You are on page 1of 5

BARANG DIBAWA DULU, BOLEH?

^_^

Dalam sebuah transaksi offline, dengan tetangga….

“Mas, saya mau nyari daster nih buat hadiah ulangtahun ibu saya…”

“Waah… silahkan mbak, ibu size-nya apa ya?”

“Naah… itu yang saya ngga tahu mas, ibu saya orangnya besar, yang jumbo ada ngga?”

Lalu saya pilihkan beberapa daster jumbo kualitas premium asli dari Pekalongan, “ini mbak, jumbo semua”

“Waaah bagus semua mas…. Tapi muat ngga ya di ibu saya,,, Hmm…” *Mikir sambil dibukain semua, milih-
milih ceritanya,, “Berapaan mas?” Lanjutnya

“Daster pendek jumbo yang cap itu 55rb an aja mbak, kalau yang lengan panjang 75rb an”

“Mas, boleh ngga kalau ini saya bawa dulu biar ibu bisa nyobain, BESOK saya kembalikan”

“Boleh” *Tetap dengan senyum terbaik

============================================================================

Kemarin, dua hari yang lalu lebih tepatnya, saya memposting hadist Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang
Khiyar (lihat screenshoot picture di bawah ini), yang juga sebenarnya, lebih tepatnya disebut sebagai “Khiyar
Majelis”.

Khiyar sediri secara bahasa bermakna MEMILIH, atau secara istilah bisa diartikan hak pelaku transaksi untuk
meneruskan atau membatalkan akad.

Jadi “Khiyar Majelis” dapat diartikan hak pelaku transaksi untuk meneruskan atau membatalkan akad, selama
belum meninggalkan TEMPAT terjadinya transaksi / jual beli. Sebelum keduanya berpisah.

Bagaimana jika seperti sekarang ini dalam jual beli ONLINE, kan pembeli tidak bertemu dengan penjual??

Nah, jika akad berlangsung via telepon waktu khiar berakhir dengan ditutupnya gagang telepon. Dan
bilamana berlangsung via internet menggunakan program messenger, bbm, whatsaap dsb, maka waktu khiar
berakhir dengan ditutupnya program tersebut.

Bagaimana kalau kita punya website yang otomatis itu?

Biasanya, ketika kita membeli sesuatu via website, kita kan mengisi daftar belanja ya, nah pengisian daftar
belanja yang kita kirim (SEND) itulah dianggap sebagai IJAB, dan biasanya kita akan mendapat jawaban via
email dari penjual tentang konfirmasi belanjaan dan berapa yang hartus ditransferkan, maka jawaban dari
penjual inilah dapat dianggap sebagai QOBUL, dengan biasanya penjual menyertakan batas maksimum
transfer. Maka waktu khiyar berakhir mengikuti batas maksimum transfer yang ditentukan oleh penjual.
Tidak dibenarkan kedua-belah pihak (penjual atau pembeli) melakukan tipuan untuk menggugurkan khiar,
seumpama: bersegera meninggalkan majelis akad dengan maksud hak khiar gugur dari pihak lain.

Berdasarkan hadist nabi :

“Penjual dan pembeli memiliki hak khiar selama mereka belum berpisah, kecuali pada akad KHIAR SYARAT,
dan tidak dibolehkan seseorang sengaja meninggalkan majelis akad karena khawatir pihak lain membatalkan
akadnya” (HR. Ahmad)
.
.
Adapun pada KHIAR SYARAT, kedua pihak atau salah satunya berhak memberikan persyaratan khiar dalam
jangka waktu tertentu. Misalnya,

Kalau dari penjual ada kalimat “Boleh return maksimal 1 minggu”

Atau dari pembeli misalnya, “aku beli barang ini dengan syarat aku berhak khiar selama 1 minggu”

Yang penting keduanya saling rela, dan jangka waktunya jelas.

.
.
Sahabatmu,
Arief Al Rashid

Upaya tipuan untuk menggugurkan khiar:


Tidak dibenarkan kedua-belah pihak melakukan tipuan untuk
menggugurkan khiar, seumpama: bersegera meninggalkan majelis
akad dengan maksud hak khiar gugur dari pihak lain.
Berdasarkan hadist nabi :
Penjual dan pembeli memiliki hak khiar selama mereka belum
berpisah, kecuali akad khiar syarat, dan tidak dibolehkan seseorang
sengaja meninggalkan majelis akad karena khawatir pihak lain
membatalkan akadnya. HR. Ahmad
.
2. Khiar Syarat:
a. Definisi.
Khiar syarat, yaitu: kedua pihak atau salah satunya berhak
memberikan persyaratan khiar dalam jangka waktu tertentu.
Misalnya: Pembeli berkata," aku beli barang ini dengan syarat aku
berhak khiar selama 1 minggu. Maka dia berhak meneruskan atau
membatalkan transaksi dalam tempo tersebut sekalipun barang
itu tidak ada cacatnya.

"Diriwayatkan dari Amru bin Auf bahwa Nabi bersabda," Orang islam
terikat dengan persyaratan (yang mereka buat) selagi syarat itu tidak
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram". (HR.
Tirmizi).

c. Syarat sah khiar syarat:


Agar khiar syarat dianggap sah disyaratkan 2 hal:
1. Kedua belah pihak saling rela, baik kerelaannya terjadi sebelum
atau saat akad berlangsung.
2. Waktunya jelas sekalipun jangkanya panjang.
d. Berakhirnya masa khiar syarat
Khiar syarat berakhir ditandai dengan berakhirnya jangka waktu yang
telah disepakati atau keduanya sepakat mengakhiri waktu khiar
sebelum berakhirnya waktu yang disepakati sebelumnya.

3. Khiar Aib
a. Definisi.
Khiar aib yaitu hak pilihan untuk meneruskan atau membatalkan akad
dikarenakan terdapat cacat pada barang yang mengurangi harganya.
Misalnya:
Retak pada dinding rumah yang merupakan obyek akad.
Mesin mobil tidak berfungsi.
Banyak terdapat buah busuk dibagian bawah keranjang saat
membelinya dalam jumlah besar.
b. Hukum menutupi cacat barang
Bila terdapat cacat yang mengurangi harga barang maka pihak penjual
berkewajiban menjelaskannya kepada pembeli, jika tidak dilakukannya
maka dia termasuk orang yang menipu.
>&_ #___P. B_ < C _%< T__ ,4UV< '__? 7__P 0&_ __ _ *_ _ _. _ 7___8 *_.
__
><. ) : :__ C 2_ :/F_ __ )__=_ #___P. : :__ H '__W_ 5(_P __ _O8 __ : :_G<
C
( * _ !&< XY __ C Z_ _ T___ *- '__W_ R/< #_&_[
Diriwayatkan dari Abu Huraira bahwa Nabi melewati setumpuk tepung
gandum yang dijual, lalu Beliau memasukkan tangannya ke dalam
tumpukan tersebut ternyata bagian dalamnya basah, Beliau bertanya,
"Apa ini hai penjual tepung?", ia menjawab, "Terkena hujan wahai
Rasulullah", lalu Beliau bersabda, "Mengapa engkau tidak meletakkannya
di bagian atas sehingga orang dapat melihatnya. Sesungguhnya orang yang
menipu tidak termasuk golonganku". HR. Muslim.
13
&=_ ,D_ "I C &=__ /4. &=__ ) : :/G_ _ *_ _ B__F : :__ _ ____ __
N_G_ __
( # # _ "_ 5_ #<I ___ #4. __ @__
Dari Uqbah bin Amir, ia berkata, "Aku mendengar Nabi bersabda, "Seorang
muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak dibenarkan seorang
muslim menjual barang yang cacat kepada saudaranya melainkan ia
jelaskan cacatnya". HR. Ibnu Majah.
c. Hak pembeli barang cacat
Seseorang yang membeli barang, ternyata barang tersebut cacat dan dia
tidak mengetahui sebelumnya maka dia berhak memilih;
1. Mengembalikan barang dan menarik kembali uang yang telah dibayar.
2. Menahan barang serta meminta sebagian dari uang yang telah
dibayarkannya sesuai dengan kekurangan harga barang tersebut
dikarenakan cacat.
Misalnya:
pak Saleh membeli mobil dengan harga 54 juta rupiah, ternyata
transmisinya tidak berfungsi maka untuk menentukan berapa uang
yang harus dikembalikan penjual maka harga mobil ditaksir oleh
pedagang dalam keadaan baik umpamanya seharga 45 juta rupiah
dan dalam kondisi transmisi rusak seharga 40 juta rupiah. Dengan
demikian selisih antara 2 harga Rp. 5 juta sama dengan 1/9 dari
harga keseluruhan. Maka pembeli boleh pilih antara menarik
kembali seluruh uangnya yaitu 54 juta rupiah atau mengambil
mobil tersebut dan menarik 1/9 dari 54 juta rupiah = 6 juta rupiah.
d. Menjual Barang Dengan Syarat tidak ada jaminan
Apabila penjual memberikan persyaratan kepada pembeli bahwa tidak ada
jaminan kerusakan pada barang dan pembeli menyetujui persyaratan
tersebut, maka apakah lepas tanggung jawab penjual? Ataukah pembeli
masih berhak menuntut kerugian jika kelak dia menemukan cacat?
Hal ini ada 2 macam:
1. Bila penjual menjelaskan cacatnya dan pembeli tahu, umpamanya:
penjual berkata,"oli mesin mobil sering berkurang," atau cacatnya
nyata, umpamanya: tampak jelas bekas tabrakan pada bagian luar
mobil. Maka penjual telah lepas tanggungannya dan pembeli tidak
memiliki khiar lagi.
2. Pembeli tidak tahu cacat barang dan penjual mensyaratkan lepas
tanggungan dari segala cacat barang.
Misalnya:
Ia berkata, "Aku jual barang ini kepadamu dengan syarat aku
lepas tanggungan dari segala cacatnya.
Dalam hal ini, pihak penjual lepas tanggungan dari seluruh cacat
barang andai dia benar-benar tidak mengetahui cacat sebelumnya
karena khiar adalah hak pembeli manakala dia rela hal itu dibolehkan.
14
Namun jika penjual tahu cacat barang sebelumnya lalu
menyembunyikan dan mensyaratkan lepas tanggungan dari seluruh
cacat barang maka dia tetap menjamin kerusakan barang tersebut,
karena tindakan ini termasuk penipuan dan pengelabuan, padahal
nabi bersabda:
( * _ !&< XY __ )
" Sesungguhnya orang yang menipu tidak termasuk golonganku".

You might also like