You are on page 1of 2

NAMA : I Gd Arya Murti Widyasa

NPM : 202132121825
KELAS : C13 MANAJEMEN
RMK MATERI 7 PERPAJAKAN
PENGHAPUSAN SANKSI DAN PEMBATALAN SKP TIDAK BENAR

Sanksi administrasi pajak merupakan konsekuensi yang tak jarang dialami oleh wajib pajak, baik orang
pribadi maupun badan. Sanksi terkadang dialami oleh wajib pajak, karena lalai dalam menjalankan
kewajiban perpajakannya. Jenis sanksi ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 yang
merupakan perubahan dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983.
• Syarat Penghapusan Sanksi Admintrasi Pajak
Permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi pajak dapat diberikan jika wajib pajak
menilai sanksi tersebut tidak seharusnya diberikan. Untuk melakukan pengajuan permohonan, wajib
pajak harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan, yaitu:
1. Satu permohonan untuk satu SKP/STP, kecuali permohonan tersebut diajukan untuk STP yang
disebabkan adanya pajak kurang bayar, berdasarkan ketetapan pajak.
2. Pengajuan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi harus diajukan secara
tertulis dalam bahasa Indonesia.
3. Dalam surat permohonan yang diajukan, wajib pajak harus mengemukakan jumlah sanksi
administrasi yang menurutnya sesuai, disertai alasannya.
4. Permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi pajak tersebut, harus disampaikan
ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat wajib pajak terdaftar.
5. Surat permohonan ditandatangani oleh wajib pajak.
• Ketentuan Mengajukan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Admintrasi Pajak
Permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi yang tercantum dalam SKP ini hanya
dapat diajukan dalam hal atas SKP tersebut: (Pasal 5 ayat (2) PMK- 8/PMK.03/2013).
l) Tidak diajukan
keberatan 2)Diajukan keberatan, tetapi dicabut oleh WP dan DJP telah menyetujui permohonan
pencabutan WP tersebut 3) Diajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan 4) Tidak diajukan
permohonan pengurangan atau pembatalan SKP yang tidak benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf b PMK-8/PMK.03/2013 ; 5) Diajukan
permohonan pengurangan atau pembatalan SKP yang tidak benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf b PMK-8/PMK.03/2013, tetapi dicabut oleh WP 6) Tidak sedang diajukan permohonan
pembatalan SKP hasil pemeriksaan atau verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d
PMK-8/PMK.03/2013 . 7) Diajukan permohonan pembatalan SKP hasil pemeriksaan atau verifikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d PMK-8/PMK.03/2013, tetapi permohonan tersebut
ditolak.
• Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak yang Tidak Benar (Pasal 36Ayat lb
UU KUP)
1) (satu) permohonan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak.
2) Permohonan harus diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia.
3) Mengemukakan jumlah pajak yang terutang menurut perhitungan Wajib Pajak dengandisertai
alasan.

4) Permohonan harus disampaikan ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.


5) Surat permohonan ditandatangani oleh Wajib Pajak dan dalam hal surat permohonan
ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, surat permohonan tersebut harus dilampiri dengan surat
kuasa khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) Undang- Undang KUP.
6) Wajib Pajak datang langsung ke Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
terdaftar.
7) Menemui petugas helpdesk untuk meminta checklist permohonan pengurangan atau pembatalan
surat ketetapan pajak yang tidak benar. Dalam hal permohonan belum lengkap, petugas helpdesk
mengembalikan berkas permohonan Wajib Pajak dan menginformasikan apa saja yang masih harus
dilengkapi.
8) Jika sudah dinyatakan lengkap dan mendapat checklist dari petugas helpdesk, Wajib Pajak
mengambil nomor antrian.
9) Petugas TPT memanggil nomor antrian.
10) Wajib Pajak mendatangi Loket TPT dan menyerahkan berkas permohonan beserta checklist.
11) Petugas TPT mengecek kelengkapan dokumen.
12) Petugas TPT segera mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan memberikannya kepada Wajib
Pajak.
13) Petugas Seksi Pelayanan meneruskan permohonan Wajib Pajak ke Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak.

You might also like