, Rumbak MJ. Diabetic ketoacidosis and the
hyperglycemic hyperosmolar nonketotic state. In Joslin’s Diabetes Mellitus; 2010
4. Kahn CR, Weir GC, Eds. Diabetic ketoacidosis and the hyperglicemic hyperosmolar.
Philadelphia: Lea & Febiger.1998. h.738- 70
5. Tjokroprawiro, A. Diabetes Melitus – II. Divisi Endokrinologi dan Metabolisme. Departemen
Penyakit Dalam. FK Universitas Airlangga. Surabaya, 5 Maret 2012
6. Lipsky, BA et al. 2012 Infectious Diseases Society of America Clinical Practice Guideline for the
Diagnosis and Treatment of Diabetic Foot Infections. CID 2012:54 (15 June) DOI: 10.1093/cid/cis346
7. PAPDI. 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Hiperosmolar Hiperglikemia Non Ketoasidosis. hal.
2382-2385 . Jakarta : EGC
26
27
28
29