Professional Documents
Culture Documents
PDF Tutorial Kasus 1 Compress
PDF Tutorial Kasus 1 Compress
“TULANG RUSUKKU”
Kasus :
Seorang laki-laki usia 34 tahun mengalami kecelakaan mobil tunggal dibawa ke IGD.
Pasien diperkirakan mengantuk sehingga lepas kendali dan menabrak pembatas tol,
pasien tidak menggunakan sabuk pengaman. Hasil pemeriksaan fisik di dapatkan GCS:
E=2; M=3; V=3, jejas pada area midsternalis, pengembangan paru kanan tertinggal, tipe
pernapasan paradoksa. Saat auskultasi suara napas tidak seimbang, bunyi ekspirasi pada
paru kanan lebih lama menghilang. TD: 90/60 mmHg, N: 112x/menit, SpO2 : 75%; RR:
28x/menit, perkusi tidak dapat dilakukan, deviasi trakea ke arah kiri, dan terdapat
distensi vena jugularis sinistra. Hasil AGD pH: 7,35; PCO2: 50 mmHg, PO2: 75 mmHg,
BE : -3, HCO3 : 28 mEq/L. Hasil rongen ditemukan Hematopneumothorax dextra dan
fail chest costae 3 dan 4 dextra.
A. Kata Sulit
4) AGD : Analisa Gas darah yang merupakan salah satu pemeriksaan yang sangat
terjadi penumpukan darah dan udara pada rongga pleura sehingga untuk
mengempis atau ekspirasi maka akan lebih lama.
5. Saat di IGD yang perlu dilakukan yaitu melakukan Triase dengan cepat,
yang seharusnya saat inspirasi dan ekspirasi gerakan dada naik turun dan ini
sebaliknya tertarik kedalam dan kedepan.
7. Devisi trakea ke arah kiri diakibat karena pada saat jatuh atau terkena stir mobil
mungkin karena itu pas terkena trakea yang posisinya bagian depan leher
sehingga trakea bisa saja bergeser ke arah kiri.
8. Distensi vena jugularis sinistra terjadi karena terjadi flail chest sehingga tubuh
E. Tujuan Pembelajaran
d. Penatalaksanaan Hatopneumothorax
e. Komplikasi Hatopneumothorax
regular atau ireguler, pola nafas, ada atau tidaknya penggunaan otot
bantu nafas, retraksi dinding dada, dan penggunanaan alat bantu nafas,
jika iya apa jenisnya
3. Circulation : TD pada pasien dengan hematopneumothorax biasanya
mengalami hipotensi, takikardi lemah, dan kaji irama nadi, dan SaO2
3. Intervensi Keperawatan
1) NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, status
Keparahan respirasi asidosis akut pasien akan ditingkatkan dari level 3
(sedang) ke level 4 (ringan) dengan kriteria hasil
(Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M., 2013 :
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E., 2013)
4. Konsep teori hematopneumothorax :
3) Tension
Pneumothorax 4)
Hemothoraks
5) Kontusio Paru
6) Robekan Trakeobronkial
tumpul. Trauma thorak dapat disebut juga trauma yang terjadi pada toraks
yang menimbulkan kelainan padaorgan-organ di dalam toraks. Dan
Klasifikasi trauma thorax:
1) Pneumotoraks adalah penimbunan udara atau gas didalam rongga
Penurunan
kapasitas
Ketidakseimbangan
ventilasi/perfusi
Jaringan
membutuhkan oksigen lebih banyak
Kerja jantung meningkat Takikardi
Hipotensi
d. Penatalaksanaan Hatopneumothorax
a. Kegagalan pernafasan
b. Kematian
c. Fibrosis atau parut dari membran pleura
d. Syok
(Fadila, 2012)
6. Kategori triase
Merah:Kode warna merah diberikan kepada pasien yang jika tidak diberikan penanganan dengan cepat mak
Kuning: Kode warna kuning diberikan kepada pasien yang memerlukan
perawatan segera, namun masih dapat ditunda karena ia masih dalam kondisi stabil. Pasien dengan kode kuni
Hpeirjaawua: taKno ndaem wuna rmn a sihi jdauap adti bdeitruiknadna . kBeipaasdana yam peareskiean y
sadar dan bisa berjalan masuk dalam kategori ini. Ketika pasien lain yang dalam keadaan gawat sudah selesai d
Putih: Kode warna putih diberikan kepada pasien hanya dengan cedera
minimal di mana tidak diperlukan penanganan dokter.
Hitam: Kode warna hitam diberikan kepada pasien yang setelah diperiksa
tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Misalnya, mereka yang masih
hidup namun mengalami cedera yang amat parah sehingga meskipun segera
ditangani, pasien tetap akan meninggal. (Surjaya, Pratama Putu, 2016)
Ketika banyak pasien hadir secara bersamaan, triage merupakan fungsi penting di
IGD dalam memilah pasien berdasarkan kegawatan. Di dalam triage terdapat proses
penilaian langsung dari pasien yang datang ke gawat darurat. Ada 4
pengelompokan triage.
a. Merah : Gawat darurat
b. Kuning : Gawat tidak darurat
c. Hijau : Tidak gawat tidak darurat
d. Putih : Tidak perlu penanganan dokter
e. Hitam : Meninggal dunia
(Quyumi, E., Ratnawati, R., & Imavike, F., 2013)
G. Kesimpulan
Dalam melakukan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat perlu tindakan yang cepat
dan tepat dengan berlandaskan dengan teori yang telah dipahami sehingga dalam
kasus ini yaitu kasus dengan masalah Hematopneumothoraks dapat dilakukan
dengan penanganan pertama pre hosspital dengan menggunakan prinsip aman
penolong, aman lingkungan dan aman pasien/korban. Di IGD perlu dilakukan
pengkajian premary survay yaitu ABCDE dan secondary Survey yaitu head to toe
dan didapatkan hasil pengkajian sehingga langsung diberikan penanganan segera,
karena pada kasus, terdapat penumpukan darah dan udara dalam rongga pleura
yang dapat menyebabkan paru dapat koleps sehingga perlu dilakukan WSD dan
juga pengeluaran udara selain itu diberikan oksigen. Dan tidak lupa dikaji respon
pasien. Jika telah stabil maka dapat dipindahkan ke ruang perawatan dan tidak lupa
didokumentasikan.
H. Daftar pustaka
Surjaya Pratama Putu.(2016). Identifikasi awal dan Bantuan Hidup Dasar Pada
Pneumotoraks. Jurnal Berkala Epidemiologi, vol,01. No.5
Wijaya, Andra & Putri Yessie (2013). KMB 1: Keperawatan Medikal Bedah,
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika
Williams, Lippincott & Wilkins. (2012). Kapita Selekta Penyakit: Dengan
Implikasi Keperawatan. Ed. 2. Jakarta : EGC.