You are on page 1of 11

MIKROBIOLOGI

PERTANIAN

LAPORAN AHKIR
PRATIKUM

PENGAMATAN RHIZOBIUM SP.

DISUSUN OLEH:
FAATIH ASSABILI
2102005

DOSEN PENGAMPU: SALMIYATI , M.Pd., Ph.D

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

INSTITUT TEKNOLOGI PERKEBUNAN PELALAWAN


INDONESIA

PELALAWAN

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..........................................................................................2
1.2 Tujuan........................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
2.1 Bakteri Rhizobium.....................................................................................4
2.2 Mekanisme Simbiosis Rhizobium dengan Akar Tanaman.......................5
BAB III....................................................................................................................7
PELAKSANAAN PRATIKUM..............................................................................7
3.1 Alat Dan Bahan.........................................................................................7
3.2 Cara Kerja..................................................................................................7
BAB IV....................................................................................................................8
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................8
4.1 Hasil...........................................................................................................8
4.2 Pembahsan.................................................................................................8
BAB V......................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
5.1 Kesimpulan................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri Rhizobium adalah kelompok bakteri yang berkemampuan sebagai
penyedia hara bagi tanaman. Rhizobium hanya dapat memfiksasi nitrogen
atmosfer bila berada di dalam bintil akar dari mitra legumnya. Peranan Rhizobium
terhadap pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan masalah ketersediaan
hara bagi tanaman inangnya. Simbiosis ini menyebabkan bakteri Rhizobium dapat
menambat nitrogen dari atmosfir, dan selanjutnya dapat digunakan oleh tanaman
inangnya (Sari, 2010).
Bakteri Rhizobium merupakan mikroba yang mampu mengikat nitrogen
bebas yang berada di udara menjadi ammonia (NH3) yang akan diubah menjadi
asam amino yang selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang diperlukan tanaman
untuk tumbuh dan berkembang, sedangkan Rhizobium sendiri memperoleh
karbohidrat sebagai sumber energi dari tanaman inang.
Nitrogen merupakan suatu unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman
dalam jumlah banyak, yang berfungsi sebagai penyusun protein dan penyusun
enzim. Tanaman memerlukan suplai nitrogen pada semua tingkat pertumbuhan,
terutama pada awal pertumbuhan, sehingga adanya sumber N yang murah akan
sangat membantu mengurangi biaya produksi. Jika unsur nitrogen terdapat dalam
keadaan kurang, maka pertumbuhan dan produksi tanaman akan terganggu.
(Armiadi, 2009).
Jumlah N2 yang difiksasi oleh asosiasi leguminosa sangat bervariasi,
tergantung pada jenis leguminosa, kultivar, spesies, dan galur (strain) bakterinya
(Gardner & Mitchell, 1991). Kemampuan penambatan N2 pada simbiosis
Rhizobium dan leguminosa dapat mencapai 380 kg N/ ha (Peoples et al. 1995). Di
Amerika hampir sebanyak 2 juta ton/ha/tahun nitrogen yang dapat diikat oleh
bakteri pada tanaman leguminosa (Sutedjo et al., 1991). Hasil penelitian Peoples
et al. (1995) mengemukakan bahwa pada kondisi percobaan jumlah nitrogen yang
ditambat berkisar antara 1 – 380 kg N/ ha. Setiap kg N yang difiksasi pada bintil
akar setara dengan 2,22 kg pupuk urea (kadar N urea 45%) sehingga dapat
menghemat penggunaan pupuk nitrogen sintetis (Husin, 2012).

2
Surtiningsih, et al. (2009) menjelaskan karakteristik bakteri Rhizobium
secara makroskopis adalah warna koloni putih susu, tidak transparan, bentuk
koloni sirkuler, konveks, semitranslusen, diameter 2 - 4 mm dalam waktu 3 - 5
hari pada agar khamir-manitol-garam mineral. Secara mikroskopis sel bakteri
Rhizobium berbentuk batang, aerobik, Gram negatif dengan ukuran 0,5 - 0,9 x 1,2
- 3 µm, bersifat motil pada media cair, umumnya memiliki satu flagella polar atau
subpolar. Untuk pertumbuhan optimum dibutuhkan temperatur 25 - 30°C, pH 6 -
7 (kecuali galur-galur dari tanah masam). Lebih lanjut Soepardi (1989) dalam
Nasikah (2007) menjelaskan bahwa suhu optimal untuk Rhizobium berkisar 18°C
- 26°C, minimal 3°C dan maksimal 45°C. Sedangkan kisaran pH optimal untuk
Rhizobium adalah sedikit di bawah netral hingga agak alkali, kendati demikian
pada pH 5,0 beberapa strain Rhizobium masih dapat bertahan hidup.
Bakteri Rhizobium bersifat kemoorganotropik, yaitu dapat menggunakan
berbagai karbohidrat dan garam-garam asam organik sebagai sumber karbonnya.
Organisme ini memiliki ciri khas yaitu dapat menyerang rambut akar tanaman
kacang-kacangan di daerah beriklim sedang atau beberapa daerah tropis dan
mendorong memproduksi bintil-bintil akar yang menjadikan bakteri sebagai
simbiosis intraseluler. Kehadiran bakteri pada bintil-bintil akar sebagai bentuk
pleomorfik di mana secara normal termasuk dalam fiksasi nitrogen atmosfer ke
dalam suatu bentuk penggabungan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman inang.
Semua galur bakteri bintil akar menunjukkan afinitas terhadap inang.
Inokulasi Rhizobium di Indonesia sudah lama dilakukan akan tetapi belum
membuahkan hasil yang maksimal. Kegagalan inokulasi ini disebabkan
Rhizobium tidak dapat bertahan di lingkungan tanah masam dan mengandung
matrial beracun, seperti Aluminium dan residu pestisida. Sejumlah besar bakteri
Rhizobium dapat mati karena keasaman tanah, oleh sebab itu diperlukan adanya
inokulasi apabila tidak adanya spesies Rhizobium, atau kalau ada sedikit
jumlahnya sehingga tidak efektif.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mengetahui bentuk – bentuk Rhizobium sp.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri Rhizobium
Bakteri berasal dari kata bakterion (bahasa Yunani) yang berarti tongkat
atau batang. Bentuk bakteri dibagi atas tiga golongan, yaitu golongan basil
(tongkat/batang), golongan kokus (bulat), dan spiril (bengkok). Bentuk tubuh
bakteri dipengaruhi oleh keadaan medium dan usia bakteri (Dwidjoseputro. 1994).
Bakteri merupakan mikroba uniseluler, pada umumnya tidak mempunyai
klorofil. Ada beberapa yang fotosintetik dan reproduksi aseksual dengan
pembelahan sel. Bakteri umumnya berukuran kecil dengan karakteristik dimensi
sekitar 1 µm. Sel dapat tunggal ataupun rantaian. Beberapa kelompok memiliki
flagella dan dapat bergerak aktif. Bakteri memiliki berat jenis 1,05-1,1 g cm -3
dan berat sekitar 10-12 g sebagai partikel kering, bentuknya ada bulat (cocci),
batang (bacil) dan lengkung. Bentuk bakteri dipengaruhi oleh umur dan syarat
pertumbuhan tertentu. Bakteri dikenal dengan bentuk yang disebut involusi, yaitu
perubahan bentuk yang disebabkan karena faktor-faktor keadaan sekitar yang
tidak menguntungkan seperti faktor makanan, suhu dan hal lain yang kurang
menguntungkan bagi bakteri. Selain bentuk involusi dikenal pula pleomorfi, yaitu
bentuk yang bermacam-macam dan teratur yang terdapat pada suatu bakteri
meskipun ditumbuhkan pada syarat-syarat pertumbuhan yang sesuai (Hidayat et
al., 2006).
Rhizobium merupakan bakteri yang mampu bersimbiosis dengan tanaman
leguminosa. Akar tanaman akan mengeluarkan suatu zat yang merangsang
aktifitas bakteri Rhizobium. Apabila bakteri sudah bersinggungan dengan akar
rambut, akar rambut akan mengeriting. Setelah memasuki akar, bakteri
berkembang biak ditandai dengan pembengkakan akar. Pembengkakan akar akan
semakin besar dan akhirnya terbentuklah bintil akar (Hidayat et al., 2006).
Surtiningsih et al., (2009) menjelaskan karakteristik bakteri Rhizobium
secara makroskopis adalah warna koloni putih susu, tidak transparan, bentuk
koloni sirkuler, konveks, semitranslusen, diameter 2-4 mm dalam waktu 3-5 hari
pada agar khamir-manitol-garam mineral. Secara mikroskopis sel bakteri
Rhizobium berbentuk batang, aerobik, gram negativ dengan ukuran 0,5-0,9 x 1,2-

4
3 µm, bersifat motil pada media cair, umumnya memiliki satu flagella polar atau
subpolar. Untuk pertumbuhan optimum dibutuhkan temperature 25-300C, pH 6-7
(kecuali galur-galur dari tanah masam).
2.2 Mekanisme Simbiosis Rhizobium dengan Akar Tanaman
Rhizobium membentuk koloni pada akar tanaman legum sebagai
pengenalan terhadap inangnya. Spesies Rhizobium yang berbeda, berbeda pula
inangnya. Proses infeksi dimulai dengan cara penetrasi bakteri ke dalam sel
rambut akar sehingga menyebabkan pertumbuhan rambut akar keriting akibat dari
adanya auksin yang dihasilkan oleh bakteri. Benang infeksi terus berkembang
sampai di kortek dan menggandakan percabangan. Percabangan ini menyebabkan
jaringan kortek membesar yang disebut bintil akar. Waktu antara infeksi sampai
dengan bakteri mampu memfiksasi N2 sekitar 3-5 minggu. Selama periode
tersebut kebutuhan karbohidrat, nutrient, mineral dan asam amino disediakan oleh
inang. Bakteri membentuk satu komplek enzim yang dibutuhkan untuk menambat
nitrogen. Bentuk bakteri dalam satu sel akar yang mengandung nodul aktif (bila
dibelah melintang akan terlihat warna merah muda hingga kecoklatan di bagian
tengahnya disebut bakteroid. Akar tanaman mengeluarkan senyawa triftopan yang
menyebabkan bakteri berkembang pada ujung akar. Senyawa triftopan diubah
oleh Rhizobium menjadi IAA (Indole Acetic Acid) yang menyebabkan akar
membengkok karena adanya interaksi antara akar dan Rhizobium kemudian
bakteri merombak dinding sel akar tanaman sehingga terjadi kontak antara
keduanya. Terbentuklah benang infeksi yang merupakan perkembangan dari
membran plasma yang memanjang dari sel terinfeksi. Setelah itu Rhizobium
berkembang di dalam benang infeksi yang menjalar menembus sel-sel korteks
sampai parenkim dalam sel kortek Rhizobium, dilepas di dalam sitoplasma untuk
membentuk bakteroid dan menghasilkan stimulan yang merangsang sel korteks
untuk membelah. Pembelahan tersebut menyebabkan proliferasi jaringan,
membentuk struktur bintil akar yang menonjol sampai keluar akar tanaman, yang
mengandung bakteri Rhizobium (Armiadi, 2009).
Akar tanaman melakukan aktivitas metabolisme akar yang mengeluarkan
senyawa metabolit melalui akar ke dalam tanah yang disebut eksudat. Eksudat
tersebut terdiri dari senyawa-senyawa gula, asam amino, asam organik, glikosida,

5
senyawa nukleotide dan basanya, enzim, vitamin dan senyawa indole, sehingga
dapat digunakan sebagai nutrisi untuk bakteri di dalam tanah untuk
keberlangsungan hidupnya (Purwaningsih, 2009). Tanaman inang pada asosiasi
Rhizobium leguminosa memperoleh hasil fiksasi nitrogen berupa asam amino
yang ditranslokasikan melalui xylem, sedangkan bakteri Rhizobium mendapatkan
senyawa karbon hasil fotosintesis dari tanaman inang.

6
BAB III
PELAKSANAAN PRATIKUM
3.1 Alat Dan Bahan
Gelas benda, mikroskop, lampu Bunsen, silet, pinset, cawan Petri, pipet
tetes, bintil akar tanaman buncis ( Phaseolus vulgaris ) atau kacang hijau ( Vigna
radiata ) atau kacang tanah (Arachis hypogaea), alkohol 70%, H2O2, aquades,
pewarna makanan.
3.2 Cara Kerja
Peratama- tama sterilkan bintil akar dengan merendamnya ke dalam
alkohol 70% selama 10 detik, h2o2 selama 3 menit, dan aquades selama 5 menit,
kemudian sayat tipis, letakkan pada gelas benda , tekan perlahan, dan
dikeringanginkan, lalu lakukan fiksasi dengan melewatkan di atas api bunsen,
setelah itu warnai dengan pewarna makan selama 5 detik, kemudian cuci dengan
aquades mengalir secara perlahan dan keringkan, dan amati menggunakan
mikroskop dan gambar pada table.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Foto Gambar

4.2 Pembahsan

Bakteri Rhizobium yang terdapat pada tanaman kacang – kancangan


menyebabkan terbentuknya nodul atau bintil akar. Bakteri ini dapat menfiksasi
nitrogen bebas dari udara, indriani dkk (2011) menyatakan bahwa unsur nitrogrn
hasil fiksasi dimanfaatkan oleh tanaman inang yang digunakan untuk
pertumbuhan.
Pengamatan ini dilakukan dengan cara merendam bintil akar tanaman yang
bersimbiosis mutalisme dengan bakteri rhizobium, lalu merendamnya ke dalam
alkohol 70% selama 10 detik, h2o2 selama 3 menit, dan aquades selama 5 menit,
kemudian sayat tipis, letakkan pada gelas benda , tekan perlahan, dan
dikeringanginkan, lalu lakukan fiksasi dengan melewatkan di atas api bunsen,
setelah itu warnai dengan pewarna makan selama 5 detik, kemudian cuci dengan
aquades mengalir secara perlahan dan keringkan, dan amati menggunakan
mikroskop.
Bedasarkan pengamatan yang telah dilakukan diketektahui bentuk bakteri
Rhizobium ini berbentuk spiral yang agak sedikit melengkung atau berbentuk
vibro. permukaanya halus mengkilap, marginnya entire). Hal yang hampir serupa
dilaporkan oleh Purwaningsih (2004), bahwa ciri-ciri bakteri Rhizobium adalah
bulat dengan permukaan seperti kubah atau kerucut, dan berwarna putih seperti
susu atau jernih seperti air, serta tidak menyerap warna merah.

8
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada pratikum ini dapat disimpulkan bahwa bakteri Rhizobium sp,
Berbntuk vibro atau berbentuk spiral yang agak melengkung, dengan permukaan
seperti kubah atau kerucut, dan berwarna putih seperti susu atau jernih seperti air,
serta tidak menyerap warna merah.

9
DAFTAR PUSTAKA
Armiadi. 2009. Penambatan nitrogen secara Biologis pada Tanaman Leguminosa.
Jurnal Wartazoa 19(1): 23-30.
Dwidjoseputro. (1994). Dasar-Dasar Mikrobiologi: Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Gardner, F.P., R.B. Pearce and R.L. Mitchell. 1991. Physiology of Crop
Plants(Fisiologi Tanaman Budidaya, alih bahasa oleh Herawati
Susilo).University of Indonesia Press, Jakarta
Hidayat, dkk. (2006). Mikrobiologi Industri: C.V Andi Offset. Yogyakarta
Husin, M.N. 2012. Pengaruh Pupuk Organik Cair NASA terhadap Nitrogen Bintil
Akar dan Produksi Macroptilium atropurpureum. Agripet, 12 (2): 20-23
Indriani. 2007. Pengamatan Karakteristik Rhizobium. Penrbar Swadaya. Jakarta

Nasikah.2007. Pengaruh Inokulasi Rhizobium Dan Waktu Pemberian Pupuk N


(Urea) Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai Lahan Sawah Setelah
Kedelai. Skripsi dipublikasikan. Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan
Teknologi Universitas Islam Negri Malang.
Peoples, M. B., D. F. Herridge, J. K. Ladha. 1995. Biological nitrogen fixation: an
efficient source of nitrogen for sustainable agricultural production. Plant
and Soil. 174:3-28.
Purwaningsih S. 2004. Isolasi, Enumerasi, dan Karakterisasi Bakteri Rhizobium
dari Tanah Kebun Biologi Wamena, Papua. Biodiversitas 6(2): 82-84
Purwaningsih, S. 2009. Populasi Bakteri Rhizobium di Tanah Pada Beberapa
Tanaman Dari Pulau Buton, Kabupaten Muna, Propinsi Sulawesi
Tenggara. Jurnal Tanah Trop., 14(1): 65-70.
Sari, D, 2010, Pengaruh Perubahan Konsentrasi KOSubstrat Terhadap Populasi
Mikroorganisme Pemutus Zat Warna Azo Di Bioreaktor Membran, Jurnal
Teknik Lingkungan, 16(1): 72-81.
Surtiningsih, T., Farida, dan N. Nurhariyati. 2009. Biofertilisasi Bakteri
Rhizobium pada Tanaman Kedelai (Glycine Max (L) Merr.) Berk. Penel.
Hayati, 1( 5): 31-35
Sutedjo, Mul Mulyati. 1991. Mikrobiologi Tanah: Rineka Cipta. Jakarta.

10

You might also like