You are on page 1of 21

9 DISTRIBUSI TEGANGAN DI DALAM TANAH

Pendahuluan

Hitungan tegangan yang terjadi di dalam tanah berguna untuk analisis


tegangan-rergangan (stress-strain) dan penurunan (sttlement).
Sifat-sifat tegangan-regangan dan penurunan bergantung pada sifat tanah bila
mengalami pembebanan. Dalam hitungan, tanah bersifat elastis, homogen,
isotopis, dan terdapat hubungan linier antara tegangan dan regangan.
Tegngan yang terjadi di dalam massa tanah dapat dsebabkan oleh beban
yang bekerja di permukaan atau oleh beban akibat berat sendiri tanah. Tegangan
yang bersal dari beban di permukan tanah berkurang bila kedalaman bertambah.
Sebaliknya, tegangan yang berasal dari berat sendiri tanah bertambah bila
kedalamannya bertambah.

Konsep Tegangan
• Tegangan (stress) merupakan besarnya suatu gaya yang bekerja pada suatu
bidang yang memiliki luas tertentu, jadi gaya per satuan luas
• Distribusi tegangan merupakan penyebaran teganagn yang terjadi akibat beban
dalam tanah :
• Tegangan yang bersal dari beban di permukan tanah berkurang bila kedalaman
bertambah. Sebaliknya, tegangan yang berasal dari berat sendiri tanah
bertambah bila kedalamannya bertambah.

A. Tegangan Tanah Akibat berat sendiri

Gambar 1 Tegangan tanah akibat berat sendiri

B. Tegangan Tanah Akibat BEBAN LUAR

1
Gambar 2 Tegangan tanah akibat beban luar

Besarnya tegangan pada sembarang titik di kedalaman tertentu akibat


beban luar pada suatu media tertentu yang luas tak terhingga.
Penyebaran Tegangan beban luar dapat berupa :
• Beban terpusat
• Beban persegi empat
• Bentuk seegitiga
• Bentuk trapesium dll
Analisis ditinjau arah vertical – tegangan vertikal :
• Cara sederhana
• Cara elastis (Boussinesq, wastergaard, newmark)

CARA SEDERHANA : Metode Penyebaran Beban 2V : I H


• Merupakan cara yang paling sederhana untuk menghitung tegangan vertikal
akibat suatu beban permukaan pada kedalaman tertentu
• Makin ke bawah tegangan terdistribusi mengecil
• Cara ini merupakan pendekatan empiris dengan anggapan bahwa bidang
dimana beban bekerja bertambah luasnya secara sistematis terhadap
kedalaman, terjadi tegangan makin kecil terhadap kedalaman
• Secara sederhana, distribusi tegangan vertical adalah 2 : 1

2
Gambar 3 Penyebaran beban 2V ; 1H
Dalam cara ini, dianggap beban fondasi Q didukung oleh piramid yang
mempunyai kemiringan sisi 2V : 1H. Dengan cara pendekatan ini, nilai tambahan
tegangan vertikal dinyatakan oleh persamaan:

(a) Untuk fondasi empat persegi panjang:


𝑄
∆𝜎𝑧 = (𝐿+𝑧) (𝐵+𝑧) (1)

atau
𝑞𝐿𝐵
∆𝜎𝑧 = (𝐿+𝑧) (𝐵+𝑧)

dengan,

∆𝜎𝑧 = tambahan tegangan vertikal pada kedalaman (kN⁄m2 )


Q = qLB = beban total pada fondasi (kN)
q = beban terbagi rata pada dasar fondasi (kN⁄m2 )
L = panjang fondasi (m)
B = lebar fondasi (m)
z = kedalaman dari dasar fondasi (m)

(b) Untuk fondasi lajur memanjang:


Dalam hal ini, bentuk penyebaran beban yang berupa piramida berubah
menjadi bentuk trapesiodal. Tambahan tegangan vertikal (∆𝜎𝑧 ) pada fondasi lajur
memanjang (persatuan panjang tegak lurus bidang gambar) dinyatakan oleh:
3
𝑞 (𝐵 𝑥 1) 𝑞𝐵
∆𝜎𝑧 = (𝐵+𝑧) 𝑥 1 = 𝐵 + 𝑍 (kN⁄m2 (2)

TEORI ELASTIS

• Sifat tegangan – regangan dan penurunan pada tanah tergantung pada sifat
tanah bila mengalami pembebanan.
• Tanah dianggap bersifat elastis, homogen, isotropis dan terdapat hubungan
linear antara tegangan – regangan.

Regangan volumetric pada material yang bersifat elastis dinyatakan oleh


persamaan :
∆𝑉 1−2𝜇
= (𝜎𝑥 + 𝜎𝑦 + 𝜎𝑧 ) (3)
𝑉 𝐸

TEORI BOUSSINESQ
1. Beban Titik
a) Tanah merupakan bahan yang bersifat elastis, isotropis dan homogen.
b) Tanah tidak mempunyai berat.
c) Perubahan volume tanah diabaikan.
d) Tanah tidak sedang mengalami tegangan sebelum beban Q diterapkan.
e) Hubungan tegangan – regangan mengikuti hukum Hooke.
f) Distribusi tegangan akibat beban yang bekerja tidak tergantung pada jenis
tanah.
g) Distribusi tegangan simetri terhadap sumbu vertical (z).

Dalam perhitungan distribusi tegangan akibat beban struktur, tegangan


yang terjadi biasanya dinyatakan dalam istilah tambahan tegangan (stress
increment), yaitu . Karena sebenarnya tanah sudah mengalami tegangan
sebelum beban struktur bekerja, yaitu tegangan akibat berat sendiri

4
Tambahan tegangan vertical (∆𝜎𝑧 ) pada suatu titik A di dalam tanah akibat
beban titik Q di permukaan dinyatakkan oleh persamaan :

3𝑄 1 5/2
∆𝜎𝑧 = ( 𝑟⁄ )2 ) (4)
2𝜋𝑧 2 1+( 𝑧

Q = beban titik (tegak lurus permukaan)


z = kedalaman diukur dari permukaan tanah
sampai titik yang ditinjau
r = jarak horizontal dari beban titik ke titik
yang ditinjau tegangannya (𝜎𝑧 )

Gambar 5 Tambahan tegangan akibat beban titik

Tambahan tegangan mendatar dalam arah radial ∆𝜎𝑟 :

𝑄 3𝑟 2 𝑧 1−2𝜇
∆𝜎𝑟 = ⌊ − ⌋ (5)
2𝜋 (𝑟 2 + 𝑧 2 )5/2 𝑟 2+ 𝑧 2+ 𝑧 ( (𝑟 2 + 𝑧 2 )1/2

Tambahan tegangan mendatar dalam arah tangensial ∆𝜎𝜃 :

𝑄 𝑧 1
∆𝜎𝜃 = − (1 − 2𝜇) ⌊ 3 − 1 ⌋ (6)
2𝜋
(𝑟 2 + 𝑧 2 )2 𝑟 2 + 𝑧 2 +𝑧 ((𝑟 2 + 𝑧 2 )2

Tegangan geser :
3𝑄 𝑟𝑧 2
∆𝜎𝑟𝑧 = ( 5/2 ) (7)
2𝜋 𝑟 2 + 𝑧 2)
Jika factor pengaruh untuk beban titik pada teori Boussinesq didefinisikan

5
sebagai :
5⁄
3 1 2
𝐼𝐵 = ( ) (8)
2𝜋 1+(𝑟⁄𝑧)2

Maka dapat ditentukan :


𝑄
∆𝜎𝑧 = 𝐼𝐵 (9)
𝑧2
Nilai Ib didapat dari grafik yang diperlihatkan ddalam gambar 6

Gambar 6 Faktor pengaruh untuk beban titik berdasarkan teori Boussinesq


( Ι𝐵 ) dan Wastergaard (Ι𝑤 )
Contoh soal :
Pondasi tapak bujur sangkar lebar 0.9 m tereletak pada kedalaman 1 m.
Pondasi menahan beban titik dari kolom dengan Q = 85,41 kN. Hitung
penambahan tegangan di bawah pusat pondasi (titik B) dan di sudut
luasan (titik A) bila beban fondasi dianggap sebagai beban titik pada
kedalaman 2 m dari permukaan tanah.

Gambar 7

6
Karena beban kolom dianggap menghasilkan tekanan pondasi neto pada
dasar pondasi, maka beban titik Q = Qn = 85,41 kN
Untuk titik A, jarak dari pusat beban : r = 0,45√2 = 0,64 m titik B , jarak dari
pusat beban : r = 0 m
Persamaan yang digunakan :

3𝑄 1 5/2
∆𝜎𝑧 = ( 𝑟⁄ )2 )
2𝜋𝑧 2 1+( 𝑧

Titik r (m) z (m) r/z ∆𝜎𝑧 (𝑘𝑁/𝑚2 )

A 0,64 1 0,64 17,29


B 0 1 0 40,78

2. Beban Garis
Tambahan tegangan akibat beban garis Q per satuan panjang (Gambar 7) pada
sembarng titik di dalam tanah dinyatakan oleh persamaan berikut ini.

Gambar 7. Tambahan akibat beban garis.

Tambahan tegangan vertical arah sumbu- z:

2𝑄 𝑧3
∆𝜎𝑧 = (10)
𝜋 (𝑥 2 +𝑧 2 )2

Tambahan tegangan lateral/mendatar arah sumbu - x:

7
2𝑄 𝑥2𝑧
∆𝜎𝑧 = (11)
𝜋 (𝑥 2 +𝑧 2 )2

Tegangan geser:
2𝑄 𝑥𝑧 2
𝜏𝑥𝑧 = (12)
𝜋 (𝑥 2 +𝑧 2 )2

3. Beban Terbagi Rata Berbentuk Lajur Memanjang

Gambar 8. Tambahan tegangan akibat terbagi rata berbentuk lajur memanjang


fleksibel dengan lebar B

Gambar 9. Isobar tegangan untuk beban terbagi rata berbentuk lajur memanjang dan bujur
sangkar didasarkan teori Boussinesq.

8
Tambahan tegangan vertical arah sumbu- z:

𝒒
∆𝝈𝒛 = 𝝅 (𝜶 + 𝐬𝐢𝐧 𝜶 𝐜𝐨𝐬 𝟐𝜷) (13)

Tambahan tegangan mendatar arah sumbu - x:

𝒒
∆𝝈𝒙 = 𝝅 (𝜶 − 𝐬𝐢𝐧 𝜶 𝐜𝐨𝐬 𝟐𝜷) (14)

Tegangan geser:
𝒒
𝝉𝒙𝒛 = 𝝅 ( 𝐬𝐢𝐧 𝜶 𝐬𝐢𝐧 𝟐𝜷) (15)

4. Beban Terbagi Rata Berbentuk Empat Persegi Panjang


Tambahan tegangan vertical di sudut luasan dari beban terbagi rata akibat
berbentuk empat persegi panjang fleksibel, dengan ukuran panjang L dan
lebar B (Gambar 10), dapat dihitung dengan menggunakan persamaan yang
diperoleh dari hasil penjabaran teori Boussinesq, sebagai berikut:
∆𝜎𝑧 = q l (16)

Dengan q = tegangan akibat beban pondasi, dan:

1 2𝑚𝑛 ( 𝑚2 + 𝑛2 +1 )1/2 (𝑚2 + 𝑛2 +2)


𝛪= ( × +
4𝜋 𝑚2 +𝑛2 + 1 + 𝑚2 𝑛2 (𝑚2 + 𝑛2 +1)

2𝑚𝑛 √(𝑚2 + 𝑛2 +1
𝑎𝑟𝑐𝑡𝑔 ) (17)
𝑚2 + 𝑛2 +1−𝑚2 𝑛2

dengan,
𝐵 𝐿
𝑚= ; 𝑛=
𝑧 𝑧

Gambar 10 Tegangan di bawah sudut beban terbagi rata berbentuk empat persegi panjang
fleksibel.

9
Nilai factor pengaruh I untuk tegangan di bawah ini sudut luasan empat
persegi panjang oleh akibat beban terbagi rata q dalam bentuk grafik.
Diperlihatkan dalam Gambar 11. Tambahan tegangan vertical pada
sembarang titik di bawah luasan empat persegi panjang dapat ditentukan
dengan cara membagi-bagi empat persegi panjang, dan kemudian
menjumlahkan tegangan yang terjadi akibat tekanan masing-masing
bagiannya. Misalnya akan ditentukan tambahan tegangan vertical di bawah
titik X dan Y Gambar 12. Untuk ini dapat dilakukan cara sebagai berikut.
∆𝜎𝑧(𝑋) = ∆𝜎𝑧(𝑋𝐸𝐵𝐹) + ∆𝜎𝑧(𝑋𝐹𝐶𝐻) +∆𝜎𝑧(𝑋𝐺𝐷𝐻) + ∆𝜎𝑧(𝑋𝐺𝐴𝐸)

∆𝜎𝑧(𝑌) = ∆𝜎𝑧(𝑌𝐼𝐵𝐽) + ∆𝜎𝑧(𝑌𝐿𝐷𝐾) − ∆𝜎𝑧(𝑌𝐼𝐴𝐾) − ∆𝜎𝑧(𝑌𝐿𝐶𝐽)

Gambar 11. Faktor pengaruh I untuk tegangan vertical di bawah sudut luasan empat
persegi panjang akibat beban terbagi rata

10
Gambar 12. Tambahan tegangan vertical di sembarang titik akibat beban
terbagi rata empat persegi panjang.

5. Beban Terbagi Rata Berbentuk Lingkaran

Gambar 13

Dengan Integrasi dari persamaan beban titik, dapat diperoleh besarnya tambahan
tegangan di bawah pusat pondasi lingkaran fleksibel dengan beban yang terbagi
rata pada luasannya. Tegangan akibat beban lingkaran seperti yang diperlihatkan
dalam Gambar 14 ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
3𝑞 1
𝑑𝜎𝑧 = 2𝜋𝑧 2 ([1+(𝑟/𝑧)2]5/2 ) 𝑑𝐴 (18)

Gambar 14 Tegangan di bawah beban terbagi rata berbentuk lingkaran

11
Faktor pengaruh, 𝜤(%)

Gambar 15. Faktor pengaruh I untuk tegangan vertical di bawah pusat


beban terbagi rata berbentuk lingkaran

Karena d𝛢 = 𝑟 d𝜃 dr, akan diperoleh pesamaan tegangan di bawah pusat


beban terbagi rata berbentuk lingkaran, sebagai berikut:
1
∆𝜎𝑧 = 𝑞 (1 − [1+(𝑟/𝑧)2]3/2) (19)

∆𝜎𝑧 = 𝑞 𝐼
dengan,
1
𝐼 = (1 − [1+(𝑟/𝑧)2]3/2) (20)

Nilai factor pengaruh I untuk tambahan tegangan vertical di bawah beban


terbagi rata berbentuk lingkaran, dapat ditentukan dengan menggunakan
Gambar 15 (Foster dan Ahlvin)

12
6. Beban Terbagi Rata Berbentuk Segi Tiga Memanjang Tak Terhingga

Pada Gambar 16. Diperlihatkan suatu beban terbagi rata memanjang tak
terhingga fleksibel berbentuk segi tiga dengan lebar 2b. Beban bertambah dari
nol sampai q pada potongan melintangnya.
Untuk elemen selebar ds, beban per satuan panjang adalah (q/2b)s ds.

Gambar 16. Tegangan akibat terbagi rata segi tiga memanjang

Hitungan tambahan tegangan vertical yang terjadi pada titik A didasarkan


pada teori beban garis, yaitu dengan substitusi nilai (q/2b)s ds.
Untuk q dan (x-s) untuk x dalam Persamaan (10) sampai (12). Untuk beban
terbagi rata berbentuk segi tiga dengan persamaan:
𝒒 𝒙 𝒛 𝑹𝟏 𝟐
∆𝝈𝒙 = ( 𝜶 − 2,303 log + sin 2𝛿) (21)
𝟐𝝅 𝒃 𝒃 𝑹𝟐 𝟐

Tegangan geser:
𝒒 𝑧
𝝉𝒙𝒛 = ( 1 + cos 2𝛿 − 𝑏 𝛼) (22)
𝟐𝝅

dengan,

b = ½ lebar alas penampang segi tiga


q = tinggi timbunan x berat volume tanah timbunan
𝛼, 𝛿 = sudut yang ditunjukkan pada Gambar 16 dalam radian.
Untuk tambahan tegangan arah vertical:

13
𝑞 𝑥
∆𝜎𝑥 = (𝑏 𝛼 − sin 2𝛿) (23)
2𝜋

Untuk menentukan factor pengaruh (I) untuk tegangan vertical di bawah sudut
sudut (0 dan Q) dari beban sigi tiga yang panjangnya terbatas, seperti
ditunjukan dalam Gambar 17. Dalam gambar tersebut, nilai-nnilai:
m = L/z dan n = B/z
dengan L = panjang timbunan dan B = lebar dasar dari luasan segitiga.
Tambahan tegangan di bawah sudut luasan dinyatakan oleh persamaan:
∆𝝈𝒛 = 𝑰𝒒
dengan,
q = tinggi sisi vertical beban sgitiga x berat volume timbunan
= ℎ𝛾(𝑡𝑖𝑚𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛)

Gambar 17. Faktor Pengaruh I untuk tegangan vertical di bawah sudut-sudut (0


dan Q) beban segi tiga yang panjangnya terbatas.

14
7. Beban Terbagi Rata Berbentuk Trapesium Memanjang Tak Terhingga

Dalam menentukan tambahan tegangan vertical yang terjadi akibat beban


terbagi rata berbentuk trapesium dengan panjang tak terhingga, ditinjau titik A
di dalam tanah (Gambar 17a). Tegangan pada titik A ekivalen dengan
tegangan akibat beban yang diperlihatkan pada Gambar 17b dikurangi
dengan tegangan di A akibat beban pada Gambar 17c.
Tegangan yang terjadi pada titik A akibat beban pada Gambar 17b, adalah:
𝑞+ (𝑏/𝑎) 𝑞
( 𝛼1 + 𝛼2 ) (24)
𝜋
Tegangan pada titik A akibat beban pada Gambar 17c
𝑏 1
(𝑎 𝑞) 𝜋 𝛼2 (25)

Gambar 17. Tambahan tegangan vertical akibat beban timbunan.

Jadi, tambahan tegangan vertical akibat beban Gambar 17a adalah:

𝑞 𝑎+𝑏 𝑏
∆𝜎𝑧 = ({ } (𝛼2 + 𝛼2 ) − 𝛼2 ) (26
𝜋 𝑎 𝑎

atau
∆𝜎𝑧 = q l (27)
dengan,
1 𝑎+𝑏 𝑏
𝛪 = ({ } (𝛼2 + 𝛼2 ) − 𝛼2 ) (28)
𝜋 𝑎 𝑎
1 𝑎 𝑏
𝛪 = ({ , 𝑧} ) (29)
𝜋 𝑧

15
q = tinggi sisi vertical beban trapezium (h) x berat volume
timbunan (𝛾(𝑡𝑖𝑚𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛) ).
Nilai-nilai factor pengaruh untuk berbagai macam a/z dan b/z dapat
diperoleh dalam Gambar 18.

Gambar 18. Faktor pengaruh akibat beban timbunan (Osterberg, 1957)

8. Hitungan Tambahan Tegangan Vertikal Cara Newmark


Persamaan 19 dapat diubah dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
1
∆𝜎𝑧 = 𝑞 (1 − )
[1 + (𝑟/𝑧)2 ]3/2
Menjadi,
𝑟 ∆𝜎𝑧 −2/3
= √( 1 − ) −1 (30)
𝑍 𝑞

16
𝑟 ∆𝜎𝑧
Nilai 𝑍 dan merupakan besaran yang tak berdimensi.
𝑞

Dengan berdasarkan persamaan (30), membuat diagram pengaruh yang dapat


digunakan untuk menentukan besarnya kenaikan tegangan vertical di bawah
sembarang luasan yang mendukung beban terbagi rata (Gambar 19). Jari-jari
𝒓 ∆𝝈𝒛
lingkaran adalah nilai 𝒁 , yaitu untuk = 0; 0,1; 0,2; 0,3 …..;1. Jadi seluruhnya
𝒒

terdapat 9 lingkaran. Panjang AB merupakan panjang satuan untuk


menggambarkan lingkaran tersebut. Lingkaran-lingkaaran dibagi-bagi oleh
garis-garis sedemikian rupa sehingga mempunyai sudut pusat yang sama. Nilai
pengaruh diberikan oleh 1/n, dengan n adalah jumlah elemen-elemen yang
terpotong oleh garis lewat pusat lingkaran dengan lingkaran-lingkarannya.
Karena terdapat 200 elemen, maka nilai factor pengaruhnya adalah 1/200 =
0,005.

Langkah-langkah menentukan besarnya tegangan vertical pada


kedalaman tertentu di bawah dilakukan cara sebagai berikut:

(1) Tentukan kedalaman titik (Z) yang akan dihitung tegangan vertikalnya
(2) Gambarkan denah pondasi sesuai dengan skala panjang satuan garis AB,
Artinya, jika panjang fondasi L = 10 m dan lebar B = 5 m, maka panjang
fondasi (L) yang digambarkan pada lingkaran Newmark adalah (10/5) = 2
kali panjang garis AB, sedangkan lebarnya (B) adalah (5/5) = 1 kali AB atau
dengan panjang AB.
(3) letakkan gambar bidang beban yang berskala ini di atas grafik Newmark ,
dimana titik yang ditinjau diletakkan ditengah/pusat lingkaran grafik tsb.
(4) Hitung jumlah elemen yang tertutup oleh pondasi tsb misalnya n elemen
(5) Tambahan tegangan pada kedalaman z, dihitung dengan menggunakan
persamaan :

∆𝝈𝒁 = 𝒏. 𝒒. 𝑰
Dimana :
q = beban terbagi rata pd pondasi
n = jumlah elemen yang tertutup denah fondasi
I = factor pengaruh. Untuk grafik yang diberikan dalam contoh ini I = 0,005.
17
Gambar 19. Diagram pengaruh untuk tambahan tegangan vertical didasarkan
pada teori Boussinesq

9. Teori Westergaard
Westergaard memberikan pemecahan cara hitungan tambahan tegangan di
sebuah titik di dalam tanah akibat beban titik di permukaan yang dinyatakan
oleh persamaan-persamaan:

𝑄 √(1−2𝜇)/(2−2𝜇)
∆𝜎𝑧 = 2 (31)
2𝜋𝑧 [ (1−2𝜇)/(2−2𝜇)+(𝑟/𝑧)2 ]3/2

Untuk rasio Poisson 𝜇 = 0, maka Persamaan (31) menjadi:

𝑄 1
∆𝜎𝑧 = (32)
𝜋𝑧 2 [ 1+2(𝑟/𝑧)2 ]3/2

Persamaan (32). Dapat dituliskan dalam bentuk:

𝑄
∆𝜎𝑧 = 𝐼𝑊 (33)
𝑧2

18
dimana, 𝐼𝑊 adalah factor pengaruh yang merupakan fungsi dari nilai r/z, yang
nilai-nilainya dapat ditentukan dari Gambar 6.
Besarnya tegangan vertical untuk beban-beban terbagi rata berbentuk luasan
bujur sangkar dan berbentuk memanjang tak terhingga ditunjukan dalam
Gambar 20.
Isobar dengan tegangan yang sama untuk fondasi empat persegi panjang
dapat digambarkan dengan menggunakan teori Westergaard untuk poison 𝜇 =
0, dapat ditunjukkan dalam Gambar (21)

Gambar 20. Isobar tegangan vertical didasarkan teori Westergaard untuk beban terbagi rata
berbentuk bujur sangkar dan bentuk lajur memanjang

Pada persamaan (31), Jika:

1−2𝜇
𝑎= (34)
2−2𝜇

19
maka dengan mengintegrasikan dengan cara yang sama seperti cara untuk
memperoleh persmaan tegangan beban terbagi rata berbentuk lingkaran dalam teori
Buoussinesq, diperoleh persamaan:
1/2
𝑎
Δ𝜎𝑧 = (1 − 𝑟 2
) (35)
( ) +𝑎
𝑧

Atau persamaan (35) dapat ditulis dalam bentuk

𝑟 𝑎
=√ 2 −𝑎 (36)
𝑧 (1−𝜎𝑧/𝑞 )

Persamaan (39), dapat digunakan untuk menggambarkan diagram pengaruh cara


Newmark menurut teori Westerggaard, dengan rasio poison tertentu, seperti yang
dikerjakan pada persamaan Boussinesq.
Contoh diagram pengaruh Newmark pada apenyelesaian dengan cara Westergaard
untuk 𝜇 = 0, ditunjukan dalam Gambar 22.

Nilai N

Gambar 21.Faktor pengaruh untuk tegangan vertical di bawah sudut luasan beban terbagi rata
berbentuk empat persegi panjang didasarkan teori Westergaard.

20
Gambar 22. Diagram pengaruh Newmark untuk tegangan vertical didassarkan teori
Westergaard.

Koreksi untuk mengubah tegangan pada pusat pondasi kaku sempurna


menjadi tegangan rata-rata dapat dilakukan dengan cara mengalikan
hasil hitungan tegangan vertical di bawah pusat beratnya dengan suatu
factor kreksi. Nilai koreksi tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Dalam tabel ini, B adalah lebar fondasi.
Tabel 1. Koreksi untuk mengubah tegangan pada pusat pondasi kaku
sempurna menjadi tegangan rata-rata (Sowers, 1961)
Kedalaman Faktor Koreksi
0 – 0,5 B 0,85
B 0,90
1,5 B 0,95
2B 1,0

21

You might also like