You are on page 1of 2

KASUS 1.

SKENARIO KASUS :

Pada hari senin, 26 Mei 2006 terjadi gempa pada pkl 05.35 WIB di Yogya yang berpusat di
Bantul dengan kekuatan 5,9 Skala Richter.Kurangnya persiapan mitigasi dan tidak adanya Early
Warning System (EWS) sehingga menyebabkan ribuan orang meninggal dunia dan hancurnya
ratusan ribu rumah.Dari data BPBD Bantul, jumlah korban meninggal di wilayah Bantul ada
4143 korban tewas, dengan jumlah rumah rusak total 71.763, rusak berat 71.372, rusak ringan
66.359 rumah. Total korban meninggal gempa DIY dan Jawa Tengah bagian selatan, seperti di
Klaten, tercatat mencapai 5.782 orang lebih, 26.299 lebih luka berat dan ringan, 390.077 lebih
rumah roboh akibat gempa. Komunikasi sempat terputus selama kurang kebih 3 hari, akses jalan
ke wilayah bencana sempat terputus akibat gempa, sehingga menyulitkan tim tanggap darurat
bencana untuk memberikan pertolongan dan evakuasi korban dari tempat bencana maupun
transportasi korban dari rumah sakit lapangan puskodalmed ke RS rujukan. Berdasarkan data
dari dinkes setempat banyak fasilitas kesehatan disekitar wilayah gempa mengalami kerusakan,
petugas kesehatan juga menjadi korban bencana, rumah sakit besar yang berada dekat wilayah
bencana mengalami kelumpuhan akibat banyaknya korban yang di bawa ke RS. Berdasarkan
laporan tersebut pemerintah langsung mengaktifkan sistem tanggap darurat bencana sebagai
respon penanganan bencana dan menjadikan status menjadi bencana nasional. Kemudian
beberapa minggu setelah bencana permasalahan lain yang muncul yaitu masalah pengungsian,
kekurangan air bersih, korban infeksi, masalah psikologis seperti Post Traumatic Distress
Syndrome (PTSD), hasil dari surveilence epidemiologi dari tim kesehatan didapatkan banyaknya
kasus penyakit menular seperti masalah diare maupun ISPA terjadi pada kelompok rentan,
sehingga semakin mempersulit fase pemulihan terhadap bencana.

KASUS 2.

SKENARIO KASUS :

Pada hari senin, 25-10-2010 sekitar pkl.21.42 WIB terjadi tsunami di Kab. Kepulauan Mentawai,
Sumatera Barat. Kurangnya sistem mitigasi seperti tidak adanya early warning tsunami atau
bouyyang dikonfirmasi dalam keadaan rusak oleh pihak BNPB juga semakin memperparah
kondisi korban. Akibatnya korban jiwa yang meninggal ±449 orang, 96 orang hilang, luka berat
270 orang, dan luka ringan 142 orang serta jumlah pengungsi yang mencapai 14.983 jiwa.
Sedikitnya 200 rumah di dua desa di Kab. Kepulauan Mentawai tersapu gelombang tsunami
setinggi 3 meter setelah terjadi gempa 7,2 Skala Richter. Perkembangan terkini kondisi di
Mentawai belum dapat digambarkan secara detail karena telepon seluler sejumlah pihak dan
warga tidak dapat tersambung. Jaringan telepon diduga terputus akibat gempa yang memporak-
porandakan infrastruktur wilayah. Selain, itu, dua kapal asing jenis yatch mengalami tabrakan di
perairan Kepulauan Mentawai, sehingga menyebabkan korban tenggelam. Kapal tersebut kini
masih dalam pencarian pihak terkait. Berdasarkan data dari dinkes di kepulauan Mentawai
terdapat 1 unit Rumah Sakit dan 10 unit Puskesmas dengan rincian sumber daya tenaga
kesehatan yang didominasi oleh dokter umum sebanyak 13 orang dan perawat sebanyak 242
orang. Sementara untuk sarana umum, diketahui sebanyak 8 tempat ibadah, 6 unit sekolah yang
terdiri dari lima SD dan satu SMP serta 7 jembatan mengalami rusak parah setelah dihantam
tsunami.Berdasarkan laporan tersebut pemerintah daerah langsung mengaktifkan sistem tanggap
darurat bencana sebagai respon penanganan bencana.

You might also like