You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap individu memiliki kamampuan. Kemampuan tersebut akan

berkembang secara optimal jika diberi kesempatan yang terbuka. Tidak terbatas

pada kemampuan yang dimiliki oleh pendidik. Sebelumnya, pendidik hanya

menanamkan kemampuan yang dimiliki kepada peserta didiknya. Lain halnya pada

saat ini, peran pendidik tidak hanya mentransfer pengetahuan yang dimilkinya

melainkan sebagai fasilitator dan motivator pada proses pengembangan

kemampuan peserta didik.

Peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda dengan proses

pengembangan yang berbeda-beda pula. Oleh sebab itu, pendidik perlu menyusun

suatu desain pembelajaran dengan terlebih dahulu menganalisis kondisi dan

kemampuan awal peserta didiknya serta hal-hal lain yang berpengaruh dalam

proses pembelajaran. Dengan berbagai keberagaman peserta didik maka model

pembelajaran yang dibuat pun harus beragam. Selain itu, pembelajaran diharapkan

dapat terlaksana secara efektif dimana peserta didik dapat membangun

pengetahuannya sendiri. Disini dituntut kemampuan pendidik untuk mampu

mendesain model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik.

Saat ini berbagai model desain pembelajaran telah banyak dikembangkan.

Pendidik dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta

didik. Pada tugas mata kuliah desain pembelajaran matematika ini, kami akan

menguraikan mengenai model desain pembelajaran yaitu model ISD (Instructional

System Design).
1.2 Rumusan Masalah

Ada tiga rumusan masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini sebagai

berikut.

1. Apakah yang menjadi orientasi dari model ISD.

2. Bagaimana langkah-langkah dalam mengimplementasikan model ISD.

3. Apakah kelebihan dan kekurangan dari model ISD.

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan tugas ini sebagai berikut.

1. Menentukan orientasi dari model ISD.

2. Menguraikan langkah-langkah model ISD.

3. Menentukan kelebihan dan kekurangan model ISD.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Orientasi Model ISD (Instructional System Design)

2.1.1 Definisi Model ISD (Instructional System Design)

Sebelum membahas mengenai model ISD, perlu diuraikan terlebih dahulu

definisi dari istilah model. Biasanya model menggambarkan keseluruhan pola atau

konsep yang paling berkaitan. Sehingga model juga dipandang sebagai upaya

mengkonkretkan sebuah teori sekaligus juga merupakan sebuah analogi dan

representasi dari variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut (Robit,

2017).

Karen (2010) dalam tulisannya menjelaskan bahwa proses merancang dan

mengembangkan pelatihan dapat dipandang sebagai suatu sistem, memungkinkan

kami untuk mengidentifikasi berbagai fungsi dalam proses itu dan bagaimana

mereka berinteraksi satu sama lain. Banyak model seperti itu telah dikembangkan,

dan mereka sering disebut Desain Sistem Instruksional (ISD), Pengembangan

Sistem Instruksional (ISD), atau Desain dan Pengembangan Sistem Instruksional

(ISDD).

Pendapat lain mengenai ISD adalah Goto (2012) yang menyatakan bahwa

upaya untuk mendesain proses pembelajaran agar menjadi sebuah kegiatan yang

efektif, efisien, dan menarik disebut dengan istilah desain system pembelajaran atau

instructional system design (ISD).

Terdapat pula pendapat dalam situs online Training Insdustry bahwa

instructional system design melibatkan proses sistematis untuk penilaian dan

pengembangan solusi pelatihan, yang dirancang khusus untuk tujuan pemberian

pelatihan formal.
Model desain sistem pembelajaran biasanya menggambarkan langkah-

langkah atau prosedur yang perlu ditempuh untuk menciptakan aktivitas

pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik.Pada umumnya, setiap desain sistem

pembelajaran memiliki keunikan dan perbedaan dalam langkah-langkah dan

prosedur yang digunakan. Istilah istilah yang digunakan juga kerap kali berbeda

namun tetap memiliki dasar prinsip yang sama dalam upaya merancang program

pembelajaran yang berkualitas (Robit, 2017).

Model ISD atau disebut juga model desain sistem pembelajaran memiliki

langkah-langkah yang sistematis. Akan tetapi, sejauh ini telah banyak ilmuan yang

mengembangkan berbagai model desain sistem pembelajan. Karen (2010)

mengatakan bahwa model ISD yang paling sederhana biasanya dikenal dengan

model ADDIE (analyze, design, develop, implement, and evaluate).

Sujarwo mengungkapkan bahwa Untuk mendesain pembelajaran harus

memahami asumsi-asumsi tentang hakekat desain sistem pembelajaran, Asumsi-

asumsi yang perlu diperhatikan dalam mendesain system pembelajaran sebagai

berikut: (1) desain sistem pembelajaran didasarkan pada pengetahuan tentang

bagaimana seseorang belajar, (2) desain sistem pembelajaran diarahkan kepada

peserta didik secara individual dan kelompok, (3) hasil pembelajaran mencakup hasil

langsung dan pengiring, (4) sasaran terakhir desain sistem pembelajaran adalah

memudahkan belajar, (5) desain sistem pembelajaran mencakup semua variabel

yang mempengaruhi belajar, (6) inti desain sistem pembelajaran adalah penetapan

silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, (metode, media, skenario, sumber

belajar, sistem penilaian) yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Selanjutnya, Sujarwo juga mengungkapkan bahwa dalam memahami model

desain sistem pembelajaran perlu mengenal dan memahami pengelompokan model


desain system pembelajaran. Menurut Gustafson dan Branch (2002) model desain

sistem pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Pembagian

klasifikasi ini didasarkan pada orientasi penggunaan model, yaitu; 1) Classrooms

oriented model, 2) Product oriented model, 3) System oriented model.

Model pertama merupakan model desain sistem pembelajaran yang

diimplementasikan di dalam kelas. Model desain sistem pembelajaran kedua

merupakan model yang dapat diaplikasikan unutk menciptakan produk dan program

pembelajran. Model ketiga adalah model desain sistem pembelajaran yang ditujukan

untuk merancang program dan desain sistem pembelajaran dengan skala besar.

Berikut ini deskripsi secara rinci dari ketiga model tersebut:

a. Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi kelas (Classrooms


oriented model)

Model ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pendidik dan peserta didik

akan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, produktif dan menarik. Model-

model desain sistem pembelajaran yang termasuk klasifikasi ini dapat

diimplementasikan mulai dari jenjang sekolah dasar sampai jenjang pendidikan

tinggi. Pendidik, widyaiswara, instruktur, dan dosen perlu memiliki pemahaman yang

baik tentang desain sistem pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.

Penggunaan model berorientasi kelas ini didasarkan pada asumsi adanya

sejumlah aktivitas pembelajaran yang diselenggarakan di dalam kelas dengan waktu

belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini, tugas pendidik memilih

isi/materi pelajaran yang tepat, merencanakan strategi pembelajaran,

menyampaikan isi/materi pelajaran, dan mengevaluasi hasil belajar. Para pendidik

biasanya menganggap bahawa model desain sistem pembelajaran pada dasarnya

berisi langkah-langkah yang harus diikuti.


b. Model desain pembelajaran yang berorientasi produk (Product oriented
model)

Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada produk, pada

umumnya didasarkan pada asumsi adanya program pembelajaran yang

dikembangkan dalam kurun waktu tertentu. Model-model desain sistem

pembelajaran ini menerapkan proses analisis kebutuhan yang sangat ketat.

Para pengguna produk/program pembelajaran yanga dihasilkan melalui

penerapan desain sistem pembelajaran pada model ini biasanya tidak memiliki

kontak langsung dengan pengembang programnya. Kontak langsung antara

pengguna program dan pengembang program hanya terjadi pada saat proses

evaluasi terhadap prototipe program.

Model-model yang berorientasi pada produk biasanya ditandai dengan

empat asumsi pokok, yaitu: 1) Produk atau program pembelajaran memang sangat

diperlukan, 2) Produk atau program pembelajaran baru perlu diproduksi, 3) Produk

atau program pembelajaran memerlukan proses uji coba dan revisi, 4) Produk atau

program pembelajaran dapat digunakan walaupun hanya dengan bimbingan dari

fasilitator.

c. Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi sistem (System


oriented model)

Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem dilakukan

untuk mengembangkan sistem dalam skala besar seperti keseluruhan mata

pelajaran atau kurikulum. Implementasi model desain sistem pembelajaran yang

berorientasi pada sistem memerlukan dukungan sumber daya besar dan tenaga ahli

yang berpengalaman.

Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem dimulai

dari tahap pengumpulan data untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan


implementasi solusi yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang terdapat dalam

suatu sistem pembelajaran. Analisis kebutuhan dan front-end analysis dilakukan

secara intensif untuk mencari solusi yang akurat. Perbedaan pokok antara model

yang berorientasi sistem dengan produk terletak pada tahap atau fase desain,

pengembangan, dan evaluasi. Ketiga fase ini dilakukan dalam skala yang lebih

besar pada model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

Model Instructional System Design (ISD) merupakan suatu rangkaian proses yang

sistematis yang dirancang sebagai upaya untuk menciptakan aktivitas pembelajaran

yang efektif, efisien dan menarik dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian,

dapat dikatakan bahwa orientasi model ISD ini bergantung pada implementasi dari

model ISD itu sendiri. Model desain sistem pembelajaran yang diimplementasikan di

dalam kelas berarti model berorienasi kelas, model desain sistem pembelajaran

yang diaplikasikan untuk menciptakan produk dan program pembelajran berarti

berorientasi produk, dan model desain sistem pembelajaran yang ditujukan untuk

merancang program dan desain sistem pembelajaran dengan skala besar

berorientasi pada sistem.

Model desain sistem pembelajaran biasanya menggambarkan langkah-

langkah atau prosedur yang perlu ditempuh untuk menciptakan aktivitas

pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik.Pada umumnya, setiap desain sistem

pembelajaran memiliki keunikan dan perbedaan dalam langkah-langkah dan

prosedur yang digunakan. Istilah istilah yang digunakan juga kerap kali berbeda

namun tetap memiliki dasar prinsip yang sama dalam upaya merancang program

pembelajaran yang berkualitas.


2.1.2 Implementasi Model ISD

Goto (2012) menyatakan bahwa implementasi atau penyampaian materi

pembelajaran merupakan langkah dari system desain pembelajaran. Langkah

implementasi sering diasosiasikan dengan penyelenggaraan program pembelajaran

itu sendiri. Langkah ini memang mempunyai makna adanya penyampaian materi

pembelajaran dari guru atau instruktur kepada peserta pendidikan dan pelatihan.

Tujuan utama dari tahap implementasi, yang merupakan langkah realisasi desain

dan pengembangan adalah sebagai berikut.

- Membimbing siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi.

- Menjamin terjadinya pemecahan masalah/solusi untuk mengatasi kesenjangan

hasil belajar yang dihadapi oleh siswa.

- Memastikan bahwa pada akhir program pembelajaran siswa perlu memiliki

kompetensi, pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diperlukan

Goto (2012) juga menguraikan implementasi dari model desain sistem

pembelajaran ini ke dalam beberapa bagian penting sebagai berikut.

a. Desain Sistem Pembelajaran di Sekolah

Implementasi desain system pembelajaran di sekolah dapat dilakukan pada

semua jenjang pendidikan. Pelaksanaan desain system pembelajaran di sekolah

dapat mencerminkan kesiapan guru dan tenaga pendidik untuk melakukan tugas

dalam menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat memfasilitasi

aktivitas untuk mencapai tingkat kompetensi pengetahuan, ketrampilan dan sikap

yang optimal. Sedangkan pembelajaran yang efisien adalah pembelajaran yang

dapat memberikan hasil sesuai dengan sumber daya yang digunakan. Program atau
aktivitas pembelajaran di sekolah harus merupakan kegiatan yang menarik sehingga

dapat memotivasi siswa untuk mempelajari materi pelajaran lebih mendalam.  

Untuk dapat menciptakan proses aktivitas pembelajaran yang efektif dan

menarik, guru perlu memiliki penguasaan substansi atau materi pelajaran. Di

samping itu, guru juga perlu memiliki pengetahuan yang mendalam tentang desain

dan pengembangan program pembelajaran serta strategi penyampaiannya. Guru

perlu memiliki pemahaman tentang langkah-langkah analisis, desain,

pengembangan, implentasi dan evaluasi  program pembelajaran agar dapat

mendesain dan mengembangkan pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.

Kreativitas guru sangat diperlukan untuk dapat menciptakan kegiatan

pembelajaran yang menarik. Pemahaman dan ketrampilan dalam

mengkombinasikan metode, media, dan strategi pembelajaran merupakan hal yang

bersifat kreattif untuk dapat meningkatkan moptivasi belajar siswa. Pemahaman

yang baik tentang model-model desain system pembelajaran akan membantu gru

dalam melaksanakan tugasnya untuk memfasilitasi berlangsungnya proses belajar

dalam diri siswa.

Walaupun punya pengalaman yang cukup lama, guru perlu menerapkan

inovasi dalam menjalankan tugas akan menghindari guru dari kegiatan rutin yang

sangat membosankan. Inovasi sangat erat kaitannya dengan upaya-upaya

perbaikan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara

berkesinambungan.

Cruickshank (2006) mengemukakan beberapa karakteristik penting guru atau 

Instruktur dalam melakukan tugasnya secara efektif dan efisien yaitu sebagai

berikut:

- Membuat proses belajar selalu menarik


- Menciptakan opini bahwa belajar merupakan hal yang penting siswa perlu

menguasai learn how to learn.

- Mengajar dengan lembut dan menekankan kebaikan.

- Sabar dalam mengajar siswa dan menggunakan berbagai pendekatan

dalam melakukan proses belajar-mengajar

- Bersifat toleran dan tidak mudah menghakimi siswa

- Bersifat terbuka dan penuh pemahaman.

- Senantiasa menjaga keamanan dan kenyamanan lingkungan dalam belajar.

- Bersikap lebih mencontohkan perilaku yang benar dari pada menerapkan

hukuman

- Tidak bersifat emosional dan selalu tenang menghadapi sistuasi.

Guru perlu melakukan analisis karakteristik siswa yang akan menempuh

aktivitas pembelajaran. Hal ini merupakan langkah awal dari merencanakan desain

model-model pembelajaran dalam system pembelajaran.

b. Desain Sistem Pembelajaran di Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi merupakan institusi pendidikan yang diharapkan dapat

menghasilkan lulusan dengan kemampuan akademis dalam bidang keilmuan yang

dipelajari. Disamping itu. Lulusan perguruan tinggi juga dituntut untuk mampu

meneapkan kompetensi yang dimiliki ke dalam dunia nyata. Perubahan ilmu

pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh, baik langsung maupun tidak

langsung, terhadap aktivitas dan proses belajar-mengajar yang berlangsung dalam

perguruan tinggi. Perubahan dan pembaharuan perlu senantiasa dilakukan untuk

mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.

Desain sistem pembelajaran dapat digunakan untuk melakukan penyegaran

dan pembaharuan dalam aktivitas pembelajaran di perguruan tinggi dapat dilakukan


dengan menerapkan prosedur yang sistematis dan sistemik. Prosedur tersebut

dimulai dari tahap analisis, desain, pengembangan, implementasi, sampai evaluasi.

- Tahap analisis, diperlukan untuk menentukan komptensi, pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang perlu dimiliki oleh mahasiswa.

- Tahap desain,  dilakukan untuk merancang proses dan aktivitas

pembelajaran yang dapat diciptakan untuk mencapai tujuan dan kompetensi

yang telah ditentukan, mencakup penggunaan metode, media, stategi, dan

evaluasi pembelajaran untuk mencapai tujuan program perkuliahan.

- Tahap evaluasi, dapat dilakukan baik secara sumatif maupun formatif. Jenis

evaluasi formatif digunakan bersamaan dengan proses pengembangan

Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi

perkuliahan meliputi demonstrasi, diskusi, pemecahan masalah, brain storming

atau curah pendapat, seminar, dan metode pembelajaran lain.

c. Desain Sistem Pembelajaran dalam Program Pendidikan dan Pelatihan


serta Pendidikan luar Sekolah

Program pelatihan senantiasa berorientasi pada keterampilan atau skill yang

perlu dicapai. Penyelenggaraan program pelatihan biasanya didasarkan pada tujuan

untuk mengatasi masalah kinerja yang disebabkan oleh kurang terampilnya peserta

dalam melakukan suatu jenis pekerjaan. Selain untuk mengatsi masalah kinerja,

penyelenggara program pelatihan pada umumnya bertujuan untuk melatih

keterampilan baru atau meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam melakukan

tugas dan pekerjaan. Apapun tujuan yang akan dicapai, implementasi desain system

pembelajaran akan dapat membantu untuk menciptakan program pendidikan dan

pelatihan yang efektif, efisien, dan menarik.


Untuk mengetahui masalah kinerja yang sedang dihadapi oleh karyawan

dalam suatu instansi atau organisasi, proses analisis kebutuhan (need analysis)

dapat diimplemntasikan.  Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara

membandingkan antar kinerja actual dengan kinerja ideal. Selisih antara keduanya

dapat dianggap sebagai gap atau kesenjangan yang sekali gus merupakan masalah

kinerja yang perlu dicari solusinya. Seorang perancang program pelatihan yang juga

merupakan perancang system pembelajaran atau instructional system designer

perlu mencari factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya masalah

kesenjangan kinerja yang terjadi pada karyawan dalam suatu organisasi.

Penyelenggara program dan pendidikan pelatihan harus dapat menarik

minat peserta untuk mengikutinya. Program pendidikan dan pelatihan yang

diselenggarakan sering kurang diminati oleh peserta karena beberapa factor

penyebab sebagi berikut.

1. Tujuan pelatihan yang kurang relevan

2. Instruktur yang tidak menguasai substansi

3. Instruktur tidak memiliki kompetensi teknik pembelajaran.

4. Tidak tersedia fasilitas pendudkung penyelenggaraan pelatihan.

Faktor masalah pelatihan ini dapat dicari solusinya melalui penggunaan

desain system pembelajaran yang diimplemntasikan secara sistemik dan sistimatik.

Pelatihan yang berorientasi pada keterampilan atau skill oriented memerlukan

adanya proses desain yang holistic. Model desain system pembelajaran yang

dikemukakan oleh Dick dan Carey (2006), terdiri atas sepuluh langkah sistematis,

dapat digunakan untuk merancang program pendidikan dan pelatihan yang efektif,

efisien, dan menarik.


Desain program pendidikan dan pelatihan perlu dimulai dari langkah anlisis

yang komprehensif dengan menggunakan analisis kebutuhan pelatihan atau training

need analysis (TNA). Selain analisis kebutuhan, analisis tugas dan analisis

instruksional sangat diperlukan untuk menentukan kompetensi atau tujuan yang

akan di capai oleh peserta atau trainee setelah mengikuti program pelatihan. Variasi

metode pelatihan dapat digunakan untuk menyampaikan isi atau materi pelatihan

kepada peserta. Demonstrasi, simulasi, role play, permainan, dan presentasi dapat

digunakan untuk melatih peserta agar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

siap digunakan. Penggunaan ragam media dapat dikombinasikan dengan

penggunaan metode pelatihan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi.

Pada umumnya, penyelenggaraan program pada lembaga kursus dan

pendidikan luar sekolah diarahkan pada upaya untuk mengajarkan peserta agar

memiliki kemampuan dan keteram[pilan yang spesifik, misalnya kemampuan

berbahasa asing, music, dan lain-lain. Model desain system pembelajaran dengan

komponen dan langkah-langkah yang sederhana dapat digunakan untuk mendesain

aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien, dan menarik dalam program kursus

dan penyelenggaraan kursus dan pendidikan luar sekolah biasanya ditujukan agar

peserta memiliki kemapuan dan keterampilan yang dapat digunakan segera.

Kemampuan dan keterampilan yang dipelajari dapat diunakan untuik melakukan

suatu jenis pekerjaan. Oleh karena itu, metode dan media pembelajaran yang

digunakan perlu diarahkan agar dapat mendukung proses pembelajaran untuk

menguasai komptetnsi spesifik.

Metode pembelajaran yang bersiafat praktis, seperti demonstrasi dan tole

play sangat diperlukan dalam proses pembelajaran pada program kursus dan
pendidikan luar sekolah. Media yang bersifat nyata atau realia dan model dapat

digunakan sebagai kombinasi dari metode praktikum dan demonstrasi.

2.2 Langkah-Langkah Model ISD

Rancangan sistem pembelajaran berdasarkan model desain pembelajaran

ISD (Instructional system design) merupakan prosedur terorganisir yang mencakup

langkah-langkah menganalisis, merancang, mengembangkan, melaksanakan dan

menilai pembelajaran. Langkah-langkah ini, dalam setiap poses memiliki dasar yang

terpisah dalam teori maupun praktek seperti halnya pada proses ISD secara

keseluruhan.

Hafidzah (2012) menggambarkan diagram model ISD sebagai berikut.


Berdasarkan tabel di atas, model desain sistem pembelajaran (ISD) ini terdiri

dari 5 tahapan sebagai berikut (Robit, 2017).

a. Analisis
Langkah analisis terdiri atas dua tahap, yaitu analisis kinerja atau

Performance analysis dan analisis kebutuhan need analysis.Tahap pertama yaitu

analisis kinerja dilakukan untuk mengetahui dan mengklarifikasi apakah apakah

masalah kinerja yang dihadapi memerlukan solusi berupa penyelenggaraan atau

perbaikan manajemen.

Tahap kedua yaitu analisis kebutuhan, merupakan langkah yang diperlukan

untuk menentukan kemampuan –kemampuan atau kompetensi yang perlu dipelajari

oleh siswa untuk meningkatkan kinerja atau prestasi belajar.

b. Desain
Pada langkah desain, pusat perhatian perlu difokuskan pada upaya untuk

menyelidiki masalah pembelajaran yang dihadapi. Langkah penting yang harus

dilakukan dalam desain adalah menentukan pengalaman belajar atau leraning

experience yang perlu dimiliki oleh siswa selama mengikuti aktivitas pembelajaran.

Langkah desain harus mampu menjawab pertanyaan apakah program program

pembelajaran yang didesain dapat digunakan untuk mengatasi masalah

kesenjangan performa (performance gap) yang terjadi pada siswa.

Kesenjangan kemampuan yang dimaksud adalah perbedaan yang dapat

diamati (observable) antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan

yang seharusnya dimiliki oleh siswa. Dengan kata lain, kenejangan yang

menggambarkan perbedaan antara kemampuan yang dimiliki siswa dengan

kemampuan yang ideal.


c. Pengembangan
Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat, membeli dan

modifikasi bahan ajar atau learning materials untuk mencapai tujuan yang ditentukan

dan memilih media atau kombinasi media terbaik yang akan digunakan untuk

mencapai tujuan pemebelajaran.

d. Implementasi
Langkah implementasi dimaknai adanya penyampaian materi pembelajaran

dari guru atau instruktur kepada siswa. Tujuan dari tahap ini adalah membimbing

siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi, menjamin terjadi

pemecahan masalah /solusi untuk mengatasi kesenjangan hasil belajar yang

dihadapi oleh siswa, memastikan bahwa pada akhir program pembelajaran siswa

perlu memiliki kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan.

e. Evaluasi
Evaluasi dapat didefinisikan sebagai proses yang dilakukan untuk

memberikan nilai terhadap program pembelajaran. Di samping itu, evaluasi juga

dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil pembelajaran yang telah

dicapai oleh siswa dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model ISD

2.3.1 Kelebihan
Kelebihan model ini sederhana dan mudah dipelajari serta strukturnya yang

sistematis. Seperti kita ketahui salah satu model sederhana seperti model ADDIE ini

yang terdiri dari 5 komponen yang saling berkaitan dan terstruktur secara sistematis

yang artinya dari tahapan yang pertama sampai tahapan yang kelima dalam

pengaplikasiannya harus secara sistematik, tidak bisa diurutkan secara acak atau

kita bisa memilih mana yang menurut kita ingin di dahulukan. Karena kelima tahap/

langkah ini sudah sangat sederhana jika dibandingkan dengan model desain yang
lainnya. Sifatnya yang sederhana dan terstruktur dengan sistematis maka model

desain ini akan mudah dipelajari oleh para pendidik.

2.3.2 Kekurangan
Kekurangan model desain ini adalah dalam tahap analisis memerlukan

waktu yang lama. Dalam tahap analisis ini pendesain/ pendidik diharapkan mampu

menganalisis dua komponen dari siswa terlebih dahulu dengan membagi analisis

menjadi dua yaitu analisis kinerja dan alisis kebutuhan. Dua komponen analisis ini

yang nantinya akan mempengaruhi lamanya proses menganalisis siswa sebelum

tahap pembelajaran dilaksanakan. Dua komponen ini merupakan hal yang penting

karena akan mempengaruhi tahap mendesain pembelajaran yang selanjutnya.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Model Instructional System Design (ISD) merupakan suatu rangkaian proses

yang sistematis yang dirancang sebagai upaya untuk menciptakan aktivitas

pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik dalam mencapai tujuan tertentu.

Orientasi model ISD ini bergantung pada implementasi dari model ISD itu sendiri.

Model desain sistem pembelajaran yang diimplementasikan di dalam kelas berarti

model berorienasi kelas, model desain sistem pembelajaran yang diaplikasikan

untuk menciptakan produk dan program pembelajran berarti berorientasi produk,

dan model desain sistem pembelajaran yang ditujukan untuk merancang program

dan desain sistem pembelajaran dengan skala besar berorientasi pada sistem.

Model ISD atau disebut juga model desain sistem pembelajaran memiliki

langkah-langkah yang sistematis. Akan tetapi, sejauh ini telah banyak ilmuan yang

mengembangkan berbagai model desain sistem pembelajan.

Model ISD terdiri dari 5 tahapan yaitu mulai dari tahap analisis, desain,

pengembangan, implementasi, sampai pada tahap menilai.

Kelebihan dari model ISD ini adalah tahapan yang terstruktur secara

sistematis sehingga cukup mengikuti tahap demi tahap. Sementara kekurangannya

adalah pada tahap analisis yang membutuhkan waktu yang cukup lama.

3.2 Saran

Untuk kesempurnaan tulisan ini, maka diperlukan suatu tulisan atau karya

ilmiah lebih lanjut untuk menjelaskan secara lebih mendetail mengenai model ISD

ini.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Hafidzah. 2012. ISD Model. https://www.slideshare.net/HafidzahAziz/isd-


model-11879264 (Diakses pada tanggal 06 Mei 2020)

Instructional System Design (ISD). https://trainingindustry.com/glossary/isd/ (Diskses


tanggal 06 Mei 2020)

Karen, L. Medsker. 2010. Instructional System Design (ISD).


http://www.hpsi.bz/HPSI_ISD_article.html (Diakses pada tanggal 07
Mei 2020)

Kuswanto, Goto. 2012. Implementasi Desain Sistem Pembelajaran.


https://www.banyumaskab.go.id/read/15298/single.html#.XrV-ef8zbIU
(Diakses pada tanggal 06 Mei 2020)

Robit, Jamil. 2017. Orientasi dalam Desain Instruksional.


https://www.academia.edu/35321323/ORIENTASI_DALAM_DESAIN_
INSTRUKSIONAL (Diakses tanggal 06 Mei 2020)

Sujarwo. Tanpa tahun. Desain Sistem Pembelajaran.


http://staffnew.uny.ac.id/upload/132304795/penelitian/Desain+Pembel
ajaran-pekerti.pdf (Diakses pada tanggal 09 Mei 2020)

You might also like