You are on page 1of 14

TUGAS 2 STATISTIKA INDUSTRI

Nama : Randu Saputra


Nim : 1910816210013
ANALISIS REGRESI & KORELASI
Konsentrasi : Manufaktur dibidang Permesinan Turning

PENGARUH PEMOTONGAN DENGAN DAN TANPA CAIRAN PENDINGIN


TERHADAP DAYA POTONG PADA PROSES TURNING

Alfred Hara1), I Nyoman Gede2), Rudy Poeng3) Jurusan Teknik Mesin


Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK
Dalam penelitian ini apakah pengaruh pemotongsn tanpa menggunakan cairan
pendingin berbeda secara signifikan dengan pemotongan yang menggunakan cairan
pendingin terhadap daya potong. Untuk mendapatkan pengaruhnya pemotongan tersebut
dilakukan pengujian pada mesin bubut dengan kecepatan potong yang bervariasi.
Hasil penelitian ini, berdasarkan anlisis pemotongan diketahui dengan adanya
kelima variasi kecepatan potong akan mempengaruhi terhadap daya potong. Dengan
semakin besar kecepatan potong akan menaikkan daya potong, baik untuk proses
pembubutan dengan dan tanpa cairan pendingin. Proses pembubutan dengan cairan
pendingin cenderung lebih besar pengaruhnya terhadap daya potong dibandingkan
dengan proses pembubutan tanpa cairan pendingin. Berdasarkan anlisis regresi dan
korelasinya dengan taraf kesalahan 5% uji hipotesis dua arah diketahui bahwa pada
proses pembubutan tanpa cairan pendingin kecepatan potong tidak berpengaruh terhadap
daya potong sebesar 73,48 %. Sedangkan pada proses pembubutan dengan cairan
pendingin berpengaruh terhadap daya potong sebesar 97,56 %.

Kata kunci: Kecepatan Potong, Cairan Pendingin, Pembubutan, Daya Potong

ABSTRACT

In this study whether the effect of cuts without using coolant differ significantly by
cutting use liquid cooling to the power cut. To get the effect these cuts do testing on a
lathe with a cutting speed varied.
The results of this study, based on cutting anlisis detected by the fifth variation of
the cutting speed will affect the power cut. With the greater the cutting speed will increase
cutting power, good for lathing process with and without coolant. The process of turning
the cooling liquid tends to be greater influence on cutting power compared to the lathing
process without coolant. Based anlisis regression and correlation with level of 5% error
hypothesis test two directions is known that in the process of turning cutting speed
without coolant does not affect the power cut amounted to 73.48%. While in the process
of turning to liquid cooling effect on the cut of 97.56%.
Keywords: Cut Speed, Coolant, turning, Power Cut

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 5 Nomor 2 80

I. PENDAHULUAN Proses pembubutan pada


umumnya adalah suatu proses yang
1.1 Latar Belakang prinsip kerjanya berputar kemudian
Dalam suatu proses pemotongan menyayat benda kerja menggunakan
logam, gesekan yang terjadi antara pahat pahat secara memanjang dan
dengan benda kerja akan menimbulkan melintang. Cairan pendingin
panas yang tinggi, sehingga akan berpengaruh besar terhadap hasil
mempercepat terjadinya keausan pahat. pembubutan benda kerja, sehingga
Oleh karena itu, penggunaan cairan menimbulkan permasalahan yaitu
pendingin pada proses pemotongan bagaimana pegaruh dengan dan tanpa
cairan pendingin ketika melakukan proses
logam sangat dibutuhkan. Pendinginan
pembubutan.
biasanya dilakukan pada proses
Untuk mengetahui besar
pemotongan logam dengan tujuan untuk
pengaruh dengan dan tanpa cairan
mengurangi panas yang timbul pada
pendingin terhadap penurunan
daerah pemotongan, menurunkan gaya
daya pemotongan, maka akan
potong, serta menurunkan kekasaran
dilakukan pengujian proses
permukaan. Pada proses pemotongan
pembubutan pada benda kerja
logam dengan benda kerja yang sangat
yang sama sebagai pembanding.
keras, panas yang ditimbulkan akibat
gesekan antara benda kerja dengan pahat
akan semakin tinggi sehingga I.2 Perumusan Masalah
penggunaan cairan pendingin dapat Berdasarkan latar belakang
mengurangi panas akibat gesekan permasalahan yang diuraikan di
tersebut. atas, maka permasalahan dalam
Dengan terjadinya penurunan penelitian ini adalah apakah
gaya potong, artinya akan menaikan pengaruh pemotongan tanpa
kecepatan potong sehingga dapat menggunakan cairan pendingin
dilakukan proses pemesinan yang cepat berbeda secara signifikan dengan
dan gaya potong juga dapat digunakan pemotongan yang menggunakan
untuk menghitung daya potong sehingga cairan pendingin terhadap daya
dapat diketahui beban biaya listrik yang potong pada proses pembubutan
dibutuhkan dalam proses pemesinan. dengan kecepatan potong yang
Dengan kata lain penurunan daya potong bervariasi.
pada proses pemesinan (pemotongan)
dapat menaikan produktivitas dengan 1.3 Tujuan Penelitian
biaya rendah dan mampu mesin Tujuan penelitian ini adalah untuk
(machinability) mengetahui pengaruh
pemotongan dengan dan tanpa
cairan pendingin terhadap daya

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 5 Nomor 2 81


potong pada proses pembubutan pengaruh dengan dan tanpa cairan
(Turning). pendingin pada proses pemotongan,
dalam hal ini proses pembubutan.
1.4 Batasan Masalah 2. Sebagai masukan serta informasi
1. Penelitian dilakukan sesuai dengan dalam meningkatkan kualitas produk
batas kemampuan dari mesin yang dari proses bubut terkait dengan
digunakan, yaitu menggunakan penggunaan cairan pendingin.
mesin bubut KNUTH DM 1000 A. 3. Mengetahui prosedur pengukuran
yang ada di Laboratorium arus motor listrik pada mesin
manufaktur Teknik Mesin Unsrat. perkakas konvensional.
2. Proses pembubutan yang dilakukan 4. Memberikan masukan kondisi mesin
adalah proses bubut silindris dengan bubut KNUTH DM 1000 A yang ada
menggunakan material baja karbon S di Laboratorium manufaktur Teknik
45 C sebagai benda kerja uji, Mesin Unsrat,sehingga dapat
berukuran panjang 100 mm dan dilakukan tindakkan pemakaian yang
diameter 25 mm. sesuai.
3. Proses pembubutan menggunakan
sistem pemotongan tegak dengan dan II. LANDASAN TEORI
tanpa menggunakan cairan
pendingin, dan pahat potong jenis 2.1 Pengertian Pemotongan
carbide. Logam
4. Kondisi pemotongan dilakukan Proses pemotongan logam
variasi putaran 300, 480, 700, 1080 merupakan suatu proses yang
dan 1600 rpm, dengan gerak makan digunakan untuk mengubah
0,11 mm/r, dan kedalaman potong bentuk suatu produk dari logam
0,5 mm konstan. Variabelvariabel (komponen mesin) dengan cara
yang tidak diteliti dianggap selalu memotong. Selain itu Proses
konstan dan tidak berpengaruh secara pemotongan logam merupakan
signifikan terhadap hasil penelitian. kegiatan terbesar yang dilakukan
5. Alat pengukuran yang digunakan pada industri manufaktur, proses
untuk mengukur arus menggunakan ini mampu menghasilkan
ampere meter dalam keadaan komponen yang memiliki bentuk
terkalibrasi dan layak digunakan yang komplek dengan akurasi
yang diadakan dan yang ada di geometri dan dimensi tinggi.
Laboratorium manufaktur Teknik Prinsip pemotongan logam dapat
Mesin Unsrat. defenisikan sebagai sebuah aksi
6 Mesin dan operator diasumsikan dari sebuah alat potong yang
bekerja dengan baik selama proses dikontakkan dengan sebuah benda
pemesinan. kerja untuk membuang permukaan
7. Cairan pendingin yang digunakan benda kerja tersebut dalam bentuk
adalah cairan procon. geram. Meskipun definisinya
sederhana akan tetapi proses
1.5 Manfaat Penelitian pemotongan logam adalah sangat
1. Sebagai bahan referensi bagi komplek.
penelitian sejenisnya dalam rangka
pengembangan pengetahuan tentang 2.1.1 Klasifikasi Proses Pemesinan

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 5 Nomor 2 82


dengan menggunakan persamaan:
Tabel 2.1 Klasifikasi proses pemesinan (Rochim, 2007)
menurut jenis gerakan relatif pahat/perkakas
potong terhadap benda kerja (Rochim, 2007)
v .d.n
(m/menit)……….…...(2.1) 1000
dimana,
d = diameter benda kerja (mm)
n = putaran spindle (rpm)

2.2 Cairan Pendingin


Cairan pendingin mempunyai kegunaan
yang khusus dalam proses pemesinan,
yaitu antara lain: 1. Memperpanjang
umur pahat.
2. Menurunkan gaya potong
3. Memperhalus permukaan produk
hasil pemesinan
3. Pembersih/pembawa geram
2.1.2 Proses Bubut
4. Melumasi elemen
Gambar 2.1 adalah skematis dari
pembimbing
sebuah proses bubut dimana n adalah
(ways) mesin perkakas
putaran poros utama, f adalah laju
5. Melindungi benda
pemakanan, dan a adalah
kerja dan komponen
kedalaman potong. (Rochim, 2007)
mesin dari korosi.

2.2.1 Jenis Cairan Pendingin


1. Cairan Sintetik (Synthetic
Fluids, Chemical Fluids)
Cairan yang jernih atau
diwarnai yang merupakan
larutan murni (true solutions)
atau larutan permukaan aktif
(surface active).
Gambar 2.1 Proses bubut (Rochim, 2007)

Ada tiga parameter utama yang


berpengaruh terhadap gaya
potong, peningkatan panas, keausan, dan
integritas permukaan benda kerja yang
dihasilkan. Ketiga parameter itu adalah
laju pemotongan V (m/menit), laju
pemakanan f (mm/r) dan
kedalaman potong a (mm).
Adapun kecepatan Gambar 2.2 Beberapa jenis cairan pendingin
potong pada proses bubut dapat dihitung

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 5 Nomor 2 83


2. Cairan Emulsi
(Emulsions,
Water Miscible Fluids, Water
Soluble Oils, Emulsifiable
Cutting Fluids) air yang
mengandung partikel minyak
(5 s.d. 20 m).
3. Cairan Semi Sintetik (Semi
Synthetic Fluids) merupakan
perpaduan antara jenis A dan B
di atas yang mempunyai Gambar 2.3 Pemakaian cairan pendingin
karakteristik sebagai berikut, dengan menggunakal nozel
• Kandungan minyaknya
lebih sedikit (10% s.d. 45% • Ditekan lewat saluran pada
dari tipe B) pahat lihat Gambar 2.4.
• Kandungan
pengemulsinya (molekul
penurun tegangan
permukaan) lebih banyak
daripada tipe A.
4. Minyak (Cutting Oils)
Minyak yang berasal salah
satu atau kombinasi dari
minyak bumi (naphthenic,
paraffinic), minyak binatang,
minyak ikan, atau minyak Gambar 2.4 Pemakaian cairan pendingin
ditekan
nabati.
• Dikabutkan (mist) Cairan
Catatan meskipun cairan pendingin di
pendingin disemprotkan berupa
atas tidak dipakai bukan berarti tidak ada
kabut. Partikel cairan sintetik,
yang menggantikan fungsinya. Dalam
semi-sintetik, atau emulsi
hal ini udara akan berfungsi sebagai
disemprotkan melalui aspirator
cairan pendingin yaitu mendinginkan
yang bekerja dengan prinsip
dan menurunkan gaya pemotongan
seperti semprotan nyamuk,
walaupun dalam taraf rendah.
Cairan dalam tabung akan naik
melalui pipa berdiameter kecil,
karena daya vakum akibat aliran
2.2.2 Pemakaian dan Pemilihan
udara di ujung atas pipa, dan
Cairan Pendingin menjadi kabut yang menyemprot
Banyak cara yang keluar.
dipraktekkan untuk mengefektifkan
pemakaian cairan pendingin sebagai
2.3 Daya Potong
berikut:
Daya potong dalam proses
pembentukan geram ditentukan
Dikucurkan/dibanjirkan
oleh gaya potong dengan
(flooding) lihat Gambar
kecepatan pemotongan
2.3.
(kecepatan pahat relatif terhadap

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 5 Nomor 2 84


benda kerja). untuk mendapatkan linier sederhana, maka hanya dua variabel
daya potong yang berasal dari yang digunakan. Sedangkan sebaliknya
sumber arus pada motor listrik jika lebih dari dua variabel yang terlibat
dapat diukur secara langsung maka disebut regresi dan korelasi
dengan menggunakan tang berganda. Analisa ini akan memberikan
ampere. hasil apakah antara variabel-variabel
yang sedang diteliti atau sedang dianalisis
terdapat hubungan, baik saling
2.3.2 Alat Ukur Tang Ampere berhubungan, saling mempengaruhi dan
Tang ampere adalah alat seberapa besar tingkat hubungannya.
ukur yang sangat nyaman Pada dasarnya analisis ini menganalisis
digunakan yang memberikan hubungan dua variabel dimana
kemudahan pengukuran arus membutuhkan dua kelompok hasil
listrik tanpa mengganggu observasi atau pengukuran sebanyak
rangkaian listriknya. n (data). (Harinaldi, 2002)

2.4.1 Analisis Regresi


Tentukan dulu variabel bebas
(independen) disimbolkan dengan X dan
variabel tidak bebas (dependen)
disimbolkan Y. Persamaan regresi linear
Gambar 2.6 Pengukuran kuat arus listrik sederhana, persamaannya: (Harinaldi,
2002)
Alat ukur tang ampere ini
dapat digunakan untuk mengukur Y a bX …………………....(2.3)
besar arus listrik yang dibutuhkan dimana,
pada saat proses a = konstanta
pembubutan, sehingga b = koefisien rgresi (slpoe)
dapat ditentukan daya Untuk menentukan konstanta dan
potong total yang terpakai dalam koefisien regresi, dapat
proses pembentukan geram. digunakan metode Least Square, sebagai
Nc I.V berikut:
(W)………………….(2.2)
dimana, I = kuat arus listrik
(ampere) Y X2
V = tegangan listrik (volt) X XY a 2

2.4 Analisis Regresi dan Korelasi n X2 X


Di dalam analisa ekonomi dan
bisnis, dalam mengolah data sering ….(2.4)
digunakan analisis regresi dan korelasi. b n XY X Y
2
Analisa regresi dan korelasi telah
dikembangkan untuk mempelajari pola ...…(2.5)
dan mengukur hubungan statistik antara
dua atau lebih variabel. Namun karena n X2 X
bab ini hanya membahas tentang regresi

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 5 Nomor 2 85


2.4.2 Analisis Korelasi agar koefisien korelasi yang
Untuk menunjukkan diperoleh dapat diartikan maka
besarnya keeratan hubungan dihitung indeks determinasinya,
antara dua variabel acak yang yaitu hasil kuadrat dari koefisien
masing-masing memiliki skala korelasi: (Harinaldi, 2002)
pengukuran minimal interval dan R2 (r)2 ………………..…….(2.7)
berdistribusi bivariat, digunakan
koefisien relasi dengan persamaan
2.4.4 Kesalahan Standar Estimasi
koefisien korelasi Pearson
Untuk mengetahui ketepatan
sebagai berikut: (Harinaldi, 2002)
persamaan estimasi dapat digunakan
dengan mengukur besar kecilnya
kesalahan standar estimasi. Semakin kecil
r n XY X Y nilai kesalahan standar estimasi maka
semakin tinggi ketepatan persamaan
n X2 X 2 n Y estimasi dihasilkan untuk menjelaskan
2 2
nilai variabel yang sesungguhnya. Dan
Y sebaliknya, semakin besar nilai kesalahan
standar estimasi maka semakin rendah
.…(2.6) ketepatan persamaan estimasi yang
Keterangan: dihasilkan untuk menjelaskan nilai
• Besar r adalah 1 r 1 variabel dependen yang sesungguhnya.
• Tanda + menunjukkan Kesalahan standar estimasi diberi simbol
pasangan X dan Y dengan arah Se yang dapat ditentukan dengan rumus:
yang sama, sedangkan tanda − (Harinaldi, 2002)
menunjukkan pasangan X dan Y
dengan arah yang berlawanan.
• r yang besarnya semakin Y2 a Y b XY
mendekati 1 menunjukkan
hubungan X dan Y cenderung Se n 2
sangat erat. Jika mendekati 0 .....(2.8)
hubungan X dan Y cenderung 2.5 Pengujian Hipotesis
kurang kuat. 1. Tentukan hipotesis nol ( Ho ) dan
• r 0 menunjukkan tidak hipotesis alternative ( Ha )
terdapat hubungan antara X dan Ho : 0 ; X tidak berpengaruh terhadap
Y. Y
Ha : 0; X berpengaruh terhadap Y
2.4.3 Koefisien Determinasi 2. Pemilihan tingkat kepentingan dan uji
Dalam analisis hipotesis
regresi, koefisien korelasi yang Tingkat kepentingan menyatakan
dihitung tidak untuk diartikan suatu tingkat resiko melakukan
sebagai ukuran keeratan kesalahan dengan menolak hipotesis
hubungan variabel bebas (X) dan nol (Ho). Dengan kata lain tingkat
variabel tidak bebas (Y), sebab kepentingan menunjukkan probalitas
dalam analisis regresi asumsi maksimum yang ditetapkan untuk
normal bivariat tidak terpenuhi. mengambil resiko terjadi kesalahan
Untuk itu, dalam analisis regresi
jenis pertama. Dalam prakteknya taraf

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 5 Nomor 2 86


kesalahan yang biasa digunakan Untuk mengambil keputusan
adalah 0,05 atau 0,01. Jadi dengan dilakukan pencarian batas
mengatakan bahwa hipotesis telah wilayah penolakan Ho atau
ditolak dengan taraf kesalahan 0,05 penerimaan Ho , yaitu:
artinya keputusan itu bisa salah - Jika thitung berada diantara
dengan probalitas 0,05. Tetapkan
taraf kesalahan 0,05 (taraf ttabel dan ttabel , maka terima Ho
kepercayaan 95 %) atau 0,01 tolak Ha
(taraf kepercayaan 99 %). Jika - Jika thitung ttabel atau thitung ttabel ,
menetapkan uji hipotesis
maka tolak Ho
menggunakan satu arah, maka taraf
kesalahan tidak dibagi dua ( ). Dan terima Ha
jika menetapkan uji hipotesis dua
arah, maka taraf kesalahan dibagu 6. Kesimpulan Ambil
kesimpulan berdasarkan
dua ( /2). 3. Wilayah kritis
pengambilan keputusan.
Derajat kebebasan dapat
menggunakan persamaan:
db
n 2..............................(2.9)
Dan diketahui taraf kesalahan,
maka dari tabel distribusi t
(lampiran 2), diperolah
Gambar 2.7 Kurva dsitribusi t dua arah
batasbatas daerah (Harinaldi, 2002)
penolakan/batas kritis uji dua
.
ujung:
ttabel dengan ( /2, df III. METODELOGI PENELITIAN
)…...(2.10)
4. Nilai hitung (thitung ) Untuk 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini
menguji koefisien regesi
dilakukan di Laboratorium Teknik
secara individual atau untuk Manufaktur dan Otomasi Teknik
menguji ada tidaknya mesin Universitas Sam Ratulangi
(Unsrat). Dan waktu pelaksanaan
pengaruh variabel bebas (X)
penelitian ini sepertri terlihat pada
terhadap variabel tidak bebas Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Waktu pelaksanaan penelitian
(Y), X
2
2
dapat b X
n
b
menggunakan uji t dengan
persamaan: thitung
Sb Se
...(2.11)
5. Pengambilan keputusan

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 5 Nomor 2 87


3.2 Bahan dan Peralatan
Dalam penelitian ini
menggunakan material S45C
berdiameter 1 inci, dengan peralatan
yang digunakan, yaitu:
• Mesin cut-off
• Mesin bubut KNUTH DM 1000
A Tang Ampere
• Mistar baja dan Jangka Sorong.

3.2 Prosedur Penelitian


Gambar 3.2 Proses pembuatan benda uji
MULAI

Tahap Persiapan

Pembuatan Benda Uji

Pengujian Pembubutan dan


Pengukuran Arus Motor Listrik

RUSAK
Benda Uji

BAIK
Data Pengamatan
hasil Pengukuran
(
Analisis Pemotongan dan a
Analisis Regresi
)
Pembahasan dan Kesimpulan

SELESAI

Gambar 3.1 Prosedur penelitian

3.4 Pengolahan Data


Proses pembuatan benda uji,
pengujian pembubutan,
pengukuran arus motor listrik (b)
pada mesin bubut hasil Gambar 3.3 Proses pembubutan
pembubutan, dapat (a) Tanpa cairan pendingin (b) Dengan cairan
didokumentasikan seperti pendingin
pada
Gambar 3.2, 3.3, 3.4 dan 3.5.

Gambar 3.4 Pengukuran arus listrik

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 5 Nomor 2 88


Tabel 4.1 Data hasil pengukuran arus motor
listrik dari pengujian proses Pembubutan

(a)

4.2 Hasil Pengolahan Data


4.2.1 Hubungan Kecepatan Potong
dan Daya Potong
Berdasarkan hasil
(b) analisis pemotongan kecepatan
Gambar 3.10 Benda uji hasil pembubutan potong dan daya potong, tanpa
(a) Tanpa cairan pendingin (b) Dengan cairan cairan pendingin dan dengan
pendingin cairan pendingin dapat
ditabulasikan seperti
diperlihatkan pada Tabel 4.2 dan
4.3.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Hasil pengamatan yang
diperoleh dari penelitian ini adalah
berupa hasil pengujian proses
pembubutan material benda uji baja
karbon S 45 C pada mesin bubut, yang
ada di laboratorium Teknik Manufaktur
Universitas Sam
Ratulangi (Unsrat). Pengujian Tabel 4.2 Analisis pemotongan tanpa cairan
yang dilakukan yaitu mengukur pendingin`
arus motor listrik mesin bubut
tersebut dengan menggunakan alat
ampere meter pada sepuluh benda
uji (10 proses pembubutan, yaitu
5 tanpa cairan pendingin dan 5
dengan cairan pendingin), untuk
variasi parameter pemesinan
dengan kondisi pemotongan
putaran yang berbeda dan
kedalaman potong, gerak makan
tetap. Data hasil pengukuran arus
motor listrik dari pengujian proses
pembubutan yang dimaksud,
seperti pada Tabel 4.1.

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 5 Nomor 2 89


Perbandingan antara tanpa cairan
pendingin dengan cairan
pendingin dapat dibuatkan grafik
kecepatan potong terhadap daya
potong, seperti diperlihatkan pada

1400

1200
TANPA CAIRAN PENDINGIN
1400 1000

1200 800

600
1000
Nc = 4,0019v + 776,89
400
800
200
600
0
0 20 40 60 80 100 120 140
400
Kecepatan Potong (m/menit)
200
Gambar 4.3.
0 TANPA CAIRAN PENDINGIN
0 20 40 60 80 100 120 140
DENGAN CAIRAN PENDINGIN
Kecepatan Potong (m/menit)

Gambar 4.1 Grafik kecepatan potong


terhadap daya potong
pembubutan tanpa cairan pendingin

Tabel 4.3 Analisis pemotongan dengan cairan


pendingin

Gambar 4.3 Grafik kecepatan potong


terhadap daya potong
perbandingan pembubutan tanpa cairan
pendingin dengan cairan pendingin

4.2.2 Analisis Regresi dan Korelasi


1. Proses Pembubutan Tanpa
DENGAN CAIRAN PENDINGIN Cairan Pendingin
1400

1200
• Persamaan regresi
1000

800
Nc= 2,9561v + 924,43
Y a bX
600 ,,
776,89 4,0019X
400 • Korelasi hitung r
200 0,857
0
0 20 40 60 80 100 120 140
• Koefisien determinasi
Kecepatan Potong (m/menit)
R2 r 2
Gambar 4.2 Grafik kecepatan potong
terhadap daya potong pembubutan dengan
cairan pendingin (0,857)2
0,7348

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 5 Nomor 2 90


73,48 % akan menaikkan daya potong, baik
untuk pembubutan tanpa cairan
pendingin maupun dengan
menggunakan cairan pendingin.
2. Berdasarkan Gambar
4.3,
Perbandingan proses pembubutan
tanpa cairan pendingan dengan
proses pembubutan dengan cairan
Gambar 4.3 Distribusi t untuk hipotesis pendingin dengan menggunakan 5
proses pembubutan tanpa cairan pendingin kecepatan potong yang bervariasi,
menunjukkan bahwa proses
2. Proses Pembubutan pembubutan dengan cairan
dengan pendingin cenderung lebih besar
Cairan Pendingin pengaruhnya terhadap daya potong
• Persamaan regresi dibandingkan dengan proses
Y a bX pembubutan tanpa cairan
pendingin. Prosentase perbedaan
924,43 2,9561X
rata-rata kedua daya potong dengan
• Korelasi hitung r tanpa cairan pendingin tersebut
0,988 adalah:
• Koefisien determinasi Prosentase Perbedaan
R2 r 2

.100% 7,1 %.
(0,988)2 3. Dari hasil analisis regresi dan
krelasinya dengan taraf
0,9756 kepercayaan 95 % atau taraf
kesalahan 5 % dengan uji hipotesis
97,56 % dua arah, pada proses pembubutan
tanpa cairan pendingin dan proses
pembubutan dengan cairan
pendingin untuk kelima variasi
kecepatan potong, adalah:
• Kecepatan potong proses
pembubutan tanpa cairan
pendingin tidak berpengaruh
Gambar 4.4 Distribusi t untuk hipotesis proses terhadap daya potong. Dimana
pembubutan dengan cairan pendingin faktor lain mempengaruhi
daya potong sebesar 73,48 %,
4.3 Pembahasan melalui persamaan regresi
1. Berdasarkan Gambar 4.1 dan 4.2, Y 776,89 4,0019X .
terlihat bahwa dengan adanya Sisanya (100-73,48) = 26,52
variasi kecepatan potong akan % ditentukan oleh kecepatan
mempengaruhi terhadap daya potong.
potong. Dimana pengaruhnya • Kecepatan potong proses
semakin besar kecepatan potong pembubutan dengan cairan

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 5 Nomor 2 91


pendingin berpengaruh
terhadap daya potong. Dimana 5.2 Saran
kecepatan potong 1. Proses pemotongan, sebaiknya
mempengaruhi daya potong dilakukan pada beberapa jenis
sebesar 97,56 %, melalui material dan proses pemesinan
persamaan regresi lainya, sehingga dapat diketahui
Y 924,43 2,9561X . perbandingan atau perbedaan
Sisanya pengaruh terhadap daya potong.
(100-97,56) = 2,44 % 2. Dianjurkan untuk menggunakan
ditentukan oleh faktor lain. alat ukur gaya dengan
menggunakan dinamometer,
sehingga langsung diperoleh gaya
potong untuk menentukan daya
V. PENUTUP potong.
3. Dapat menggunakan beberapa
5.1 Kesimpulan jenis cairan pendingin untuk
• Berdasarkan anlisis pemotongan mendapatkan efektivitasnya
diketahui dengan adanya kelima penurunan daya potong.
variasi kecepatan potong akan
mempengaruhi terhadap daya
potong. Dengan semakin besar
kecepatan potong akan DAFTAR PUSTAKA
menaikkan daya potong, baik
untuk proses pembubutan Arifin, S. 1993, Alat Ukur dan
dengan dan tanpa cairan Mesin Perkakas. Ghalia
pendingin. Proses pembubutan Indonesia, Jakarta
dengan cairan pendingin Harinaldi, 2002. Prinsip-
cenderung lebih besar prinsip Statistik untuk
pengaruhnya terhadap daya Teknik dan Sains,
potong dibandingkan dengan Erlangga, Jakarta.
proses pembubutan tanpa cairan Hindom, S. 2015, Pengaruh
pendingin. Variasi Parameter Proses
• Berdasarkan anlisis regresi dan Pemesinan Terhadap Gaya
korelasinya dengan taraf Potong pada Mesin Bubut
kesalahan 5% uji hipotesis dua KNUTH DM
arah diketahui bahwa pada 1000 A, Sripsi Program
proses pembubutan tanpa cairan Studi S-1 Jurusan Teknik
pendingin kecepatan potong Mesin Fakultas Teknik
tidak berpengaruh terhadap daya Universitas Sam
potong sebesar 73,48 %. Ratulangi, Manado.
Sedangkan pada proses Poeng, R. 2004, Sistem
pembubutan dengan cairan Manufaktur, Jurusan Teknik
pendingin berpengaruh terhadap Mesin, Universitas Sam
daya potong sebesar 97,56 %. Ratulangi, Manado. Priambodo,
B. 1981. Teknologi
Mekanik, Erlangga Jakarta.

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 5 Nomor 2 92


Rochim, T. 2007. Klasifikasi
Proses Gaya dan Daya
Pemesinan, Institut
Teknologi Bandung.

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 5 Nomor 2 93

You might also like