Professional Documents
Culture Documents
Tugas3 Komunikasi Persuasi - 043541064 - ILKOM
Tugas3 Komunikasi Persuasi - 043541064 - ILKOM
1. Apakah tingkat pendidikan atau tingkat intelegensi seseorang menjadi salah satu faktor
orang tersebut mudah dipersuasi atau tidak? Coba jelaskan!
2. William D. Brooks (1974) mendefinisikan konsep diri sebagai pandangan dan perasaan
kita tentang diri kita. Jelaskan bagaimana peranan konsep diri dalam proses komunikasi
persuasi? Berikan contoh pengalaman Anda dalam mendapatkan pesan persuasi dalam
kaitannya dengan konsep diri saudara!
3. Herbert G. Hicks dan G. Ray Gullet dalam bukunya “Organization: Theory and Behavior”
(1975) menjelaskan bahwa hambatan dalam komunikasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor
dogmatism, stereotype, dan pengaruh lingkaran. Jelaskan pemahaman saudara terkait hal
tersebut dan berikan contohnya!
4. Katakanlah saat ini Anda menjadi seorang persuader professional atau seorang konsultan
pada sebuah perusahaan. Jenis strategi apa yang akan Anda gunakan saat kondisi tempat
Anda bekerja hilang kepercayaan publik dan atas dasar pertimbangan apa strategi itu yang
digunakan?
JAWABAN
1. Konsep diri adalah pemahaman seseorang mengenai dirinya yang timbul akibat
interaksi dengan orang lain. Konsep diri merupakan salah satu faktor yang
menentukan bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang lain (Riswandi,
2013). Menurut (Rakhmat, 2015), pandangan atau persepsi tentang diri bersifat
beragam, dapat dilihat secara psikologi, sosial, dan fisis. Persepsi psikologi tentang
diri berkaitan dengan bagaimana individu melihat dirinya berdasarkan pemahamannya
terkait watak dan perasaannya. Persepsi sosial berkaitan dengan bagaimana individu
memikirkan pandangan orang lain tentang dirinya. Sedangkan persepsi fisis adalah
bagaimana individu memandang dirinya dilihat dari segi fisik dan penampilannya.
Keberhasilan komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri
seseorang; positif atau negatif (Rakhmat, 2015). Menurut Calhoun dan Acocella
dalam (Soemirat, 2017), konsep diri dibagi menjadi dua, yakni konsep diri positif dan
negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif cenderung akan bersifat optimis,
percaya diri, dan bersikap positif terhadap segala yang dialami termasuk kegagalan.
Adapun individu yang memiliki konsep diri negatif cenderung memandang dirinya
lemah, tidak berdaya, dan kehilangan daya tarik terhadap hidup, William D. Brooks
dan Philip Emmert dalam (Rakhmat, 2015).
2. Konsep diri adalah pemahaman seseorang mengenai dirinya yang timbul akibat
interaksi dengan orang lain. Konsep diri merupakan salah satu faktor yang
menentukan bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang lain (Riswandi,
2013). Menurut (Rakhmat, 2015), pandangan atau persepsi tentang diri bersifat
beragam, dapat dilihat secara psikologi, sosial, dan fisis. Persepsi psikologi tentang
diri berkaitan dengan bagaimana individu melihat dirinya berdasarkan pemahamannya
terkait watak dan perasaannya. Persepsi sosial berkaitan dengan bagaimana individu
memikirkan pandangan orang lain tentang dirinya. Sedangkan persepsi fisis adalah
bagaimana individu memandang dirinya dilihat dari segi fisik dan penampilannya.
Keberhasilan komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri
seseorang; positif atau negatif (Rakhmat, 2015). Menurut Calhoun dan Acocella
dalam (Soemirat, 2017), konsep diri dibagi menjadi dua, yakni konsep diri positif dan
negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif cenderung akan bersifat optimis,
percaya diri, dan bersikap positif terhadap segala yang dialami termasuk kegagalan.
Adapun individu yang memiliki konsep diri negatif cenderung memandang dirinya
lemah, tidak berdaya, dan kehilangan daya tarik terhadap hidup, William D. Brooks
dan Philip Emmert dalam (Rakhmat, 2015). Pada kenyataannya, memang tidak ada
orang yang sepenuhnya memiliki konsep diri negatif maupun positif. Namun untuk
keberjalanan komunikasi yang lebih efektif, sebisa mungkin individu mendapatkan
sebanyak-banyaknya ciri konsep diri positif (Rakhmat, 2015). Perawat di Griya
Bahagia berupaya membangun konsep diri positif pada lansia melalui pesan-pesan
penyemangat, baik untuk menerima keadaan, percaya diri, semangat untuk
beraktivitas, dsb. Contohya Ketika saya sedang merasa sedih saya memotivasi diri
saya agar tetap ceria.
5. Persuasi telah menjadi salah satu alternatif yang banyak dipergunakan dalam
komunikasi. Istilah persuasi bersumber dari bahasa Latin, persuasion yang kata
kerjanya adalah persuadere yang berarti membujuk, mengajak atau merayu.
Hovland, Janis, dan Kelly (dalam Tan, 1981: 93) mendefinisikan komunikasi
persuasif sebagai the process by which and individual (communicator) transmits
stimuli or message (usually verbal) to modify behaviour of the other individuals (the
audience). Komunikasi persuasif adalah suatu proses di mana seseorang
(komunikator) menyampaikan rangsangan atau pesan (biasanya lambang verbal)
untuk mempengaruhi perilaku orang lain (komunikan). Pendapat senada
dikemukakan Effendy (1998: 27), persuasi bertujuan untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku, yang dilakukan secara halus, luwes dan mengundang sifat-
sifat manusiawi. Sedangkan Susanto (1993: 121) berpendapat bahwa komunikasi
dikatakan berhasil apabila komunikasi itu mampu mengubah sikap dan tindakan
seseorang secara sukarela, salah satu caranya dengan menggunakan komunikasi
persuasif. Hovland, Janis dan Kelley (dalam Tan, 1981:95) mengemukakan sebuah
model komunikasi persuasif yang disebut dengan model Instrumental Theory of
Persuasion.
Dalam proses komunikasi persuasif yang dilakukan oleh personal sales, konsumen
diposisikan sebagai komunikan yang diharapkan mengalami perubahan sikap sesuai
dengan tujuan persuasi sales. Trandis dalam Journal of Abnormal and Social
Psychology (1971:87-88) mengemukakan bahwa selama perubahan sikap
berlangsung, maka dalam diri individu komunikan terjadi interaksi antara faktor
independent, yaitu faktor-faktor bebas yang dapat mempengaruhi individu, dan factor-
faktor dependent, yaitu faktor-faktor terikat pada faktor yang ada dalam diri individu
yang mempengaruhi tingkah laku sebagai hasil dari pembentukan dan perubahan
sikap. Dalam penelitian ini, faktor-faktor intervening yang diteliti didasarkan pada
model Instrumental Theory of Persuasion dari Hovland, Janis, dan Kelley (dalam Tan,
1981: 95) yang menyatakan bahwa faktor-faktor dalam intervening process terdiri
dari: perhatian, pemahaman, dan penerimaan. Faktor terikat atau dependent meliputi:
a. Attention, yakni perhatian organisme terhadap pesan, sumber pesan atau cara
penyampaian pesan.
b. Comprehension, yaitu berkenaan dengan menelaah pengertian atau pesan yang
disampaikan.
c. Acceptance, yaitu berkenaan dengan masalah penerimaan atau maksud yang
disampaikan. Aspek-aspek perubahan sikap yang diteliti dalam penelitian ini adalah
perubahan kognisi, perubahan afeksi, perubahan konasi. Mar‘at (1984:13)
mengungkapkan pengertian tiga komponen dalam sikap tersebut:
a. Kognisi
Kognisi berkaitan dengan kepercayaan tentang objek, ide dan konsep. Komponen
kognisi adalah komponen intelektual berkaitan dengan apa yang diketahui
manusia. Suatu idividu secara sadar, sengaja dan dengan pertimbangan tertentu
memperhatikan dan memahmi suatu objek. Hal ini yang mendasari mengapa
komponen kognisi cenderung bertahan lama dalam diri seseorang. Ketika terjadi
suatu peristiwa di dalam diri seseorang, maka secara sadar komponen kognisi ini
menganalisa secara kritis dan pada akhirnya melakukan penalaran terhadap
peristiwa itu yang melekat di alam pikirannya.
b. Afeksi
Afeksi berkaitan dengan perasaan yang menyangkut aspek emosional, perasaan
suka atau tidak suka. Komponen afeksi adalah komponen yang berkaitan dengan
emosi. Komponen ini berkaitan dengan perasaan yang meliputi seseorang ketika
menghadapi suatu peristiwa atau objek. Ketika seseorang merasa tidak senang
terhadap suatu objek, makaperistiwa apapun yang mengikuti objek tersebut
tidak akan menimbulkan tanggapan yang positif.
c. Konasi
Konasi merupakan kecenderungan seseornag untuk bertingkah laku.
Komponen konasi adalah komponen yang berhubungan dengan kebiasaan dan
kemauan bertindak. Komponen konasi berhubungan dengan psikomoterik serta
merupakan kecenderungan atau kesiapan untuk bertingkah laku terhadap suatu objek
atau situasi yang dihadapi. Ketika seseorang menghadapi suatu peristiwa,
terlebih dulu diproses melalui komponen koqnitif, afeksi kemudian memunculkan
tingkah laku tertentu.
SUMBER :
-Al Rasyid, Harun. 1993. Teknik Sampling dan Penskalaan, Bandung: Statistika Universitas
Padjadjaran.
-Applbaum, Ronald L. & Karl Anatol. 1974. Strategies for Communication. Ohio: Charles E.
Merril Company.
-Azwar, Saifudin. 1998. Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_____________. 1995. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar.
-Yaifuddin Azwar, pengantar psikologi intelegensi,(Yogyakarta : Pustaka Pelajar,1996)