Professional Documents
Culture Documents
Bab I (Revised)
Bab I (Revised)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ternate adalah nama suatu pulau, nama suatu suku bangsa, nama suatu
sekitar Pulau Ternate. Namun, pada abad ke-15, penguasa Ternate mulai
Banda, dan sebelah utara sampai Kepulauan Raja Ampat. Seorang misionaris
bangsa – Arab, India, Cina, Jawa, dan penguasa lokal. Dengan demikian,
1
2
kebudayaan Ternate yang bermuara pada Ternate menjadi salah satu kekuatan
antara Eropa dan Nusantara. Sebelum tahun 1514, Portugis menyebut Maluku
Tidore. Kerajaan Ternate sebagai pemimpin Uli Lima, yaitu persekutuan lima
Seram, dan Ambon. Sementera itu, Kerajaan Tidore memimpin Uli Siwa,
daerah itu sampai dengan Irian Barat. Ternate dan Tidore mempunyai
kekayaan alam yang unik dan unggul, yaitu pohon cengkeh yang daunnya
1998: 14).
3
kebesaran sultan Ternate Babullah yang sebagai “Raja 72 Pulau” tidak lepas
adalah jenis juanga, lakafiunu, korakora, kalulus, dan perahu kecil. Kapal
juanga adalah kapal kebesaran untuk raja, yang semuanya digerakkan oleh
pendayung. Palka dan lunas panjang antara 18-20 depa. Lambung kiri dan
kanan terdapat 200 pendayung dan hampir 100 orang prajurit bersenjata. Ada
yang lebih kecil lagi ukuran juanga, berukuran antara 10-11 depa (Lapian,
2008: 20).
kekuasaan Ternate. Walaupun diakui bahwa persentuhan itu juga pada tataran
(Leirissa dkk, 1999: 35). Kolonialis yang bersentuhan dengan Ternate adalah
bangsa Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris, dan Jepang. Inggris dan Jepang
B. Rumusan Masalah
dalam tiga poin ruang lingkup penelitian, yakni : aspek tematik, aspek
spasial dan aspek temporal. Berkaitan dengan aspek tematik, penelitian ini
Arab di Batavia pada masa kolonial. Aspek temporal pada penelitian ini
ditetapkan pada abad ke17 sampai dengan abad ke-18. Pemilihan aspek
pendidikan sarjana.
intelektual penulis.
Indonesia.
E. Metode Sejarah
6
yang sama dengan tingkat kesalahan yang relatif sedikit dapat diperhitungkan.
disebut metode sejarah. Metode itu sendiri berarti cara, jalan, atau petunjuk
pelaksanaan atau petunjuk teknis. Oleh karena itu, metode sejarah dalam
1. Heuristik
memperoleh, heuristik adalah suatu teknik, suatu seni, dan bukan suatu ilmu.
disampaikan oleh saksi mata, seperti catatan rapat, daftar anggota organisasi,
primer ialah wawancara secara langsung dengan pelaku peristiwa atau saksi
mata. Sumber sekunder ialah sumber yang disampaikan bukan oleh saksi
mata seperti koran, majalah, dan buku. Segala bentuk sumber tertulis, baik
primer maupun sekunder, biasanya tersajikan dalam aneka bahan dan ragan
tulisan.
dan sumber pendukung (dalam bentuk surat kabar) tidak dapat diakses oleh
diantaranya adalah :
dengan migrasi. Hal ini juga dipengaruhi oleh angin musim. Yang
Buku ini terdiri dari 17 Bab yang menjelaskan secara detail mengenai
sejarah Portugis dan Spanyol selama berada di Maluku. Mulai dari awal
9
kedatangan bangsa asing. Yang mana pada saat itu terdapat empat
kerajaan besar, yaitu Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bacan. Namun yang
Ternate dan Tidore. Kedua kerajaan ini selalu bersaing untuk bisa
2. Kritik Sumber
“Nilai bukti apakah yang ada di dalam sumber?”. Bahwa kesaksian dalam
sejarah meupakan faktor paling menentukan sahih dan tidaknya bukti atau
Kapan sumber itu dibuat, (2) Di mana sumber itu dibuat, (3) Siapa yang
membuat, (4) Dari bahan apa sumber itu dibuat, dan (5) Apakah sumber
3. Interpretasi
Dari tahap kritik lalu menuju tahap interpretasi. Dalam tahap ini
dilakukan penafsiran terhadap data yang telah terseleksi, melalui analisis dan
sintesis. Analisis adalah menguraikan sekian data yang ada dan kemudian
sosial sehingga hasil penafsiran tidak terjebak dalam sudut pandang subjektif
dua metode yang digunakan, yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti
sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari
4. Penulisan Sejarah
memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian dari awal (fase
penulisan itu akan dapat ditentukan mutu penelitian sejarah itu sendiri
untuk mencari unsur yang akan ditekankan dalam penelitian sejarah yang
dilakukan. Unsur yang dimaksud adalah fokus kajian yang hendak dibahas, dan
dimiliki oleh ilmu sosiologi, sebagai alat bantu menuliskan sejarah orang-orang
manusia) yang di persatukan oleh suatu kesadaran atas kesamaan sebuah kultur
atau subkultur tertentu, atau karena kesamaan ras, agama, asal usul bangsa,
12
menghasilkan suatu budaya yang terjadi dari kebiasaan para anggotanya. Hal
melalui Asia Tengah, Turkestan sampai ke Laut Tengah. Jalur ini juga
berhubungan dengan jalan-jalan kaflah dari India. Jalur ini terkenal dengan
sebutan “Jalur Sutra” (silk road). Sejauh ini, jalur perdagangan lewat darat
inilah yang merupakan jalur paling tua, yang menguntungkan Cina dengan
Eropa.
Adapun jalan perniagaan melalui jalur laut juga dimulai dari Cina malalui
laut Cina, Selat Malaka, Calicut (India), lalu ke Teluk s, melalui Syam (Suriah)
sampai ke Laut Tengah; atau melalui Laut Merah sampai ke Mesir, lalu menuju
Laut Tengah. Pada waktu itu komoditas ekspor dari wilayah Nusantara yang
kayu manis hijau, cengkeh yang biasa disebut oleh orang Tiongkok “dupa
adalah para saudagar kelontong atau pedagang keliling. Mereka ini biasanya
lain sebagai tujuan perdagangan itu umumnya memakan waktu yang relatif
hari. Dengan sendirinya biaya angkut barang itu menjadi cukup tinggi,
sehingga harga jual barang dagangan itupun menjadi tinggi pula alias mahal.
Ternyata dari harga yang relatif mahal itu, para pendagang memperoleh
keuntungan yang cukup tinggi pula. Namun yang lebih utama lagi bahwa
disepanjang jalur ini telah terjadi pertukaran berbagai produk budaya yang
pertunjukkan dan adat kebiasaan maupun yang sama sekali tidak terlihat secara
legenda berbagai macam kandungan sastra. Oleh sebab itu laut, selat, tanjung,
budaya dengan budaya lain sepanjang jalur tersebut, Tidak dapat disangkal lagi
dari berbagai penjuru dunia seperti Arab, Cina, India dan Eropa (Reid, 2004:
17).
Menurut Van Leur (2015: 62) pada masa kerajaan lama, baik pada masa
kejayaan Hindu, Budha, maupun Islam, pengaruh raja ataupun sultan sebagai
kepala negara dalam dunia perdagangan cukup besar. Mereka bertindak tidak
hanya keamanan atau penarik pajak, tetapi sering juga bertindak sebagai
wilayah Nusantara pada waktu itu telah mempunyai sifat kapitalis, atau
dunia luar. Sebab menurut para ahli tumbuh-tumbuhan, tanah asal rempah-
rempah adalah Maluku terutama Maluku Tengah dengan palanya dan Maluku
dari Maluku saja dalam sejarah raja-raja Ming sekitar abad XVI sampai dengan
cengkeh. Hal ini didukung oleh berita Romawi tentang cengkeh yang
India. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa orang Eropa telah mengenal
dikenal oleh para pedagang dari Arab, Eropa dan Timur Tengah terputama
hasil alamnya. Hasil dari tanah kepulauan ini diambil dari pelabuhan-
pelabuhan besar di sebelah barat. Hal ini dapat dibuktikan karena disebelah
Sriwijaya. Seperti yang dikemukakan oleh Ibrahim bin Wasif-sah bahwa Djaba
menghasilkan cengkeh seperti juga dari daerah maharaja (Reid, 2004: 26).
para lanun atau perompak laut, maka kemudian timbul keinginan untuk
diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan
pemimpin Sampalu, terpilih dan diangkat sebagai Kolano (raja) pertama pada
tahun 1257 M dengan gelar Baab Mashur Malamo. Baab Manshur berkuasa
kerajaan Islam tertua di Nusantara, dikenal juga dengan nama Kerajaan Gapi.
Tapi, nama Ternate jauh lebih populer dibanding Gapi (Hasan, 1998: 12).
Raja Ternate ke-7, yaitu Kolano Cili Aiya (1322-1331) mengundang raja-raja
oleh 4 raja terkuat Maluku, oleh sebab itu, persekutuan tersebut disebut juga
sebagai Persekutuan Moloku Kie Raha (Empat Gunung Maluku) (Hasan, 1998:
19-20).
melalui jalur perdagangan. Hal ini ditandai dengan banyaknya pedagang Arab
yang datang ke wilayah tersebut untuk berdagang, bahkan ada yang bermukim.
Ada dugaan, sebelum Kolano Marhum, sudah ada Raja Ternate yang
memeluk Islam, namun, hal ini masih menjadi perdebatan. Secara resmi, Raja
M), Raja Ternate ke-18. Anaknya, Zainal Abidin (1486- 1500) yang kemudian
Gresik. Saat itu, ia dikenal dengan sebutan Sultan Bualawa (Sultan Cengkeh).
(madrasah). Sejak saat itu, Islam berkembang pesat di Ternate dan menjadi
Fransisco Serrao. Ketika pertama kali datang, bangsa kulit putih ini masih
Sultan Bayanullah (1500-1521) yang berkuasa di Ternate saat itu memberi izin
bukan hanya untuk berdagang, tapi juga menjajah dan menguras kekayaan
Ternate untuk dibawa ke negerinya. Namun, niat jahat ini tidak diketahui oleh
18
seorang permaisuri bernama Nukila, dan dua orang putera yang masih belia,
Pangeran Hidayat dan Pangeran Abu Hayat. Selain itu, adik Sultan Bayanullah,
Pangeran Taruwese juga masih hidup dan ternyata berambisi menjadi Sultan
posisi Ternate dan mencegah datangnya bantuan Portugis dari Malaka, Ternate
berunding. Berbekal kelicikan dan kejahatan yang memang telah biasa mereka
Maluku dan wilayah timur Indonesia. Setelah berperang selama lima tahun,
Maluku pada tahun 1575 M. Dalam sejarah perlawanan rakyat Indonesia, ini
2. Pendekatan Penelitian
adalah mengaitkan berbagai fakta dari masa silam yang semula tidak koheren
dan tanpa struktur, menjadi satu kesatuan yang menyeluruh. (Ankersmit, 1987:
narativisme.
G. Historiografi Relevan
di Ternate dibawa oleh para pedagang dan para mubalig, namun raja pertama
yang menerima Islam adalah Sultan Zainal Abidin. Pada masa pemerintahan
bidang perdagangan karena banyak pedagang dari luar yang datang mencari
Kemasyarakatan.
.
21
H. Sistematika Penulisan
penulisan.
BAB II. Berisi mengenai narasi wilayah Maluku-Ternate serta deskripsi tentang
kesultanan Ternate.
BAB IV. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perkembangan kegiatan
BAB V. Penutup, yang berisi mengenai kesimpulan dan saran dari hasil
Daftar Pustaka
Lampiran