You are on page 1of 20

MAKALAH

PENGEMBANGAN KURIKULUM SD

“ MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM, PENDEKATAN


PENGEMBANGAN KURIKULUM, ORGANISASI DAN STRUKTUR
PROGRAM KURIKULUM”

Disusun oleh :

Kelompok VI

1. Era Anggraini (201014286206228)


2. Zikrillah (201014286206010)

Dosen pengampu mata kuliah

Jumiyatun, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Model
pengembangan kurikulum, pendekatan pengembangan kurikulum, organisasi dan
struktur progran kurikulum”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan
terimakasih kepada pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini
dari awal hingga akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan
kelancaran dan meridhoi segala usaha kita.

Bungo, 09 November 2022

Kelompok VI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2
A. Bentuk struktur program kurikulum baik vertikan maupun horizontal ............. 2
B. Struktur program yang digunakan disekolah ..................................................... 11
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rumusan Masalah

Proses pendidikan dipengaruhi oleh begitu banyak hal, salah satunya


bagaimana pola atau cara penyampaian materi yang disampaikan oleh guru
kepada para peserta didiknya. Bagaimana agar proses pendidikan yang
menyenangkan (enjoyable), efektif, efisien dan mampu mencapai tujuan secara
optimal menjadi persoalan tersendiri yang harus dipecahkan.
Organisasi kurikulum sebagai pola penyampaian materi dalam proses
pembelajaran yang disusun dan dilaksanakan oleh seluruh elemen dalam
pendidikan. Dalam macam-macam organisasi kurikulum ini kita akan
memperoleh sedikit gambaran bagaimana seharusnya pola kurikulum yang
sebaiknya dilaksanakan dalam lembaga pendidikan dengan tetap
mempertimbangkan minat, bakat dan kemampuan siswa yang ada. Dengan
pemilihan bentuk organisasi yang tepat akan mempermudah proses
pembelajaran dan dengan hasil yang optimal sesuai harapan.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep dasar organisasi kurikulum vertikal maupun horizontal ?
2. Bagaimana struktur program kurikulum ?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar organisasi kurikulum vertikal
maupun horizontal.
2. Untuk mengetahui struktur program kurikulum

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bentuk struktur program kurikulum baik vertikal maupun horizontal


1. Struktur Kurikulum

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran Pengertian ini
sejalan dengan pendapatnya A. Hamid Syarief, yang menyatakan bahwa
struktur kurikulum adalah suatu kerangka umum program-program
pengajaran yang akan disampaikan kepada siswa Dari pengertian diatas,
sudah jelas sekali bahwa muatan struktur kurikulum tersebut adalah mata
pelajaran. Bentuk penyusunan mata pelajaran itulah yang disebut struktur
kurikulum. Struktur kurikulum ada dua, yaitu, stuktur horizontal dan struktur
vertikal.

a. Struktur Horizontal
Struktur horizontal dalam organisasi kurikulum adalah suatu bentuk
penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Hal ini
berkaitan erat dengan tujuan pendidikan, isi pelajaran, dan strategi
pembelajarannya Sejalan dengan pendapat A. Hamid Syarief yang
menyatakan bahwa struktur horizontal suatu kurikulum berkenaan dengan
bagaimana kurikulum itu diorganisasi atau bagaimana bentuk penyusunan
bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada murid, Dari dua pendapat
itu dapat dipastikan bahwa struktur horizontal adalah struktur yang
berkaitan dengan penyusunan antara mata pelajaran satu dengan mata
pelajaran yang lain. Adapun bentuk-bentuk struktur horizontal dalam
oragnisasi kurikulum meliputi Separated Subject Curriculum, Correlated
Subject Curriculum dan Integrated Subject Curriculum. Sebagian pakar
ada yang langsung menyebut Separated Curriculum, Correlated
Curriculum dan Integrated Curriculum, kata Subject dihilangkan karena

2
bentuk ini merupakan bentuk organisasi kurikulum yang didasarkan mata
pelajaran (subject).
a) Separated Curriculum
Separated curriculum (mata pelajaran yang terpisah-pisah)
merupakan organisasi kurikulum dalam bentuk mata pelajaran yang
disajikan secara terpisah antara mata pelajaran satu dengan mata
pelajaran yang lain Mata pelajaran disini bukan hanya mata
pelajaran seperti IPA, IPS dan lain-lain. Akan tetapi, itu adalah hasil
pengalaman umat manusia sepanjang masa, atau kebudayaan dan
pengetahuan yang dikumpulkan oleh umat manusia sejak dulu kala.
Dari pengalaman tersebut kemudian disusun secara logis dan
sistematis yang pada akhirnya disajikan kepada peserta didik sesuai
usia. Misalnya, untuk pelajaran berhitung 1-20 diberikan kepada
anak berusia 4-5 tahun.
Dari penjabaran diatas, terkesan bahwa bentuk kurikulum
ini, ingin memudahkan pemahaman siswa dalam mempelajari mata
pelajaran. Adapun tujuan dari organisasi kurikulum bentuk ini,
menurut S. Nasution dalam Rusman adalah bertujuan agar generasi
muda mengenal hasil-hasil kebudayaan dan pengetahuan umat
manusia yang telah dikumpulkan selama berabad-abad, agar mereka
tak perlu mencari dan menemukan kembali apa yang yang telah
diperoleh generasi terdahulu. Dengan demikian bentuk organisasi
kurikulum ini sifatnya tidak aktual karena semua mata pelajaran
hanya didasarkan kepada pengalaman terdahulu dan juga karena
tidak sesuaikan dengan kebutuhan siswa dan perkembangan
masyarakat.
Dari kurikulum yang hanya berdasarkan per mata pelajaran
ini, sudah sangat jelas bahwa kurikulum bentuk ini hanya ditujukan
pada pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan
pembentukan pribadi anak sebagai keseleruhan.
1) Kelebihan Separated Curriculum

3
Kelebihan organisasi kurikulum yang berdasarkan kepada
mata pelajaran yang terpisah-pisah antara pelajaran yang
dengan yang lain mempunyai kelebihan sebagai berikut:
• Bahan pelajaran disusun secara logis, sistematis,
sederhana, dan mudah dipelajari.
• Dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai dan
budaya terdahulu.
• Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan.
• Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain
bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga
mudah disesuaikan dengan waktu yang ada.
2) Kekurangan Separated Curriculum
Disamping kelebihan yang dimiliki oleh organisasi
kurikulum ini, juga mempunyai kekurangan. Adapun
kekurangan dari organisasi kurikulum berdasarkan kepada
mata pelajaran adalah sebagai berikut
• Kurikulum ini memberikan mata pelajaran yang lepas-
lepas, yang tidak berhubungan satu dengan yang lain.
• Kurikulum ini tidak memperhatikan masalah-masalah
sosial yang dihadapi anak-anak dalam kehidupan sehari-
harinya.
• Kurikulum ini menyampaikan pengalaman umat
manusia yang lampau dalam bentuk logis dan sistematis.
Sesuatu yang logis tidak selalu psikologis ditinjau dari
segi minat dan perkembangan anak.
• Tujuan kurikulum ini terlampau terbatas.
• Kurikulum ini kurang mengembangkan kemampuan
berfikir.
• Kurikulum ini cenderung menjadi statis dan ketinggalan
zaman.

4
b) Correlated Curriculum
Correlated curriculum (mata pelajaran terhubung) adalah
organisasi isi kurikulum yang menghubungkan pembahasan suatu
mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, atau satu pokok
bahasan dengan pokok bahasan lainnya. Sejalan dengan pengertian
diatas, Hamid Syarief mengartikan kurikulum ini sebagai organisasi
kurikulum yang mengorelasikan berbagai mata pelajaran yang
mempunyai kesamaan, antara mata pelajaran satu dengan mata
pelajaran lain, tanpa menghilangkan esensi dari tiap-tiap mata
pelajaran. Contoh, sejarah, ekonomi, geografi merupakan mata
pelajaran yang mempunyai kesamaan, sehingga digabungkan
menjadi mata pelajara Ilmu Pengetahuan Sosia. Biologi, Fisika dan
kimia digabung menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Korelasi atau keterhubungan antara mata pelajaran satu
dengan lain, menurut Nana Sudjana dalam Hamid Syarif, meliputi:
korelasi faktual, deskriptif dan normatif. Korelasi faktual
merupakan bentuk korelasi yang mengaitkan antara fakta dalam
mata pelajaran tertentu dengan fakta yang terdapat dalam mata
pelajaran lain. Misal, korelasi antara ilmu sejarah dan ekonomi.
fakta tentang krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 di
Indonesia merupakan kajian tentang sejarah sekaligus menjadi
bahan mata pelajaran ekonomi.
Korelasi deskriptif adalah korelasi yang menitikberatkan
pada penggunaan generalisasi yang berlaku dua atau lebih dari mata
pelajaran. Misal, mata pelajaran psikologi dikorelasikan dengan
ilmu pengetahuan sosial dengan menggunakan pendekatan
generalisasi psikologi sehingga muncul ilmu psikologi sosial,
psikologi agama dan lain sebagainya. Sedangkan korelasi normatif
adalah korelasi yang menekankan moral sosial antara dua atau lebih
dari mata pelajaran. Misal, sejarah dikorelasikan dengan prinsip
moral dan etika masyarakat.

5
Organisasi kurikulum yang menekankan kepada
keterhubungan mata pelajaran satu dengan lainnya ini tentunya
mempunyai kelebihan disamping juga mempunyai kelemahan dan
kekurangan. Berikut kelebihan dan kekurangan dari organisasi
kurikulum ini menurut Syafruddin Nurdin:
1) Kelebihan Correlated Curriculum
• Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada siswa,
dimana dalam pelajaran yang disajikan disoroti dari
berbagai bidang dan disiplin ilmu.
• Dapat menambah interes dan menet siswa terhadap adanya
hubungan antara berbagai bidang studi.
• Pengetahuan dan pemahaman siswa akan lebih mendalam
dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai bidang
studi.
• Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-
prinsip dari pada pengetahuan dan penguasaan fakta-fakta.
2) Kekurangan Correlated Curriculum
• Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung
dengan kebutuhan siswa, demikian juga, masalah-masalah
yang dikemukakan tidak berkenaan secara langsung
dengan kehidupan sehari-hari yang dialami siswa.
• Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam.
• Urutan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis
dan sistematis.
• Kebanyakan diantara para guru kurang menguasai antar
disiplin ilmu, sehingga dapat mengaburkan pemahaman
siswa.
c). Integrated Curriculum
Integrated curriculum arti sederhananya adalah integrasi
kurikulum atau kurikulum terpadu. Menurut S. Nasution, kata
integrasi berasal dari kata integer yang mempunyai arti unit.

6
Sehingga integrasi yang dimaksud adalah perpaduan, koordinasi,
harmoni, kebulatan keseluruhan.
Jenis organisasi kurikulum ini meniadakan batas-batas
antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran
dalam bentuk unit atau keseluruhan. Semua mata pelajaran harus
menyajikan mata pelajaran yang padu. Dalam organisasi diharapkan
bisa membawa siswa pada pengetahuan yang bulat terkait masalah
tertentu. Selama ini, kita ketahui bersama bahwa mata pelajaran
yang ada di sekolah masih menujukkan ketidakpaduan antar mata
pelajaran.
Integrasi kurikulum ini bisa dilakukan melalui pengajaran
unit atau pelajaran yang terpadu. Menurut Caswell yang dikutip S.
Nasution, yang dimaksud pengajaran unit disini adalah a series of
related activities engaged in by children in the process of realizing a
dominating purpose which is compatible with the aims of
education. Untuk memadukan semua mata pelajaran ini bisa
dilakukan dengan cara pemusatan mata pelajaran pada satu masalah
tertentu dengan alternatif pemecahan melalui berbagai disiplin ilmu
atau mata pelajaran yang diperlukan sehingga batas-batas antara
antara mata pelajaran dapat ditiadakan.
Dengan menerapkan studi masalah dalam mengembangkan
kurikulum, maka dengan muda bisa dilakukan pemaduan pelajaran.
Misalanya, pelajaran agama islam kelas XII jurusan IPA memasuki
bahasan tentang Isra’ Mikraj, maka peristiwa itu bisa diterangkan
dalam pelajaran fisika tentang kecepatan. Kecepatan Nabi
Muhammad ketika isra’ mikraj itu sangat tinggi sehingga seakan-
akan tidak masuk akal, dalam ilmu fisika terdapat yang namanya
kecepatan yang tak terhingga. Kecepatan yang tak terhingga hanya
bisa terjadi kalau bendanya itu tidak mempunyai massa jenis. Massa
jenis ini bisa diterangkan dalam pelajaran kimia. Atau masalah itu
bisa diterangkan dalam mata pelajaran lainnya.
1. Kelebihan Integrated Curriculum

7
• Mempelajari bahan pelajaran melalui pemecahan masalah
dengan cara memadukan beberapa mata pelajaran secara
menyuluruh dalam menyelesaikan suatu topik atau
permasalahan.
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belejar
sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang dimilikinya
secara individu.
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyelesaikan masalah secara konprehensif dan dapat
mengembangkan belajar secara bekerja sama.
• Dapat membantu meningkatkan hubungan antara sekolah
dengan masyarakat.
• Dapat menghilangkan batas-batas yang terdapat dalampola
kurikulum yang lain.
2. Kekurangan Integrated Curriculum
• Kurikulum dibuat oleh guru dan siswa sehingga
memerlukan kesiapan dan kemampuan guru secara
khusus dalam pengembangan kurikulum seperti ini.
• Bahan pelajaran tidak disusun secara logis dan sistematis.
• Bahan pelajaran bersifat sederhana.
• Memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang banyak.
b. Struktur Vertikal
Struktur vertikal kurikulum berkaitan dengan masalah sistem
pelaksanaan kurikulum di sekolah, termasuk didalamnya adalah sistem
pengalokasian waktu. Struktur vesrtikal kurikulum meliputi: sistem kelas,
sistem tanpa kelas, kombinasi antara sistem kelas dan tanpa kelas, sistem
unit waktu dan pengalokasian waktu.
Sistem kelas, yakni sistem pelaksanaan kurikulum dilaksanakan
melalui kelas-kelas (tingkat-tingkat) tertentu. Misalnya, kelas 1-6 SD/MI,
kelas 7-9 untuk SMP/MTs dan 10-12 kelas untuk SMA/MA. Sistem ini
membawa pada konsekwensi harus dilakukan kenaikan kelas secara terus-
menerus setiap tahunnya. Bagi siswa yang belum mencapai kemampuan

8
yang diharapkan oleh masing-masing pelajaran, maka siswa tersebut
dinyatakan tidak naik kelas. Adanya pengklasifikasian kelas ini,
didasarkan kepada psikologi anak sehingga bahan mata pelajaran yang
akan diberikan kepada siswa juga harus disesuaikan dengan kondisi
kejiwaan siswa. Sehingga mata pelajaran yang disajikan dari tingkatan
kelas itu akan berbeda-beda.
Sistem tanpa kelas merupakan sistem yang tidak mengenal yang
namanya kelas. Siswa diberi kebebasan untuk menentukan sendiri
program studi atau yang akan dikerjakan, kalau sudah merasa mampu
menguasai pelajaran yang telah diambil, siswa tersebut dipersilahkan
untuk mengambil pelajaran lain tanpa harus menunggu teman-temannya
yang masih belum bisa menguasai mata pelajaran.
Sistem kombinasi antara sistem kelas dan tanpa kelas, ini merupakan
bentuk perpaduan dari dua sistem diatas. Misalnya, ada 20 siswa SD kelas
3, kemudian ada beberapa siswa yang sudah bisa menguasai mata
pelajaran dikelas itu, maka siswa tersebut diperbolehkan untuk
mengambil mata pelajaran kelas lain misalnya kelas 4, tetapi siswa
tersebut statusnya tetap kelas 3. Sistem pendidikan seperti ini dapat
disebut sebagai sistem pengajaran modul. Dalam sistem modul, di
samping disediakan bahan pelajaran yang sama untuk seluruh kelas, juga
disediakan kebebasan kepada siswa yang mampu untuk mengambil
bahan/materi pelajaran berikutnya atau program pengayaan. Dengan
sistem modul, anak yang memang mampu mempunyai kemungkinan
untuk dapat lebih dahulu menamatkan sekolah dibandingkan
temantemannya.
Sistem unit waktu merupakan sistem kurikulum yang terbagi dalam
beberapa waktu misalanya, SD/MI mempunyai enam tingkatan kelas
ditargetkan dalam waktu enam tahun, setiap kelasnya membutuhkan
waktu satu tahun, dalam satu tahun itu, masih terbagi dalam program
semester atau catur wulan. Dalam catur wulan, waktu satu tahun dibagi
empat sehingga setiap kelas harus melewati tiga kali tes yaitu catur wulan

9
I,II dan III. Sedangkan sistem semester, waktu satu tahun dibagi dalam
dua semester, sehingga setiap semester membutuhkan waktu enam bulan.
Pengalokasian waktu, ini menyangkut pembagian waktu kepada
masing-masing mata pelajaran. Pengalokasian waktu harus
memperhatikan bobot dan tingkat kesulitan dari masing-masing mata
pelajaran. Kalau tingkat kesulitannya tinggi maka alokasi waktu harus
lebih kepada mata pelajaran tersebut. Selain itu ada juga hal yang harus
diperhatikan adalah peranan mata pelajaran dalam menyiapkan lulusan,
kalau terdapat pelajaran yang peranannya sedikit dalam menyiapkan siswa
ketika lulus, maka alokasi waktu untuk mata pelajaran tersebut harus
diminimalkan.
a) Prosedur Mereorganisasi Kurikulum
Menurut Zainal Arifin, cara mereorganisasi kurikulum ada beberapa
cara yaitu: reorganisasi melalui buku pelajaran, tambal sulam, analisis
kegiatan, fungsi sosial, survie pendapat, studi kesalahan dan analisis
masalah remaja
b) Reorganisasi Melalui Buku Pelajaran
Buku pelajaran diyakini merupakan sumber belajar yang sangat
penting bagi peserta didik. Sehingga, buku-buku yang kurang tepat
dibaca oleh siswa hendak disingkirkan karena akan merusak
pengetahuan siswa. Dengan demikian, untuk mengorganisasi
kurikulum bisa dilakukan melalui buku pelajaran.
c) Reorganisasi Kurikulum dengan cara Tambal Sulam
Kalau suatu sekolah sudah mempunyai kurikulum yang masih ada
sebagian komponen yang masih layak digunakan, maka komponen
yang dirasa sudah tidak layak untuk diterapkan maka dicarikan ganti
komponen tersebut dengan komponen yang lebih bagus.
d) Reorganisasi Kurikulum melalui Analisis Kegiatan.
Kurikulum merupakan pengalaman yang akan diberikan kepada
siswa untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Untuk mencapai
tersebut, diperlukan untuk mengamati kegiatan kehidupan sehari-hari
orang dewasa yang hasilnya dijadikan bahan pelajaran.

10
e) Reorganisasi Kurikulum melalui Fungsi Sosial
Prosedur ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu; pertama,
Merumuskan strategi fungsi sosial yang meliputi: bagaimana hidup
yang ideal, merumuskan sifat seseorang dalam kehidupan sosial,
mengemukakan sifat-sifat belajar dan merumuskan peranan sekolah
dalam kehidupan sosial. Kedua, merumuskan ruang lingkup fungsi
kehidupan sosial berdasarkan kriteria tertentu yang meliputi; hidup
dalam lingkungan keluarga, kehidupan waktu senggang, kehidupan
sebagai warga Negara, kehidupan kelompok yang terorganisasi dan
lain sebagainya.
f) Reorganisasi Kurikulum melalui Survie Pendapat
Organisasi jenis ini dilakukan berdasarkan survie terhadap
masyarakat dari berbagai kalangan. Hasil survie pendapat itu bisa
dibentuk dalam organisasi kurikulum.
g) Reorganisasi Kurikulum Melalui Studi Kesalahan
Organisasi kurikulum bisa dibentuk lagi dengan cara melakukan
studi kesalahan atau mencari tahu kesalahan dari proses belajar-
mengajar yang telah diterapkan itu apa, lalu dicarikan cara untuk
memperbaiki kesalahan tersebut.
h) Reorganisasi Kurikulum Melalui Analisis Remaja
Masalah remaja terus berkembang mengikuti ruang dan waktu.
Kurikulum yang tidak memperhatikan kenyataan itu akan cenderung
kelihatan tidak sesuai dengan jaman. Oleh karena itu, maka
dibutuhkan pengoragnisasian ulang terhadap kurikulum dengan cara
mencari tahu permasalah yang sering timbul pada remaja, kemudian
dijabarkan dalam bentuk pelajaran sehingga terbentuk organisasi
kurikulum yang baru yang berdasarkan analisis terhadap
permasalahan remaja.

B. Struktur program yang digunakan disekolah


1. Pengertian Struktur Kurikulum

11
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum
dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum,
distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar
untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap peserta didik.
Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian
konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem
pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan
untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan
pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam
pelajaran per semester. Maunah juga menyatakan bahwa struktur kurikulum
adalah gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi
seorang peserta didik dalam menyelesaikan pembelajaran disuatu jenjang
pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum
mengenai posisi belajar seorang peserta didik yaitu apakah mereka harus
menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah
kurikulum memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan
berbagai pilihan. Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran dan
beban belajar (Maunah, 2009: 87).
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman
muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran disetiap satuan pendidikan
dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik sesuai
dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi
yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan (Yamin, 2007: 63).
a. Struktur Kurikulum Sekolah Dasar (SD)
Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang
ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun, mulai dari
kelas 1 sampai dengan kelas 6. Struktur kurikulum SD/MI disusun
berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata
pelajaran (Yamin, 2007: 64) dengan ketentuan sebagai berikut:

12
1) Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri seperti. Muatan lokal merupakan kegiatan
kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan
dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah,
yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata
pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan. Pengembangan diri merupakan mata pelajaran yang
diasuh oleh guru, bertujuan untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai kebutuhan, bakat, dan minat peserta
didik.
2) Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan
IPA Terpadu dan IPS Terpadu.
3) Pembelajaran pada kelas 1 sampai dengan 3 dilaksanakan melalui
pendekatan tematik, sedangkan pada kelas 4 sampai dengan 6
melalui pendekatan mata pelajaran.
4) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur. Satuan pendidikan
dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran
per minggu secara keseluruhan.
5) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
6) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah
34-38 minggu (Yamin, 2007: 64-65).
b. Komponen Struktur Kurikulum
Berdasrkan PP 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP Nomor 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1 Butir 17
(Pengertian Kerangka Dasar) menyatakan bahwa Tatanan konseptual
Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan Standar Nasional
Pendidikan. Pasal 77 A (Isi dan Fungsi dan Kerangka Dasar) berisi
landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan yang digunakan sebagai:
1. Acuan Pengembangan Struktur Kurikulum pada tingkat nasional
2. Acuan Pengembangan muatan lokal pada tingkat daerah

13
3. Pedoman Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pasal 77 B (Struktur Kurikulum) tentang pengorganisasian
kompetensi inti, kompetensi dasar, muatan pembelajaran, mata pelajaran,
dan beban belajar pada setiap satuan pendidikan dan program pendidikan
(Kemendikbud, 2013: 4). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menyatakan bahwa komponen utama kurikulum terdiri atas kerangka
dasar, struktur, silabus, dan rancangan pelaksanaan pembelajaran.
Kerangka dasar sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya terdiri atas
landasan filosofis, sosiologis, psikopaedagogis dan yuridis. Silabus
merupakan rencana pembelajaran pada mata pelajaran atau tema tertentu
berisi kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Rancangan
pelaksanaan pembelajaran terdiri atas kompetensi, materi, media,
skenario pembelajaran, dan penilaian. Struktur kurikulum sendiri terdiri
atas kompetensi inti, kompetensi dasar, muatan pembelajaran, mata
pelajaran dan beban belajar (Kemendikbud, 2013: 5-13).
1. Kompetensi Inti
Kompetensi inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik
pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi landasan
pengembangan kompetensi dasar. Kompetensi inti dimaksud
mencakup pada ranah sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan yang berfungsi sebagai pengintegrasi muatan
pembelajaran, mata pelajaran atau program dalam mencapai standar
kompetensi lulusan (Kemendikbud, 2013: 67).
2. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan tingkat kemampuan dalam konteks
muatan pembelajaran, pengalaman belajar, atau mata pelajaran yang
mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi dasar dikembangkan
dalam konteks muatan pembelajaran, pengalaman belajar, mata
pelajaran atau mata kuliah sesuai dengan kompetensi inti
(Kemendikbud, 2013: 68).

14
3. Muatan Pembelajaran
Muatan pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini berisi program
pengembangan pribadi anak. Muatan pembelajaran pada Satuan
Pendidikan Dasar berisi muatan umum (muatan nasional untuk satuan
pendidikan, dan muatan lokal untuk satuan pendidikan sesuai dengan
potensi dan keunikan lokal). Muatan pembelajaran pada tingkat
SD/MI/SDLB sederajat terdiri atas Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam,
Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan
Olahraga, Keterampilan/Kejuruan, dan Muatan Lokal.
4. beban belajar
Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk
masa belajar selama satu semester. Beban belajar di SD/MI kelas I, II,
dan III masing-masing 30, 32, 34 jam setiap minggu sedangkan untuk
kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam belajar
SD/MI adalah 35 menit.
Proses pembelajaran yang dikembangkan guru menghendaki
kesabaran dalam menunggu respon peserta didik karena mereka belum
terbiasa. Selain itu bertambahnya jam belajar memungkinkan guru
melakukan penilaian proses dan hasil belajar (Mulyasa, 2009: 251).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

15
struktur kurikulum adalah suatu kerangka umum program-program
pengajaran yang akan disampaikan kepada siswa Dari pengertian diatas,
sudah jelas sekali bahwa muatan struktur kurikulum tersebut adalah mata
pelajaran.
Struktur horizontal dalam organisasi kurikulum adalah suatu bentuk
penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Struktur
vertikal kurikulum berkaitan dengan masalah sistem pelaksanaan kurikulum
di sekolah, termasuk didalamnya adalah sistem pengalokasian waktu.
Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep
pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban
belajar dalam sistem pembelajaran.
Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang
ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun, mulai dari
kelas 1 sampai dengan kelas 6. Struktur kurikulum SD/MI disusun
berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata
pelajaran.

B. Saran

Dalam bidang pendidikan dan pengajaran pengetahuan kami selaku


pemakalah dan calon tenaga pendidik beserta pengajar kedepan sangatlah
dangkal. Oleh sebab itu, pemakalah sangat mengharapkan masukan dari
pembaca sekalian baik mahasiswa maupun kalangan umum. Kami
mengharapkan banyak masukan yang berupa positif demi menyempurnakan
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

16
Andayani,dian.2009.pengembangan kurikulum. Departemen agama RI: Jakarta
pusat.

Nasution,S, pengembangan kurikulum, Jakarta : Bumi Aksara, 2008 cet, ke-9

Sa’dun , Akbar, dan Sriwiyana, Hadi, pengembangan kurikulum dan


pembelajaran iimu pengembangan sosial (ips), Yogyakarta : Cipta Media

Zaini, Muhammad, pengembangan kurikulum, Yogyakarta : Teras, 2009, cet, ke 1

17

You might also like