You are on page 1of 6

Nama : NURAINA, S.

Pd
NIM : 229024495079

LK 0.1 MODUL 2 : Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul SEMANTIK DAN WACANA


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Hubungan bentuk dan makna
2. Eufimisme
3. Wacana
4. Pragmatik
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang KB 1 .
dipelajari 1. Ilmu semantik adalah salah satu cabang ilmu
bahasa yang mempelajari tentang makna yang
terkandung dalam bahasa.
2. Signifie merupakan tanda linguistik yang
mengacu pada konsep atau makna dari suatu
tanda bunyi.
3. Signifiantmerupakan tanda linguistik yang
mengacu pada bunyi-bunyi yang terbentuk dari
fonem-fonem dalam bahasa yang
bersangkutan.
4. Arbitrer berarti sesukanya/semaunya.
5. Leksem adalah satuan dari leksikon (kata).
6. Makna leksikal dapat diartikan sebagai makna
yang bersifat leksikon, leksem, dan kata.
Makna leksikal adalah makna yang makna
sesungguhnya, sesuai dengan referennya,
sesuai dengan penglihatan pancaindra.
7. Makna gramatikal muncul karena adanya
proses gramatikal yaitu karena adanya
hubungan antarunsur bahasa dalam satuan
yang lebih besar, misalnya kata turunan, frasa,
atau klausa.
8. Makna referensial adalah makna yang
berkaitan langsung dengan sumber yang
menjadi acuandengan makna yang telah
disepakati bersama.
9. Makna nonreferensial adalah makna yang
tidak memiliki acuan. Misalnya, kata dan,
atau, karena.
10. Makna denotatif adalah makna yang
sesungguhnya, makna dasar yang merujuk
pada makna yang lugas atau dasar dan sesuai
dengan kesepakatan masyarakat pemakai
bahasa.
11. Makna konotasi merupakan seperangkat
gagasan atau perasaan yang mengelilingi
leksem (kata), berhubungan dengan nilai rasa
yang ditimbulkan oleh leksem tersebut seperti
rasa hormat, suka/senang, jengkel, benci, dan
sebagainya.
12. Makna literal merupakan makna harfiah atau
makna lugas. Dalam makna literal, makna
sebuah satuan bahasa belum mengalami
perpindahan makna pada referen yang lain.
13. Makna figuratif adalah makna yang
menyimpang dari referennya. Dalam makna
figuratif, makna satuan disimpangkan dari
referen yang sesunggunya.
14. Makna primer merupakan makna-makna yang
dapat diketahui tanpa bantuan konteks.
15. Makna sekunder adalah makna satuan
kebahasaan yang baru dapat didentifikasikan
dengan bantuan konteks.
16. Sinonim adalah bentuk bentuk bahasa yang
memiliki makna kurang lebih sama atau mirip,
atau sama dengan bentuk lain pada tataran
kata, frasa, klausa, atau kalimat.
17. Antonim merupakan hubungan di antara kata-
kata yang dianggap memiliki pertentangan
makna atau menunjukkan adanya hubungan
dua buah kata yang berlawan atau bersifat dua
arah.
18. Homonim adalah hubungan antara kata yang
ditulis dan atau dilafalkan dengan cara yang
sama dengan kata yang lain, tetapi maknanya
tidak saling berhubungan.
19. Polisemi adalah satuan bahasa yang memiliki
lebih dari satu.
20. Ambiguitas diartikan sebagai ‘makna ganda’,
mengacu pada sifat konstruksi penafsiran
makna yang lebih dari satu. 21. Redundansi
adalah pemakaian unsur segmental yang
berlebihan.

KEGIATAN BELAJAR 2
21. Perluasan makna merupakan perubahan yang
terjadi dalam bahasa dimana makna sekarang
lebih luas daripada makna terdahulu.
22. Penyempitan makna merupakan perubahan
yang terjadi dalam bahasa yang pada awalnya
mempunyai makna yang luas kemudian
maknanya berubah menjadi lebih sempit.
23. Peninggian makna atau ameliorasi merupakan
perubahan yang terjadi dalam bahasa
berhubungan dengan nilai rasa yang lebih baik
atau sopan. Perubahan ini akan membuat
kosakata atau ungkapan menjadi lebih halus,
tinggi, hormat daripada kosakata pilihan yang
lainnya
24. Penurunan makna atau peyorasi merupakan
perubahan yang terjadi dalam bahasa yang
pada awalnya makna kata tersebut lebih tinggi
menjadi kata yang mempunyai makna lebih
rendah, kasar, atau kurang sopan.
25. Sinestesia merupakan perubahan makna ini
disebabkan karena pertukaran tanggapan indra,
seperti pendengaran, pengecapan, dan
penglihatan.
26. Persamaan makna(asosiasi) adalah makna
perumpamaan karena kesamaan sifat.
27. Metaforamerupakan pemakaian kata kiasan
yang memiliki kemiripan makna yang
digunakan untuk menggambarkan
perbandingan analogis pada dua hal yang
berbeda dan ata-kata yang digunakan bukan
makna yang sebenarnya.
28. Eufimisme merupakan penggunaan kata lain
untuk menggantikan kosakata atau ungkapan
yang bernilai rasa kasar dengan yang lebih
halus, tetapi juga berhubungan dengan
kosakata tabu yang tidak boleh digunakan.
29. Kosakata tabu adalah kosakata yang tidak
boleh diucapkan karena memiliki kekuatan
supranatural yang dapat menyebabkan bahaya.
30. Disfemisme adalah tuturan yang kasar dan
juga menyakitkan mitra tutur

KEGIATAN BELAJAR 3
31. Wacana merupakan wujud penggunaan bahasa
dalam kegiatan berkomunikasi yang
melibatkan unsur segmental dan nonsegmental
atau tidak hanya menggunakan seperangkat
alat linguistik, seperti: fonem, morfem, kata,
frasa, klausa, dan kalimat, tetapi juga
memperhatikan konteks tuturan.
32. Kohesi merupakan hubungan perkaitan
antarproposisi yang dinyatakan secara eksplisit
oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik
dalam kalimat-kalimat yang membentuk
wacana.
33. Repetisi (reiterasi) merupakan bentuk
pengulangan yang digunakan untuk
menghubungkan antara topik kalimat yang
satu dengan yang lainnya.
34. Kolokasi merupakan penggunaan dua kata
atau lebih secara bersama-sama untuk
membentuk kesatuan makna.
35. Referensi hubungan antara kata dengan
bendanya
36. Referensi eksofora merupakan perujukan atau
pengacuan di luar teks dan bersifat situasional.
37. Referensi endofora merupakan pengacuan
kata-kata yang berada di dalam teks.
38. Substitusi adalah penggantian suatu unsur
bahasa dengan unsur bahasa yang lain.
39. Konjungsi aditif adalah konjungsi yang
memiliki fungsi memberikan keterangan
tambahan.
40. Konjungsi adversatif merupakan konjungsi
yang menghubungkan dua gagasan yang
menyatakan kontras.
41. Konjungsi klausal merupakan konjungsi yang
menghubungkan dua gagasan yang memiliki
hubungan sebab dan akibat.
42. Konjungsi temporal merupakan konjungsi
yang menyatakan hubungan kronologis,
konjungsi temporal.
43. Elipsis merupakan pelesapan yang terdapat
pada kalimat dengan tidak menyebutkan salah
satu bagian dari sebuah kalimat dan tidak akan
membuat kalimat sulit untuk dimengerti.
44. Koherensi merupakan pertalian atau jalinan
antarkata, klausa, atau kalimat dalam sebuah
teks.

KEGIATAN BELAJAR 4
45. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang
mempelajari struktur bahasa secara eksternal,
yaitu bagaimana satuan bahasa itu digunakan
dalam komunikasi.
46. Prinsip kerjasama dalam pragmatik
a. Maksim Kuantitas (The Maxim of
Quantity) merupakan sebuah kegiatan
tuturan dimana penutur diharapkan
memberikan informasi yang cukup dan
seinformatif mungkin (berikan informasi
secukupnya dan jangan memberikan
informasi melebihi yang diperlukan).
b. Maksim Kualitas (The Maxim of Quality)
merupakan sebuah kegiatan tuturan
dimana penutur tidak mengatakan sesuatu
yang menurutnya salah atau keliru serta
tidak mengatakan sesuatu yang tidak ada
buktinya.
c. Maksim Relevansi (The Maxim of
Relevance)merupakan sebuah kegiatan
tuturan dimana penutur diharapkan
memberikan informasi yang relevan dan
mudah dimengerti (tuturan yang satu
dengan yang lainnya harus ada keterkaitan
satu sama lain).
d. Maksim Pelaksanaan/ Cara (The Maxim of
Manner) merupakan sebuah kegiatan
tuturan dimana penutur diharapkan
menghindari pernyataan-pernyataan yang
samar, menghindari ketaksaan, dan
mengusahakan agar pernyataan yang
disampaikan ringkas, teratur, tidak
berpanjang lebar dan berteletele.
47. Prinsip kesantunan dalam pragmatik
a. Maksim Kearifan (Tact Maxim)merupakan
sebuah kegiatan tuturan dimana penutur
diharapkan agar dapat meminimalkan
kerugian atau memberikan keuntungan
kepada orang lain sebesar mungkin.
b. Maksim Kedermawanan (Generocity
Maxim)merupakan sebuah kegiatan
tuturan dimana dalam penutur
berkomunikasi, maksim kedermawanan
digunakan untuk menghormati mitra tutur,
salah satu cara untuk menghormati orang
lain adalah mengurangi keuntungan bagi
dirinya dan memaksimalkan keuntungan
bagi orang lain.
c. Maksim Pujian (Approbation
Maxim)merupakan sebuah kegiatan
tuturan dimana penutur memberikan
pujian kepada mitra tuturnya (mengatur
agar penutur sedikit memberikan kecaman
pada orang lain dan sering memuji orang
lain).
d. Maksim Kerendahan Hati (Modesty
Maxim)merupakan sebuah kegiatan
tuturan dimana penutur harus bersikap
rendah hati, yaitu mengurangi pujian
terhadap diri sendiri. Prinsip maksim
kerendahan hati adalah pujilah diri sendiri
sedikit mungkin, kecamlah diri sendiri
sebanyak mungkin.
e. Maksim Kesepakatan/ Kecocokan
(Agreement Maxim)merupakan sebuah
kegiatan tuturan dimana penuturharus
berusaha agar kesepakatan antara diri
sendiri dan orang lain sebanyak mungkin.
Dengan kata lain, peserta tutur harus
meminimalkan ketidaksepakatan antara
diri sendiri dan orang lain terjadi sekecil
mungkin.
f. Maksim Simpati (Symphaty
Maxim)merupakan sebuah kegiatan
tuturan dimana penutur harus berusaha
mengurangi antipati antara diri sendiri dan
orang lain dan meningkatkan rasa simpati
antara diri sendiri dan orang lain.

2 Daftar materi yang sulit 1. Jenis referensi


dipahami di modul ini 2. Perbedaan mendasar makna konotasi dan
makna figuratif
3. Klausa
4. Disfemisme
5. Pengulangan dengan hiponim
3 Daftar materi yang sering 1. Materi ambiguitas dan redundansi
mengalami miskonsepsi 2. Kohesi dan koherensi
3. Pengulangan bentuk lain
4. Pengulangan dengan penggantian

You might also like