You are on page 1of 17

MAKALAH

PERJUANGAN INDONESIA
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN

POLITEKNIK NEGERI BALI

Oleh :

Kelompok 3

1. Ni Putu Tania (11)


2. Kadek Sherita Suciantari (12)
3. Ni Putu Tia Maharani (13)
4. Ni Made Santhi Apriliana Dewi (14)
5. Ni Komang Mentarya Junita (15)

PROGRAM STUDI D4 MANAJEMEN BISNIS INTERNASIONAL


JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
TAHUN 2022
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat -Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Pancasila tentang Perjuangan Indonesia
Mempertahankan Kemerdekaan.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Pancasila tentang Prejuangan
Indonesia Mempertahankan Kemerdekaan ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Badung, 2 November 2022

Penulis
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, bangsa Indonesia setelah merdeka banyak
masyarakatnya yang masih menderita. Dengan adanya hal ini bangsa Indonesia
harus mengambil tindakan yang dapat memakmurkan masyarakatnya, yaitu
dengan cara perjungan melalui jalur diplomasi.
Selain itu hal lainnya yang menjadi penyebab bangsa Indonesia harus
mempertahankan kemerdekaan dengan jalur diplosai, yakni karena kemerdekaan
bangsa Indonesia belum sepenuhnya diakui oleh dunia. Dan gencarnya para
penjajah dalam menjajah kembali bangsa Indonesia. Seperti ancaman militer
belanda yang berencana merebut kembali Indonesia dengan cara memanfaatkan
sekutu sebagai pemenang Perang Dunia II. Itulah beberapa hal yang ditakutkan
terjadi oleh para pejuang yang berpartisipasi dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia melaui jalur diplomasi.
Setelah hal ini berlangsung, terjadilah masa – masa yang dinamakan masa
orde lama. Jadi masa orde lama ini merupakan masa – masa selama Bangsa
Indonesia berada dibawah pimpinan Ir. Soekarno yang berlangsung selama 22
tahun. Pada masa ini terjadi beberapa pembangunan yang masih tertunda
dikarenakan bangsa Indonesia saat itu mempertahankan kemerdekaannya dan
berperang melawan agresi militer negara Belanda yang saat itu ingin menjajah
Indonesia lagi.
Selanjutnya, terdapat Masa Orde Baru, pada masa ini, Presiden Soeharto
mundur pada 21 Mei 1998. Setelah tiga dasawarsa lebih menjabat, orde baru
ambruk akibat krisis ekonomi yang melanda negeri sejak tahun 1997.
Yang terakhir ada yang Namanya masa reformasi, dimana pada masa ini
timbul ketidakpuasan yang semakin membesar dan memicu terjadinya
demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh berbagai aksi mahasiswa di
wilayah Indonesia. Kerusuhan-kerusuhan terjadi hampir di setiap daerah di
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sejarah terjadinya perjuangan bangsa Indonesia melalui jalur diplomasi ?
2. Ada apa sajakah perjuangan bagsa Indonesia melalui jalur diplomasi ?
3. Apa yang terjadi setelah perjuangan bangsa Indonesia melalui Jalur Diplomasi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah, dan berbagai macam perjuangan bangsa Indonesia
mempertahankan kemerdekaan melalui jalur diplomasi.
2. Untuk menambah ilmu dan wawasan sejarah
3. Untuk mengingat perjuangan para tokoh penting yang terlibat dalam
perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
BAB II : Isi
A. Perjuangan Bangsa Indonesia Mempertahankan Kemerdekaan Melalui
Jalur Diplomasi
Perjuangan diplomasi merupakan perjuangan yang mengutamakan perundingan
dibandingkan dengan kekerasan fisik. Lewat perjuangan diplomasi, dihasilkan kesepakatan.
Inilah beberapa penyebab mengapa bangsa Indonesia memilih perjuangan melalui jalur
diplomasi, diantaranya yaitu :
 Kondisi di Indonesia masih belum stabil
Presiden Soekarno mengumandangkan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945. Dengan dibacakannya proklamasi, Indonesia berharap sudah terlepas dari
jeratan penjajah, khususnya Belanda. Namun, Belanda masih terus berusaha menguasai
Indonesia. Indonesia pun berusaha semaksimal mungkin mempertahankan kemerdekaan
dengan berbagai cara, salah satunya lewat diplomasi. Salah satu alasan dilakukan
perjuangan diplomasi dalam mempertahankan kemerdekaan adalah karena kondisi
Indonesia saat itu masih jauh dari kata stabil di berbagai bidang. Indonesia tidak akan
mampu meladeni Belanda menggunakan kekuatan fisik saja.
 Menarik simpati dunia internasional Alasan lain di balik perjuangan diplomasi Indonesia
yaitu agar dapat menarik simpati dari dunia internasional. Dengan begitu, negara-negara
di dunia akan mendesak Belanda untuk segera menghentikan upaya penjajahan di
Indonesia yang sudah merdeka.
 Mengurangi korban jiwa Sebelum perjuangan rakyat secara diplomasi, Indonesia telah
mempertahankan kemerdekaan lewat perjuangan fisik selama tahun. Terjadi banyak
pertempuran di berbagai wilayah Indonesia, seperti Pertempuran Medan Area, Surabaya,
dan banyak lainnya. Perjuangan fisik ini memakan banyak sekali korban jiwa, baik dari
Indonesia maupun negara penjajah. Dengan perjuangan diplomasi, maka korban jiwa
akan dapat diminimalkan.
Setelah penyebab bangsa Indonesia memilih jalur diplomasi sebagai upaya mempertahankan
kemerdekaan. Adapun berbagai macam perjuangan bangsa Indonesia melalui jalur diplomasi,
yaitu :
1. Perjanjian Linggarjati
Gedung perundingan linggar jati merupakan tempat terjadinya perjanjian linggar jati antar
Indonesia dan Belanda pada 11-13 November 1946. Namun tingkat kunjungan yang masih
fluktuatif dan interprestasi di gedung ini belum efektif sehingga terjadi ketidak puasan
pengunjung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh interpretasi terhadap
kepuasan wisatawan yang berkunjung ke gedung perundingan linggarjati. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantatif, dengan cara penelitian
menggunakan kuesioner. Popolasi dalam penelitian ini yaitu pengunjung yang mengunjungi
gedung perundingan Linggarjati. Sedangkan sempel yang diambil dengan menggunakan rumus
slovins sebanyak 100 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah tegnik regresi linier
menunjukan bahwa interpretasi berpengaruh sebesar 26. Hal ini menujukkan bahwa interpretasi
berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung dan interprasi yang ada masih dapat
dioptimalkan. Saran untuk
pengelola gedung perudingan linggarjati agar tetap menjaga dan merawat benda koleksi di
gedung. Sehingga kepuasan pengunjung dapat lebih meningkatkan dan dapat menguntungkan
pihak gedung perundinggan linggarjati.
Peristiwa Perundingan Linggarjati adalah sebuah peristiwa yang menjadi awal
dimulainya dekolonisasi Belanda. Karena seperti diketahui, setelah diproklamasikannya
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Belanda belum mau mengakui
kemerdekaan Indonesia dan bersikukuh ingin memulai kembali politik kolonialnya. Hasil dari
Perundingan Linggarjati memulai diawalinya pengakuan kemerdekaan, walau baru sebatas
Sumatera, Jawa dan Madura. Pada rentang waktu 1946-1949 atau sering disebut dengan masa
revolusi kemerdekaan terjadi beberapa peristiwa yang dialami oleh bangsa Indoneisa dalam
mempertahankan kemerdekaannya. Banyak orang yang gugur dalam pertempuran melawan
Belanda. Terjadi beberapa pertempuran besar seperti Agresi Militer Satu dan Agresi Militer II.
Selain perjuangan melalui kontak senjata, dilakukan pula perjuangan melalui jalur meja-meja
perundingan. Perundingan-perundingan tersebut secara berurutan yaitu Perundingan Linggarjati
yang dilaksanakan pada Oktober 1946- Juli 1947, Perundingan Renville Desember 1947-Januari
1948 dan terakhir Konferensi Meja Bundar yang diselenggarakan di Den Haag, Belanda Agustus
– November 1949. Yang pada akhirnya diperoleh hasil penyerahan dan pengakuan kedaulatan
republik Indonesia oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949
Adapun beberapa hasil dari perundingan Linggarjati :
a. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia meliputi Jawa, Madura, dan
Sumatra.
b. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk Negara Indonesia Serikat,
dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu negara bagiannya adalah
Republik Indonesia
c. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia Belanda dengan
Ratu Belanda sebagai ketuanya
2. Perundingan Roem – royem
1949 Mohammad Roem dan Dr. J.H. van Roijen merupakan dua nama wakil delegasi antara
Indonesia dan Belanda yang menandatangani sebuah persetujuan yang diwakili oleh KTN
(Komisi Tiga Negara) diantaranya Belgia sebagai wakil dari Belanda, Australia sebagai wakil
dari Indonesia, dan Amerika sebagai penengah antara keduanya. Setelah melalui perundingan
yang berlarut-larut, maka akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai persetujuan, yang kemudian
dikenal dengan nama “Roem-Royen Statements”. Pada awalnya Persetujuan Roem Royem
tersebut ternyata tidak dapatditerima begitu saja oleh sebagian besar kalangan politisi maupun
petinggi militer dari kedua belah pihak (Republik Indonesia dan Belanda),keduanyasama-sama
berasumsi bahwa jika menerima hasil Perundingan Roem-Roijen berartimenerima suatu
kekalahan. Namun demikan, akhirnya baik pemerintah Belanda maupun pihak R.I.mau
menerima hasil persetujuan tersebut.Adapun inti dari Persetujuan Roem-Roijen adalah
pelaksanaan gencatan senjatadan pengembalian Pemerintahan R.I ke Ibukota Yogyakarta,
disertai dengan penarikanmundur pasukan Belanda di bawah pengawasan UNCI (United Nations
Commission forIndonesia).
Setelah Ibukota Yogyakarta sepenuhnya dikosongkan dari pasukanBelandamaka pada
tanggal 29 Juni 1949, Tentara Republik Indonesia (TRI) dan Presiden,Wakil Presiden, beserta
para pemimpin Republik Indonesia lainnya, kembali ke Ibukota Yogyakarta sehingga
merekadapat menjalankan kembali tugas dan wewenang dalam pemerintahannya seperti
semula.Terjadinya peristiwa Perundingan Roem-Roijenadalah merupakan salah satu
caraperjuangan Bangsa Indonesia guna mempertahankan kemerdekaannya melaluistrategi
diplomasi, sehingga kembalinya kekuasaan Pemerintahan Republik Indonesia keIbukota
Yogyakarta adalah suatu realitas yang pada gilirannya dapat memulihkan kembali sistem
keamanan, ketertiban, dan perdamaian di seluruh tanah air Indonesia,dan akan menjadi daya
dorong kuat bagi terselenggaranya Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag,
NegeriBelanda.
Delegasi Indonesia menyatakan kesediaan pemerintah Republik Indonesia untuk:
1. Menghentikan Perang Gerilya
2. Bekerja sama dalam mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan
dan
3. Ikut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag untuk mempercepat pengakuan
kedaulatan kepada Negara Indonesia Serikat dengan tanpa syarat.Pernyataan dari delegasi
Belanda

3. Prundingan Renville
Perjanjian Renville diambil setelah Belanda tak kunjung menepati hasil Perjanjian
Linggarjati (1947) yaitu mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto. Kronologi Perjanjian
Renville Agresi Militer Belanda I yang dimulai sejak 21 Juli 1947 tak hanya menimbulkan reaksi
di tanah air namun juga dunia Internasional. Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) kemudian
membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) yang terdiri atas Australia, Belgia, dan Amerika Serikat.
Indonesia memilih Australia yang diwakili oleh Richard Kirby sementara Belanda memilih
Belgia yang diwakili oleh Paul van Zeeland. Kemudian Australia dan Belgia bersepakat memilih
Amerika Serikat yang diwakili oleh Frank Porter Graham. Dalam perundingan tersebut,
Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin dan pihak Belanda diwakili oleh R.
Abdulkadir Wijoyoatmojo.
Pada 8 Desember 1947 hingga 17 Januari 1948 Perjanjian Renville disepakati di atas kapal
perang Amerika Serikat USS Renville sebagai tempat netral. Kapal perang Amerika Serikat USS
Renville saat itu berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Isi Perjanjian Renville Berikut
adalah isi Perjanjian Renville yang ditandatangani pada 17 Januari 1948:
1. Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan segera.
2. Republik Indonesia merupakan negara bagian dalam RIS.
3. Belanda tetap menguasai seluruh Indonesia sebelum RIS terbentuk.
4. Wilayah Indonesia yang diakui Belanda hanya Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera.
5. Wilayah kekuasaan Indonesia dengan Belanda dipisahkan oleh garis demarkasi yang disebut
Garis Van Mook.
6. Tentara Indonesia ditarik mundur dari daerah-daerah kekuasaan Belanda (Jawa Barat dan
Jawa Timur).
7. Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda dengan kepalanya Raja Belanda.
8. Akan diadakan plebisit atau semacam referendum (pemungutan suara) untuk menentukan
nasib wilayah dalam RIS.
9. Akan diadakan pemilihan umum untuk membentuk Dewan Konstituante RIS.
Dampak Perjanjian Renville : Akibat Perjanjian Renville luas wilayah Indonesia menjadi
semakin sempit dan sangat merugikan. Para tentara di Jawa Barat harus berpindah ke Jawa
tengah yang dikenal dengan peristiwa Long March Siliwangi. Bahkan ibu kota negara juga harus
berpindah dari Jakarta karena tidak lagi menjadi wilayah kekuasaan Indonesia. Hal ini
memunculkan rasa kecewa dan membuat munculnya perlawanan di berbagai daerah. Bahkan
Perdana Menteri Amir Sjarifuddin mundur dari jabatannya pada 23 Januari 1948 karena
dianggap gagal mempertahankan wilayah kedaulatan Indonesia. Puncaknya, Belanda kembali
menghianati kesepakatan Perjanjian Renville dengan memulai Agresi Militer Belanda II.
Peristiwa ini ditandai dengan pemboman lapangan terbang Maguwo, Yogyakarta pada 18
Desember 1948.
4. Konferensi Meja Bundar {KMB}
Konferensi Meja Bundar (KMB) menjadi tonggak sejarah kemerdekaan Indonesia. Pasalnya,
setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Belanda masih
berupaya menguasai Indonesia. Berbagai upaya dilakukan Indonesia agar bisa merdeka. Mulai
dari perang gerilya hingga diplomasi. Konferensi Meja Bundar yang digelar di Den Haag,
Belanda menjadi upaya diplomasi yang akhirnya berhasil membebaskan Indonesia dari Belanda.
Peristiwa KMB terjadi pada 23 Agustus-2 November 1949. Latar belakang dan tujuan
Konferensi Meja Bundar Sebelum KMB, Indonesia dan Belanda sudah beberapa kali
mengupayakan kemerdekaan lewat diplomasi. Ada perjanjian Linggarjati pada 1946, perjanjian
Renville pada 1948, dan perjanjian Roem-Royen pada 1949. Diadakannya Konferensi Meja
Bundar juga menjadi salah satu kesepakatan dalam Perjanjian Roem-Royen.
Tujuan dari diselenggarakannya Konferensi Meja Bundar adalah mengakhiri perselisihan
Indonesia dengan Belanda. Dikutip dari biografi Mohammad Roem: Karier Politik dan
Perjuangan, 1924-1968 (2002), Konferensi Meja Bundar bertujuan menyelesaikan sengketa
Indonesia dan Belanda seadil dan secepat mungkin. Indonesia ingin jalan dan cara penyerahan
kedaulatan yang sungguh, penuh, dan tidak bersyarat kepada Negara Indonesia Serikat (NIS)
sesuai dengan pokok-pokok persetujuan Renville. Para pihak yang turut serta dalam KMB
mengupayakan agar KMB dapat dimulai pada 1 Agustus 1949. Mereka berharap konferensi
diselesaikan dalam waktu dua bulan. Kemudian persetujuan yang dihasilkan KMB diusahakan
selesai dalam waktu enam minggu.
Dalam rangka mempersiapkan KMB di Den Haag, RI dan BFO mengadakan perundingan
untuk menyatian pendapat. Perundingan dilaksanakan dua kali yakni di Yogyakarta pada 19 Juni
1949 dan di Jakarta pada 22 Juni 1949. Perundingan itu dikenal dengan Perundingan Inter-
Indonesia. Hasilnya, Indonesia dan BFO sepakat mendirikan Republik Indonesia Serikat (RIS).
Sesudah berhasil menyelesaikan masalahnya sendiri lewat Konferensi Inter-Indonesia, Indonesia
siap menghadapi KMB. Anggotanya yakni: Moh Roem Soepomo Leimena Ali Sastroamidjojo
Juanda Sukiman Suyono Hadinoto Sumitro Djojohadikusumo Abdul Karim Pringgodigdo TB
Simatupang Sumardi Sementara dari BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak. Adapun
Belanda diwakili oleh Van Maarseven. KMB diawasi United Nations Commission for Indonesia
(UNCI) yang dipimpin oleh Chritchley (Australia). KMB dibuka pada 23 Agustus 1949.
Perundingan KMB berjalan alot dan lama. Hasil dan dampak Konferensi Meja Bundar Setelah
melalui pembahasan yang berlarut-larut, pada 2 Nobember 1949 tercapailah persetujuan
Konferensi Meja Bundar.
Hasil KMB yakni: Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat pada
akhir Desember 1949. Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda. Dalam uni itu, Indonesia dan
Belanda akan bekerja sama. Kedudukan Indonesia dan Belanda sederajat. Indonesia akan
mengembalikan semua milik Belanda dan memabayar utang-utang Hindia Belanda sebelum
tahun 1949. Masalah Irian Barat akan dibahas satu tahun kemudian.
Dampak dari KMB yakni
a. Indonesia akhirnya mendapat kedaulatannya. Acara penyerahan kedaulatan
berlangsung pada 27 Desember 1949.
b. Penandatanganan naskah penyerahan kedaulatan berlangsung di dua kota yakni
Amsterdam dan Jakarta.
c. Di Jakarta, naskah ditandatangani AHJ Lovink dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Tanggal 27 Desember 1949, pemerintahan sementara negara dilantik.
d. Soekarno menjadi Presiden. Perdana Menterinya Moh Hatta.
e. Kabinet RIS dibentuk. RIS dibentuk seperti republik federasi berdaulat yang terdiri
dari 16 negara bagian dan merupakan persekutuan dengan Kerajaan Belanda.

B. Era Orde Lama


Era Orde Lama yang berlangsung selama setidaknya 22 tahun ini, hampir tidak terjadinya
pembangunan terkecuali pembuatan sebuah sarana olahraga yang berlokasi di Senayan yang
digunakan untuk perhelatan Asian Games IV dan Ganefo atau yang merupakan singkatan dari
games of the news emerging forces merupakan sebuah pesta olahraga yang dibuat dan
digagaskan oleh Presiden Soekarno yang memiliki tujuan menyaingi Olimpiade. Serta dalam era
Orde Lama ini dibangun pula Bendungan Jatiluhur, Pabrik Baja Krakatau Steel. Namun, untuk
penyelesaian ketiga sarana ini baru terjadi di era Orde Baru. Dalam era ini juga kita bisa
melihat adanya
pembangunan Masjid Istiqlal serta Monas atau singkatan dari Monumen Nasional yang
merupakan sebuah monumen peringatan kemerdekaan Indonesia.
Pada tahun 1960 sendiri, adanya rencana pemerintah untuk Pembangunan Nasional Semesta
Berencana Delapan Tahun, namun rencana tersebut tidak dapat berjalan dengan lancar
dikarenakan negara Indonesia sedang mempersiapkan diri untuk berperang melawan Belanda
dalam rangka merebut kembali Irian Barat. Selain itu, adanya iklim politik yang tidak kondusif
juga menjadi salah satu penyebabnya. Selama era Orde Lama yang berlangsung 22 tahun ini
yang dipimpin oleh Presiden Soekarno dimana adanya sistem presidensial yang berlaku hanya
delapan tahun, di tahun 1945 hingga tahun 1949 terjadinya peperangan dalam menjaga
kemerdekaan, segala daya serta upaya yang dilakukan bangsa Indonesia saat itu untuk
mempertahankan kemerdekaannya dan berperang melawan agresi militer negara Belanda yang
saat itu ingin menjajah Indonesia lagi. Pada periode itu juga, terjadi dua kali pemberontakan
yang terdiri dari pemberontakan PKI yang dipimpin oleh Muso di Madiun pada September 1948
dan pemberontakan kedua yang dilakukan oleh Negara Islam Indonesia yang dipimpin oleh
Kartosuwiryo pada Agustus 1949.
 Berbagai Pemberontakan
Dalam periode tahun 1950 hingga tahun 1959, adanya penggunaan UUD Republik Indonesia
Serikat serta UUDS 1950 yang memiliki nilai dan menganut sistem parlementer di mana
kekuasaan eksekutif atau pemerintahan ada pada tangan perdana menteri. Dalam periode tahun
ini terjadi beberapa pemberontakan, yaitu pemberontakan Andi Azis pada tahun 1950,
pemberontakan Kahar Muzakar pada tahun 1962, pemberontakan PRRI serta pemberontakan
Permesta pada tahun 1958. Akibat terjadinya berbagai pemberontakan tersebut memberikan
dampak negatif pada jalannya pemerintahan yang ada, dimana kabinet terus menerus jatuh
bangun selama periode sembilan tahun tersebut. Hal ini dikarenakan dalam periode tersebut
terjadi pergantian perdana menteri sebanyak delapan kali dan ada pula kabinet yang memiliki
usia jabatan hanya tiga bulan. Dengan situasi politik pada saat itu dan keamanan bangsa
Indonesia yang terancam, hampir tidak ada pembangunan yang terjadi sehingga yang membuat
kesejahteraan masyarakat diabaikan.
 Perang dengan Belanda dan Malaysia
Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden saat itu yaitu Soekarno mengeluarkan dekrit kembali
dan mengumumkan bahwa pemerintahan akan kembali ke UUD 1945. Dengan adanya
pemberlakuan UUD 1945 kembali maka sistem presidensial juga kembali. DImana presiden
yang menjadi kepala pemerintahan di sebuah negara. Setelah kekuasaan eksekutif yang tadinya
ada pada perdana menteri berpindah kembali ke tangan Presiden Soekarno, masalah Irian Barat
yang seharusnya sudah dirundingkan satu tahun setelah adanya perjanjian Konferensi Meja
Bundar atau KMB namun tidak dilaksanakan, dituntut untuk segera dijalankan kembali oleh
Presiden Soekarno. Karena dari pihak Belanda yang tetap menolak untuk merundingkan masalah
mengenai Irian Barat ini, maka pemerintah Indonesia memutuskan untuk menempuh jalan lain
untuk mengambil kembali Irian Barat dari tangan pihak Belanda menggunakan kekuatan militer
yaitu perang. Dalam mempersiapkan perang tersebut, Indonesia membeli alat utama sistem
persenjataan atau alutsista secara besar-besaran dengan cara mengutang kepada negara Rusia.
Dengan
melakukan hal tersebut, Indonesia pada saat tersebut memiliki persenjataan yang terkuat di dunia
khususnya pada bagian selatan khatulistiwa.m Presiden Soekarno pada saat itu memilih panglima
untuk memimpin jalannya perang dengan pihak Belanda yaitu pemimpin palagan Serangan
Umum 1 Maret Letnan Kolonel Soeharto. Pemilihannya tersebut dikarenakan Presiden Soekarno
sudah mengenal Soeharto sejak pemerintahan Indonesia mengungsi ke Yogyakarta.
Di Maret 1962, Soeharto yang sudah menyandang pangkat Mayor Jenderal tersebut
ditunjuk untuk menjadi Panglima Mandala Pembebasan Irian Barat. Setelah mempersiapkan diri
untuk menghadapi perang melawan pihak Belanda dengan alutsista dalam skala besar untuk
merebut kembali Irian Barat, pada akhirnya masalah yang ada terselesaikan melalui jalur
perundingan di PBB. Setelah selesainya urusan membebaskan Irian Jaya tersebut, Indonesia
kembali untuk mempersiapkan diri untuk memulai perang melawan Malaysia yang disebut
sebagai negara boneka yang dibuat oleh bangsa Inggris. Tujuh Kali Usaha Membunuh Presiden,
Selama masa jabatannya, Presiden Soekarno sudah mengalami percobaan pembunuhan
setidaknya sebanyak tujuh kali. Hal tersebut menjadi sebuah gambaran bagaimana situasi saat itu
dimana keamanan tidak terjaga dan suasana tidak kondusif.
 Usaha pembunuhan yang pertama terjadi dengan adanya kejadian penggranatan di
Perguruan Cikini. Tepatnya pada tanggal 30 November 1957, yang merupakan ulang
tahun ke lima belas dari Perguruan Cikini dan dihadiri Presiden Soekarno sebagai wali
murid dari Megawati. Namun, secara tiba-tiba beberapa granat meledak di tengah
penyambutan presiden, akibat insiden ini ada tiga orang tewas yang termasuk ke
dalamnya yaitu pengawal presiden.
 Usaha pembunuhan yang kedua terjadi pada tanggal 9 Maret 1960, dimana terjadinya
ledakan yang berasal dari hasil tembakan cannon 23mm pesawat Mig-17 yang dipiloti
oleh Daniel Maukar ditembakkan ke istana. Tembakan tersebut kemudian mengenai pilar
yang membuatnya jatuh tidak jauh dari meja kerja Presiden Soekarno saat itu. Namun,
untungnya presiden pada saat itu sedang tidak berada di dekat meja kerjanya.
 Usaha pembunuhan yang ketiga terjadi pada bulan April 1960, pada saat itu Presiden
Soekarno sedang melakukan perjalanan ke Bandung. Ketika mobil yang ditumpangi
Presiden melewati jembatan Rajamandala, tiba-tiba sekelompok anggota DI/TII
menghadang jalannya mobil dan melemparkan granat, namun untungnya granat tersebut
tidak mengenai presiden.
 Usaha pembunuhan yang keempat dan kelima terjadi di tempat yang sama dimana
Presiden Soekarno berusaha dibunuh saat berada di Makassar. Yang pertama terjadi
tepatnya di jalan Cendrawasih melalui pelemparan granat, dan yang kedua terjadinya
penembakan menggunakan mortir pada tahun 1960. Peristiwa yang terjadi ini dikenal
dengan Peristiwa Mandai.
 Usaha pembunuhan yang keenam, merupakan usaha pembunuhan dengan cara
menembak yang dilakukan oleh anggota DI/TII bernama Bachrum. Kejadian ini terjadi di
halaman istana, Bachrum yang berada di shaf depan ketika sedang berjamaah shalat Idul
Adha di Masjid Baiturrahman. Hal ini terjadi ketika Bachrum melibat Presiden Soekarno,
dan langsung mengambil pistol yang ada dibalik jasnya dan mencoba menembakkannya
ke arah presiden yang saat itu berjarak kurang dari lima meter. Namun untungnya, arah
peluru tersebut melenceng dan mengenai Ketua DPR GR KH Zainul Arifin, sehingga
Presiden Soekarno bisa selamat.
 Usaha pembunuhan yang ketujuh terjadi pada Desember 1964, dimana ketika Presiden
Soekarno sedang berada dalam perjalanan dari Bogor menuju Jakarta. Ketika beliau
berada di Cimanggis, tiba-tiba sebuah granat dilempar oleh seorang laki-laki ke mobil
presiden. Namun untungnya, jarak antara titik melempar berada diluar jangkauan laju
mobil sehingga Presiden Soekarno dapat selamat.

Diterapkannya sistem Demokrasi Terpimpin dilatarbelakangi oleh :


1. Segi Keamanan : Banyaknya gerakan separatis yang mengakibatkan ketidakstabilan
negara ( Contohnya : Pemberontakan Republik Maluku Selatan,Angkatan Perang Ratu
Adil (APRA))
2. Segi Ekonomi : Sering terjadinya pergantian kabinet menyebabkan program –program
yang disusun tidak dapat berjalan secara utuh sehingga pembanguan ekonomi menjadi
tersendat, dalam masa ini telah terjadi 7 kaIi,pergantian cabinet yang terlalu cepat inilah
yan menyebabkan berbagai program tidak dapat dilaksanakan secara maksimal
3. Segi Politik : Badan Konstituante gagal menjalankan tugasnya dalam menyusun UUD
baru untuk menggantikan UUDS 1950

C. Era Orde Baru


Awal dari masa pemerintahan di era Orde Baru muncul setelah dikeluarkannya surat
perintah yang berlaku selama kurang lebih 32 tahun pada 11 Maret 1966 hingga 1988.
Diangkatnya Soeharto menjadi Presiden Indonesia juga menandakan era Orde Baru
menggantikan Presiden Soekarno sebelumnya. Penamaan Orde Baru ini digunakan sebagai
perbandingan dengan masa sebelumnya, yaitu Orde Lama. Di masa orde baru ini, sistem
pemerintahannya masih menggunakan presidensial dimana keputusan eksekutif ada ditangan
presiden serta memiliki bentuk pemerintah yaitu republik. Dasar konstitusi dari negara Indonesia
adalah UUD 1945.
Berdasarkan Encyclopaedia Britannica (2015), pada masa Orde Baru ini pemerintah
menekankan pada adanya stabilitas nasional baik dalam program politiknya dan juga rehabilitas
ekonomi yang ada, serta berkepribadian dan juga fokus pada bidang sosial budaya. Pada masa ini
juga terjadi kemajuan dalam demokrasi di Indonesia. Dimana seperti yang dapat dilihat dari
hasilnya, inflasi menurun dan mata uang Indonesia menjadi lebih stabil. Namun, walaupun
mengalami perkembangan tersebut, kekuasaan dari seluruh pemerintahan pada saat itu ada di
tangan presiden seutuhnya. Hal itu yang menyebabkan runtuhnya era Orde Baru dikarenakan
adanya krisis moneter di tahun 1997. Setelah adanya krisis tersebut, kondisi ekonomi negara
Indonesia semakin memburuk, dan hal ini bukan hanya dialami Indonesia saja namun juga
berbagai negara lain. Kondisi yang terjadi pada saat itu membuat korupsi, kolusi, serta nepotisme
atau KKN menjadi semakin tinggi dan angka kemiskinan juga meningkat. Adanya ketimpangan
yang mencolok antara kedua pihak tersebut, memicunya gerakan demokrasi dalam rangka
menuntut adanya perbaikan ekonomi dan juga reformasi total pada pemerintahan Indonesia. Era
Orde Baru yang ada berakhir pada tahun 1998 dengan pengunduran diri Soeharto sebagai
presiden yang membuat kemunculan era reformasi.
Ciri-ciri Pemerintahan pada Orde Baru :
1. Kuatnya Pengaruh Militer atau Dwifungsi ABRI
Ciri yang pertama dari pemerintahan pada Orde Baru adalah kuatnya pengaruh militer
dan ABRI. Hal ini memang sudah terlihat sejak Orde Lama, dimana dalam kabinet Dwikora
berisikan dari banyak perwira tinggi Angkatan Darat. Namun, pada Orde Baru terjadi perubahan
dimana fungsi ABRI dalam tingkat sipil menjadi lebih kuat lagi. Partai Golongan Karya yang
merupakan mesin politik utama dari pemerintah Orde Baru berisikan banyak anggota militer.
ABRI yang ada juga memiliki kegiatan sipil yang terdiri dari ABRI Masuk Desa, dan juga
menduduki jabatan sipil serta militer disaat yang bersamaan. Selain itu, banyak anggota ABRI
yang menjadi komisaris
berbagai perusahaan besar di Indonesia, yang menjadi salah satu tanda adanya KKN di dalam
pemerintahan Orde Baru.

2. Terbatasnya Pilihan Politik


Ciri yang kedua dari pemerintahan pada Orde Baru adalah terbatasnya pilihan politik. Hal
ini dapat dilihat melalui pemilu pada tahun 1971 yang diikuti oleh setidaknya sembilan partai
politik serta satu golongan karya, dan bandingkan dengan pemilu pada tahun 1977 yang hanya
diikuti oleh dua partai politik yaitu PDI dan PPP serta satu golongan karya. Hal yang terjadi ini
dilakukan untuk membatasi adanya ideologi baru yang berkembang. Hal ini dikarenakan,
pemerintah mengira bahwa kekacauan yang terjadi di Orde Lama disebabkan banyaknya
ideologi baru yang berkembang. Penyederhanaan tersebut diharapkan dapat menciptakan
kestabilan dalam politik pemerintah.
3. Pembangunan yang Masif
Ciri yang ketiga dari pemerintahan pada Orde Baru adalah pembangunan yang masif, hal
ini dikarenakan pemerintah pada masa ini memfokuskan dan menjadikan pembangunan
infrastruktur fisik maupun non-fisik sebagai prioritas tertingginya. Hal yang dilakukan ini
merupakan sebuah respon dari adanya kekacauan ekonomi pada tahun 1965. Pemerintah
Indonesia membuka keran modal asing serta dalam negeri sebagai usahanya untuk membuka
pintu usaha di Indonesia. Diharapkan dengan adanya hal tersebut pembangunan yang ada dapat
berlangsung dengan lancar serta perekonomian kembali normal.
4. Pemerintahan Sentralistik
Ciri yang keempat dari pemerintahan pada Orde Baru adalah pemerintahan yang
sentralistik yang pada dasarnya sudah berjalan sejak awal kemerdekaan Indonesia terjadi. Hal ini
terjadi karena sistem kenegaraan yang masih belum rekat dan setara di berbagai daerah.
Pemerintahan yang bersifat sentralistik ini membuat adanya kendali pusat terhadap pemerintahan
yang ada di daerah, hal ini dikarenakan segala keputusan yang diambil harus melalui pemerintah
pusat terlebih dahulu.

D. Masa Revormasi
Awal dari pemerintahan di era reformasi atau yang disebut sebagai masa transisi ini
digunakan untuk membuka peluang dalam menata kehidupan yang lebih berdemokrasi. Masa
reformasi dimulai dengan adanya kepemimpinan BJ Habibie sebagai presiden untuk
menggantikan Soeharto yang telah mengundurkan diri. Reformasi yang ada di Indonesia sendiri
terjadi pada tahun 1998, dimana merupakan awal kejatuhan Orde Baru setelah adanya gerakan
reformasi dari berbagai elemen masyarakat. Reformasi yang terjadi tersebut disebabkan semakin
banyaknya krisis yang terjadi seperti politik, ekonomi, hukum, sosial, dan juga krisis
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan yang ada.
Hal ini dikarenakan, setiap kegiatan ekonomi maupun pembangunan infrastruktur yang
dilakukan pada saat itu tidak diimbangi dengan adanya pembentukan mental para pelaksana
pemerintahnya yang membuat banyak terjadinya penyelewengan, penyimpangan, pemerintahan
yang otoriter, dan juga yang terbesar KKN.
Pada masa reformasi ini, Presiden Habibie membuat reformasi berskala besar pada sistem
pemerintahan yang ada. Sistem tersebut dijalankan dengan adanya keterbukaan dan nilai
demokrasi yang lebih ditonjolkan. Pada masa ini juga, partai politik independen yang ada tidak
lagi dipengaruhi oleh kekuasaan birokrat militer. Di era reformasi ini juga adanya pemberdayaan
bagi masyarakat sipil dengan penyampaian informasi yang dilakukan secara transparan. Hal ini
ditandai dengan adanya pemilu atau proses pemilihan secara langsung untuk presiden dan wakil
presiden, kepala daerah, serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR. Pemilihan umum
tersebut pertama kali dilaksanakan secara langsung pada tahun 2004. Demokrasi yang ada pada
saat itu kemudian berkembang dengan adanya kesadaran masyarakat dalam kehidupan
perpolitikan nasional.
Tujuan Adanya Masa Reformasi :
 Dengan adanya masa reformasi digunakan untuk menata kembali segala struktur
pemerintahan dan kenegaraan, termasuk didalamnya yaitu perundang-undangan
serta konstitusi yang menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai serta cita-cita
yang diharapkan seluruh masyarakat Indonesia.
 Dengan adanya masa reformasi diharapkan melakukan perubahan serius serta
bertahap dalam menemukan berbagai nilai baru dalam kehidupan masyarakat
berbangsa dan juga bernegara.
 Dengan adanya masa reformasi diharapkan adanya perbaikan dalam berbagai
bidang kehidupan yaitu politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan
keamanan.
 Dengan adanya masa reformasi diharapkan dapat menghapus dan menghilangkan
berbagai kebiasaan dan cara hidup masyarakat Indonesia yang tidak sesuai dengan
hukum yang ada, seperti KKN, kekuasaan yang otoriter, segala penyimpangan
yang terjadi dan penyelewengan oleh oknum tidak bertanggung jawab.
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
Bangsa Indonesia mempunyai tokoh yang berperan penting bagi kemerdekaan Indonesia.
Perjuangan para tokoh ni masih dilakukan pada saat setelah kemerdekaan. Hal ini harus
dikenang dan diingat sepanjang masa, sebab dengan adanya beliau bangsa Indonesia sekara
tidak lagi merasakan penjajahan secara fisik maupun nonfisik seperti dahulu.
Upaya bangsa Indonesia terdapat 4 jenis yakni Perundingan Linggarjati, Perundingan
Renville, Perundingan Roem – Royem, Konferensi Meja Bundar. Setelah itu terdapat juga
era orde lama, orde baru, dan era reformasi yang dilalui oleh bangsa Indonesia pada saat itu.

B. Daftar Pustaka

You might also like