Professional Documents
Culture Documents
Matkul Bahasa Indonesia Diskusi 4, Rabu 26 Oktober 2022
Matkul Bahasa Indonesia Diskusi 4, Rabu 26 Oktober 2022
Soeseno Kartomihardjo (dalam Bambang Kaswanti Purwo, 1993:23) mengemukakan bahwa pada
umumnya suatu wacana dipahami sebagai unit bahasa yang lengkap dan lebih besar daripada
kalimat. Sedangkan, Anton M. Moeliono dan Soejono Dardjowidjojo (1988:334) menyatakan
bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu
dengan proposisi yang lain membentuk satu kesatuan, dengan kata lain terbentuklah makna yang
serasi di antara kalimat itu. Dalam definisi ini, unsur kesatuan hubungan antara kalimat dan
keserasian makna merupakan ciri penting atau essensial di dalam wacana.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan wacana adalah rekaman kebahasaan
terlengkap, terkompleks, yang dalam tingkatan gramatikal merupakan satuan yang tertinggi atau
terbesar, yang dinyatakan secara lisan atau tulisan, bila dilihat dari struktur lahir (dari segi
bentuk) bersifat kohesif atau saling terkait, dan bila dilihat dari struktur batin (dari segi makna)
bersifat koheren atau terpadu
Pengacuan atau referensi adalah salah atau jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual
tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau
mengikutinya. Terdapat dua jenis pengacuan yaitu pengacuan endofora dan pengacuan eksofora.
Pengacuan endofora apabila acuannya berada dalam teks wacana itu, dan dikatakan pengacuan
eksofora apabila acuannya di luar teks wacana. Pengacuan endofora dibagi menjadi dua jenis
yaitu pengacuan anaforis dan pengacuan kataforis. Pengacuan anaforis adalah salah satu kohesi
gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang
mendahuluinya, atau mengacu anteseden di sebelah kiri, atau mengacu pada unsur yang telah
disebut terdahulu. Pengacuan kataforis merupakan salah satu kohesi gramatikal yang berupa
satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mengikutinya, atau mengacu
anteseden di sebelah kanan, atau mengacu pada unsur yang akan disebut kemudian. Satuan
lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain dapat berupa persona (kata ganti orang),
demonstratif (kata ganti penunjuk), dan
dengan kata, frasa degan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat atau
kategori yang berfungsi untuk memperluaskan satuan yang lain dalam kontruksi
hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi.
konjungsi adalah alat untuk menghubungkan sebuah kalimat dengan kalimat yang
lain.
konjungsi yaitu:
a. Hubungan penambahan (dan, juga, baik…, maupun…, lagi pula, selain
itu, tambahan pula)
b. Hubungan peningkatan (bahkan, malahan, lebih-lebih)
c. Hubungan pertentangan (tetapi, padahal, meskipun, biarpun, sekalipun,
namun, walaupun, sedangkan, sabaliknya, kendatipun, kendatipun
demikian, biarpun demikian/begitu, sungguhpun demikian/begitu,
walaupun demikian/begitu, meskipun demikian/begitu)
d. Hubungan pemilihan (atau, entah.., entah..,)
e. Hubungan waktu (sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai,
ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama,
hingga, sampai kemudian, sesudah itu, selannjutnya, sebelum itu,
akhirnya)
Abdul Rani, Bustanul Arifin, dan Martutik (2006:130-132) mengatakan bahwa repetisi atau
ulangan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan hubungan kohesif antarkalimat.
Hubungan tersebut dibentuk dengan mengulang sebagian kalimat. Macam-macam ulangan atau
repetisi berdasarkan data pemakaian bahasa Indonesia ditemukan sebagai berikut.
a)Ulangan penuh, yaitu mengulang satu fungsi dalam kalimat secara penuh, tanpa pengurangan
dan perubahan bentuk.
Contoh:
(66)
Berfilsafat didorong untuk mngetahui apa yang telah kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati
bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas
ini.