You are on page 1of 19

BAB III

DESKRIPSI WILAYAH

A. Kondisi Umum Wilayah Kota Palangkaraya

1. Gambaran Umum Kondisi Geografis Kota Palangkaraya

Kota Palangkaraya secara geografis terletak pada - lintang

selatan dan - j im dengan luasan pada seluruh

wilayah 2.678,52 Km2 atau 267.851 Hektar, berdasar dengan topografi

wilayah Kota Palangkaraya yang terdiri dari undakan tanah dan berbukit-

bukit dengan pressentase kemiringan yang kurang dari 40persen. Kota

Palangkaraya secara administratif sebelah selatannya berbatasan langsung

dengan Kabupaten Pulang Pisau, di sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Pulang Pisau, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten

Katingan dan pada sebelah utara nerbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas.

Gambar 3.1 : Peta Wilayah Kota Palangka Raya


Sumber : Bappeda Kota Palangkaraya tahun 2015

49
Berdasarkan Perda No. 32 tahun 2002 secara administratif Kota

Palangkaraya dibagi menjadi 5 kecamatan dan 30 kelurahan. Peta batas

wilayah Kota Palangkaraya dapat dilihat pada peta. Wilayah Kota

Palangkaraya terdapat 5 (lima) kecamatan, luas kecamatan masing-masing

Kecamatan Jekan Raya memiliki wilayah dengan luas sebesar 352,62 Km2,

Kecamatan Pahandut memiliki wilayah dengan luas sebesar 117,25 Km2 ,

Kecamatan Bukit Batu memiliki wilayah dengan luas sebesar 572,00 Km2,

Kecamatan Sabangau memiliki wilayah dengan luas sebesar 583,50 Km2 dan

Kecamatan Rakumpit memiliki wilayah dengan luas sebesar 1.053,15 km2.

Penggunaan memiliki wilayah dengan luas sebesar Kota Palangkaraya

meliputi hutan 2.485,75 km2, pertanian 12,65 km2, perkampungan 45,54 km2,

perkebunan 22,30 km2, sungai dan danau 2,86 km2 dan yang lainnya 69,41

km2 .

2. Kondisi Topografi dan Tatanan Geologi Kota Palangkaraya

Kota Palangkaraya memiliki keadaan topografis yang dapat dibedakan

menjadi dua yaitu daerah dengan dataran dan daerah daerah dengan

perbukitan. Didaerah berbukit yang terdapat di bagian utara wilayah Kota

Palangkaraya dengan ketinggian mencapai 75 meter dari permukaan laut,

titik tertinggi terdapat di wilayah Kecamatan Rakumpit, Kecamatan Jekan

jekan raya 20-25 meter, Kecamatan Sebangau 16-19 meter, Kecamatan

Pahandut 20-25 meter dan Kecamatan Bukit Batu 40-60 meter.

Wilayah Kota Palangkaraya memiliki bentukan bentang alam atau

morfologi yang memiliki kondisi yang datar hingga landai serta hampir tidak

dijumpai perbukitan tajam melainkan hanya perbukitan halus (tanpa ada

50
perbukitan curam) dengan Tingkat kemiringan lahan di daerah berbukit

kurang dari 40 persen. dibeberapa daerah dataran yang terdapat di bagian

selatan Wilayah Kota Palangkaraya terdiri dari dataran rendah dan rawa,

dengan rata-rata ketinggian kurang dari 40 meter dari permukaan laut dengan

kemiringan 0 persen hingga 8 persen.

a. Geologi.

Geologi Kota Palangkaraya pada beberapa wilayah tersusun

dengan formasi aluvium (Qa) yang merupakan susunan dari bahan- bahan

berupa tanah berkontur gambut, liat kaolinit serta debu yang bersisipan

pasir, kerakal dan bongkahan lepas, endapan sungai serta rawa serta

formasi batuan api (Trv) yang tersusun dari batuan breksi gunung api

berwarna kelabu kehijauan dengan komponen yang terdiri dari rijang

basalt serta andesit. Selain kedua formasi tersebut wilayah Kota

Palangkaraya pun termasuk dalam formasi Dahor (TQd) yang bagian

besarnya tersususun dari pasir kuarsa sengan dasar lembung, pada

beberapa wilayah terdapat sisipan konglomerat yang memiliki komponen

berupa batuan granit, lempung serta malihan.

b. Iklim

Palangka Raya memiliki iklim tropis Palangka Raya memiliki

sejumlah besar curah hujan sepanjang tahun. Curah hujan di Kota

Palangkaraya sepuluh tahun terakhir mulai dari tahun 1997 hingga tahun

2006 berkisar dari 1.840mm sampai 3.117 mm, dengan rata-rata sebesar

2.490 mm. Kelembaban udara di Kota Palangkaraya berkisar antara 75

persen hingga 89 persen dengan rata-rata tahunan sebesar 83,09 persen

51
dengan temperatur rata-rata 26,882 Celcius, dengan temperatur maksimum

32,520 Celcius dan temperatur minimum 22,930 Celcius.

c. Tanah.

Kota Palangkaraya memikiki dua karekteristik kontur tanah yaitu

tanah mieral dan tanah Histosols (gambut). Bedasarkan talksonomi tanah

mineral dan tanah histosols tanah-tanah tersebut dapat dibedakan menjadi

lima ordo yaitu ordo ultisol, ordo histosol, ordo inceptosol, ordo entisol,

dan ordo spodosol

3. Kondisi Demografis Kota Palangkaraya

Jumlah penduduk Kota Palangka Raya per tahun 2015 sebanyak

259.865 orang terdiri dari 126.885 perempuan dan 132.980 laki-laki. Dengan

tingkat kepadatan penduduk rata-rata 91 orang setiap Km2, dengan sebaran

penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah, kepadatan penduduk bagian

terbesar terpusat di Kecamatan Pahandut serta Kecamatan Jekan Raya dengan

presentase 86,95 persen dan sisanya 13,07 persen tersebar di Kecamatan

Rakumpit, Kecamatan Sabangau dan Kecamatan Bukit Batu.

Tabel 3.1 Penduduk Kota Palangkaraya berdasarkan Kecamatan tahun 2015

Sumber : BPS statistik kependudukan Kota Palangka Raya tahun 2015

52
Berdasarkan tabel jumlah penduduk populasi tertinggi berada di

kecamatan Jekan Raya penduduk laki-laki berjumlah 68.975 orang, penduduk

perempuan 66.154 orang dengan total keseluruhan berjumlah 135.129 orang.

Jumlah penduduk dengan populasi terendah berada di kecamatan Rakumpit

penduduk laki-laki 1.762 orang penduduk perempuan 1.569 orang dengan

total keseluruhan berjumlah 3.331 orang.

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Sumber : BPS Statistik Kependudukan Kota Palangkaraya tahun 2015

Keseluruhan penduduk Kota Palangkaraya jumlah penduduk dengan

jumlah terbanyak yakni penduduk pada usia 20 tahun sampai 24 tahun

berjumlah 30.343 orang dengan rasio laki-laki 15.309 orang perempuan

15.034 orang. Dari keseluruhan penduduk kota Palangkaraya 47,22 persen

berumur 15 tahun ke atas merupakan penduduk dalam usia produktif.

53
Tabel 3.3 Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan
Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin tahun 2015

Sumber : BPS tenaga kerja 2015

Bedasarkan tabel tersebut pekerjaan penduduk kota Palangka Raya di

dominasi bidang perdagangan jumlah presentase sebesar 35% yang

didominasi oleh perempuan dengan julah 20.093 orang dari 35.780 orang .

Kemudian bidang jasa mendapatkan urutan kedua dengan presentase 26,05%

denagn jumlah 26,598 orang yang didominasi oleh laki-laki dengan jumlah

16.229 orang.

4. Gambaran Kota Palangkaraya

a. Visi Dan Misi Kota Palangkaraya

VISI:

“Terwujudnya Kota Palangkaraya Yang Maju, Rukun,

dan Sejahtera untuk semua”

MISI

1) Mewujudkan kemajuan Kota Palangkaraya Smart Environment

(lingkungan cerdas) meliputi perkembangan teknologi informasi,

infrastruktur, pengelolaan sektor energi, pengelolaan energi,

pengelolaan limbah, pengelolaan air, pengelolaan lahan, tata ruang

transfortasi dan manajemen bangunan.

54
2) Mewujudkan kerukunan seluruh elemen masyarakat yang smart

society (masyarakat cerdas) meliputi pengembangan kepemudaan,

kesehatan, layanan publik, pendidikan, kerukunan dan keamanan.

3) Mewujudkan kesejahteraan masyarakat Kota Palangkaraya yang

smart economy (ekonimi cerdas) meliputi pengembangan pariwisata,

industri, perbankan serta usaha kecil dan menengah.

b. Kondisi Sosial Ekonomi

Perekonomian Kota Palangkaraya tahun 2013 menunjukan

pertumbuhan yang positif, pertumbuhannya lebih tinggi dari

pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan perekonomian pada

tahun 2013 adalah sebesar 6,98% sedangkan pada tahun sebelumnya

sebesar 6,95 ditahun sebelumnya sebesar 6,95%. Kasus seperti ini dapat

terjadi karena beriringan membaiknya perekonimian nasional pasca krisis

global yang terjadi pada tahun 2008. Pendapatan perkapita mengalami

peningkatan Kota Palangkaraya pada 2013 juga mengalami kenaikan

sebesar 5,19% dari tahun sebelumnya yang berjumlah dari 12,74 juta

rupiah mengalami peningkatan menjadi sebesar 14,41 juta rupiah.

Namun laju inflasi tahunan Kota.Palangkaraya pada 2013 menunjukan

penurunan dari 9,47 persen yang pada tahun sebelumnya mencapai 5,28

persen.

Jumlah bank di Kota Palangkaraya tercatat 10 unit kantor bank

yang terpusat di dalam Kota Palangkaraya. Bank yang beroperasional

adalah Bank Pembangunan Kaimantan Tengah, Bank Nasional

Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, Bank Central Asia,

55
Bank Danamon, Bank Tabungan Negara, Bank Mega, Bank Muamalat,

Bank BTPN. Dana perbankan (tabungan) yang tersedia di Kota

Palangkaraya tahun 2013 sejumlah 4.105 milyar rupiah yang tersedia

pada bank pemerintah dan bank swasta nasional. Struktur perekonomian

Kota Palangkaraya selama tahun 2013 didominasi oleh 3 (tiga) sektor

yaitu komukasi, pengangkutan dan jasa-jasa serta perdangan restauran

dan hotel.

Kontribusi perekonomian pada sektor pertanian tanun 2013

sebesar 5,73, mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya

tahun 2012 mencapai 6,17 persen. Pada tahun 2013 sektor yang

menunjukan angka tertinggi masih pada sektor jasa-jasa, sektor jasa-jasa

memberikan kontribusi pembentukan PDRB di Kota Palangkaraya

berjumlah 35,57 persen. Sektor lainnya yang dinilai cukup menyangga

struktur perekonomian Kota Palangkaraya sama seperti tahun

sebelumnya tahun 2012 adalah sektor pengangkutan, komunikasi dan

sektor perdagangan serta restauran dan hotel.

Perkembangan pertumbuhan PDRB menurut pengelompokan

sektor, pertumbuhan tertinggi dari kelompok sektor adalah Sektor

sekunder tumbuh lebih rendah sebesar 5,15 persen, kelompok tersier

dengan pertumbuhan 8,09 persen. Sedangkan pada sektor primer tumbuh

negatif yaitu sebesar -0,43 persen sebagai pengaruh pertumbuhan sektor

pertanian yang bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa struktur

perekonomian Kota Palangkaraya pada tahun 2013 mengalami

pertumbuhan yang variatif yang oleh didominasi kelompok sektor tersier

56
yang secara khusus kontribusinya berasal dari sektor persewaan,

keuangan dan jasa perusahaan.

c. Potensi Kota Palangkaraya

1) Pertambangan

Kota Palangkaraya memiliki Potensi yang dapat dikatakan

lumayan menjanjikan pada sektor pertambangan, sebaran sektor

pertambangan terdapat dibeberapa kecamatan diantaranya adalah

pada Kecamatan Rakumpit, Kecamatan Bukit Batu,serta kecamatan

Sebangau. Hingga bulan Mei tahun 2013, terdapat 13 kuasa

pertambangan (KP) diantaranya terdiri 1 KP batubara(eksplorasi)

sisanya merupakan eksploitasi (5KP), zirkon dengan status produksi-

IUP (2KP),dan 5 KP selebihnya sedang dalam tahap pengeksplorasi.

Pertambangan lainnya yang memiliki potensi merupakan usaha

pertambangan pada bahan galian C (berupa galian pasir) dengan

sebaran lokasi meliputi daerah Sebangau, Bukit Batu serta Jekan

Raya. Terdapat juga potensi kaolin dan emas yang terdapat di

beberapa kecamatan.

2) Kehutanan

Demi upaya pemeliharan kualitas hidup dan lingkungan di

daerah perkotaan dan memperbaiki keseimbangan dalam ekosistem

dunia, maka telah ditetapkan kawasan hutan dengan luas kurang lebih

1.636 Hektar(Ha) berdasarkan Keputusan Walikota Nomor 98 tahun

2010 tentang penunjukan lokasi dan kawasan seluas kutrang lebih

1.636 Ha yang ada di belakang kantor walikota tanggal 17 april tahun

57
2010. Kota Palangkaraya yang termasuk dalam kawasan hutan

Borneo menjadi kawasan dengan hutan taman kota terbesar di dunia.

Demi upaya dalam memaksimalkannya kawasan hutan kota

pemerintah daerah merencanakan akan membangun berbagai fasilitas

untuk menunjang diantaranya pusat informasi, ruang pertemuan, rest

room, lahan parkir, jalan titian, bungalow, tapal batas,pelabuhan, dan

berbagai fasilitas lainnya. Upaya yang akan dikembangkan oleh

pemerintah daerah adalah budidaya pertambakan ikan air tawar yang

sekaligus dapat dijadikan sarana hiburan rekreasi keluarga diantanya

akan dibuat akuarium air tawar, serta didukung dengan membangun

prasarana wisata air tawar seperti menyediakan perahu, perahu bebek

dan sarana permainan lain yang dinilai dapat menunjang.

Berdasarkan fungsi Hutan kota “Himba Kah i” juga dapat

dimanfaatkan untuk hal lainnya seperti penelitian serta

pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, pariwisata alam dan

rekreasi,kegiatan penunjang budidaya,dan pelestarian budaya. Selain

hal seperti disebut diatas hutan kota Himba Kahui juga diharapkan

dapat menjadi identitas Kota Palangkaraya denangan nilai estetika

yang menunjang, sebagai sarana penyerap karbondioksida, sebagai

upaya pelestarian air tanah dan habitat makluk hidup liar.

Dalam upaya guna memnampakkan ciri khas kawasan dengan

nyata dan faktual maka kawasan akan terbagi menjadi wilayah

pengembangan berdasarkan zonasi dengan jenis tumbuhan dan

vegetasi. Pengembangan zonasi yang pertama ialah zonasi vegetasi

58
non-alami(perkayaan) dengan mengembangkan jenis anggrek lokal

kaimantan tengah dan tanaman adaptif lainnya.zonasi ini akan

diletakkan di kawasan yang vegetasi alaminya masih kurang.

3) Perkebunan

Perkebunan dengan komoditi unggulan yang akan

dikembangkan diantaranya lain pohon kelapa, kelapa sawit, pohon

karet, dan pohon jambu mete. Produksi perkebunan yang dikola

masyarakat yang dikelola masyarakat menghasilkan karet dengan

jumlah 802,90 ton, kelapa sawit dengan jumlah 13,55 ton, dan jambu

mete dengan jumlah 3,50 ton. Lain halnya dengan kelapa sawit yang

mayoritas dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan besar. Kebun

kelapa sawit hingga sekarang diantaranya terdapat empat perkebunan

swasta kelapa sawit keseluruhan dengan luas lahan mencapai 55.800

Hektar. Berdasarka empat perusahaan yang disebutkan 2(dua)

perusahaan masih dalam status arahan lokasi, 1(satu) perusaan dalam

proses pengajukan permohonan izin arahan lokasi dan 1(satu)

perusahaan lainnya dalam proses permohonan persetujuan.

4) Pertanian

Petani di Kota palangkaraya banyang mengusahakan palawija,

hilticultural dan padi ladang sebagai tanaman utama. Luas lahan pada

panen tanaman padi yang terjadi pada tahun 2013 mencapai 218 Ha

dengan perhitungan jumlah produksi 439,27 ton.Sedangkan luas

lahan panen serta produksi komoditi tanaman palawija meliputi

tanaman jagung dengan luas 870 Ha,menghasilkan jagung berjumlah

59
1.701 ton, tanaman ubi kayu dengan luas 118 Ha menghasilkan ubi

kayu sejumlah 1.394 ton, tanaman ubi jalar dengan luas 35 Ha

menghasilkan ubi jalar sebanyak 245 ton, tanaman kacang tanah

dengan luas lahan 20 Ha menghasilkan 20 ton kacang serta tamanan

kedelai dengan luas lahan 80 Ha menghasilkan kacang kedelai

sejumlah 116 ton.

Berbeda dengan sayur-sayuran yang banyak ditanam dan

dibudidayakan di Kota Palangkaraya yang berjenis kacang-kacangan

menghasilan 2.378,5 ton, sawi menghasilkan menghasilkan 1,496,5

ton, lombok menghasilkan 357,75 ton, dan tomat menghasilkan

237,15 ton. Lain halnya dengan buah-buahan yang dikembangkan

atau di tanam pleh petani meliputi buah pisang menghasilkan 1,012

ton, nanas menghasilkan 980,82 ton, nangka menghasilkan 939,41

ton, cempedak menghasilkan 463,05 ton, durian menghasilkan 213,02

ton, rambutan menghasilkan 147,61 ton, duku/langsat menghasilkan

133,24 ton, jambu menghasilkan 115,13 ton, pepaya menghasilkan

114,85 ton, jeruk menghasilkan 110,33 ton, sawo menghasilkan 45,41

ton, alpukat menghasilkan 13,65 ton, salak menghasilkan 10,95 ton.

B. Profil badan penanggulangan bencana dan pemadam kebakaran Kota

Palangkaraya

1. Gambaran umum

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) didirikan berdasarkan dengan

amanat UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana. Sebelum

60
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) dibentuk lembaga (Satuan Kerja) yang diberikan

tanggung jawab dalam penyelenggaraan serta penanggulangan bencana yakni

Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (Bakornas PB). Setelah

dibentuknya BNPB dan BPBD Bakornas PB secara resmi dibubarkan.

Kemudian berimplikasi pada pembubaran rantai komando atau koordinasi

Bakornas di daerah-daerah seperti Satuan Koordinasi Pelaksana Penangangan

Bencana (Satkorlak PB) serta Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (Satlak

PB).

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) didirikan atau

dibentuk Pemerintah Pusat sebagai lembaga non departemen yang levelnya

setingkat dengan menteri. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

juga merupakan lembaga khusus yang menangani penanggulangan bencana

yang berada pada tingkat tertinggi (pusat) atau nasional, sementara BPBD ada

ditahap lanjutan pada tingkat daerah atau provinsi ataupun kabupaten atau

kota yang dibentuk Pemerintah Daerah dan disahkan oleh pemerintah pusat.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 sebagai dasar

peemamggulangan bencana. BPBD memiliki tugas yaitu melakukan

perumusan serta menetapkan segala bentuk kebijakan dalam penanggulangan

bencana serta menangani pengungsi dengan cepat, tepat, efektif dan efisien.

Juga termasuk melakukan koordinasi kegiatan penanggulangan bencana secara

terpadu, terencana serta menyeluruh.

Pada tingkat provinsi yakni tingkatan di atas BPBD kota atau

kabupaten, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dikepalai oleh

61
seorang pejabat yang setingkat di bawah Gubernur atau setingkat eselon Ib

dan pada tingkat Kabupaten atau Kota, BPBD dipimpin seorang pejabat

setingkat di bawah Bupati atau Walikota atau setingkat eselon IIa. Pejabat

setingkat eselon Ib di tingkat provinsi dan pejabat setingkat eselon IIa di

tingkat Kabupaten/Kota adalah setara dengan Sekretaris Daerah Sekda.

BPBPK Kota Palangkaraya yang menjabat sebagai Kepala Badan, yang secara

ex-officio dijabat oleh Sekretaris Daerah mempunyai tugas melaksanakan

penanggulangan bencana yang meliputi prabencana, saat keadaan darurat

bencana dan pascabencana secara terintegrasi.

Pembentukan Badan penanggulangan bencana daeran (BPBD) diatur

didalam Permendagri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan

Tata Kerja BPBD dan Perka BNPB Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman

Pembentukan BPBD, hanya saja payung hukum tertinggi dalam pembentukan

BPBD adalah UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Uraian secara rinci mengenai tugas dan fungsi,pekerjaan, keangotaan,

mekanismenya serta berbagai hal yang berkaitan dengan susunan organisasi

BPBD diatur oleh Permendagri Nomor 46 Tahun 2008 dan Perka BNPB

Nomor 3 Tahun 2008.

Pengarah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) berada

dibawah kepala BPBD. Tugas sebagai Pengarah yakni memberikan berbagai

masukan yang dirasa perlu serta memberikan saran kepada Kepala BPBD

dalam hal penanggulangan bencana. Fungsi dari Pengarah BPBD yakni

membuat berbagai rumusan kebijakan, memantau jalannya penanggulangan

bencana serta melakukan evaluasi dalam penyelenggaraan penanggulangan

62
bencana. Ketua atau kepala pengarah dijabat langsung oleh Kepala BPBD,

anggota pengarah penangguangan bencana berasal dari berbagai instansi

pemerintah daerah,golongan professional dan tokoh-tokoh masyarakat.

Keberadaan BPBD terdapat seluruh wilayah di Indonesia dengan fungsi dan

regulasi yang berbeda tergantung dengan bencana yang sering terjadi di

wilayah tersebut. Beberapa wilayah mempunyai nama yang berbeda seperti

Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) karena

bencana yang lumrah dan selalu terjadi di wilayah tersebut adalah kebakaran

baik itu kebakaran hutan dan lahan atau pemukiman, termasuk di Kota

Palangkaraya yang BPBDnya merupakan BPBPK.

Dibentuknya BPBPK di Kota Palangkaraya dan ditetapkannya

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palangkaraya nomor 1 tahun 2015 tentang

organisasi dan tata kerja perangkat daerah Kota Palangkaraya. BPBPK Kota

Palangkaraya adalah lembaga atauinstansi pemerintah daerah Kota

Palangkaraya yang kantornya berada di Jalan Badak nomer 03 Kelurahan

Bukit Tunggal Kecamatan Jekan Raya Kota Palangkaraya.

2. Visi, Misi, Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi

a. Visi

“Mew j dkan masya aka Kota Palangkaraya yang tangguh dalam

penangg langan bencana dan kebaka an “

b. Misi

Misi Badan Penanggulangan bencana dan Kebakaran Kota Palangkaraya

adalah :

1. Mengembangkan tata kelola penanggulangan bencana

63
2. Memperkuat kapasitas kelembagaan penanggulangan bencana

3. Memberdayakan masyarakat dalam penanggulangan bencana

4. Membangun kerjasama antar pemangku kepentingan dalam

penanggulangan bencana

c. Tugas

Tugas BPBPK Kota Palangkaraya Membantu kepala Pelaksana

BPBPK Provinsi Kalimantan Tengah dalam menyelenggarakan

komunikasi, koordinasi, komando, kendali secara efektif & efisien melalui

pengumpulan – pengolahan/analisis – verifikasi – pendistribusian

data/informasi secara cepat-tepat-akurat dalam pelaksanaan operasi

penanggulangan bencana pada tahap prabencana – saat tanggap darurat –

pasca bencana.

d. Fungsi

Untuk menyelenggarakan penanggulangan bencana dan pemadam

kebakaran sebagaimana dimaksud, BPBPK menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan pedoman dan pengarahan terhadap usaha

penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,

penanganan darurat, rehabilitasi serta rekonstruksi secara adil dan

merata dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien

b. Penyusunan serta pengembangan informasi peta rawan bencana

c. Penyusunan prosedur operasional tetap penanggulangan bencana dan

pemadam kebakaran

64
d. Penyusunan standar dalam penanggulangan bencana dan kebutuhan

penyelenggaraan penanggulangan bencana dan pemadam kebakaran

berdasarkan Peraturan Perundang-undangan

e. Penyusunan dan pengembangan informasi peta rawan bencana

f. Penyelenggara penanggulangan bencana dan pemadam kebakaran

g. Pelaporan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala

daerah (Walikota) setiap saat dalam keadaan darurat bencana dan

sebulan sekali dalam keadaan normal

h. Perumusan kebijakan operasional penyaluran dan pengumpulan uang

serta barang

i. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan Perundang-

undangan

j. Pengoordinasian dan pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana

secara terencana, terpadu dan menyeluruh

k. Pertanggungjawaban penggunaan dan pengelolaan anggaran yang

diterima dari APBD dan APBN

e. Peta Rawan Bencana kota Palangkaraya

Untuk memudahkan pemantauan kawasan rawan bencana kebakaran

hutan di Kota Palangkaraya, maka sebelum bancana terjadi BPBPK

membuat peta rawan bencana kebakaran hutan dan lahan. Penetapan

daerah rawan bencana merupakan bagian dari mitigasi bencana. Mitigasi

bencana ini dilakukan dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi

masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana.

65
Gambar 3.1 Peta rawan bencana kebakaran hutan dan Lahan kota
Palangkaraya
Sumber : BPBPK Kota Palangkaraya

Pada peta rawan bencana kebakaran hutan dan lahan Kota

Palangkaraya dapat dilihat dengan jelas wilayah yang berpotensi tinggi

mengalami kebakaran hutan dan lahan (warna merah dan jingga). Wilayah

dengan warna merah yaitu yang berpotensi sangat tinggi mengalami

kebakaran hutan dan lahan adalah daerah Kecamatan Jekan Raya dan

Pahandut, daerah Kecamatan Sebangau berwarna jingga di bagian bawah

pada peta berpotensi tinggi mengalami kebakaran hutan dan lahan, dan

kecamatan Rakumpit (bagian atas peta) paling sedikit atau rendah potensi

terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Peta rawan bencana dibuat untuk memudahkan dalam menangani

daerah yang sering terjadi kebakaran hutan dalan maka dibuat peta rawan

bencana agar dapat ditentukan rencana tindak lanjut atas wilayah yang

berpotensi tinggi terkena bencana alam seperti mitigasi bencana dan

kesiapsiagaan, sistem pemantauan, sistem peringatan dini, pembuatan

rencana kontijensi (jalur dan lokasi evakuasi bencana, sistem pelaksanaan

tanggap darurat.

66
f. Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran

Kota Palangkaraya

Bagan 3.1 Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana dan


Kebakaran Kota Palangkaraya

67

You might also like