You are on page 1of 7

Nama : Chandra Adiwena

NIM : 858405313 (118), Semester 9, PGSD/S1


Masalah 1
Unsur-unsur Pembangun Wacana (konjungsi atau kata penghubung, kata ganti, repetisi atau
pengulangan, elipsis atau pelesapan.
Elemen wacana mencakup pembuka, inti, dan penutup
Wacana menurut Tarigan (1987:27) adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di
atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi tertinggi yang berkesinambungan yang
mempunyai awal dan akhir nyata disampaikan secara lisan maupun tertulis. Dalam definisi ini,
wacana tidak hanya menujukkan ciri wacana yang baik yaitu mempunyai tingkat kohesi dan
koherensi tinggi serta berkesinambungan sampai akhir yang nyata, dan menyebutkan jenis
wacana berdasarkan mediumnya yaitu wacana lisan dan tertulis.

Soeseno Kartomihardjo (dalam Bambang Kaswanti Purwo, 1993:23) mengemukakan bahwa pada
umumnya suatu wacana dipahami sebagai unit bahasa yang lengkap dan lebih besar daripada
kalimat. Sedangkan, Anton M. Moeliono dan Soejono Dardjowidjojo (1988:334) menyatakan
bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu
dengan proposisi yang lain membentuk satu kesatuan, dengan kata lain terbentuklah makna yang
serasi di antara kalimat itu. Dalam definisi ini, unsur kesatuan hubungan antara kalimat dan
keserasian makna merupakan ciri penting atau essensial di dalam wacana.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan wacana adalah rekaman kebahasaan
terlengkap, terkompleks, yang dalam tingkatan gramatikal merupakan satuan yang tertinggi atau
terbesar, yang dinyatakan secara lisan atau tulisan, bila dilihat dari struktur lahir (dari segi
bentuk) bersifat kohesif atau saling terkait, dan bila dilihat dari struktur batin (dari segi makna)
bersifat koheren atau terpadu
Pengacuan atau referensi adalah salah atau jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual
tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau
mengikutinya. Terdapat dua jenis pengacuan yaitu pengacuan endofora dan pengacuan eksofora.
Pengacuan endofora apabila acuannya berada dalam teks wacana itu, dan dikatakan pengacuan
eksofora apabila acuannya di luar teks wacana. Pengacuan endofora dibagi menjadi dua jenis
yaitu pengacuan anaforis dan pengacuan kataforis. Pengacuan anaforis adalah salah satu kohesi
gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang
mendahuluinya, atau mengacu anteseden di sebelah kiri, atau mengacu pada unsur yang telah
disebut terdahulu. Pengacuan kataforis merupakan salah satu kohesi gramatikal yang berupa
satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mengikutinya, atau mengacu
anteseden di sebelah kanan, atau mengacu pada unsur yang akan disebut kemudian. Satuan
lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain dapat berupa persona (kata ganti orang),
demonstratif (kata ganti penunjuk), dan

-Konjungsi (perangkaian) Menurut pendapat (Mujianto 2010:80) konjungsi merupakan


penghubung suatu kalimat dengan kalimat yang lain yang telah dikemukakan sebelumnya.
Adapula pendapat yang serupa dengan pendapat di atas yaitu pendapat dari ( Darma 2014:58)
mengatakan konjungsi di kenal sebagai kata penghubung. Dilihat dari segi fungsinya konjungsi
dapat dibeda-bedakan menjadi 4 konjungsi, (1) konjungsi koordinatif menandakan hubungan
penambahan, pemilihan dan perlawanan, (2) konjungsi korelatif tidak berupa sebuah kata/frasa
tunggal, (3) konjungsi subordinatif digunakan pada awal klausa (anak kalimat) dan 25 berfungsi
menghubungkan anak kalimat itu dengan induk kalimatnya, (4) kojungsi antar kalimat adalah
konjungsi yang menghubungkan kalimat satu dengan kalimat yang lainnya, (Mujianto 2010:80)
Menurut Finoza (2007:171) mengatakan bahwa, untuk menjalin pembentukan koheren dapat
dilakukan dengan repetisi, kata ganti atau frasa penghubung. Dalam peranannya sebagai
penghubung, ada beberapa kata dan frasa penghubung yang dapat dipakai untuk berbagai maksud
, a) akibat/hasil b) pertambahan c) perbandingan d) pertentangan e) tempat f)tujuan g) waktu h)
singkatan
Referensi (pengacuan atau penunjukan)
Lubis berpendapat bahwa,referensi berarti menghubungkan antara kata dengan benda (Lubis,
1991:28). Sementara Arianto mengatakan referensi adalah jenis kohesi gramatikal berupa satuan
lingual tertentu yang menunjukan satuan lingual yang mendahului atau mengikutinya (Arianto
dalam http://www.okzone.com/pdf/jenis-koherensi.html#).
Berdasarkan arah acuannya, referensi dibagi menjadi dua bagian, yaitu referensi eksoporis dan
referensi endoforis.
Referensi eksopora (situasional) adalah referensi ke sesuatu di luar teks (ekstratekstual). unsur
teks yang tidak dipahami berdasarkan dirinya sendiri, melainkan harus mengacu pada sesuatu
yang lain dan yang diacu berada di luar teks, maka biasanya disebut referensi (acuan) situasional
atau eksopora (Zaimar, 2011: 123).
Referensi endopora (tekstual) adalah referensi ke dalam teks (intratekstual) dengan menggunakan
pronominal atau kata ganti yang terdiri dari kata ganti diri, petunjuk dan lain-lain (Wahid dalam
Arianto, 2006: 82).
Substitusi (penyulihan)
Substitusi adalah penggantian suatu unsur dalam teks dalam unsur lain (Zaimar, 2011:128).
Sedangkan menurut Arifin dala Arianto (2006:82) mengatakan bahwa, substitusi adalah
penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur lain untuk membentuk ikatan kohesif dalam suatu
teks
Elipsis (pelepasan)
Ellipsis adalah suatu yang tidak terucapkan dalam wacana, artinya tidak hadir dalam komunikasi
tetapi dapat dipahami (Zaimar, 2011:132). Sementara Lubis (1991:38) mengatakan ellipsis adalah
penghilangan satu bagian dari unsur kalimat itu.
1) Konjungsi

Konjungsi adalah kata yang dipergunakan untuk menggabungkan kata

dengan kata, frasa degan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat atau

paragraf dengan paragraf (Arianto dalam Wahid, 2006:82).

Sedangkan Kridalaksana (2008:102) menyebutkan bahwa, konjungsi adalah

kategori yang berfungsi untuk memperluaskan satuan yang lain dalam kontruksi

hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi.

Sependapat dengan pendapat di atas Lubis (1991:40) mengatakan bahwa,

konjungsi adalah alat untuk menghubungkan sebuah kalimat dengan kalimat yang

lain.

Menurut Zaimar (2011:138) ada beberapa hubungan dalam fungsi

konjungsi yaitu:
a. Hubungan penambahan (dan, juga, baik…, maupun…, lagi pula, selain
itu, tambahan pula)
b. Hubungan peningkatan (bahkan, malahan, lebih-lebih)
c. Hubungan pertentangan (tetapi, padahal, meskipun, biarpun, sekalipun,
namun, walaupun, sedangkan, sabaliknya, kendatipun, kendatipun
demikian, biarpun demikian/begitu, sungguhpun demikian/begitu,
walaupun demikian/begitu, meskipun demikian/begitu)
d. Hubungan pemilihan (atau, entah.., entah..,)
e. Hubungan waktu (sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai,
ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama,
hingga, sampai kemudian, sesudah itu, selannjutnya, sebelum itu,
akhirnya)

f. Hubungan syarat (jika, kalau, jikalau, asalkan, bila, manakala,


seharusnya)
g. Hubungan pengandaian (andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya)
h. Hubungan tujuan (agar, supaya, untuk)
i. Hubungan konsesif (biarpun, meskipun, sekalipun, walaupun,
sungguhpun, kendatipun)
j. Hubungan pemiripan ( seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti,
sebagai, laksana)
k. Hubungan kausal/sebab (sebab, karena, oleh sebab itu, oleh karena itu)
l. Hubungan akibat (sehingga, maka, sampai-sampai, karena itu, oleh
sebab itu)
m. Hubungan penjelasan (bahwa)
n. Hubungan yang meliputi cara (dengan)
o. Hubungan pengecualian (kecuali itu, kecuali, selain itu)
p. Hubungan posisional, hubunan ini ditandai oleh sudut pandang dalam
penentuan kelompok konjungsi yang berbeda, karena pengelompokan
ini bukan berdasarkan makna saja, melainkan berdasarkan posisinya
dalam teks (alkisah, sebermula, mulanya, sementara itu, mengenai, akan
hal, adapun, dalam pada itu, akhirnya, demikianlah).

Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:102) membagi konjungsi


berdasarkan posisinya yaitu.
a. Konjungsi intrakalimat, yakni konjungsi yang menghubungkan satuan-
satuan kata dengan kata, frase dengan frase atau klausa dengan klausa.
Konjungsi itu adalah
agar jika namun
akan tetapi jikalau oleh karena
alih-alih kalau padalah
andaikata karena sambil
apabila kecuali sampai
asal kemudian seandainya
asalkan kendatipun sebab
atau ketika sedang
bahwa namun sedangkan
bahwasanya lalu sehingga
baik.. ataupun lagi sekalipun
baik.. baik lalu sekiranya
baik.. maupun lantaran sembari
begitu lantas sementara
begitupun maka seraya
berhubung makin-makin maka
bertambah manakala supaya
biar manalagi tapi
biarpun melainkan tatkala
bilamana meski tempat
dan meskipun tengah
daripada misalnya Tetapi
b. Konjungsi ekstrakalimat yang terbagi atas:
Konjungsi ekstratekstual, yang menghubungkan kalimat dengan kalimat
atau paragraf dengan paragraf yaitu:
akan tetapi dalam pada itu oleh karena itu
apalagi di samping itu meskipun demikian
bahkan itu pun manalagi
bahwa kecuali malahan
begitu kemudian maka itu
biarpun demikian lagi pula malahan
dan lebih-lebih lagi malah
dan lagi maka maka itu
sebaliknya sungguhpun selain itu
demikian
sekalipun begitu selanjutnya sungguhpun begitu
sekalipun sementara itu setelah itu
demikian
sebelumnya sesudah itu Sesungguhnya

c. Konjungsi ekstratekstual, yang menghubungkan dunia di luar bahasa


dengan wacana yaitu:

adapun maka mengenai


alkisah maka itu sebermula
arkian begitu hatta

Sesuai dengan makna satuan-satuan yang dihubungkan oleh konjungsi, Kridalaksana

(2008:104) membedakan tugas-tugas konjungsi sebagai berikut:

a. penambahan, misanya: dan, selain, tambahan lagi, bahkan;


b. urutan, misalnya: lalu, lantas, kemudian;
c. pilihan, misanya: atau, entah… entah;
d. gabungan, misalnya: baik,… maupun;
e. perlawanan, misalnya: tetapi, hanya, sebaliknya;
f. temporal, misalnya: ketika, setelah itu;
g. perbandingan, misalnya: sebagaimana, seolah-olah;
h. sebab, misalnya: karena, lantaran;
i. akibat, misalnya: sehingga, kapan-kapan;
j. syarat, misalnya: jikalau, asalkan;
k. tak bersyarat, misalnya: meskipun, biarpun;
l. pengandaian, misalnya: andai kata, sekiranya, seumpamanya;
m. harapan, misalnya: agar, supaya, biar;
n. perluasan, misalnya: yang, di mana, tempat;
o. pengantar objek, misalnya: bahwa, yang;
p. cara, misalnya: sambil, seraya;
q. perkecualian, misalnya: kecuali, selain;
r. pengantar wacana, misalnya: sebermula, adapun, maka.

Abdul Rani, Bustanul Arifin, dan Martutik (2006:130-132) mengatakan bahwa repetisi atau
ulangan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan hubungan kohesif antarkalimat.
Hubungan tersebut dibentuk dengan mengulang sebagian kalimat. Macam-macam ulangan atau
repetisi berdasarkan data pemakaian bahasa Indonesia ditemukan sebagai berikut.
a)Ulangan penuh, yaitu mengulang satu fungsi dalam kalimat secara penuh, tanpa pengurangan
dan perubahan bentuk.
Contoh:
(66)
Berfilsafat didorong untuk mngetahui apa yang telah kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati
bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas
ini.

Pelesapan atau Penghilangan (Ellipsis)


Ellipsis referring specifically to sentences, clauses, etc whose
structure is such as to presuppose some preceding item, which then serves as the source of
the missing information (Elipsis mengacu secara spesifik pada kalimat, klausa, dan sebagainya
yang strukturnya untuk mengisyaratkan bagian yang sebelumnya, dan kemudian menjadi sumber
dari infomasi yang hilang) (Halliday, M.A.K. dan Ruqaiya Hasan,1976:143). Elipsis adalah
penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya
(Sumarlam, 2008:30). Mulyana (2005:134) berpendapat bahwa elipsis merupakan penggantian
unsur kosong (zero), yaitu suatu unsur yang sebenarnya ada tetapi sengaja dihilangkan atau
disembunyikan. Dalam analisis wacana, unsur (konstituen) yang dilesapkan itu biasanya ditandai
dengan konstituen nol atau zero (atau dengan lambang Ø) pada tempat terjadinya pelesapan
unsur tersebut.
Harimurti Kridalaksana (2000:50), membagi elipsis menjadi tiga
yaitu:
-elipsis nominal, unsur yang dilesapkan berupa nominal (kata benda),
-elipsis verbal, unsur yang dilesapkan berupa verbal (kata kerja),
-elipsis klausa, unsur yang dilesapkan berupa klausa.
Penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya memiliki
fungsi. Adapun fungsi pelesapan dalam wacana antara lain untuk: a) menghasilkan kalimat yang
efektif (untuk efektivitas kalimat); b) efisiensi, yaitu untuk mencapai nilai ekonomis dalam
pemakaian bahasa; c) mencapai aspek kepaduan wacana; d) bagi pembaca atau pendengar
berfungsi untuk mengaktifkan pikirannya terhadap hal-hal yang tidak diungkapkan dalam satuan
bahasa; dan e) untuk kepraktisan berbahasa terutama dalam berkomunikasi secara lisan
(Sumarlam, 2008:30).

Penyulihan atau Penggantian (Substitution)


Substitutions is a relation between from linguistic items, such as words or phrase „substitusi
adalah hubungan antara bagian-bagian lingusitik, seperti kata atau frasa‟ (Halliday, M.A.K. &
Ruqaiya Hasan, 1976:89). Penyulihan adalah penggantian satuan lingual tertentu (yang telah
disebut) dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda, atau
memperjelas struktur tertentu (Sumarlam, 2008:28). Mulyana (2005:134) menyatakan bahwa
substitusi merupakan proses atau hasil penggantian unsur oleh unsur lain dalam satuan yang
lebih besar. Substitusi merupakan penggantian suatu ekspresi di dalam teks dengan ekspresi lain
termasuk pronomina. Abdul Rani, Bustanul Arifin, dan Martutik (2006:105) mengatakan bahwa
substitusi mempunyai referensi yang merupakan hubungan semantik. Substitusi mempunyai
referen setelah ditautkan dengan unsur yang diacunya. Secara umum, penggantian ini dapat
berupa kata ganti orang, kata ganti tempat, dan kata ganti sesuatu hal.
Menurut Sumarlam (2008:28-30) dilihat dari segi lingualnya,
substitusi dapat dibedakan menjadi substitusi nominal (kata benda), verbal (kata kerja), frasal,
dan klausal.
Substitusi nominal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori nominal (kata benda)
dengan satuan lingual yang berkategori nomina, misalnya kata derajat, tingkat diganti dengan
kata pangkat, kata gelar diganti dengan kata titel.
Substitusi verbal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori verba (kata kerja) dengan
satuan lingual lain yang juga berkategori verba, misalnya kata mengarang digantikan dengan
kata berkarya, kata berusaha digantikan dengan kata berikhtiar, dan sebagainya.
Substitusi frasal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa kata atau frasa dengan
satuan lainnya yang berupa frasa, misalnya kata hari minggu digantikan dengan kata hari libur,
dan sebagainya.
Substitusi klausal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa klausa atau kalimat
dengan satuan lingual lainnya yang berupa kata atau frasa.
Substitusi mempunyai fungsi lain yang sangat penting, selain berfungsi sebagai aspek
pendukung kepaduan wacana. Dalam hal ini, penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan
lingual lain dalam wacana itu juga berfungsi menghadirkan variasi bentuk, menciptakan
dinamisasi narasi, menghilangkan kemonotonan, dan memperoleh unsur pembeda (Sumarlam,
2008:30).Sumber Jurnal KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL FEATURE DALA
“PESONA ALAM DAN BUDAYA JOGJA: ANTOLOGI FEATU BENGKEL SASTRA
INDONESIA 2010” Disusun oleh YENNY RETNO SARI C0207053 Telah disetujui oleh Tim
Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada
tanggal 16 Juli 2012
Masalah 2
Kohesi dan Koherensi (istilah yang digunakan dalam wacana yang membahas hubungan antar
unsur dalam kalimat (wacana). Wacana yang memenuhi syarat kohesi disebut dengan istilah
kohesif yang berarti utuh. Sedangkan, wacana yang memenuhi syarat koheren disebut dengan
istilah koherensif yang berarti kepaduan secara maknawi.
Jenis wacana bahasa Indonesia yakni deskripsi, eksposisi, narasi, persuasi, dam argumentasi
Buatlah salah salah satu jenis wacana yang mencakup persyaratan pada kedua permasalahan di
atas dengan memberi garis bawah terhadap alat-alat wacana tersebut!
Jenis wacana
Bandar uang palsu (upal) yang beredar di kawasan Surabaya Timur, Asmat Syaeri 27 diringkus
di rumahnya di kawasan Bulak Banteng Gg Lebar 10A oleh Polsekta Kenjeran, Kamis (20/3).
Tersangka ditangkap setelah menjadi buron hampir setahun. Penangkapan ini berdasarkan
informasi dan pengembangan tiga orang pengedar upal yang telah tertangkap Polresta Surabaya
Timur dan Polsekta Rungkut Ketiga pelaku tersebut, Nurhaji 40, Rohimah 35, dan Hatip 25
ditangkap dua bulan lalu. Keduanya ditangkap ketika membelanjakan upalnya di toko kawasan
Jalan Kapasan. Dari tersangka disita upal senilai Rp.200.000,00 dalam pecahan Rp.20.000-an.
Sementara Hatip ditangkap Polsekta Rungkut saat membeli rokok dan buah pakai uang palsu di
kawasan Kali Rungkut. Petugas menyita barang bukti upal Rp.2.020.000 serta enam bungkus
rokok.

You might also like