You are on page 1of 1

Mengapa ikut pelatihan PAZ ?

(Part7)

Tubuh semakin baik setelah menterapi pasien

" Hayuk, Dok. Thak terapine. Katanya kalau habis nerapi badan jadi lebih enak. Aku lagi melintir
ini" ujar Umi, seorang PAZtrooper yang selalu membuat saya tersenyum dengan lisannya yang
tak pernah berhenti berucap.
Entah pagi itu, kepala serasa berat lagi setelah jaPAZ. Alhamdulillah sebelum berangkat ke
Purbalingga, tubuh lebih enak walau menyisakan nyeri di pinggul kiri.
Beberapa hari di Purbalingga pun lebih banyak saya gunakan untuk beristirahat di kamar. Hingga
akhirnya senin menjejakkan kaki kembali ke Surabaya.
Selasa pagi, saya melangkah ke klinik dengan gontai karena lemas dan berat kembali
menghampiri.
Tiba-tiba sebuah pesan menghampiri dari pasien yang seharusnya sabtu lalu saya terapi. Bisa
saya bayangkan seperti apa nyerinya. Hingga beliau berkata seperti itu.
Pulang jaga klinik saya sempatkan untuk beristirahat, namun rasa lemas itu masih setia. Bahkan
hampir saja malam itu saya batalkan terapi.
Akhirnya beliau datang setelah isya, dengan langkah tertatih dan kaku menahan nyeri. Seketika
saya bisa melupakan lemas yang saya rasakan.
Keluhan pinggul hingga kaki nyeri yang sudah dialami sejak pandemi. Ditambah posisi duduk
yang berlama-lama karena pelajaran online semakin menambah rasa nyerinya.
Alhamdulillah rasa nyeri di bahu jauh berkurang, kaki lebih lemas dan senyumnya mulai
merekah. Tidak banyak terapi yang bisa dilakukan karena tubuhnya yang kaku dan nyeri saat
digerakkan. PR gerakan yang diberikan pun harus didukung penuh oleh keluarga. Semoga Allah
memberikan kesembuhan yang sempurna.
Lalu datang pasien kedua dengan cerebral palsy. Alhamdulillah sudah pernah diterapi PAZ di
Yogya, tetapi karena berbagai kendala akhirnya sempat terhenti. Padahal sudah ada progrea dari
kakinya yang semula selalu tremor, saat ini sudah tiada. Saya hanya mengajarkan kembali
gerakan yang pernah diberikan sembari menjelaskan tujuan terapi itu. Semua tergantung orang
tuanya yang telaten untuk menterapi di rumah.
Alhamdulillah, malam itu rasa lemas di badan terasa ringan. Walau lelah pastinya ada. Entah
mungkin karena ada efek endorfin melihat pasien yang bisa terbantukan dengan terapi PAZ atau
sebab gerakan kita yang memaksa tubuh mengeluarkan energi sehingga teraktivasi.
" Lho kan bener dok, badanku lho tambah enak setelah menterapi sampeyan", ujar Umi saat
membiarkan saya rehat di kursi setelah diterapi teman-teman di rumah Nova.
Masya Allah.
Terapi PAZ tidak hanya bermanfaat buat pasien tetapi juga untuk terapis. Enak apa enak.
Makanya terapi PAZ itu bikin kecanduan lho, pengin tau kenapa?
Yuk ikut pelatihan PAZ, ikut banyak pengobatan dan azzamkan sisa usia ini bisa bermanfaat
untuk umat. Hingga ada pahala jariyah yang mengalir saat kelak kita tidak bisa lagi menterapi.

You might also like