You are on page 1of 45

MAKALAH

Aplikasi Theory Nolla J. Pender


Diajukan dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sains dalam
Keperawatan

Dosen Pengampu:
Irna Nursanti,SKp.,M.Kep.,Sp.Mat

Disusun oleh:
Yoga Ginanjar
NPM: 2017980085

MAGISTER
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah “Model Konseptual Keperawatan Nolla J. Pender (Model
Promosi Kesehatan)” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Penulis juga berterima kasih pada Dosen mata kuliah Sains yang telah
menugaskan pembuatan makalah ini dan membimbing penulis dalam menyusun
makalah.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan penulis tentang “Model Konseptual Keperawatan
Nolla J. Pender (Model Promosi Kesehatan)”. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
penulis harapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penulis maupun orang yang ikut membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Penulis memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jakarta, Desember 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan................................................................ 2
C. Ruang Lingkup................................................................... 2
D. Metode Penulisan............................................................... 3
E. Sistematika Penulisan........................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 4
A. Sejarah Nolla J. Pender......................................................... 4
B. Promosi Kesehatan............................................................. 5
C. Paradigma Keperawatan.................................................... 7
D. Model Promosi Kesehatan Nolla J. Pender........................ 11
E. Penjelasan Model HPM Pender......................................... 16
BAB III APLIKASI KASUS BERDASARKAN KONSEP …………… 26
A. Gambaran Kasus ............................................................................. 26

B. Pengkajian Kasus ……………………………………………. 26

BAB IV ANALIS TEORI DENGAN KASUS………………………….. 35


A. Kelebihan Teori ……………………………………………… 35
B. Kekurangan Teori ……………………………………………. 36

BAB V PENUTUP................................................................................. 37
A. Simpulan................................................................................ 37
B. Saran...................................................................................... 37

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori keperawatan adalah sebagai usaha menguraikan dan menjelaskan
berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori keperawatan berperan dalam
membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk
menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan, dan mengontrol hasil asuhan
atau pelayanan keperawatan yang dilakukan. Model konseptual keperawatan
merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang
melibatkan perawat di dalamnya.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari
pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah. Salah satu tujuan
pokok pembangunan kesehatan adalah peningkatan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat dan mengatasi sendiri masalah kesehatan sederhana
terutama melalui upaya peningkatan, pencegahan dan penyembuhan. Hal ini
sesuai dengan prilaku masyarakat yang di harapkan dalam Indonesia Sehat
yaitu: bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi dari ancaman penyakit
serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Tujuan itu akan dicapai antara lain melalui peningkatan dan
pemantapan upaya k/esehatan. Hidup sehat merupakan kebutuhan dan
tuntutan yang semakin meningkat, walaupun pada kenyataannya derajat
kesehatan masyarakat Indonesia masih belum sesuai dengan harapan.
Sementara itu pemerintah telah mencanangkan Indonesia Sehat, yang
merupakan paradigma baru yaitu paradigma sehat, yang salah satunya
menekankan pendekatan promotif dan preventif dalam mengatasi
permasalahan kesehatan di masyarakat. Terjadinya pergeseran paradigma
dalam pemberian pelayanan kesehatan dari model medikal yang
menitikberatkan pada pelayanan diagnosis dan pengobatan ke paradigma sehat
yang lebih holistik yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan

1
bukan sebagai fokus pelayanan. Perubahan paradigma ini menempatkan
perawat pada posisi kunci dalam peran dan fungsinya. Hampir semua
pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit
maupun tatanan pelayanan kesehatan yang lain dilakukan oleh perawat.
Perubahan paradigma pelayanan kesehatan dari kuratif ke arah
promotif dan preventif ini telah direspon oleh ahli teori keperawatan Nolla. J
Pender dengan menghasilkan sebuah karya fenomenal tentang “Health
Promotion Model “atau model promosi kesehatan. Model ini menggabungkan
2 teori yaitu teori nilai harapan (expectancy value) dan teori kognitif sosial
(social cognitive theory) yang konsisten dengan semua teori yang memandang
pentingnya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit adalah suatu yang hal
logis dan ekonomis (Alligood, 2014). Makalah ini akan mencoba membahas
tentang model promosi kesehatan dari Nolla J. Pender serta komponen
paradigma keperawatan tentang model promosi kesehatan.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Memperoleh gambaran Nursing Theories dari Model Promosi
Kesehatan dari Nolla J. Pender dalam lingkup pelayanan keperawatan.
2. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan Sejarah Nolla J. Pender
2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan Model Promosi Kesehatan
Nolla J. Pender.
3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan Model Promosi Kesehatan
Nolla J. Pender dalam lingkup komponen paradigma.

C. Ruang Lingkup Penulisan


Pembahasan makalah ini dibatasi pada pembahasan tentang Model.
Promosi Kesehatan dan lingkup komponen paradigma model promosi
kesehatan.
D. Metode Penulisan

2
Makalah ini disusun dengan melakukan studi pustaka dari berbagai
referensi melalui buku referensi dan internet.

E. Sistematika Penulisan
BAB I: Pendahuluan meliputi : Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan,
Sistematika Penulisan.
BAB II : Pembahasan
BAB III : Aplikasi Kasus Berdasarkan Teori
BAB IV : Analis Teori Dengan Kasus
BAB V : Penutup

3
4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Nolla J. Pender

Teori model konseptual Nolla J. Pender dilatar belakangi oleh adanya


suatu bentuk pergeseran paradigma, dimana pergeseran paradigma ini terjadi
dalam suatu bentuk pemberian pelayanan kesehatan yang menitikberatkan
pada paradigma kesehatan dan keperawatan yang lebih holistik dalam
memandang sebuah penyakit dan berbagai gejala penyebabnya, bukan
sebagai fokus pelayanan kesehatan saja. Pada perubahan paradigma inilah
yang menjadikan perawat sebagai posisi kunci dalam berbagai peran dan
fungsinya dalam melakukan pelayanan kesehatan. Hampir semua lapisan
dibidang pelayanan kesehatan dalam melakukan pelayanan promosi dan
preventif (pencegahan) kesehatan dilakukan oleh para perawat. Oleh karena
adanya promosi dan preventif kesehatan yang cenderung dilakukan dan
diupayakan oleh perawat inilah lahir sebuah teori dan model konseptual dari
Nolla J. Pender yang berjudul “ Health Promotion Model “ atau model
promosi kesehatan.
Nolla J. Pender lahir pada tanggal 16 Agustus 1941 di Lansing,
Michigan. Ketertarikan pada keperawatan bermula dari Nolla J. Pender berusia
7 tahun, pada saat mengamati para perawat yang sedang memberi asuhan
keperawatan pada bibinya di rumah sakit. Keinginannya untuk memberikan
perawatan kepada orang lain dikembangkan melalui pengalaman dan
pendidikan yang ia yakini sebagai profesi yang menolong orang lain.
Pada tahun 1962 meraih gelar diploma keperawatan dan selanjutnya
diterima bekerja di unit bedah RS Michigan. Tahun 1964, meraih gelar BSN di

5
Universitas State Michigan di East Lansing, dan gelar MA pada bidang
pertumbuhan dan perkembangan di Universitas Michigan di raih pada tahun
1965. Gelar Ph.D di bidang psikolog dan pendidikan diraih tahun 1969 dari
Universitas North Western di Evanston. Illinois.
Pernihakannya dengan Albert Pender seorang asisten professor di
bidang bisnis dan ekonomi memberikan inspirasi menghasilkan sebuah tulisan
tentang keperawatan dalam perspektif ekonomi. Tahun 1975, Dr. Pender
mempublikasikan model konseptual kesehatan preventif. Dasar studinya adalah
bagaimana individu membuat keputusan tentang perawatan kesehatan mereka
sendiri dalam konteks keperawatan. Artikel tersebut mengidentifikasi faktor-
faktor yang ditemukan dalam pengambilan keputusan dan tindakan yang
diperlukan individu dalam pencegahan penyakit. Pada tahun 1982, edisi
pertama promosi kesehatan dalam praktek keperawatan dipublikasikan dengan
konsep promosi optimal tentang kesehatan dan perlunya pencegahan penyakit.
Model promosi kesehatan pertama kali diterbitkan tahun 1987 dan mengalami
revisi tahun 1996.

B. Promosi Kesehatan
Menurut WHO promosi kesehatan meliputi mendorong gaya hidup
yang lebih sehat, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan,
memperkuat tindakan masyarakat, mengorientasikan kembali pelayanan
kesehatan dan membangun kebijakan public yang sehat. Kesehatan individu
dan keluarga ditandai dengan efektifnya dalam komunitas, lingkungan dan
masyarakat dimana mereka perlu hidup. Perawat mengerti dan memikirkan
usaha peningkatan derajat kesehatan. Dan telah menetapkan skema untuk
upaya peningkatan derajat kesehatan:
1. Kesehatan individu
Individu berperan dalam penentuan status kesehatan mereka sendiri.
Peningkatan derajat kesehatan individu itu pada tingkat membuat keputusan
pribadi dan praktek. Setiap derajat peningkatan harus mempertimbangkan
dalam formulasi kesehatan nasional melalui usaha peningkatan derajat
kesehatan.

6
2. Kesehatan keluarga
Keluarga berperan dalam perkembangan dan kepercayaan kesehatan
dan tindakan kesehatan. Masing-masing keluarga mempunyai sebuah karakter
yang berbeda, nilai, peran, dan kekuatan struktur. Gaya orang tua dan
lingkungan keluarga dapat memberikan kesehatan atau sebaliknya. Lebih
banyak perhatian harus diberikan kepada perkembangaan strategi untuk
meningkatkan derajat kesehatan keluarga.
3. Kesehatan komunitas
Berdasarkan pendapat dune, kesehatan kelompok yang baik
perilaku mampu memperbaiki kondisi kehidupan keluarga dan kelompok.
4. Kesehatan lingkungan.
Tingkat dari kesehatan lingkungan yang baik berefek luas ke
individu, keluarga, dan komunitas dapat sampai kepotensi optimal mereka.
Kesehatan lingkungan yang baik adalah manifestasi dalam keharmonisan
dan keseimbangan diantara dua manusia disekeliling mereka.
5. Kesehatan masyarakat.
Sebuah masyarakat yang baik adalah semua anggota masyarakat
mempunyai standar hidup menemukan kebutuhan dasar manusia dan
mengajak dalam beraktifitas yang cepat kepotensi mereka. Sebuah
masyarakat yang baik adalah anggota masyarakat yang mau membantu dan
bertanggungung jawab untuk kesehatan.
Teori pemahaman untuk promosi kesehatan & proteksi kesehatan
1. Theory Of Reasoned Action & Theory Of Planned Behavior
Teori ini berasumsi bahwa perilaku adalah suatu kemauan dibawah
kontrol bukan sebagai hambatan untuk menunjukkan perilaku. Kepercayaan
merupakan class dari pondasi dalam struktur konseptual, dengan
memperhatikan perilaku. Model ini memperhatikan prediksi dan bergantian,
sehingga perilaku mengikutinya.
2. Social Cognitive Theory (Self-Efficacy)
Teori kognitif sosial adalah sebuah pendekatan teori yang
menjelaskan perilaku manusia. Dengan perspektif individu merupakan
adanya suatu kekuatan pada dirinya bukan control yang otomatis pada

7
stimulus eksternal. Perilaku manusia menerangkan adanya kejadian secara
timbal balik pada tindakan yang menentukan adanya interaksi dengan
yang lainnya. Persepsi self-efficacy adalah mempertimbangkan salah
satu kekuatan untuk menyelesaikan sebuah tingkatan penampilan dalam
perilaku yang spesifik.
3. The Theory Of Interpersonal Behavior
Sebuah model perilaku meliputi afektif dan psikologis dalam
kekuatan yang menerangkan perilaku ini merupakan factor yang
memberikan perhatian dalam model-model perilaku lainnya.
4. Cognitive Evaluation Theory
Motifasi manusia adalah dasar dari sebuah susunan dalam
kebutuhan psikologisnya: dari penentuan dirinya, kompetensi dan
hubungan interpersonal. Menentukan dirinya dan motivasi intrinsic (IM)
adalah konsep utama dalam teori. Motivasi intrinsic adalah energi
dalam kebutuhan dalam dirinya dan hubungan dalam kompetensi untuk
nilai perilaku personal.
5. The Interaction Model Of Chen Health Behavior
Model interaksi kesehatan klien berfokus pada karakteristik, klien
dan factor eksternal pada klien untuk menyediakan keterangan secara
komprehensif pada tindakan langsung terhadap pengurangan resiko dan
promosi kesehatan.

C. Paradigma Keperawatan
Paradigma keperawatan menggabungkan konsep orang, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan (Alligood 2014). Konsep-konsep ini secara
independen signifikan, namun interlaced untuk membentuk sebuah model
dari disiplin keperawatan. Mengingat interpretasi yang unik dari setiap
konsep, pemanfaatan teori keperawatan tertentu bergantung pada pandangan
dunia.
Konsep manusia adalah multidimensi dan menggabungkan sosial
ekonomi, budaya, biologis, dan psikologis varians. Pengalaman hidup
membentuk kemampuan seseorang untuk mengatasi tantangan serta

8
kemampuan mereka untuk meramalkan konsekuensi dari perilaku ini. Setiap
orang memiliki pandangan yang unik dari dunia karena nuansa luar biasa
yang telah dibuat, kepribadian dan persepsi mereka.
Hubungan antara orang dan lingkungan mereka dapat memiliki
pengaruh yang signifikan pada kesehatan mereka. Akses ke makanan bergizi,
paparan bahaya kesehatan, dan perilaku pribadi berisiko adalah pengamatan
dilihat dalam pengaturan klinis. Dampak yang kurang mudah terlihat
termasuk situasi hidup, norma-norma budaya/masyarakat, dan sistem
dukungan sosial.
Konsep kesehatan dianggap sebagai keadaan pikiran yang mungkin
ada meskipun kehadiran penyakit kronis atau penyakit. Kesehatan diukur
pada kontinum di mana periode penyakit dapat menggoyahkan kemampuan
seseorang untuk mempertahankan homeostasis. Oleh karena itu, di saat krisis,
penekanan ditempatkan pada proses penyakit. Namun, status kesehatan
seseorang dapat meningkat selama krisis sebagai perilaku mereka berubah,
menciptakan perbaikan ditandai dalam perasaan mereka secara keseluruhan
kesejahteraan. Defisit perawatan kesehatan baik dapat diperburuk atau
dibantu oleh unsur-unsur dari komponen lainnya.
Perawat memainkan peran penting dalam memfasilitasi kemampuan
pasien untuk mengenali dan mencapai keseimbangan dalam hidup. Untuk
mendukung klien dalam usaha ini perawat harus mengidentifikasi apa yang
berharga untuk klien dalam jangka pendek sambil membantu klien dalam
mengembangkan tujuan jangka panjang. Memberdayakan klien dengan
pengetahuan dan memberikan intervensi perawat khusus melibatkan
kolaborasi dan introspeksi.
Nolla J. Pender pada tahun 1982 dalam upaya untuk menjelaskan
bagaimana orang melihat kesehatan mereka dan bagaimana latar belakang
dan kekuatan lingkungan tindakan pribadi langsung; akhirnya, fungsinya
adalah untuk memprediksi potensi perilaku kesehatan yang positif untuk
kelompok individu atau (Sakraida 2014). Promosi kesehatan di mana-mana
dalam keperawatan. Oleh karena itu, model ini dapat diterapkan dalam arti
luas. Namun, hal itu dapat diterapkan pada tingkat individu sedangkan

9
akuntansi untuk pengalaman sosial budaya yang unik untuk menjelaskan
fenomena perilaku mempromosikan kesehatan (Kearney-Nunnery, 2008).
Pender merevisi model ini terakhir pada tahun 2006 untuk lebih
meningkatkan kegunaannya dalam mengembangkan intervensi keperawatan
dalam mempromosikan kesehatan (McCullagh, 2013). Revisi menekankan
peran bahwa harapan memiliki dalam memprediksi kemanjuran intervensi
keperawatan dan meningkatkan status kesehatan klien (Ho, Berggren &
Dahlborg-Lyckhage, 2010).
HPM membagi proposisi utama dalam tiga kategori utama:
karakteristik individu dan pengalaman, kognisi perilaku spesifik dan
mempengaruhi, dan hasil perilaku (Kazer & Fitzpatrick, 2012). Penentu
utama lebih dikategorikan dalam proposisi ini untuk memprediksi perilaku
mempromosikan kesehatan. Kognisi perilaku spesifik diidentifikasi sebagai
manfaat yang dirasakan tindakan, hambatan untuk bertindak, self-efficacy,
aktivitas terkait mempengaruhi, pengaruh interpersonal, dan pengaruh
situasional (Sakraida 2014). Komitmen seseorang untuk sebuah rencana
tindakan, serta tuntutan dan preferensi bersaing selanjutnya diukur untuk
memprediksi hasil (McCullagh, 2013).
McCullagh (2013) menegaskan bahwa inti dari HPM didasarkan pada
teori-teori perilaku manusia, yang menganalisis dinamika motivasi pribadi;
yang paling berpengaruh adalah teori sosial-kognitif (SCT) dan teori
kepentingan (EVT). Hambatan tindakan yang bisa dikembangkan untuk
tindakan keperawatan tetapi sangat tergantung pada kesiapan untuk bertindak
oleh pasien (Stark, Chase, & DeYoung, 2010). Apakah aktual atau yang
dirasakan, hambatan untuk tindakan mungkin termasuk "waktu,
ketidaknyamanan, kesulitan perilaku, serta biaya personal" (Stark et al.,
2010). tuntutan attentional seperti kemampuan untuk multitask dan
memproses informasi baru, serta tuntutan afektif, yang mencakup reaksi
emosional terhadap stres, kesepian, dan kerugian harus dipertimbangkan
karena dapat membatasi perilaku promosi kesehatan, terutama pada populasi
lanjut usia (Stark et al., 2010). Menurut McGuire & Anderson, hambatan

10
yang dirasakan diidentifikasi sebagai faktor yang paling dominan yang
mempengaruhi perilaku promosi kesehatan.
Asumsi utama dari teori ini fokus pada unsur-unsur paradigma yang
Pender gambarkan yakni:

1. Manusia
Manusia sebagai makhluk holistik yang berusaha untuk
mewujudkan sebuah negara yang optimal dari aktualisasi diri dengan
menggunakan atribut bawaan dan eksistensial untuk beradaptasi dengan
lingkungan dan mencapai keseimbangan (Sakraida 2014). Isyarat ini
sementara membimbing seseorang menuju negara yang sejahtera
sepanjang kontinum melalui jalur yang paling resistensi. Meskipun
manusia tersebut dipandang sebagai diri regulator independen, penyedia
layanan kesehatan berpengaruh dalam memprovokasi perubahan gaya
hidup dengan peran-pemodelan dan memberikan wawasan (Sakraida
2014). HPM ini didorong oleh persepsi klien keberhasilan; apakah
perilaku akan menghasilkan hasil yang diinginkan tergantung pada upaya
yang dilakukan dan tingkat kesulitan.
Manusia dalam model promosi kesehatan mengacu pada individu
yang merupakan fokus utama dari model pender ini, setiap orang memiliki
karakteristik pribadi yang unik dan pengalaman yang mempengaruhi
tindakan selanjutnya. Diakui bahwa individu belajar perilaku kesehatan
dari keluarga dan comunity, sehingga model mencakup komponen untuk
penilaian dan intervensi pada keluarga dan comunity tingkat serta pada
tingkat individu.
Konsep Pender tentang manusia tersebut adalah jumlah dari
pengalaman dan kategori atribut pribadi termasuk biologis, psikologis, dan
pengaruh sosial budaya (Sakraida 2014). Lebih khusus, Pender mencari
pandangan yang paling komprehensif dan optimis manusia dan
mendefinisikan status kesehatan sebagai keadaan halus keseimbangan
antara masing-masing orang dan atau lingkungannya (McCullagh, 2013).

11
Orang berusaha untuk pertumbuhan dan kemampuan beradaptasi dalam
lingkungan hisor nya.
2. Lingkungan
Lingkungan dalam teori Pender ini didefinisikan sebagai
pengaruh interpersonal dan situasional, bukan kekuatan statis.
Lingkungan mengacu pada keadaan fisik, interpersonal, dan ekonomi di
mana orang hidup. Kualitas lingkungan tergantung pada tidak adanya zat
beracun, ketersediaan makanan dan sebagainya.
3. Sehat
Model Pender ini memandang kesehatan sebagai keadaan makhluk
yang bervariasi dalam tingkat sepanjang kontinum, yang dipengaruhi oleh
pengubah internal dan eksternal. "Pender mendefinisikan kesehatan
sebagai aktualisasi potensi manusia yang melekat dan diperoleh melalui
perilaku yang diarahkan pada tujuan, perawatan diri yang kompeten, dan
hubungan yang memuaskan dengan orang lain untuk menjaga integritas
struktural dan harmoni "(McCullagh, 2013).
4. Perawat
Dalam model Pender ini perawat memainkan peran utama dalam
memberikan informasi yang lengkap dan akurat kepada klien untuk
mempromosikan self-efficacy, yang dibuat lebih efektif bila kepercayaan
praktisi dirasakan dalam keterampilan nya sendiri/ pengetahuan yang luas.
Tujuan utama dari perawat adalah untuk membantu orang dan bisa
merawat diri sendiri.

D. Model Promosi Kesehatan Menurut Nolla J. Pender


1. Pengertian Teori Model Promosi Kesehatan (Health Promotion Model/HPM)
Model Promosi Kesehatan adalah suatu cara untuk menggambarkan interaksi
manusia dengan lingkungan fisik dan interpesonalnya dalam berbagai dimensi.
Model ini mengintegrasikan teori nilai harapan (Expectancy-value) dan teori
kognitif sosial (Social Cognitive Theory) dalam perspektif keperawatan manusia
dilihat sebagai fungsi yang holistik. Bagan RPM dapat dilihat sebagai
berikut:

12
Model Promosi Kesehatan Nola J, Pender

Faktor persepi kognitif Factor modifikasi Partisipasi dlm perilaku


peningkatan kesehatan

Persepsi control kesehatan Karakteristik demografi

Menetapkan perilaku
Persepsi efektifitas diri
Karakteristik biologi
promosi kesehatan

Definisi kesehatan Syarat untuk bertindak


interpersonal

Persepsi status kesehatan


Factor situasi

Persepsi manfaat perilaku


promosi kesehatan

Persepsi hambatan
terhadap perilaku promosi
kesehatan
Model Promosi Kesehatan Nola J, Pender

Sumber : Tommey dan Alliod, 2006. Nursing Theorist and Their Work
Philadelphia,. Mosby

2. Komponen Teori Model Promosi Kesehatan


Adapun komponen elemen dari teori ini adalah sebagai berikut
a. Teori Nilai Harapan (Etpectancy-Value Theory)
Menurut teori nilai harapan, perilaku sehat bersifat rasional
dan ekonomis. Seseorang akan mulai bertindak dari perilakunya akan
tetap digunakan dalam dirinya, ada 2 hal pokok yaitu :
1) Hasil tindakan bernilai positif
2) Pengambilan tindakan untuk menyempurnakan hasil yang
diinginkan.

13
b. Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory)
Teori model interaksi yang meliputi Iingkungan, manusia dan
perilaku yang saling mempengaruhi. Teori ini menekankan pada:
1) Pengarahan diri (self direction)
2) Pengaturan diri (self regulation)
3) Persepsi terhadap kemajuan diri (self efficacy).
Teori ini mengemukakan bahwa manusia memiliki kemampuan
dasar:
1) Simbolisasi yaitu proses dan transformasi pengalaman sebagai
petunjuk untuk tindakan yang akan datang.
2) Pikiran ke depan, mengantisipasi kejadian yang akan muncul
dan merencanakan tindakan untuk mencapai tujuan yang bermutu
3) Belajar dari pengalaman orang lain. Menetapkan peraturan untuk
generasi dan mengatur perilaku melalui observasi tanpa perlu
melakukan trial dan error
4) Pengaturan diri menggunakan standar internal dan reaksi evaluasi
diri untuk memotivasi dan mengatur perilaku, mengatur lingkungan
eksternal untuk menciptakan motivasi dalam bertindak.
5) Refleksi diri, berpikir tentang proses pikir seseorang dan secara
aktif memodifikasinya.
Menurut teori ini kepercayaan diri dibentuk melalui observasi
dan refleksi diri. Kepercayaan diri terdiri dari :
1) Pengenal diri (self atribut)
2) Evaluasi diri (self evaluation)
3) Kemajuan diri (self efficacy).
Kemajuan diri adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
tindakan-tindakan tertentu yang berkembang melalui pengalaman,
belajar dari pengalaman yang lain persuasi verbal dan respons
badaniah terhadap situasi tertentu. Kemajuan diri merupakan fungsi dari
kemampuan (capability) yang berlebihan yang membentuk kompetensi dan
kepercayaan diri. Kemajuan adalah konstruksi sentral dari HPM.

14
3. Asumsi dari Model Promosi Kesehatan
a. Manusia mencoba menciptakan kondisi agar tetap hidup di mana
mereka dapat mengekspresikan keunikannya.
b. Manusia mempunyai kapasitas untuk merefleksikan kesadaran
dirinya, termasuk penilaian terhadap kemampuannya.
c. Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan
mencoba mencapai keseimbangan antara perubahan dan stabilitas.
d. Setiap individu secara aktif berusaha mengatur perilakunya.
e. Individu merupakan makhluk bio-psiko-sosial yang
kompleks, berinteraksi dengan lingkungannya secara terus menerus,
menjelmakan lingkungan yang diubah secara terus menerus.
f. Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan
interpersonal yang berpengaruh terhadap manusia sepanjang
hidupnya.
g. Pembentukan kembali konsep diri manusia dengan lingkungan adalah
penting untuk perubahan perilaku.
4. Proposisi Model Promosi Kesehatan
a. Perilaku sebelumnya dan karakteristik yang diperoleh mempengaruhi
kepercayaan dan perilaku untuk meningkatkan kesehatan.
b. Manusia melakukan perubahan perilaku di mana mereka
mengharapkan keuntungan yang bernilai bagi dirinya.
c. Rintangan yang dirasakan dapat menjadi penghambat kesanggupan
melakukan tindakan, suatu mediator perilaku sebagaimana perilaku
nyata.
d. Promosi atau pemanfaatan diri akan menambah kemampuan untuk
melakukan tindakan dan perbuatan dari perilaku.
e. Pemanfaatan diri yang terbesar akan menghasilkan sedikit rintangan
pada perilaku kesehatan spesifik.
f. Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik
dapat menambah hasil positif.
g. Ketika emosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan
perilaku, maka kemungkinan menambah komitmen untuk bertindak.

15
h. Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model
perilaku itu menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat
mendukung perilaku yang sudah ada.
i. Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber
interpersonal yang penting yang mempengaruhi, menambah atau
mengurangi keinginan untuk berperilaku promosi kesehatan.
j. Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal dapat menambah atau
mengurangi keinginan untuk berpartisipasi dalam perilaku promosi
kesehatan.
k. Komitmen terbesar pada suatu rencana kegiatan yang spesifik lebih
memungkinkan perilaku promosi kesehatan dipertahankan untuk
jangka waktu yang lama.
l. Komitmen pada rencana kegiatan kemungkinan kurang menunjukkan
perilaku yang diharapkan ketika seseorang mempunyai kontrol yang
sedikit dan kebutuhan yang diinginkan tidak tersedia.
m. Komitmen pada rencana  kegiatan kurang menunjukkan  perilaku
yang diharapkan ketika tindakan-tindakan lain lebih atraktif dan juga
lebih suka pada perilaku yang diharapkan.
n. Seseorang dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal
dan lingkungan fisik yang mendorong melakukan tindakan kesehatan.

16
E. Penjelasan Model HPM Pender

Kerangka Konseptual Model Promosi Kesehatan


Hasil Perilaku
Sifat2 & Pengalaman Perilaku Spesifik
Individu Pengetahuan dan Sikap

Keuntungan2 dari
tindakan yang dirasakan
Kebutuhan bersaing
Hubungan dengan segera (control rendah)
Penghambat2 untuk & Pilihan2 (Kontrol
perilaku sebelumnya bertindak yang dirasakan tinggi

Kemajuan diri
dirasakan
Tindakan yang terkait
Faktor Pribadi; yang mempengaruhi
Komitment pd Metode
biologi,psikologis, Rencana Perilaku
social budaya Tindakan Promosi
Pengaruh hubungan Kesehatan
interpersonal (klg, (HPM)
kelompok, provider),
norma dukungan dan
model

Pengaruh situasional;
pilihan, sifat kebutuhan;
estetika

Revisi Model Promosi Kesehatan (Pender, N.J, Murdaugh, C.L., & Parsons,
M.A (2002). Promosi kesehatan dalam praktik keperawatan dikutip dart Tomey &
Alligood (2006) hal 458.

A. Karakteristik dan pengalaman individu


1. Perilaku sebelumnya
Perilaku sebelumnya mempunyai pengaruh langsung atau tidak
langsung dalam pelaksanaan perilaku promosi kesehatan, yaitu:

17
a. Pengaruh langsung dari perilaku masa lalu terhadap perilaku
promosi kesehatan saat ini dapat menjadi pembentuk kebiasaan
yang mempermudah seseorang melaksanakan perilaku tersebut
secara otomatis.
b. Pengaruh tidak langsungnya adalah melalui persepsi pada self
efficacy, manfaat, hambatan dan pengaruhi aktivitas yang muncul
dari perilaku tersebut. Pengaruh positif atau negatif dari perilaku
baik sebelum saat itu ataupun setelah perilaku tersebut
dilaksanakan akan dimasukan kedalam memori sebagai informasi
yang akan dimunculkan kembali saat akan melakukan perilaku
tersebut di kemudian waktu. Perawat dapat membantu pasien
membentuk suatu riwayat perilaku yang positif bagi masa depan
dengan memfokuskan pada tahap perilaku tersebut. Membantu
pasien bagaimana mengatasi rintangan dalam melaksanakan
perilaku tersebut dan meningkatkan level/kadar  efficacy dan
pengaruh positif melalui pengalaman yang sukses dan feed back
yang positif.
2. Faktor personal
Faktor personal meliputi aspek biologis, psikologis dan
social budaya. Faktor–faktor ini merupakan prediksi dari perilaku yang
didapat dan dibentuk secara alami oleh target perilaku.
a. Faktor biologis personal 
Termasuk dalam faktor ini adalah umur, indeks massa tubuh, status
pubertas, status menopause, kapasitas aerobik, kekuatan,
kecerdasan atau keseimbangan.
b. Faktor psikologis personal 
Varibel yang merupakan bagian dari faktor ini adalah harapan diri,
motivasi, kemampuan personal, status kesehatan, dan definisi sehat
c. Faktor social kultural 
Faktor ini meliputi suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi

18
B. Perilaku spesifik pengetahuan dan sikap (behaviour-spesific cognitionsand
affect)
1. Manfaat tindakan (perceived benefits of actions)
Rencana seseorang melaksanakan perilaku tertentu tergantung
pada antisipasi terhadap manfaat atau hasil yang akan dihasilkan.
Antisipasi manfaat merupakan representasi mental dan konsekuensi
perilaku positif berdasarkan teori expecting value.
2. Hambatan tindakan yang dirasakan (perceived barriers to actions)
Hambatan yang diantisipasi telah secara berulang terlihat dalam
penelitian empiris, mempengaruhi intensitas untuk terlibat dalam suatu
perilaku yang nyata dan perilaku actual yang dilaksanakan. Dalam
hubungannya dengan perilaku promosi kesehatan, Hambatan-
hambatan ini dapat berupa imaginasi maupun nyata. Hambatan ini
terdiri atas: persepsi mengenai ketidaktersediaan, tidak menyenangkan,
biaya, kesulitan atau penggunaan waktu untuk tindakan-tindakan
khusus. Hambatan-hambatan ini sering dilihat sebagai suatu blocks,
rintangan dan personal cost dari perilaku yang diberikan.
Hilangnya kepuasan dalam menghindari atau menghilangkan
perilaku-perilaku yang merusak kesehatan seperti merokok atau makan
makanan tinggi lemak untuk mengadopsi perilaku/gayahidup yang
lebih sehat juga dapat menjadi suatu halangan. Halangan ini biasanya
membangunkan motivasi untuk menghindari perilaku-perilaku yang
diberikan. Bila kesiapan untuk bertindak rendah dan hambatan tinggi
maka tindakan ini tidak mungkin terjadi. Jika kesiapan untuk bertindak
tinggi dan harnbatan rendah kemungkinan untuk melakukan tindakan
lebih besar. Barier tindakan seperti yang dilukiskan dalam HPM
mempengaruhi promosi kesehatan secara langsung dengan bertindak
sebagai locks terhadap tindakan seperti penurunan komitmen untuk
merencanakan tindakan.

3. Kemajuan diri (perceived self efficacy)

19
Self efficacy seperti didefinisikan oleh Bandura
adalah judgment/keputusan dari kapabilitas seseorang untuk
mengorganisasi dan menjalankan tindakan secara nyata. Judgment dari
personal efficacy dibedakan dari harapan yang ada dalam tujuan.
Perceived self efficacy adalah judgment dari kemampuan untuk
menyelesaikan tingkat performance yang pasti, dimana tujuannya atau
harapannya adalah suatu judgment dari suatu konsekuensi (contohnya
benefit dan cost) sebanyak perilaku yang akan dihasilkan. Persepsi dari
ketrampilan dan kompetensi dalam domain motivasi individu
untuk melibatkan perilaku-perilaku yang mereka lalui. Perasaan
efficacy dan keterampilan dalam performance seseorang sepertinya
mendorong untuk melibatkan/ menjalankan perilaku yang lebih banyak
daripada perasaan ceroboh dan tidak terampil.
Pengetahuan individu tentang self efficacy didasarkan pada 4
tipe informasi :
a. Pencapaian performance dari perilaku yang dilaksanakan secara
nyata dan evaluasi performance yang berhubungan
dengan beberapa standar pribadi atau umpan balik yang diberikan
b. Pengalaman-pengalaman dan mengobservasi performan-ce orang
lain dan hubungannya dengan evaluasi diri sendiri dan umpan balik
dan orang lain.
c. Ajakan secara verbal kepada orang lain bahwa mereka mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan tindakan tertentu.
d. Kondisi psikologis (kecemasan, ketakutan, ketenangan) di mana
seseorang menyatakan kemampuannya
Dalam HPM,  self efficacy yang diperoleh dipengaruhi oleh
aktivity related affect. Semakin positif  affeck, semakin besar persepsi
eficacynya, sebaliknya self eficacy mempengaruhi hambatan tindakan,
dimana efficacy yang tinggi akan mengurangi persepsi terhadap
hambatan untuk melaksanakan perilaku yang ditargetkan. Self efficacy
memotivasi perilaku promosi kesehatan secara langsung dengan

20
harapan efficacy dan secara tidak langsung dengan mempengaruhi
hambatan dan komitmen dalam melaksanakan rencana tindakan.

1) Activity-related affect (sikap yang berhubungan dengan aktivitas)


Perasaan subjektif muncul sebelum, saat dan setelah
suatu perilaku, didasarkan pada sifat stimulus perilaku itu sendiri.
Respon afektif ini dapat ringan, sedang atau kuat dan secara sadar
di nanti, disimpan didalam memori dan dihubungkan dengan
pikiran-pikiran perilaku selanjutnya. Respon-respon afektif
terhadap perilaku khusus terdiri atas 3 komponen yaitu : emosional
yang muncul terhadap tindakan itu sendiri (activity-related),
menindak diri sendiri (self-related), atau lingkungan dimana
tindakan itu terjadi (context-related).
Perasaan yang dihasilkan kemungkinan akan
mempengaruhi apakah individu akan mengulang perilaku itu lagi
atau mempertahankan perilaku lamanya. Perasaan yang tergantung
pada perilaku ini telah diteliti sebagai determinan perilaku
kesehatan pada penelitian terakhir. Perilaku yang berhubungan
dengan afek positif kemungkinan akan di ulang dan yang negatif
kemungkinan akan dihindari. Beberapa perilaku bisa menimbulkan
perasaan positif dan negatif. Dengan demikian, keseimbangan di
antara afek  positif dan negative sebelum, saat dan setelah perilaku
tersebut merupakan hal yang penting untuk diketahui. 
Activity-related affect ini berbeda dari dimensi evaluasi
terhadap sikap yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen.
Dimensi evaluasi terhadap sikap lebih mencerminkan evaluasi
afektif pada hasil spesifik dari suatu perilaku dari pada respon
terhadap sifat stimulus perilaku itu sendiri. Untuk beberapa
perilaku yang diberikan, rentang penuh dari perasaan negatif dan
positif harus diuraikan sehingga keduanya dapat diukur secara
akurat. Dalam beberapa instrument untuk mengukur afek, perasaan
negatif diuraikan secara lebih luas dari pada perasaan positif. Hal

21
ini tidak rnengherankan karena kecemasan, ketakutan dan depresi
telah diteliti lebih banyak dibandingkan perasaan senang, gembira
dan tenang.  Berdasarkan teori kognitif social, terdapat hubungan
antara  self-efficacy dan activity related  affect.
McAulay dan Courneya menemukan bahwa respon afek
positif saat latihan merupakan predictor yang penting terhadap
efficacy setelah latihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bandura
bahwa respon emosional dan pengaruhnya terhadap keadaan
psikologis saat melakukan suatu perilaku berperan sebagai sumber
informasi efficacy. Dengan demikian, activity-related
Affect dikatakan mempengaruhi perilaku kesehatan secara langsung
maupun tidak langsung melalui  self-efficacy dan komitmen
terhadap rencana tindakan.
2) Interpersonal Influences
Menurut HPM, pengaruh interpersonal adalah kesadaran
mengenai perilaku, kepercayaan atau pun sikap terhadap orang
lain. Kesadaran ini bisa atau tidak  bisa sesuai dengan kenyataan.
Sumber utama pengaruh interpersonal pada perilaku promosi
kesehatan adalah keluarga (orang tua dan saudara kandung), teman,
dan petugas perawatan kesehatan. Pengaruh interpersonal meliputi:
norma (harapan dari orang-orang yang berarti), dukungan sosial
(dorongan instrumental dan emosional) dan modeling
(pembelajaran melalui mengobservasi perilaku khusus seseorang).
Tiga proses interpersonal ini pada sejumlah penelitian kesehatan
tampak mempredisposisi seseorang untuk melaksanakan perilaku
promosi kesehatan. Norma sosial mernbentuk standar pelaksanaan
yang dapat dipakai atau ditolak oleh individu. Dukungan sosial
untuk suatu perilaku menyediakan sumber-sumber dukungan yang
diberikan oleh orang lain. Modeling menggambarkan komponen
berikutnya dari perilaku kesehatan dan merupakan strategi yang
penting bagi perubahan perilaku dalam teori kognitif sosial.
Pengaruh interpersonal mernpengaruhi perilaku promosi kesehatan

22
secara langsung maupun tidak langsung melalui tekanan social atau
dorongan untuk komitmen terhadap rencana tindakan.
Individu sangat berbeda dalam sensitivitas mereka terhadap
harapan, contoh pujian orang lain. Namun, diberikan motivasi yang
cukup untuk berperilaku dalam cara yang konsisten dengan
pengaruh interpersonal, individu mungkin akan
melakukan perilaku-perilaku yang akan menimbulkan pujian.
3) Situational influences (pengaruh situasional)
Persepsi dan kesadaran personal terhadap berbagai situasi
atau keadaan dapat memudahkan atau menghalangi suatu perilaku.
Pengaruh situasi pada perilaku promosi kesehatan meliputi
persepsi terhadap pilihan yang ada, kharakteristik permintaan, dan
ciri-ciri estetik dari suatu lingkungan dimana perilaku tersebut
dilakukan. Individu tertarik dan lebih kompeten dalam perilakunya
di dalam situasi atau keadaan lingkungan yang mereka rasa lebih
cocok dari pada lingkungan yang tidak cocok, lingkungan
yang berhubungan dari pada yang asing, lingkungan yang aman
dan meyakinkan dari pada lingkungan yang tidak aman dan
mengancarn. Lingkungan yang menarik  juga lebih diinginkan
untuk melaksanakan perilaku kesehatan.
Dalam HPM, pengaruh situasional telah dikemukakan
sebagai pengaruh langsung atau tidak langsung pada perilaku
kesehatan. Situasi dapat secara langsung mempengaruhi perilaku
dengan menyediakan suatu lingkungan yang diisi dengan petunjuk-
petunjuk yang akan menimbulkan tindakan. Sebagai contoh, sutau
lingkungan yang di tulis dilarang merokok akan menciptakan
karakteristik perilaku tidak merokok dilingkungan tersebut seperti
yang diminta. Kedua situasi ini mendukung komitmen untuk
tindakan kesehatan. Pengaruh situasional telah memberikan sedikit
perhatian pada penelitian HPM sebelumnya dan dapat diteliti lebih
lanjut sebagai determinan yang secara potensial penting bagi
perilaku kesehatan. Mereka dapat dipegang sebagai kunci penting

23
dalam mengembangkan strategi baru yang lebih efektif untuk
memfasilitasi penerimaan dan pemeliharaan perilaku kesehatan.
C. Hasil perilaku
Tanggung jawab untuk merencanakan tindakan (POA) merupakan
awal dari suatu peristiwa perilaku. Tanggung jawab ini akan mendorong
individu ke arah perilaku yang di harapkan.
1. Tanggung jawab untuk merencanakan tindakan (POA).
Manusia umumnya meningkatkan perilaku berorganisasi dari
pada tidak. Kesengajaan adalah faktor utama yang menentukan
kemauan berperilaku. Tanggung jawab dalam merencanakan
tindakan pada HPM yang telah direvisi menunjukkan pokok yang
mendasari proses kognitif:
2. Tanggung jawab untuk melakukan tindakan yang spesifik pada waktu
dan tempat yang telah diberikan dengan orang-orang tertentu atau
secara sendirian, dengan mengabaikan pilihan berkompetensi
3. Mengidentifikasi strategi-strategi yang menentukan untuk
mendapatkan, membawa dan memperkuat perilaku
4. Kebutuhan mengidentifikasi strategi-strategi spesifik digunakan pada
tempat yang berbeda didalam rangkaian perilaku, kedepannya
merupakan kemungkinan yang disengaja dan yang lebih lanjut bahwa
perencanaan tindakan (POA) yang dikembangkan oleh perawat dan
klien akan sukses di implementasikan. Tanggung jawab sendiri tanpa
strategi-strategi dari teman sejawat sering mengahasilkan tujuan yang
baik, namun gagal membentuk suatu nilai perilaku kesehatan
5. Kebutuhan Untuk Segera Berkompetisi dan Pilihan-Pilihan
Kebutuhan untuk segera berkompetisi atau pilihan-pilihan
merujuk pada alternatif perilaku yang memaksakan kedalam
kebingungan sebagai bagian dari yang mungkin terjadi sebelumnya
dan segera diharapkan menjadi perilaku promosi kesehatan yang
direncanakan. Kebutuhan berkompetisi dipandang sebagai perilaku
alternatif dimana individu relatif memiliki level kontrol yang rendah
karena ketergantungan terhadap lingkungan seperti bekerja atau

24
tanggung jawab perawatan keluarga. Kegagalan berespon terhadap
suatu kebutuhan dapat memiliki efek yang tidak menguntungkan untuk
diri sendiri atau untuk hal-hal lain yang penting. Pilihan berkompetisi
dipandang sebagai alternatif perilaku dengan kekuatan penuh yang
bersifat lebih yang mana individu relatif menggunakan level kontrol
yang tinggi. Mereka dapat mengeluarkan perilaku promosi kesehatan
dan setuju menjadi perilaku kompetisi.
Tingkat dimana individu mampu melawan pilihan kompetensi
tergantung pada kemampuannya menjadi pengatur diri. Contoh dari
“memberi” pilihan kompetisi adalah memilih makanan tinggi lemak
dari pada rendah lemak karena rasa atau selera pilihan, mengemudi
dengan melewati pusat rekreasi, selalu berlatih berhenti di mall (suatu
pilihan untuk melihat-lihat atau belanja daripada berolahraga). Kedua
kebutuhan kompetisi dan pilihan dapat menggelincirkan suatu rencana
tindakan yang salah satunya telah dilakukan. Kebutuhan kompetisi
dapat berbeda dari rintangan yang harus dibawa oleh individu dan
perilaku yang tidak diantisipasi berdasarkan pada kebutuhan eksternal
atau hasil yang tidak baik/menghitungkan dapat terjadi. Pilihan
kompetisi  dapat berbeda dari rintangan seperti kekurangan waktu,
karena pilihan kompetisi adalah dorongan terakhir yang didasari pada
hirarki pilihan yang menggelincirkan suatu rencana untuk tindakan
kesehatan yang positif. 
Ada terdapat bermacam kemampuan individu untuk
mendukung perhatian dan menghindari gangguan. Beberapa individu
dapat mempengaruhi perkembangan atau secara biologis menjadi lebih
mudah dipengaruhi selama tindakan daripada yang lain. Hambatan
pilihan kompetensi memerlukan latihan dari pengaturan diri sendiri.
Komitmen  yang kuat dapat mendukung pengabdian untuk
melengkapai suatu perilaku mengingat kebutuhan akan kornpetisi atau
pilihan. Didalarn HPM, kebutuhan kompetisi dengan segera
dan pilihan secara langsung mempengaruhi kemungkinan terjadinya
perilaku kesehatan.

25
6. Perilaku promosi kesehatan
Variable pada model ini telah ditujukan secara ekstensif
melalui buku sehingga disini memerlukan sedikit diskusi yang lebih
jauh. Perilaku promosi kesehatan adalah titik akhir atau hasil tindakan
pada HPM. Bagaimanapun harus dicatat bahwa perilaku promosi
kesehatan pada akhirnya adalah langsung bertujuan untuk mencapai
kesehatan yang positif bagi klien. Perilaku promosi kesehatan,
khususnya ketika berintegrasi menjadi gaya hidup sehat yang meliputi
semua aspek kehidupan, menghasilkan pengalarnan kesehatan yang
positif disepanjang proses kehidupan

26
27
BAB III
APLIKASI KASUS BERDASARKAN KONSEP
A. Gambaran Kasus

Ny.T tinggal bersama bersama suami dan anaknya dan seorang cucu
disebuah rumah kontrakan diperkampungan padat .Ny.T sakit Hypertensi
sudah 5 tahun. Ny.T mengeluh sakit kepala, kaku dibagian tengkuk ,cepat
lelah . Ny T belum berobat ke fasilitas kesehatan .Hanya minum obat
diwarung jika sakit kepalanya kambuh .kerena puskemas.jauh dari tempat
tinggalnya.i . Ny.T tidak pantang terhadap makanan termasuk tidak mengurangi
konsumsi garam ,masih sering makanan berlemak dan bersantan, dan masih
sering minum kopi.Ny,T jarang berolag rada.
B. Pengkajian Kasus

Berdasarkan Model Promosi Kesehatan, perawat harus melakukan


pengkajian komprehensif agar dapat mengembangkan rencana asuhan
keperawatan. Pengkajian yang dilakukan oleh perawat adalah :

Nama                                : Ny. T
Umur                                :51 th
Agama                              : Islam
Pendidikan                       : SD
Pekerjaan                          : swasta
Suku / bangsa                   : Jawa / Indonesia
Hari/Tanggal                    : Rabu / 5 Desember 2017
Waktu                              : 10.00 WIB

Data Dasar Pengkajian Pender


                                1.  Karakteristik dan Pengalaman Individu tentang hipertensi pada keluarga dan
klien Hipertensi
a.      Perilaku Sebelumnya
1).     Kebiasaan individu

28
Setiap hari klien beraktifitas dirumah yaitu dengan berjualan makanan, jika terlalu
capek klien sering mengeluh pusing, makanan yang di konsumsi setiap hari sering
asin dan bersantan, klien juga mempunyai kebiasaan minum kopi.

2)  Hambatan dari perilaku yang pernah dilakukan


Anggota keluarga yang lain menjadi hambatan, karena semua kegiatan berjualan
di lakukan sendiri, klien hidup serumah dengan ketiga anaknya dan satu orang
cucu
3)     Manfaat dari perilaku yang telah dilakuka
Produktif , bisa menghasilkan namun perilaku diatas malah memicu
meningkatnya tekanan darah Ny.T
4)     Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga
Pusing, linu-linu, batuk, pilek
5) Sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
Jika sakit klien jarang berobat ke tenaga kesehatan atau ke Puskesmas karena
jauh dari tempat tinngalnya
6) Upaya yang pernah di lakukan ketika keluarga sakit hipertensi
Istirahat, keluarga hanya beli obat warung untuk mengobati sakit
kepalanya.
                                 b.          Faktor Personal
1)   Faktor biologis
Pengkajian Tn.J Ny.T Ny.S An.W

Umur 56 th 51 th 31th 10 th

Penyakit Linu- Hipertens - BatukPilek

linu i

Imunisasi - - - -

29
2)  Faktor psikologi
a)    Status kesehatan
Ny.T mengatakan pusing berkurang, tekanan darah sudah tidak tinggi dari pada
kemarin, TD:160/100 mmHg, N:82x/mnt
b)   Motivasi
Semua keluarga memberikan dukungan terhadap kesehatan Ny.T
c)    Harapan diri dan keluarga tentang kesehatan (Hipertensi)
Keluarga dan Ny.T berharap mendapatkan obat untuk mengatasi sakit
hipertensinya dan rasa pusing tidak muncul lagi.
3)   Faktor sosial budaya
a)    Pendidikan         : SD
b)   Status ekonomi (Penghasilan  per bulan): ± Rp.750.000
2.Perilaku spesifik pengetahuan dan sikap
a)    Manfaat/harapan dari tindakan  : setelah diberikan promosi kesehatan,
keluarga diharapkan mampu merubah prilaku yang tidak sehat dan dapat
mengendalikan hipertensi pada anggota keluarganya.
b)   Hambatan
1)     Ny.T sering mengonsumsi makanan yang berlemak dan sering mimum
Kopi dan makanan asin.
2)      Ketidak tersediaan sarana prasarana: tempat tinggal Ny.T jauh denga
sarana prasarana pelayanan kesehatan.
c)    Kemajuan diri
Motivasi untuk berperilaku hidup sehat
1)   Wujud dari perilaku:
Ny.T sudah berusaha mengurangi kebiasaan minum kopi dan makanan yang dapat
memicu tekanan darah tinggi, jika capek dan butuh istirahatklien menutup warung
beberapa hari sampai merasa pusingnya hilang.
2)   Pengalaman:
Setelah memperhatikan saran dari tenaga kesehatan tekanan darah dan nyeri
kepala sudah mendingan/menurun
3)   Ajakan
Tenaga kesehatan menyarankan agar membiasakan pola hidup sehat

30
4)   Kondisi psikologi (kecemasan)        
Pasien bingung dengan keadaan yang di alami sekarang dan tidak begitu paham
dengan hipertensi.
d)   Sikap yang berhubungan dengan aktifitas
Reaksi emosional terhadap perilaku yang telah dilakukan.  apakah
mempertahankan, menghindar, merubah.  
Karena ada keingina untuk hidup sehat setelah klien berusaha berubah supaya
Hipertensi dapat dihindari dan tidak sampai menyebabkan komplikasi.
e)    Pengaruh situasional
Keadaan lingkungan sekitar
1)   Keadaan lingkungan rumah
Keadaan rumah terang ventilasi cukup, tidak tertata rapi, mempunyai jamban,
lantai dari tegel, kalau memasak masih menggunakan kayu bakar
2)   Sanitasi
Tidak ada pembuangan limbah, sampah langsung di bakar
3)   Komunitas (tetangga)
Keluarga dan tetangga berperan aktif dalam berhubungan/berinteraksi dengan
klien.
f)    Pengaruh interpersonal
1)   Dukungan sosial
Dari segi keluarga dan tetangga berperan baik dalam menciptakan hidup sehat
2)   Role model
Tidak ada panutan dari lingkungan dalam mencegah penyakitnya.
3)   Kebudayaan (nilai kepercayaan yang dianut)
Klien dan keluarga menganut Agama Islam. Klien jarang melaksanakan shalat 5
waktu.

C.Diagnosa Keperawatan
                            

a. Masalah karakteristik dan pengalaman individual

1) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan


tentang penyakit hipertensi

31
2) Gangguan perfusi jaraingan cerebral berhubungan dengan tidak adekuatnya
oksigenasi ke otak

3) Risiko terjadi komplikasi berhubungan dengan inefektif regimen terapautik

b. Masalah perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap individu

1) Penerimaan terhadap dampak penyakitnya

2) Memulai perubahan perilaku yang mendukung pola hidup sehat

3) Mengenali saling ketergantungan antar anggota keluarga

c. Masalah hasil perilaku

1) Memulai mengatur pola makan yang dapat menurunkan tekanan darah

2) Persiapan mulai memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi


hipertensi

D.Perencanaan/ Intervensi

a. Masalah karakteristik dan pengalaman individual

1) Untuk mengatasiKoping individu tidak efektif dapat dibuat rencana


keperawatan sebagai berikut :

(a) Beri penjelasn kepada keluarga tentang pengertian,penyebab,tanda dan


gejala penyakit hipertensi

(b) Diskusikan tentang akibat bila hipertensi tidak diobati

(c) Ajarkan kepada keluarga cara perawatan dan pencegahan hipertensi

d) Motivasi Ny.T untuk segera berobat tuk mengatasi hipertensi

2) Untuk mengatasi masalah gangguan perfusi jaringan cerebral rencana


tindakan yang dapat direncanakan adalah :

32
(a) Anjurkan Ny.T untuk berolah raga secara teratur

(b) Anjurkan Ny.T untuk melakukan pengukuran tekanan darah secara teratur
minimal satu bulan sekali

(c) Anjurkan Ny.T untuk mengurangi makanan berlemak dan mengurangi


konsumsi garam

d) Anjurkan kepada Ny.T untuk minum obat hipertensi secara teratur

3) Untuk mengatasi masalah risiko Komplikasi rencana keperawatan yang


dapat dilakukan adalah : Anjurka kpd Ny.T untuk melakukan tindakan
pencegahan supaya tidak terjadi komplikasi seperti berobat secara
teratur,menghindari stress. Mengurangi konsumsi garam dan berlemak .

b. Perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap individu

1) Beri penjelasan kepada Ny,T tentang dampak penyakit Hipertensi dengan


jelas supaya klien dapat menerima penyakit dan dampaknya

2) Motivasi klien untuk memulai menjalankan pola hidup yang sehat agar
penyakit hipertensi yang di derita klien dapat teratasi.

3) Memotivasi ke semua anggota keluarga untuk saling mendukung Ny.T


dalam mengatasi masalah hypertensinya. ketergantungan antar anggota
keluarga dapat ditingkatkan dengan memberikan reinforcemet saat anggota
keluarga saling mendukung ssat Ny,T melaksanakan perawatan
hipertensinya.

33
c. Hasil perilaku

1) Memulai persiapan lingkungan bagi pengobatan hipertensi dapat


ditingkatkan melalui pemberian informasi tentang perawatan hipertensi

memberikan reinforcement terhadap persiapan yang telah dilakukan.

2) Persiapan mulai memanfaatkan Fasilitas kesehatan denganmenjelaskan


manfaat fasilitas kesehatan dan jenis jenis fasilitas kesehatan yang bisa
didatangi untuk mandapatkan bantuan kesehatan..

E.Pelaksanaan
Dari perencanaan yang telah dibuat untuk mengatasi masalah hipertensi pada kasus
maka implementasi yan sudah dilaksanakan adalah sebagai berikut :
No Dx Waktu IMPLEMENTASI
1 2 – 11- 2017
1, Memberkan penjelasan kepada keluarga tentang
pengertian,penyebab,tanda dan gejala penyakit
hipertensi

2. Mendiskusikan tentang akibat bila hipertensi


tidak diobati

3, Mengajarkan kepada keluarga cara perawatan


dan pencegahan hipertensi

4.Memotivasi Ny.T untuk segera berobat tuk


mengatasi hipertensi

5.Memberikan penjelasan kepada Ny,T tentang


dampak penyakit Hipertensi dengan jelas supaya
klien dapat menerima penyakit dan dampaknya

6. Motivasi klien untuk memulai menjalankan pola


hidup yang sehat agar penyakit hipertensi yang di
derita klien dapat teratasi.

34
2 3 -11- 2017
1.Menganjurkan Ny.T untuk berolah raga secara
teratur

2. Menganjurkan Ny.T untuk melakukan


pengukuran tekanan darah secara teratur minimal
satu bulan sekali

3. Menganjurkam Ny.T untuk mengurangi


makanan berlemak dan mengurangi konsumsi
garam

4. Menganjurkan kepada Ny.T untuk minum obat


hipertensi secara teratur
3 4 – 11- 2017 1.Menganjurkan kpd Ny.T untuk melakukan
tindakan pencegahan supaya tidak terjadi
komplikasi seperti berobat secara
teratur,menghindari stress. Mengurangi konsumsi
garam dan berlemak .

2. Memotivasi klien untuk memulai menjalankan


pola hidup yang sehat agar penyakit hipertensi
yang di derita klien dapat teratasi.

3. Memulai persiapan lingkungan bagi pengobatan


hipertensi dapat ditingkatkan melalui pemberian
informasi tentang perawatan hipertensi
memberikan reinforcement terhadap persiapan

4. Menjanjurkan Ny.T mulai memanfaatkan


Fasilitas kesehatan denganmenjelaskan manfaat
fasilitas kesehatan dan jenis jenis fasilitas
kesehatan yang bisa didatangi untuk mandapatkan
bantuan kesehatan..

35
F. Evaluasi
Setelah pelaksanaan rencana tindakan maka untuk mengetahui tujuan tercapai
NO WAKTU EVALUASI
DX
1 7 – 12 - 2017 S : Klien mengatakan sudah memahami tentang
penyakit Hipertensi yang telah dijelaskan
O : Klien tampak senang
A : Tujuan tercapai
P : Tindakan Keperawatan dihentikan
2 9 – 12 -2017 S : Ny.T mengatakan akan melaksanan mau
Melaksanakan apa yang sudah dianjurkan
Oleh perawat. Klien mengatakan sakit kepalanya
Sudah hilang
O : Tekanan darah Ny.T mulai menurun
TD : 140/80 mmHg
A: Tujuan tercapai
P : Tindakan keperawatan dihentikan
3 10 -12-2017 S : Klien mengatakan mau melakasankan tindakan
Pencegahan dan mau mau berobat kePuskesmas.
O : Klien tampak bersemanagat untuk melakukan
Perwatan hipertensinya
A : Tujuan Tervcapi
P : Tindakan keperwatan di hentikan

36
BAB IV
ANALIS TEORI DENGAN KASUS

A. Kelebihan Teori
Dalam teori Nola J Pender diuraikan definisi konsep menjelaskan kejelasan dan
mengarahkan pengertian fenomena perilaku kesehatan yang kompleks, diagram
visual diilustrasikan dengan hubungan yang jelas sehingga kelebihan pada teori
pender jika digunakan dalam proses asuhan keperawatan kesehatan komunitas
adalah pengkajian dilakukan secara menyelurh meliputi:
1.Pengkajian karakteristik dan pengalaman individual yang meliputi pengkajian
perilaku sebelumnya dan pengkajian faktor personal.Dari hasil pengkajian ini
akan didapatkan hasil pengalaman pengalaman yang berhubungan dengan
penyakit yang dialami klien secara lengkap ,hal ini sangat bermanfaat untuk
perawat sebagai data penunjang dalam menentukan diagnosa keperawatan .

2.Pengkajian perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap individu yang meliputi


persepsi tentang manfaat tindakan, persepsi tentang hambatan tindakan, persepsi
tentang kemampuan diri, aktivitas yang berhubungan dengan sikap, pengaruh
interpersonal dan pengaruh situasional. Pengaruh interpersonal meliputi norma,
dukungan sosial dan role model. Pengaruh interpersonal terutama berasal dari
keluarga,kelompok dan tenaga kesehatan.Dari hasil pengajian aspek ini akan
menambah kelengkapan data yang sangat bermanfaat bagi perawatan dalam
melakukan analisa data sebelum menentukan diagnosa keperawatan .

3.Pengkajian mengenai hasil perilaku yang meliputi komitmen terhadap rencana


tindakan, tuntutan yang mendesak dan adanya pilihan-pilihan yang lebih baik
serta perilaku promosi kesehatan.Dengan pengkajian yang spesifik dan meyeluruh
dapat mempermudah perawat dalam menentukan intervensi yang tepat dan
perawat lebih memahami setiap individu dengan lebih mendalam Dalam
menentukan diagnosa juga berdasarkan masalah karakteristik dan pengalaman
individual, masalah perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap individu,masalah
hasil perilaku.

37
Sehingga intervensi dan implementasi bisa dilakukan secara tepat.

B. Kekurangan Teori
Disamping mempunyai kelebihan teori Pender mempunyai kelemahan diantaranya :1.
Kerangka konsep telah dibuat dengan menampilkan semua konsep tetapi
keterkaitan antar konsep terbatas
.
2.Pengkajian yang spesifik dan menyeluruh membutuhkan waktu yang relative
lama, sehingga pengkajian dengan menggunakan teori pender ini tidak bisa
dikukan dalam waktu yang singkat.Sebelum melakukan pengkajian secara
langsung perawat harus betul betul memahami makna dari aspek aspek pengkajian
yang dimaksud Pender,karena ada saling keterkaitan antar aspek penkajian .

38
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Dengan perubahan paradigma pelayanan kesehatan dari kuratif ke arah
promotif dan preventif Nolla. J Pender telah menghasilkan sebuah karya
fenomenal tentang “Health Promotion Model” atau model promosi kesehatan.
Dimana model tersebut menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai harapan
(expectancy value) dan teori kognitif social (social cognitive theory) yang
konsisten dengan semua teori yang memandang pentingnya promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit adalah suatu hal yang logis dan ekonomis.
Menurut WHO promosi kesehatan meliputi mendorong gaya hidup yang
lebih sehat, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan, memperkuat
tindakan masyarakat, mengorientasikan kembali pelayanan kesehatan dan
membangun kebijakan public yang sehat. Kesehatan individu dan keluarga
ditandai dengan efektifnya dalam komunitas, linkungan dan masyarakat dimana
mereka perlu hidup.
Model Promosi Kesehatan Nolla J. Pender adalah suatu cara untuk
menggambarkan interaksi manusia dengan lingkungan fisik dan interpesonalnya
dalam berbagai dimensi. Model ini mengintegrasikan teori nilai harapan
(Expectancy-value) dan teori kognitif sosial (Social Cognitive Theory) dalam
perspektif keperawatan manusia dilihat sebagai fungsi yang holistik.

B. Saran
1. Mahasiswa
Dalam pengumpulan data, penulis mendapatkan berbagai kesulitan.
Dengan usaha yang sungguh-sungguh, sehingga penulis mendapatkan data
untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Pendidikan
Pada Prodi Keperawatan, khususnya perpustakaan, agar dapat
menyediakan buku-buku yang sudah mengalami perubahan-perubahan
yang lebih maju sehingga buku tersebut bukan saja sebagai sumber ilmu

39
tetapi dapat dijadikan sumber referensi untuk materi makalah. Khususnya
untuk makalah-makalah yang akan dijadikan makalah selanjutnya.
3. Perawat
Sebagai pelaku kesehatan dan penyuluh kesehatan diharapkan dapat
memberikan contoh dalam melakukan perubahan perikaku sehat untuk diri
sendiri, keluarga, dan masyarakat. Dalam Promosi Kesehtan sangat
diperlukan peran  perawat dan dapat diterapkan pada seluruh subjek
keperawatan  individu,  keluarga,  kelompok maupun komunitas.

40
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. (2014). Nursing theorists and their work (8th ed.). St. Louis, MO:
Elsevier/Mosby.
Ho, A., Berggren, I., &Dahlborg-Lyckhage, E. (2010). Diabetes empowerment
related to Pender's Health Promotion Model: a meta-synthesis. Nursing &
Health Sciences, 12(2), 259-267.doi:10.1111/j.1442-2018.2010.00517.x
Kazer, M., & Fitzpatrick, J. (2012).Encyclopedia of Nursing Research. New York,
NY: Springer Pub.
Kearney-Nunnery, R. (2008). Advancing Your Career: Concepts of Professional
Nursing. Philadelphia: F.A. Davis.
McCullagh, M. C. (2013). Health promotion. In S. J. Peterson, & T. S. Bredow
(Eds.), Middle range theories- application to nursing research (3rd ed. (pp.
224-234). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer/Lippincott Williams &
Wilkins.
Sakraida, T. J. (2014). Health promotion model. In M. R. Alligood (Ed.), Nursing
theorists and their work (8th ed. (pp. 396-416). St. Louis, MO:
Elsevier/Mosby.
Stark, M., Chase, C., &DeYoung, A. (2010). Barriers to Health Promotion in
Community Dwelling Elders.Journal of Community Health Nursing, 27(4),
175-186.doi:10.1080/07370016.2010.515451

41
i

You might also like