You are on page 1of 19

MAKALAH HEMATOLOGI

“ LEUKOSIT “

DOSEN PENGAMPU :

CHALIES DIAH PRATIWI, S. ST., M. Kes

DISUSUN OLEH :

FINA FITROTUL AZLINA (B2R21003)

VANEKA SHUKMA DEWANTI (B2R21007)

SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI


LABORATORIUM MEDIK

STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas


berkatrahmat dan karunia-Nya kami sudah dapat menyelesaikan Makalah
Hematologiyang berjudul “Leukosit”. Shalawat serta salam kita haturkan kepada
NabiMuhammad S.A.W beserta keluarga dan sahabatnya sekalian.

Disini kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini memang


masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi
bahasa, penulisan dan pengolahan, untuk itu penulis sangat
mengharapkankritikan, saran dan masukan yang sifatnya membangun. Atas saran
dan kritikan penulis ucapkan terima kasih.

Tulungagung, 15 Oktober 2022

ii
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1

Latar Belakang......................................................................................................1

Rumusan Masalah.................................................................................................1

Tujuan....................................................................................................................1

BAB 2 ISI..............................................................................................................3

2.1 Pengertian Leukosit.........................................................................................3

2.2 Fungsi Leukosit..............................................................................................3

2.3 Klasifikasi, Morfologi, dan Fungsi Jenis Leukosit.........................................4

2.4 Masalah Klinis.................................................................................................8

2.5 Pemeriksaan Laboratorium..............................................................................9

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................15

3.1 Kesimpulan......................................................................................................15

3.2 Saran................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi
sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasilmetabolisme tubuh,
pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lainsebagainya. Beda halnya dengan
tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transportasi dengan darah.
Darah merupakan suatu cairan yangsangat penting bagi manusia karena berfungsi
sebagai alat transportasi sertamemiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang
kehidupan. Tanpa darahyang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan
dan bahkandapat mengakibatkan kematian. Darah pada tubuh manusia mengandung
55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah
yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orangdewasa atau
sekitar 4 atau 5 liter. Jenis sel darah manusia terdiri dari sel darah merah (eritrosit),
sel darah putih (leukosit) dan trombosit (keping darah). Seldarah putih (leukosit)
merupakan unit yang aktif dari system pertahanan tubuh. Leukosit berfungsi
menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap agen infeksi yang ada.
Terdapat beberapa jenis leukosit, yaitunetrofil, eosinofil, basofil, monosit, limfosit
dan megakarosit. Pada orangdewasa terdapat kira-kira 7000 sel darah putih per
millimeter kubik. Peran seldarah putih (leukosit) yang begitu penting, sehingga
seorang manusia perludilakukan pengecekan kadar sel darah putih (leukosit). Oleh
karena itu dilakukannya praktikum patologi klinis ini dimanadilakukan pula
praktikum perhitungan kadar leukosit dalam tubuh manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Leukosit?
2. Apa saja fungsi dari leukosit?
3. Bagaimana klasikasi, morfologi dan fungsi jenis Leukosit?
4. Bagaimana masalah klinis yang terjadi pada leukosit?
5. Bagaimana pemeriksaan Laboratorium?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetaui pengertian dari leukosit

1
2. Untuk mengetaui fungsi dari leukosit
3. Untuk mengetahui klasifikasi, mofologi, dan fungsi jenis leukosit
4. Untuk mengetahui masalah klinis yang terjadi pada leukosit
5. Untuk mengetaui pemeriksaan laboratorium dari leukosit

2
BAB 2

ISI

2.1 Pengertian

Sel darah putih atau leukosit adalah sel lain yang terdapat dalam darahdengan
fungsinya yang berbeda dari eritrosit. Sel darah putih atau leukosit iniumumnya berperan
dalam mempertahankan tubuh terhadap penyusupan bendaasing yang dipandang
mempunyai kemungkinan untuk mendatangkan bahaya bagi kelangsungan hidup
individu. (Sadikin Muhammad,2012).Leukosit adalah bagian dari darah yang berwarna
putih dan merupakanunit mobildari sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi yang terdiri
darigranuler dan agranuler. Dimana granuler meliputi basofil, eosinofol, neutrofil batang
dan neutrofil segmen. Sedangkan agranuler meliputi limfosit, monositdan sel plasma
(Junqueira dan Carneiro, 2017)Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak
berwarna, bentuknyalebih besardari sel darah merah, tetapi jumlah sel darah putih lebih
sedikit.

Diameter lekosit sekitar10 μm. Batas normal jumlah lekosit berkisar 4.000 –
10.000 / mm³ darah.Lekosit di dalam tubuh berfungsi untuk mempertahankantubuh
terhadap benda-benda asing ( foreign agents) termasuk kuman - kuman penyebab
penyakit infeksi. Leukosit yang berperan adalah monosit,netrofil, limfosit. Leukosit juga
memperbaiki kerusakan vaskuler. Leukosityang memegang peranan adalah eosinofil
sedangkan basofil belum di ketahui pasti ( Depkes,2011)

2.2 Fungsi Leukosit

1. Berfungsi menjaga kekebalan tubuh sehingga tak mudahterserang penyakit.


2. Melindungi badan dari serangan mikroorganisme pada jenis sel darah putih
granulosit dan monosit.
3. Mengepung darah yang sedang terkena cidera atau infeksi.
4. Menangkap dan menghancurkan organisme hidup.
5. Menghilangkan atau menyingkirkan benda-benda lain atau bahan lain seperti
kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya.
6. Mempunyai enzim yang dapat memecah protein yangmerugikan tubuh
dengan menghancurkan dan membuangnya.

3
7. Menyediakan pertahanan yang cepat dan juga kuat terhadap penyakit yang
menyerang.
8. Sebagai pengangkut zat lemak yang berasal dari dinding ususmelalui limpa
lalu menuju ke pembuluh darah.
9. Pembentukan Antibodi di dalam tubuh.

2.3 Klasifikasi, Morfologi dan Fungsi Jenis Leukosit

Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu granulosit dan agranulosit.

a. Granulosit, yaitu sel darah putih yang di dalam sitoplasmanya terdapat


granulagranula. Granula-granula ini mempunyai perbedaan kemampuan
mengikat warna misalnya pada eosinofil mempunyai granula berwarna
merah terang, basofil berwarna biru dan neutrofil berwarna ungu pucat.
b. Agranulosit, merupakan bagian dari sel darah putih dimana mempunyai
inti sel satu lobus dan sitoplasmanya tidak bergranula. Leukosit yang
termasuk agranulosit adalah limfosit, dan monosit. Limfosit terdiri dari
limfosit B yang membentuk imunitas humoral dan limfosit T yang
membentuk imunitas selular. Limfosit B memproduksi antibodi jika
terdapat antigen, sedangkan limfosit T langsung berhubungan dengan
benda asing untuk difagosit (Tarwoto, 2017).

Ada tidaknya granula dalam leukosit serta sifat dan reaksinya terhadap zat warna,
merupakan ciri khas dari jenis leukosit. Selain bentuk dan ukuran, granula menjadi bagian
penting dalam menentukan jenis leukosit (Nugraha, 2015). Dalam keadaan normal
leukosit yang dapat dijumpai menurut ukuran yang telah dibakukan adalah basofil,
eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit dan monosit. Keenam jenis sel
tersebut berbeda dalam ukuran, bentuk, inti, warna sitoplasma serta granula didalamnya
(Mansyur, 2015).

1. Neutrofil

Neutrofil berukuran sekitar 14 μm, granulanya berbentuk butiran halus tipis


dengan sifat netral sehingga terjadi percampuran warna asam (eosin) dan warna
basa (metilen biru), sedang pada granula menghasilkan warna ungu atau merah
muda yang samar (Nugraha 2015). Neutrofil berfungsi sebagai garis pertahanan
tubuh terhadap zat asing terutama terhadap bakteri. Bersifat fagosit dan dapat

4
masuk ke dalam jaringan yang terinfeksi. Sirkulasi neutrofil dalam darah yaitu
sekitar 10 jam dan dapat hidup selama 1-4 hari pada saat berada dalam jaringan
ekstravaskuler (Kiswari,2014). Neutrofil adalah jenis sel leukosit yang paling
banyak yaitu sekitar 50-70% diantara sel leukosit yang lain. Ada dua macam
netrofil yaitu neutrofil batang (stab) dan neutrofil segmen (polimorfonuklear)
(Kiswari,2014). Perbedaan dari keduanya yaitu neutrofil batang merupakan
bentuk muda dari neutrofil segmen sering disebut sebagai neutrofil tapal kuda
karena mempunyai inti berbentuk seperti tapal kuda. Seiring dengan proses
pematangan, bentuk intinya akan bersegmen dan akan menjadi neutrofil segmen.
Sel neutrofil mempunyai sitoplasma luas berwarna pink pucat dan granula halus
berwarna ungu (Riswanto,2013).

Neutrofil segmen mempunyai granula sitoplasma yang tampak tipis (pucat),


sering juga disebut neutrofil polimorfonuklear karena inti selnya terdiri atas 2-5
segmen (lobus) yang bentuknya bermacam-macam dan dihubungkan dengan
benang kromatin. Jumlah neutrofil segmen yaitu sebanyak 3-6, dan bila lebih dari
6 jumlahnya maka disebut dengan neutrofil hipersegmen (Kiswari,2014).

Peningkatan jumlah neutrofil disebut netrofilia. Neutrofilia dapat terjadi


karena respon fisiologik terhadap stres, misalnya karena olah raga, cuaca yang
ekstrim, perdarahan atau hemolisis akut, melahirkan, dan stres emosi akut.
Keadaan patologis yang menyebabkan netrofilia diantaranya infeksi akut, radang
atau inflamasi, kerusakan jaringan, gangguan metabolik, apendisitis dan leukemia
mielositik. Sedangkan penurunan jumlah neutrofil disebut dengan neutropenia,
neutropenia ditemukan pada penyakit virus, hipersplenisme, leukemia,
granolositosis, anemia, pengaruh obat-obatan (Riswanto, 2013).

2. Eosinofil

Eosinofil dalam tubuh yaitu sekitar 1-6%, berukuran 16 μm. Berfungsi


sebagai fagositosis dan menghasilkan antibodi terhadap antigen yang dikeluarkan
oleh parasit. Masa hidup eosinofil lebih lama dari neutrofil yaitu sekitar 8-12 jam
(Kiswari, 2014). Eosinofil hampir sama dengan neutrofil tapi pada eosinofil,
granula sitoplasma lebih kasar dan berwarna merah orange. Warna kemerahan
disebabkan adanya senyawa protein kation (yang bersifat basa) mengikat zat
warna golongan anilin asam seperti eosin, yang terdapat pada pewarnaan Giemsa.
Granulanya sama besar dan teratur seperti gelembung dan jarang ditemukan lebih

5
dari 3 lobus inti. Eosinofil lebih lama dalam darah dibandingkan neutrofil
(Hoffbrand, dkk. 2012).

Eosinofil akan meningkat jumlahnya ketika ditemukan penyakit alergi,


penyakit parasitik, penyakit kulit, kanker, flebitis, tromboflebitis, leukemia
mielositik kronik (CML), emfisema dan penyakit ginjal. Sedangkan pada orang
stres, pemberian steroid per oral atau injeksi, luka bakar, syok dan
hiperfungsiadrenokortikal akan ditemukan jumlah eosinofil yang menurun
(Riswanto, 2013).

3. Basofil

Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya yaitu kira-kira
kurang dari 2% dari jumlah keseluruhan leukosit. Sel ini memiliki ukuran sekitar
14 μm, granula memiliki ukuran bervariasi dengan susunan tidak teratur hingga
menutupi nukleus dan bersifat azrofilik sehingga berwarna gelap jika dilakukan
pewarnaan Giemsa. Basofil memiliki granula kasar berwarna ungu atau biru tua
dan seringkali menutupi inti sel, dan bersegmen. Warna kebiruan disebabkan
karena banyaknya granula yang berisi histamin, yaitu suatu senyawa amina
biogenik yang merupakan metabolit dari asam amino histidin.

Basofil jarang ditemukan dalam darah normal. Selama proses peradangan


akan menghasilkan senyawa kimia berupa heparin, histamin, beradikinin dan
serotonin. Basofil berperan dalam reaksi hipersensitifitas yang berhubungan
dengan imunoglobulin E (IgE) (Kiswari,2014).

4. Monosit

Jumlah monosit kira-kira 3-8% dari total jumlah leukosit. Monosit memiliki
dua fungsi yaitu sebagai fagosit mikroorganisme (khusunya jamur dan bakteri)
serta berperan dalam reaksi imun (Kiswari,2014).

Monosit merupakan sel leukosit yang memiliki ukuran paling besar yaitu
sekitar 18 μm, berinti padat dan melekuk seperti ginjal atau biji kacang,
sitoplasma tidak mengandung granula dengan masa hidup 20-40 jam dalam
sirkulasi. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal
kuda. Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil.
Ditemui retikulim endoplasma sedikit. Juga ribosom, pliribosom sedikit, banyak
mitokondria. Aparatus Golgi berkembang dengan baik, ditemukan mikrofilamen

6
dan mikrotubulus pada daerah identasi inti. Monosit terdapat dalam darah,
jaringan ikat dan rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear (system
retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan
membrannya (Effendi, 2013).

5. Limfosit

Limfosit adalah jenis leukosit kedua paling banyak setelah neutrofil (20- 40%
dari total leukosit). Jumlah limfosit pada anak-anak relatif lebih banyak
dibandingkan jumlah orang dewasa, dan jumlah limfosit ini akan meningkat bila
terjadi infeksi virus. Berdasarkan fungsinya limfosit dibagi atas limfosit B dan
limfosit T. Limfosit B matang pada sumsum tulang sedangkan limfosit T matang
dalam timus. Keduanya tidak dapat dibedakan dalam pewarnaan Giemsa karena
memiliki morfologi yang sama dengan bentuk bulat dengan ukuran 12 μm.
Sitoplasma sedikit karena semua bagian sel hampir ditutupi nukleus padat dan
tidak bergranula (Nugraha, 2015). Limfosit B berasal dari sel stem di dalam
sumsum tulang dan tumbuh menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibodi.
Limfosit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus
yang akan mengalami pembelahan dan pematangan. Di dalam kelenjar thymus,
limfosit T belajar membedakan mana benda asing dan mana bukan benda asing.
Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh
getah bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan
(Farieh, 2008).

Berdasarkan ukuranya limfosit dibedakan menjadi beberapa jenis :

a. Resting lymphocyte : biasanya berukuran kecil (7-10 μm), inti selnya


berbentuk bulat atau oval.
b. Reactive (“activical”) lymphocyte : berukuran paling besar bila terjadi infeksi
misalnya mono nukleosis.
c. Large granula lymphocyte : berukuran sedang mengandung granula kasar
azurofilik, berperan sebagai sel natural killer (NK) imunologi (Kiswari,
2015).

Ukuran sel limfosit beragam, ada yang seperti eritrosit dan ada yang sebesar
netrofil. Limfosit dengan garis tengah 6-8 mikrometer dikenal sebagai limfosit
kecil. Sitoplasma limfosit bersifat basa lemah dan berwarna biru muda pada
sediaan yang terpulas. Sitoplasma ini mengandung granul azurofilik. Inti selnya

7
kebanyakan bulat atau terkadang mirip ginjal. Kromatin inti amat padat dan
berwarna biru gelap. Sel ini juga relatif sedikit dan berwarna biru langit tanpa
granul spesifik, namun pada beberapa sel terlihat granula azurofil yang jika
pulasannya baik bewarna ungu kemerahan (Irianto, 2014)

2.4 Masalah Klinis

Presentasi dari sel-sel lekosit dapat memberikan informasi mengenai berbagai


keadaan penyakit. Jumlah absolut dari berbagai jenis sel-sel lekosit dapat memberi
petunjuk apakah terdapat penyakit sumsum tulang primer, atau apakah kelainan
merupakan suatu reaksi terhadap proses penyakit sekunder. Peningkatan jumlah lekosit di
atas normal di sebut lekositosis, sedangkan penurunan jumlah lekosit di bawah normal di
sebut leukopenia. Variasi jumlah lekosit di pengaruhi oleh :

a. Jumlah yang masuk peredaran darah dan yang keluar dari peredaran darah,di
pengaruhi oleh bakteri, endotoksin, besar pori dinding sinusoid, tingkat
maturasi sel
b. Distribusinya
c. Kombinasi antara jumlah dan distribusi.

Indikasi di lakukannya pemeriksaan hitung lekosit adalah tes rutin sebagai bagian
dari tes darah lengkap (full blood count), untuk menentukan lekositosis atau leukopenia,
dan pemantauan penyakit atau pengobatan. Kadar sel darah putih atau leukosit yang
terlalu tinggi atau leukositosis, bisamengindikasikan:

a. Naiknya produksi leukosit guna melawan infeksi;


b. Reaksi obat-obatan;
c. Penyakit pada sumsum tulang, sehingga produksi leukosit menjadiabnormal;
d. Gangguan sistem imun.

Sementara kadar sel darah putih bisa juga turun di bawah normal (kurang
dari3.500 sel per mikroliter darah) karena:

a. Infeksi virus;
b. Kelainan kongenital yang terkait dengan fungsi sumsum tulang;
c. Kanker;
d. Gangguan autoimun;
e. Obat-obatan yang merusak sel darah putih.

8
Kenaikan jumlah lekosit (lekositosis) dapat di jumpai misalnya pada
infeksi,inflamasi, anemia, leukimia, reaksi leukemoid, nekrosis jaringan
(infarkmiokardial, sirosis hati, luka bakar, kanker organ, emfisema, ulkus peptikum),
penyakit kolagen, penyakit parasitik, stress (pembedahan, demam, kekacauanemosional
yang berlangsung lama), keadaan fisiologik (misalnya latihan jasmani berat, akhir
kehamilan, waktu partus, neonatus), dan lain-lain. Pengaruh obatmisalnya aspirin,
heparin, digitalis, epinefrin, litium, histamin, antibiotik(ampicilin, eritromisin, kanamisin,
metisilin, tetrasiklin, vankomisin,streptomisin), senyawa emas, prokainamid (pronestyl),
triamteren (dyrenium),alopurinol, kalium iodida, derivat hidantoin, sulfonamida (aksi
lama).

Penurunan jumlah lekosit (leukopenia) dapat di jumpai misalnya pada penyakit


hematopoietik (anemia aplastik, anemia pernisiosa, hipersplenisme, penyakit graucher),
infeksi virus, malaria, agranulositosis, alkoholisme, systemiclupus erythematosus (SLE),
demam tifoid, iradiasi, malnutrisi. Pengaruh obat: penisilin, sefalotin, kloranfenikol,
asetaminofen (Tylenol), sulfonamida, propiltiourasil, barbiturat, obat anti kanker,
diazepam (valium), diuretik(furosemid [lasix], asam etakrinat [Edecrin]), klordiazepoksid
(librium), agenhipoglikemik oral, indometasin (indocin), metildopa (Aldomet),
rifampin,fenotiazin.

2.5 Pemeriksaan Laboratorium

Hitung lekosit menyatakan jumlah lekosit perliter darah (lesystemeinternational


d’Unites = SI Unit) atau per millimeter kubik atau mikroliter (unitkonvensional). Lekosit
atau sel darah putih adalah sel yang bulat berinti denganukuran 9 – 20 µm, jumlahnya
sekitar 4.0 – 11.0 ribu/mm3 darah. Tempat pembentukannya di sumsum tulang dan
jaringan limfatik. Lekosit berasal dari sel bakal (stem cell) dan kemudian mengalami
diferensiasi (mengalami pematangan).

Lekosit di angkut oleh darah ke berbagai jaringan tubuh tempat sel-sel


tersebutmelakukan fungsi fisiologiknya.

Spesimen yang digunakan pada pemeriksaan hitung jumlah lekosit, yaitu:

a. Darah kapiler atau darah vena EDTA


b. Tidak ada pembatasan asupan makanan dan minuman pada penderita
c. Darah tidak boleh diambil pada lengan yang terpasang jalur intra-vena.

9
Metode pemeriksaan hitung lekosit ada dua, yaitu cara manual dan
caraelektronik/otomik. Saat ini sudah banyak laboratorium yang menggunakan
caraelektronik. Tetapi banyak juga yang masih menggunakan cara manual.1.

1. Cara Manual

Cara manual dilakukan dengan menghitung lekosit secara visual


denganmikroskop. Darah terlebih dahulu diencerkan dengan larutan asam lemah
dan perhitungan dilakukan menggunakan bilik hitung (counting chamber).
Kesalahancara ini adalah sebesar 15%.

Prinsip dasar pemeriksaan manual, yaitu: darah diencerkan dengan


asamlemah, sel-sel selain lekosit akan dilisiskan dan darah menjadi encer
sehinggalekosit lebih mudah dihitung. Jumlah lekosit per mikroliter darah
ditentukandengan menghitung sel-sel di bawah mikroskop dan kemudian
mengalikannyadengan menggunakan faktor pengali tertentu.

A. Peralatan dan Reagen yang digunakan pada pemeriksaan manual, yaitu:


a. Mikroskop
b. Bilik hitung dengan kaca penutupnya
c. Pipet Lekosit beserta karet pembuluhnya. Dapat juga
menggunakanmikropipet dengan tip-nya
d. Tabung reaksi
e. Pipet Pasteur
f. Larutan Turk yang berisi asam asetat glacial 15 ml, gentian violet 1% 1ml,
dan aquades add 475 ml.

B. Cara kerja pemeriksaan manual Hitung Lekosit, yaitu :


a. Mengencerkan darah dengan larutan Turk
b. Pengenceran dapat menggunakan pipet Thoma lekosit atau tabung,
dalamcontoh pemeriksaan ini, darah diencerkan 20 kali

C. Pengenceran dengan menggunakan pipet lekosit


a. Pipet lekosit disiapkan, selang karet dipasang pada salah satu ujung pipet
yang berada di dekat bagian yang bulat
b. Sampel darah dicampur baik-baik hingga homogen kemudian diisapdengan
pipet lekosit sampai skala 0,5. Darah yang menempel di bagian luar ujung
pipet dibersihkan dengan kertas tisu

10
c. Dilanjutkan menghisap reagen sampai skala 11. Hindari terjadinyagelembung
udara
d. Ujung pipet ditutup dengan ibu jari dan lepaskan selang karet.Kemudian
tutup salah satu ujung pipet dengan ibu jari dan ujung pipet lainnyadengan
jari tengah. Kocok tabung selama 2-3 menit supaya homogen. Letakkan pipet
di atas meja dan biarkan selama 3-5 menit

D. Pengenceran dengan tabung


a. Ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering diisi larutan Turksebanyak
190 µl dengan menggunakan mikropipet;ii.
b. Sampel darah dicampur baik-baik hingga homogen kemudian diisapdengan
mikropipet 10 µl. Darah yang menempel di bagian luar ujung tip
pipetdibersihkan dengan kertas tisu;iii.
c. Tiupkan sampel darah tersebut ke dalam larutan Turk yang telahdisiapkan.
Bilas pipet dengan cara mengisap dan meniup larutan dengan beberapakali
sampai ujung tip pipet terlihat bersih;iv.
d. Tabung dikocok-kocok beberapa kali supaya homogen. Letakkantabung pada
rak dan biarkan selama 3-5 menit.

E. Mengisi bilik hitung dengan sampel yang telah diencerkan:i.


a. Periksa kebersihan permukaan area perhitungan dan kaca penutup,
jikaterlihat kotor dibersihkan dulu;ii.
b. Letakkan kaca penutup sedemikian rupa sehingga kedua bidang yangdibagi
pada bilik hitung tertutup. Agar kaca penutup dapat mudah melekat,
keduatanggul dibasahi sedikit dengan jari tangan basah
c. Masukkan sampel yang telah diencerkan ke dalam bilik jantung

F. Sampel yang diencerkan dengan pipet lekosit


a. Kocok pipet supaya larutan sampel homogen, lalu buang 3-4 tetes pertama
b. Posisikan ujung pipet pada tepi permukaan bilik hitung denganmenyentuh
pinggir kaca penutup
c. Biarkan tetesan larutan sampel mengalir perlahan-lahan dengan
dayakapilaritasnya. Cairan tidak boleh mengalir ke alur bilik hitung.

G. Sampel yang diencerkan dengan tabung

11
a. Tabung dikocok-kocok beberapa kali supaya homogen;ii.
b. Ambil larutan sampel dengan pipet Pasteur kemudian teteskan ke dalam bilik
hitung. Posisikan ujung pipet pada tepi permukaan bilik hitung
denganmenyentuh pinggir kaca penutup.Alirkan larutan sampel ke dalam
bilik hitung perlahan-lahan. Cairan tidak boleh mengalir ke alur bilik hitung.
c. Letakkan bilik hitung pada tempat yang rata, biarkan selama 2-3 menitunutk
memberi kesempatan kepada lekosit mengendap.

H. Menghitung Lekosit
a. Meletakkan bilik hitung pada meja preparat mikroskop, gunakan perbesaran
10x. Kurangi cahaya yang masuk dengan menegcilkan diafragma
b. Pengamatan difokuskan pada bidang-bidang bergaris dalam bilik hitungdan
carilah lekosit
c. Lakukan penghitungan lekosit pada 4 bidang besar bilik hitung. Semuasel
yang menempel garis batas sebelah kiri dan atas dihitung, sedangkan semua
selyang menempel garis batas sebelah kanan dan bawah tidak dihitung
d. Seluruh sel lekosit yang ditemukan dalam 4 kotak besar dicatatkemudian
dilakukan penghitungan menggunakan rumus-rumus yang ada
untukmenentuka jumlah lekosit permilimeter kubik (mm3) atau mikroliter
(µl) darah;v.
e. Jika jumlah sel terlalu rendah, perlu dilakukan penghitungan lagidengan
pengenceran yang diperkecil. Sebaliknya, jika jumlah sel terlalu tinggi,naka
pengenceran diperbesar, jika pengenceran menggunakan pipet
ThomaLekosit, maka dapat diganti dengan pipet eritrosit

2. Cara Elektronik

Cara elektronik dewasa ini telah banyak dilakukan dengan


menggunakansebuah mesin penghitung sel darah (hematology analyzer). Prinsip
dasardigunakan yaitu impedansi (resistensi elektrik) dan pembauran cahaya
(lightscattering/optical scatter). Prinsip impedansi didasarkan pada deteksi dan
pengukuran perubahan hambatan listrik yang dihasilkan oleh sel-sel darah
saatmereka melintasi sebuah flow cell yang dilalui cahaya. Hasil hitung
lekositdengan analyzer ditampilkan pada lembar hasil sebagai WBC (White
Blood Cell).

12
Penggunaan cara elektronik dengan alat penghitung sel darah
lebihmenguntungkan karena mampu menghitung sel dalam jumlah yang jauh
lebih besar, menghemat waktu dan tenaga serta hasil cepat diterima oleh klinisi
untukkepentingan terapi pada pasien. Namun harga tersebut mahal, prosedur
pemakaiandan pemeliharaannya harus dilakukan dengan sangat cermat.
Disamping itu upaya penjaminan mutu juga harus selalu dilakukan

Adapun Sumber Kesalahan dalam Pemeriksaan Lekosit

1. Tahap Pra-analitik

a. Puasa dua jam setelah makan 800 kalori volume plasma akan meningkat,
sebaliknyasetelah gerak badan volume akan berkurang. Perubahan volume
plasma tersebutakan menyebabkan perubahan jumlah sel/ml darah maupun
susunan plasma.
b. Penggunaan obat-obatan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
hematologi,misalnya adrenalin secara intravena, akan meningkatkan jumlah
lekosit
c. Posisi Waktu Pengambilan. Perubahan posisi waktu berbaring menjadi berdiri
akan mengurangi volumedarah, sebaliknya perubahan posisi berdiri menjadi
berbaring akan meningkatkanvolume darah sebanyak 10-15 %.
d. Dalam penggunaan alat pembendung harus hati-hati, karena pembendungyang
terlalu lama akan menyebabkan hemokonsentrasi yang mengakibatkan
perubahan susunan darah yang diperoleh. Penampungan sampel
yangterkontaminasi atau tidak tertutup rapat.

2. Tahap Analitik

Pada tahap ini kesalahan dapat berasal dari alat dan kesalahan teknik.Kesalahan
pada alat disebabkan volume tidak tetap karena pipet tidak dikalibrasi, penggunaan
kamar hitung yang dikotor, basah dan tidak menggunakan kaca penutup khusus.
Sedangkan kesalahan pada teknik meliputi volume darah tidaktepat, tidak terjadi
pencampuran yang homogen antara darah dan anti koagulan,mengisi kamar hitung
secara tidak benar

13
3. Pasca Analitik

Kesalahan pada tahap ini sifatnya kesalahan administrasi misalnya salah


menuliskan hasil

14
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lekosit (White Blood Cell ) adalah selyang membentuk komponen darah.


Seldarah putih berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit
infeksisebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Nilai normal Lekosit berbeda-
beda pada masing-masing umur manusia. Untuk terbentuknya Lekosit terdapat
proses terjadinya pembentukan Lekosit tersebut, terdapat dua proses
pembentukanLekosit, yaitu: Granulopoeisis, Limfopoesis.Berdasarkan
terdapatnya butiran atau granula dalam sitoplasmanya, lekositterbagi menjadi dua,
yaitu : Granulosit (Eosinofil, Basofil, Neutrofil) danAgranulosit (Limfosit dan
Monosit).Kadar sel darah putih atau leukosit dapat dipicu karena naiknya
produksileukosit guna melawan infeksi, reaksi obat-obatan, penyakit pada
sumsum tulang,sehingga produksi leukosit menjadi abnormal, gangguan sistem
imun, infeksivirus, kelainan kongenital yang terkait dengan fungsi sumsum
tulang, kanker,Gangguan autoimun, dan obat-obatan yang merusak sel darah
putih. Metode pemeriksaan hitung lekosit ada dua, yaitu cara manual dan cara
elektronik/otomik.Prosedur Kerja Pemeriksaan Hitung Lekosit, yaitu membuat
pengenceran,mengisi kamar hitung, dan menghitung jumlah sel.Sumber kesalahan
yang sering terjadi pada saat pemeriksaan hitung lekosit,yaitu: Tahap Pra-analitik,
Analitik dan Pasca Analitik

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini kami berharap kepada mahasiswa agar lebih
memahami tentang cara menghitung Lekosit agar kesalahan diagnosis dapat
dikurangi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Materia Medika


Indonesia Jilid V. Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. p.116

Junqueira L.C., J.Carneiro, R.O. Kelley. 2017. Histologi Dasar. Edisi ke-5.
Tambayang J., penerjemah. Terjemahan dari Basic Histology. EGC.Jakarta.

Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.Tjokronegoro, Arjatmo & Utama, Hendra. 2012.

Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Sederhana. Jakarta: Balai Penerbit


FKUI.Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 2012.

Patofisiologi Konsep Klinis Proses- proses Penyakit. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Sadikin, Muhammad, 2012, Biokimia Darah., Jakarta, Widia Medika

Sutedjo, AY. 2018. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan


Laboratorium

Yogyakarta: Alfamediadan Kanal Media.World Health Organization.


2013.

Yogyakarta: Amara Books.Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium


Hematologi

16

You might also like