You are on page 1of 16

Pelatihan Biola Dasar di Cultura Mandatum Jakarta Utara

Terhadap Perkembangan Anak Usia 9-15 Tahun

Angelina Fenny Chrisant

1208618004

Pendidikan Musik

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Jakarta


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah Penelitian.......................................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................................................
Bab 2 Landasan Teori..................................................................................................................................
2.1 Biola.........................................................................................................................................
2.2 Sejarah Biola............................................................................................................................
2.3 Ukuran Biola............................................................................................................................
2.4 Sejarah Lahirnya Pembelajaran Biola dari Suzuki.....................................................................
2.5 Penerapan metode Suzuki dalam pengajaran musik...............................................................
Bab 3 Metode Penelitian...........................................................................................................................
3.1 Pendekatan Penelitian...........................................................................................................
3.2 Tempat Penelitian..................................................................................................................
3.3 Sasaran Penelitian..................................................................................................................
3.4 Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pelatihan musik menjadi salah satu bagian penting dari subsektor Pendidikan di
Indonesia. Profil Pendidikan musik di Indonesia tampak beragam. Berbagai bentuk
penyelenggaraan Pendidikan musik mulai dari pendidikan formal seperti sekolah menengah
musik hingga di perguruan tinggi, Pendidikan nonformal di kursus musik atau lembaga-lembaga
music, tetapi dari situ terdapat fakta bahwa pembelajaran musik umumnya kurang diperhatikan
metodenya, tentunya musik tanpa menggunakan metode pelajaraan tidak menguntungkan bagi
siapa pun (Maskopo, 2015).

Dalam kehidupan sehari-hari kita tentu tidak bisa lepas dari kesenian. Seni juga bisa
disebut sebagai proses penggambaran ekspresi diri pada manusia yang bisa menghasilkan
kreatifitas. Dalam belajar musik juga merupakan salah satu pendidikan non formal. Pembelajaran
musik dapat digolongan sebagai pendidikan non formal bila pelaksanaannya di luar sekolah yang
berbentuk kursus. Kursus musik dapat dilakukan oleh siapa saja dari anak usia dini hingga
dewasa dapat melakukan kursus musik.

Selain proses penggambaran ekpresi dari seorang manusia, musik juga dapat membantu
tumbuh kembang anak-anak. Hal ini berdasarkan teori psikologi perkembangan kognitif dari
Jean Piaget yang menyatakan pada teori belajar yang didasari oleh perkembangan motorik, salah
satu yang penting yang perlu distimulasi adalah keterampilan bergerak. Melalui keterampilan
motorik anak mengenal dunianya secara konkrit. Dengan bergerak ini juga meningkatkan
kepekaan sensorik, dan dengan kepekaan sensorik ini juga meningkatkan perkiraan yang tepat
terhadap ruang (spatial), arah dan waktu. Perkembangan dari struktur ini merupakan dasar dari
berfungsinya efisiensi pada area lain. Kesadaran anak akan tempo dapat bertambah melalui
aktivitas bergerak dan bermain yang menekankan sinkronis, ritme dan urutan dari pergerakan.
Kemampuan-kemampuan visual, auditif dan sentuhan juga diperkuat melalui aktivitas gerak.

Pada teori perkembangan kognitif ini dapat didukung salah satunya dengan cara
mendengarkan musik klasik. Ritme, melodi, dan harmoni dari musik klasik dapat merupakan
stimulasi untuk meningkatkan kemampuan belajar anak. Melalui musik klasik anak mudah

3
menangkap hubungan antara waktu, jarak dan urutan (rangkaian) yang merupakan keterampilan
yang dibutuhkan untuk kecakapan dalam logika berpikir, matematika dan penyelesaian masalah.

Solechuddin (2014) dikatakan juga bahwa musik dapat menjadikan anak pintar terutama
di bidang logika matematika dan bahasa. Keindahan musik adalah kata-kata yang menyatu
dengan nada, sehingga anak memiliki keinginan yang kuat untuk bergabung di dalamnya dan
tanpa disadari anak turut berdendang dengan kata-katanya sendiri misalnya dengan menyanyikan
ba..ba..ba..ba..ba, mengetuk-ngetukkan atau menjentik-jentikan jari-jari tangan atau
mengangguk-anggukkan kepala setiap kali mendengar irama musik dan sebagainya. Tapi
keinginan untuk mengikuti lagu yang ia dengar, akan mendorongnya untuk berlatih terus
menerus. Musik juga dapat membantu anak yang kurang pandai berbicara untuk menyalurkan
perasaan dan emosi yang terpendam. Bermain musik dapat memicu kepintaran kinestetis atau
kepintaran gerak tubuh dan mengurangi stress anak. Jadi bila anak sedang suntuk atau kesal,
dengan bermain musik atau mendengar musik beberapa menit, akan menyegarkan otak si anak.

Perkembangan anak sangat membutuhkan dorongan-dorongan untuk menghasilkan anak


yang berkualitas ini terjadi pada fase umur 9-16 tahun. Hal ini dikarenakan saat usia 8-17 ini
merupakan waktu seorang anak untuk menjelajahi hal-hal baru yang dimana harus dilakukan
dengan daya logika yang kritis sehingga anak tidak mudah terpengaruhi dengan hal-hal buruk
yang datang dari lingkungan sekitar.

Salah satu contoh pendidikan non formal yaitu Cultura Mandatum merupakan lembaga
pendidikan non formal dalam bidang musik. Khursus musik di Cultura Mandatum memiliki
keunikan dalam pembalajaran, khusus nya pembelajaran dalam biola soprannya. Disini selain
kita bermain musik juga di ajarkan dari segi teorinya sebagai pendukung untuk praktek biolanya
nanti. Buku yang digunakan untuk praktek biola adalah buku Suzuki dan untuk standar ujiannya
menggunakan ABRSM (Associated Board of the Royal School of Music). Khusus teori
musiknya memakai 2 buku yaitu buku teori Lee Ching Ching dalam pembelajarannya dan untuk
standar ujiannya menggunakan ABRSM yang keduanya di pakai dari grade 1 sampai 8.

Disinilah keisimewaan dari tempat kursus ini, selain melatih dalam praktek bermusiknya
meraka juga diajarkan dari segi teori musik, dimana teori musik ini mendukung untuk tugas yang
akan di berikan oleh gurunya. Salah satu contoh teori musik dalam mendukung pembelajaran
biola dasar yaitu dari segi praktek, melodi, ritmik, dan intonasi.
Setiap pelatihan di Cultura Mandatum ini tidak dikelompokan berdasarkan usia namun
didasarkan atas minat belajar masing-masing setiap individu. Di Cultura Mandatum siswa dapat
mempelajari berbagai alat musik seperti: piano, biola sopran, cello, gitar, vocal, keyboard, drum
dan trompet. Cultura Mandatum juga mengadakan konser dan evaluasi setiap 2 kali dalam
setahun dan siswa wajib mengikutin minimal 1 kali untuk evaluasi maupun konsernya. Salah
satu instrumen yang paling diminati yaitu alat musik biola sopran.

Salah satu pendekatan dalam pelatihan biola adalah dengan metode Suzuki yaitu
menggunakan pendekatan instrumen musik (instrumental music education), yang berpegang erat
pada filosofi pendidikan dan pengajaran dari Shichi Suzuki. Metode ini juga dikenal sebagai
(Mother Tongue Approach) yang terinspirasi dari prinsip dasar pembelajaran bahasa ibu,
menyadari fakta bahwa anak-anak dapat mempelajari bahasa ibu mereka tanpa kesulitan
sedikitpun yang kemudian di aplikasikan dalam pembelajaran biola oleh Shinchi (Arga 2018).

Cultura Mandatum memakai kurikulum dan ujian ABRSM (Associated Board of The
Royal School of Music) yang merupakan salah satu kurikulum yang diminati, karena berstandar
internasional. Kurikulum ABRSM ini berasal dari Institut Musik Royal London dan memberikan
fasilitas kurikulum bagi pendidikan non formal pada lebih dari 93 negara (Sophia 2021:15).
Karena berstandar international maka dari itu sertifikat ABRSM banyak di akui di berbagai
perguruan tinggi dan tempat les di Indonesia.

Pada skripsi yang berjudul “PEMBELAJARAN BIOLA DENGAN METODE SUZUKI


PADA ANAK USIA DINI DI ALL MOZART SCHOOL KABUPANTEN KUDUS” yang ditulis
oleh Bagas Eka, menjelaskan musik memiliki peran yang cukup penting untuk pendidikan
informal bagi seorang anak. Dimana salah satu hal kecil yang didapatkan seorang anak adalah
kemampuan bermain musik yang tidak didapatkan dari pendidikan formal sehingga hal ini
memungkinkan dapat dijadikan kemampuan yang nantinya akan menopang kehidupan si anak
tersebut. Jauh dari itu untuk dampak pada perkembangan anak juga musik menjadikan seorang
anak dapat lebih melakukan hal-hal kreatif dan memiliki pemikiran yang terbuka dengan hal-hal
baru atau yang belum diketahui.

Umumnya pada fase umur 9-16 tahun jika seorang anak dalam proses tumbuh
kembangnya hanya mendapatkan pelatihan atau asupan pengetahuan dari pendidikan formal
maka anak-anak tersebut tidak akan mengalami perkembangan yang signifikan, memiliki
kemampuan multi tasking, dan kemampuan-kemampuan tertentu dalam menopang
kehidupannya. Maka dari itu seberapa jauh pengaruh pelatihan biola dasar pada perkembangan
anak.

Menurut paparan di atas, secara teoritis mempunyai hubungan yang relevan dan secara
konseptual dapat dijadikan teori acuan bagi penulis. Tujuan dari penelitian ini karena tidak
banyak tempat kursus musik biola yang memakai metode Suzuki dengan acuan ujian ABRSM
secara bersamaan khususnya di daerah Jakarta dan untuk mendukung perkembangan anak .
Maka dari itu dalam melakukan penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pelatihan
Biola Dasar Di Cultura Mandatum Terhadap Perkembangan Anak Usi 9-15 Tahun”.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas maka fokus masalah yang akan diteliti oleh
peneliti ialah: Perkembangan apa saja yang didapatkan anak usia 9-15 tahun dari pelatihan biola
dasar di Cultura Mandatum.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah : Bagaimama metode pengajaran biola dasar di Cultural Madatum Jakarta Utara hingga
dapat mempengaruhi perkembangan anak usia 9-15 Tahun ?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui aspek historis biola metode suzuki.


2. Untuk mengetahui proses pengajaran biola di Cultural Mandatum Jakarta Utara
3. Untuk mengetahui pengaruh musik biola terhadap perkembangan anak usia 9-15 tahun

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan daoat bermanfaat bagi yang membaca dan berguna di
kemudian hari, manfaatnya antara lain:

1. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang proses
pembelajaran biola dasar untuk Lembaga pendidikan non formal khususnya
Lembaga khursus musik.
b. Diharapkan dapat sebagai masukan bagi pembaca khususnya mahasiswa, pelajar
dan khursus musik agar dapat mengetahui permasalahan pada pengaruh biola
pada perkembangan anak usia 9-15 tahun.
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan dapat memberi kontribusi secara akademis dari pengalaman tentang
pembelajaran biola dasar dengan menggunakan buku ABRSM dan buku Suzuki.
b. Diharapkan dapat memahami metode ABRSM dan Suzuki dari sisi silabus, materi
dan system evaluasinya.
Bab 2
Landasan Teori

2.1 Pelatihan
Rae dalam Herman Sofyandi 2013 mengatakan pelatihan merupakan usaha untuk
meningkatkan pengetahuan,keterampilan dan sikap untuk melaksanakan suatu
kegiatan agar menjadi lebih efektif dan efisien. Efektivitas sendiri merupakan suatu
istilah dimana untuk memastikan apakah program yang di buat sudah efektif dalam
pelaksanaannnya.
Sedarmayanti dalam Denny Triasmiko 2014 mengatakan pelatihan merupakan
suatu proses yang dilakukan secara sistematis untuk mengubah pengetahuan,
keterampilan dan sikap terhadap perkembangan anak usia dini.
Menurut pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya
pelatihan merupakan suatu proses kegiatan untuk melatih atau mengembangkan suatu
keterampilan dan pengetahuan diri. Pelatihan juga bisa berarti untuk mengetahui
kompetentsi tertentu yang ada didalam diri kita masing-masing, misalnya bisa dalam
berorganisasi ataupun dalam bermusik. Dalam pelatihan bermusik disini kita bisa
mengetahui apakah anak memiliki kompetensi dalam bermusik. Berlatih yang
berulang-ulang dalam bermain musik secara tidak langsung akan mempengaruhi
terhadap perkembangan anak terutama dari usia 9-16 tahun.

2.2 Tujuan pelatihan


Pelatihan merupakan suatu kegiatan yang memiliki tujuan tertentu. Tujuan yang
dimaksud adalah proses pelatihan yang dilakukan oleh seorang guru ke murid dimana
tujuan pelatihan harus searah dengan tujuan murid untuk mencapai perkembangan
yang optimal meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Tujuan dari
pembelajaran juga dapat menjadi bahan acuan sebagai strategi dalam mengajar.
Sanjaya 2008 mengatakan tujuan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai
kemampuan tertentu yang wajib dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari
sesuatu dalam bidang studi tertntu dalam satu kali pertemuan.
2.3 Musik dan Perkembangan Anak
Musik dan kehidupan merupakan dua hal yang terasa sulit dipisahkan. Di setiap waktu,
kita dapat merasakan keterpaduan unsur musik dan irama kehidupan. Alampun memberikan
irama sendiri. Bunyi angin berhembus, deburan ombak, burung berkicau, dan gesekan daun, juga
memiliki ritme sendiri dalam memperkaya semesta kehidupan ini. Di setiap alunan musik, dalam
pemahaman yang lebih luas, sedikit banyak dapat berpengaruh pada psikologis manusia. Musik
di sini diartikan sebagai bunyi yang dihasilkan dari nada dan irama yang teratur. Ada berbagai
macam pendapat mengenai hal ini. Dari awal kehidupan pun diyakini bahwa musik memiliki
pengaruh bagi anak. Hal ini dikuatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Anne Blood dari
Universitas McGill di Kanada, suara degup jantung ibu yang didengar si bayi saat menyusu pun
dapat membuat berat bayi bertambah.
Dengan kesadaran yang lebih baik, saat ini banyak orangtua menyadari mulai
mengenalkan musik dari sejak usia dini. Hal ini terbukti tumbuhnya berbagai kursus musik yang
merupakan bagian dari jawaban akan besarnya animo masyarakat mengenai pentingnya
mengenalkan musik dari sejak usia dini. Kesadaran ini diyakini karena adanya penelitian tentang
musik, terutama musik klasik ternyata sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Intelegent
Quotient) dan EQ (Emotional Quotient). Anak-anak yang sejak kecil terbiasa bergaul dan
mendengarkan musik akan memiliki kecerdasan emosial dan intelegensi yang lebih berkembang,
dibandingkan anak-anak yang yang jarang mendengarkan music.
Pada teori perkembangan kognitif ini dapat didukung salah satunya dengan cara
mendengarkan musik klasik. Rithme, melodi, dan harmoni dari musik klasik dapat merupakan
stimulasi untuk meningkatkan kemampuan belajar anak. Melalui musik klasik anak mudah
menangkap hubungan antara waktu, jarak dan urutan (rangkaian) yang merupakan keterampilan
yang dibutuhkan untuk kecakapan dalam logika berpikir, matematika dan penyelesaian masalah.
Solechuddin (2018) dikatakan juga bahwa musik dapat menjadikan anak pintar terutama
di bidang logika matematika dan bahasa. Keindahan musik adalah kata-kata yang menyatu
dengan nada, sehingga anak memiliki keinginan yang kuat untuk bergabung di dalamnya dan
tanpa disadari anak turut berdendang dengan kata-katanya sendiri misalnya dengan menyanyikan
ba..ba..ba..ba..ba, mengetuk-ngetukkan atau menjentik-jentikan jari-jari tangan atau
mengangguk-anggukkan kepala setiap kali mendengar irama musik dan sebagainya. Tapi
keinginan untuk mengikuti lagu yang ia dengar, akan mendorongnya untuk berlatih terus
menerus. Musik juga dapat membantu anak yang kurang pandai berbicara untuk menyalurkan
perasaan dan emosi yang terpendam. Bermain musik dapat memicu kepintaran kinestetis atau
kepintaran gerak tubuh dan mengurangi stress anak. Jadi bila anak sedang suntuk atau kesal,
dengan bermain musik atau mendengar musik beberapa menit, akan menyegarkan otak si anak.
Perkembangan anak sangat membutuhkan dorongan-dorongan untuk menghasilkan anak
yang berkualitas ini terjadi pada fase umur 9-16 tahun. Hal ini dikarenakan saat usia 8-17 ini
merupaka waktu seorang anak untunk menjelajahi hal-hal baru yang dimana harus dilakukan
dengan daya logika yang kritis sehingga anak tidak mudah terpengaruhi dengan hal-hal buruk
yang datang dari lingkungan sekitar.

2.4 Sejarah Biola

Biola merupakan instrumen terkecil dalam keluarga string,

Biola Eropa modern dipengaruhi oleh berbagai alat musik, terutama dari Timur Tengah
dan Bizantium. Tiga jenis alat musik mula-mula yang biasanya disebut sebagai cikal-bakal biola
adalah rebec (yang diturunkan dari harpa tangan Bizantium dan rebab), vielle (biola abad
Renaisans), dan lira da braccio (yang juga diturunkan dari harpa tangan Bizantium). Salah satu
deskripsi terawal tentang biola, termasuk cara penyetelannya, ada di dalam Epitome Musical
karya Jambe de Fer, yang diterbitkan di Lyon pada 1556. Perlahan-lahan biola mulai menyebar
ke seluruh Eropa.

Biola tertua yang pernah dicatat yang memiliki empat senar seperti biola modern dibuat
oleh Andrea Amati pada tahun 1555, walaupun tahun tepatnya diragukan. Biola yang lebih awal
hanya memiliki tiga senar, disebut violetta. Biola seketika menjadi populer, baik di antara para
pemusik jalanan maupun para bangsawan, terbukti bahwa raja Perancis Charles IX menyuruh
Amati untuk membuat 24 biola untuknya pada tahun 1560. Biola tertua yang masih ada saat ini
adalah salah satu dari ke-24 biola ini, dan diberi nama "Charles IX", dibuat di Cremona tahun
1560. Biola jaman Renaisans yang paling bagus dengan ukiran dan hiasan adalah Gasparo da
Salò (1574) yang pertama-tama dimiliki oleh Ferdinand II, Adipati Agung Austria, dan
selanjutnya, sejak 1841, oleh virtuoso Norwegia Ole Bull, yang menggunakannya selama empat
puluh tahun dalam ribuan konser. Saat ini biola tersebut berada di Vestlandske
Kustindustrimuseum di Bergen, Norwegia. "The Messiah" atau "Le Messie" (juga dikenal
sebagai "Salabue") yang dibuat oleh Antonio Stradivari pada 1716 belum pernah sekalipun
dipakai. Biola tersebut berada di Museum Ashmolean di Oxford.

2.5 Ukuran Biola

Anak-anak yang mulai belajar biola pada saat belum bertumbuh maksimal biasanya
menggunakan biola yang berukuran lebih kecil yang dimulai dari yang terkecil 1/16, 1/10, 1/8,
1/4, 2/4 (1/2), 3/4, dan biola untuk dewasa 4/4. Kadang kadang biola berukuran 1/32 juga
digunakan (ukurannya sangat kecil). Panjang badan (tidak termasuk leher) biola 'penuh' atau
ukuran 4/4 adalah sekitar 36 centimeter (atau lebih kecil menurut beberapa model dari abad ke-
17). Biola 3/4 sepanjang 33 centimeter, 1/2 sepanjang 30 centimeter. Sebagai perbandingannya,
viola 'penuh' berukuran sekitar 40 cm.

Ukuran Biola Anak-anak yang mulai belajar biola pada saat belum bertumbuh maksimal
biasanya menggunakan biola yang berukuran lebih kecil yang dimulai dari yang terkecil 1/16,
1/10, 1/8, 1/4, 2/4 (1/2), 3/4, dan biola untuk dewasa 4/4. Kadang kadang biola berukuran 1/32
juga digunakan (ukurannya sangat kecil). Panjang badan (tidak termasuk leher) biola 'penuh' atau
ukuran 4/4 adalah sekitar 36 centimeter (atau lebih kecil menurut beberapa model dari abad ke-
17). Biola 3/4 sepanjang 33 centimeter, 1/2 sepanjang 30 centimeter. Sebagai perbandingannya,
viola 'penuh' berukuran sekitar 40 cm.

2.6 Sejarah Lahirnya Pembelajaran Biola dari Suzuki

Shin'ichi Suzuki yang lahir pada 17 Oktober 1898 adalah penemu metode Suzuki
internasional pendidikan musik. Beliau dianggap sebagai pendidik berpengaruh dan
kontroversial. Ia sering berbicara tentang kemampuan semua anak untuk belajar hal-hal baik, di
lingkungan yang tepat. Beliau lahir di Nagoya, Jepang pada tahun 1898, salah satu dari dua belas
anak, Shinichi menghabiskan masa kecilnya bekerja di pabrik biola ayahnya (saat ini Suzuki
Violin Co, Ltd), memasang soundposts biola. Ia mulai belajar sendiri cara bermain biola di usia
17 tahun, keinginan Suzuki untuk bermain biola muncuk setelah terinspirasi oleh sebuah
rekaman Mischa Elman. Suzuki belajar tanpa tuntunan dari seorang guru, ia belajar dengan
mendengarkan rekaman dan mencoba untuk meniru apa yang didengar.
Pada usia 22 tahun, Tokugawa Marquis yang merupakan teman Suzuki, membujuk
ayahnya Suzuki untuk memungkinkan Suzuki untuk belajar di Jerman dimana ia belajar di
bawah Karl Klingler. Sementara di Jerman, ia menghabiskan waktu di bawah perwalian Albert
Einstein. Suzuki bertemu dan menikahi istrinya, yang bernama Waltraud Prange (1905-2000).
Sekembalinya ke Jepang, ia membentuk sebuah kuartet string dengan saudara-saudaranya dan
mulai mengajar di Sekolah Musik dan Imperial di Kunitachi Music School di Tokyo. Selama
Perang Dunia II, pabrik biola ayahnya dibom oleh pesawat perang Amerika dan salah satu
saudaranya meninggal. Sebagai hasilnya keluarganya jatuh miskin. Suzuki memutuskan untuk
meninggalkan pekerjaanya sebagai pengajar dan ia memutuskan untuk pindah ke kota terdekat
untuk mencari pekerjaan. Suzuki mencoba memberi pelajaran untuk anak yatim piatu di kota-
kota luar di mana dia tinggal. Setelah beberapa lama, Ia mengadopsi salah seorang siswa yang
bernama Koji, dan mulai mengembangkan strategi pengajaran dan filosofi. Dia kemudian
menggabungkan aplikasi baru cara mengajar praktis dengan filosofi Asia tradisional.

Sekarang dia adalah pelindung Nasional Delta Omicron, sebuah persaudaraan musik
internasional professional. Shinichi Suzuki meninggal di rumahnya di Matsumoto, Jepang pada
tanggal 26 Januari 1998, berusia 99 tahun. Filosofi yang dipegangnya selama hidupnya adalah
rekapitulasi dalam pelajaran ia mengembangkan untuk mengajar murid-muridnya.

2.7 Penerapan metode Suzuki dalam pengajaran musik.

Di dalam metode Suzuki ada beberapa penerapan pembelajaran yaitu sebagai berikut :

i. Shinichi Suzuki meyakini bahwa pendidikan musik harus dimulai dari usia
yang sangat dini, yaitu ketika otak anak mudah menyerap dan menangkap
musik. Metode Suzuki menyarankan agar anak diajarkan bermain musik
setiap hari. Pelajaran musik diawali dengan memainkan satu lagu dan
diulang-ulang beberapa bulan kemudian dapat ditambah lagu-lagu lain.
Misalnya lagu-lagu dari zaman Barok dan awal zaman klasik seperti
komposisi lagu-lagu Bach, Vivaldi dan Mozart yang mempunyai struktur
irama. Pengembangan modulasi 4. Penerapan metode Suzuki dalam
pengajaran musik. Di dalam metode Suzuki ada beberapa penerapan
pembelajaran yaitu sebagai berikut : a) Shinichi Suzuki meyakini bahwa
pendidikan musik harus dimulai dari usia yang sangat dini, yaitu ketika
otak anak mudah menyerap dan menangkap musik. Metode Suzuki
menyarankan agar anak diajarkan bermain musik setiap hari. Pelajaran
musik diawali dengan memainkan satu lagu dan diulang-ulang beberapa
bulan kemudian dapat ditambah lagu-lagu lain. Misalnya lagu-lagu dari
zaman Barok dan awal zaman klasik seperti komposisi lagu-lagu Bach,
Vivaldi dan Mozart yang mempunyai struktur irama. Pengembangan
modulasi

ii. Ketika anak mulai mempelajari sebuah alat musik, hal utama yang perlu
dipelajari adalah mendengarkan. Lagu-lagu yang didengarkan bisa
menggunakan media kaset/ CD atau guru dengan aktif memberikan contoh
memainkan lagu tersebut. Dengan mendengarkan, anak mampu
mempelajari bahasa musik dan mengembangkan indra pendengarannya.
Semakin cepat seorang anak diperkenalkan dengan musik, maka semakin
besar pula kesempatan anak untuk mengembangkan indra pendengarannya
dan kemampuan bermusik yang sempurna.

iii. Sebelum belajar alat musik, disarankan agar orang tua harus mengajak
anaknya untuk melihat anak-anak lainya yang sedang belajar musik. Pada
umumnya anak akan segera tertarik untuk ikut belajar musik, sebab anak
belajar secara meniru dengan apa yang mereka lihat ketika anak-anak lain
sedang belajar musik dengan riang dan gembira. Mereka akan tertarik
untuk bergabung, karena meniru merupakan hal alamiah yang dimiliki
oleh anak-anak.

iv. Sebelum belajar alat musik, disarankan agar orang tua harus mengajak
anaknya untuk melihat anak-anak lainya yang sedang belajar musik. Pada
umumnya anak akan segera tertarik untuk ikut belajar musik, sebab anak
belajar secara meniru dengan apa yang mereka lihat ketika anak-anak lain
sedang belajar musik dengan riang dan gembira. Mereka akan tertarik
untuk bergabung, karena meniru merupakan hal alamiah yang dimiliki
oleh anak-anak. Sebelum belajar alat musik, disarankan agar orang tua
harus mengajak anaknya untuk melihat anak-anak lainya yang sedang
belajar musik. Pada umumnya anak akan segera tertarik untuk ikut belajar
musik, sebab anak belajar secara meniru dengan apa yang mereka lihat
ketika anak-anak lain sedang belajar musik dengan riang dan gembira.
Mereka akan tertarik untuk bergabung, karena meniru merupakan hal
alamiah yang dimiliki oleh anak-anak.

v. Motifasi anak dapat mudah dipelihara, karena murid-murid Suzuki


mendapat banyak kesempatan untuk berbaur bersama siswa-siswa lainya
dalam hal latihan berkelompok. Semua murid yang besar maupun yang
masih kecil diarahkan untuk bermain bersama guna mendorong semangat
kerja sama dan bermain secara gembira. Ketika siswa yang lebih mahir
memainkan lagu-lagu, maka siswa yang pemula akan tertantang untuk
memainkan lagu-lagu yang baru saja mereka dengarkan. Kadang-kadang
lagu yang mereka ingin mainkan jauh lebih sulit dari tingkat permainkan
mereka. Hal ini menunjukan bahwa siswa yang masih muda sudah
termotifasi untuk terus berlatih dan memliki tujuan jangka panjang,
sehingga kegiatan pembelajaran metode Suzuki akan semakin berkembang
dan siswa akan terus melakukan hal-hal baru yang menunjang kesuksesan
belajar mereka. Tidak sedikit dari siswa-siswi Suzuki yang menjadi musisi
professional.
Bab 3
Metode Penelitian

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif


kualitatif. Dalam sebuah penelitian yang baik harus menggunakan metode yang benar dan tepat,
untuk mendapatkan jawaban yang dibutuhkan peneliti. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang mendeskripsikan suatu permasalahan yang didalamnya terdapat pengkajian untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada berdasarkan data-data valid berupa kata-kata yang ditulis.
Metode penelitian kualitatif digunakan oleh peneliti untuk mendeskripsikan tentang metode
pembelajaran biola di Cultura Mandatum.

Tempat Penelitian

Penelitian akan dilalukan di Cultura Mandatum. Jl. Musik Raya No.1, RT.8/RW.10,
Pegangsaan Dua, Kec. Klp. Gading, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14240.

Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian ini adalah mendeskripsikan metode pembelajaran biola dan

minat di Cultura Mandatum.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara (interview), dan studi

dokumen.

15
Daftar Pustaka
10986-23607-1-SM.pdf
25849-Article Text-30191-1-10-20181024.pdf
METODE PEMBELAJARAN BIOLA PADA EKSTRAKURIKULER ANSAMBEL GESEK DI SD
LABORATORIUM UNESA SURABAYA.pdf
metode pembelajaran biola yamah di padang.pdf
S_SMS_1100338_Chapter1.pdf
STRATEGI PEMBELAJARAN BIOLA PADA ANAK DI BEETHOVEN MUSIC COURSE KABUPATEN
TEMANGGUNG.pdf
tesis-sopian-biola - PENERAPAN PEMBELAJARAN PRAKTIK BIOLA MELALUI 3 BUKU.pdf

2501412163.pdf (unnes.ac.id)
Sistematika Penulisan Skripsi Dari Bab 1 sampai Bab 5 (penerbitbukudeepublish.com)
2501410025-s.pdf (unnes.ac.id)
Magma Ikhlas Wibowo 07208244006.pdf (uny.ac.id)
Penerapan Metode Suzuki Pada Proses Pembelajaran Biola Di Sekolah Musik Purnomo
Semarang - Digilib (isi.ac.id)

You might also like