Professional Documents
Culture Documents
PMKP 1.1 Regulasi Pedoman Peningkatan Mutu
PMKP 1.1 Regulasi Pedoman Peningkatan Mutu
TENTANG
PEMBERLAKUKAN PEDOMAN PENINGKATAN MUTU & KESELAMATAN PASIEN
TAHUN 2022
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Tobadak
Pada tanggal : 14 Februari 2022
Plt. Direktur,
BAB I DEFINISI
A. DEFINISI
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien merupakan proses kegiatan yang
berkesinambungan (continuous improvement) yang dilaksanaan dengan koordinasi dan
integrasi antara unit pelayanan dan komite-komite (Komite Medik, Komite Keperawatan,
Komite/Tim PPI, Komite K3 dan fasilitas, Komite Etik, Komite PPRA, dan lain-lainnya).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan komite mutu dalam melaksanakan kegiatan peningkatan mutu,
keselamatan pasien dan manajemen risiko
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai acuan pemilihan dan pengumpulan data indikator mutu.
b. Sebagai acuan analisis dan validasi data indikator mutu.
c. Sebagai acuan Pencapaian dan upaya mempertahankan perbaikan mutu.
d. Sebagai acuan Sistem pelaporan dan pembelajaran keselamatan pasien rumah sakit
(SP2KP-RS)
e. Sebagai acuan Penerapan manajemen risiko
PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU TENGAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl. Tammauni Pue Ballung Kec. Tobadak Kab. Mamuju Tengah 91563
Telepon 081238269933 Email : rsud.mateng20@gmail.com
penggunaan antibiotik di rumah sakit. Program mutu dan keselamatan pasien berperan penting
dalam membantu unit melakukan pengukuran indikator yang ditetapkan. Komite/Tim
Penyelenggara Mutu juga bertugas untuk mengintegrasikan semua kegiatan pengukuran di
rumah sakit, termasuk pengukuran budaya keselamatan dan sistem pelaporan insiden
keselamatan pasien. Integrasi semua pengukuran ini akan menghasilkan solusi dan perbaikan
yang terintegrasi.
Pengumpulan data indikator mutu dilakukan oleh staf pengumpul data yang sudah
mendapatkan pelatihan tentang pengukuran data indikator mutu. Pengumpulan data indikator
mutu berdasarkan peraturan yang berlaku yaitu pengukuran indikator nasional mutu (INM) dan
prioritas perbaikan tingkat rumah sakit meliputi:
a. Indikator nasional mutu (INM) yaitu indikator mutu nasional yang wajib dilakukan
pengukuran dan digunakan sebagai informasi mutu secara nasional.
b. Indikator mutu prioritas rumah sakit (IMP-RS) (TKRS 5) mencakup:
1) Indikator sasaran keselamatan pasien minimal 1 indikator setiap sasaran.
2) Indikator pelayanan klinis prioritas minimal 1 indikator.
3) Indikator sesuai tujuan strategis rumah sakit (KPI) minimal 1 indikator.
4) Indikator terkait perbaikan sistem minimal 1 indikator.
5) Indikator terkait manajemen risiko minimal 1 indikator.
6) Indikator terkait penelitian klinis dan program pendidikan kedokteran minimal 1
indikator. (apabila ada)
c. Indikator mutu prioritas unit (IMP-Unit) adalah indikator prioritas yang khusus dipilih
kepala unit terdiri dari minimal 1 indikator. Indikator mutu terpilih apabila sudah tercapai
dan dapat dipertahankan selama 1 (satu) tahun, maka dapat diganti dengan indikator
mutu yang baru. Setiap indikator mutu baik indikator mutu prioritas rumah sakit (IMP-
RS) maupun indikator mutu prioritas unit (IMP-Unit) agar dilengkapi dengan profil
indikator sebagai berikut:
1) Judul indikator.
2) Dasar pemikiran.
3) Dimensi mutu.
4) Tujuan.
5) Definisi operasional.
6) Jenis indikator.
7) Satuan pengukuran.
8) Numerator (pembilang).
9) Denominator (penyebut).
10) Target.
11) Kriteria inklusi dan eksklusi.
12) Formula.
13) Metode pengumpulan data.
14) Sumber data.
15) Instrumen pengambilan data.
16) Populasi/sampel (besar sampel dan cara pengambilan sampel).
17) Periode pengumpulan data.
18) Periode analisis dan pelaporan data.
19) Penyajian data.
20) Penanggung jawab.
Data yang dikumpulkan akan diagregasi dan dianalisis menjadi informasi untuk
pengambilan keputusan yang tepat dan akan membantu rumah sakit melihat pola dan tren
capaian kinerjanya. Sekumpulan data tersebut misalnya data indikator mutu, data laporan
insiden keselamatan pasien, data manajemen risiko dan data pencegahan dan pengendalian
infeksi, Informasi ini penting untuk membantu rumah sakit memahami kinerjanya saat ini dan
mengidentifikasi peluang-peluang untuk perbaikan kinerja rumah sakit. Rumah sakit harus
melaporkan data mutu dan keselamatan pasien ke eksternal sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan meliputi:
a. Pelaporan indikator nasional mutu (INM) ke Kementrian Kesehatan melalui aplikasi
mutu fasilitas pelayanan Kesehatan.
b. Pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP) ke KNKP melalui aplikasi e-report.
Dengan berpartisipasi dalam pelaporan data mutu dan keselamatan pasien ke eksternal
rumah sakit dapat membandingkan kinerjanya dengan kinerja rumah sakit setara baik di skala
lokal maupun nasional. Perbandingan kinerja merupakan pendekatan yang efektif untuk
mencari peluang-peluang perbaikan. Proses analisis data mencakup setidaknya satu dampak
dari prioritas perbaikan rumah sakit secara keseluruhan terhadap biaya dan efisiensi sumber
daya setiap tahun. Program mutu dan keselamatan pasien mencakup analisis dampak prioritas
perbaikan yang didukung oleh pimpinan. misalnya terdapat bukti yang mendukung pernyataan
bahwa penggunaan panduan praktik klinis untuk mestandarkan perawatan memberikan
dampak yang bermakna pada efisiensi perawatan dan pemendekan lama rawat, yang pada
akhirnya menurunkan biaya. Staf program mutu dan keselamatan pasien mengembangkan
instrumen untuk mengevaluasi penggunaan sumber daya untuk proses yang berjalan,
kemudian untuk mengevaluasi kembali penggunaan sumber daya untuk proses yang telah
diperbaiki. Sumber daya dapat berupa sumber daya manusia (misalnya, waktu yang digunakan
untuk setiap langkah dalam suatu proses) atau melibatkan penggunaan teknologi dan sumber
daya lainnya. Analisis ini akan memberikan informasi yang berguna terkait perbaikan yang
memberikan dampak efisiensi dan biaya..
Analisis data melibatkan staf yang memahami manajemen informasi, mempunyai
keterampilan dalam metode-metode pengumpulan data, dan memahami teknik statistik. Hasil
analisis data harus dilaporkan kepada Penanggung jawab indikator mutu (PIC) yang
bertanggung jawab untuk menindaklanjuti hasil tersebut. Penanggung jawab tersebut bisa
memiliki latar belakang klinis, non klinis, atau kombinasi keduanya. Hasil analisis data akan
memberikan masukan untuk pengambilan keputusan dan memperbaiki proses klinis dan non
klinis secara berkelanjutan. Run charts, diagram kontrol (control charts), histogram, dan
diagram Pareto merupakan contoh dari alat-alat statistik yang sangat berguna dalam
memahami tren dan variasi dalam pelayanan kesehatan. Tujuan analisis data adalah untuk
dapat membandingkan rumah sakit dengan empat cara. Perbandingan tersebut membantu
rumah sakit dalam memahami sumber dan penyebab perubahan yang tidak diinginkan dan
membantu memfokuskan upaya perbaikan.
a. Dengan rumah sakit sendiri dari waktu ke waktu, misalnya dari bulan ke bulan, dari
tahun ke tahun.
b. Dengan rumah sakit setara, seperti melalui database referensi.
c. Dengan standar-standar, seperti yang ditentukan oleh badan akreditasi atau organisasi
profesional ataupun standar-standar yang ditentukan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
d. Dengan praktik-praktik terbaik yang diakui dan menggolongkan praktik tersebut
sebagai best practice (praktik terbaik) atau better practice (praktik yang lebih baik) atau
practice guidelines (pedoman praktik)
PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU TENGAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl. Tammauni Pue Ballung Kec. Tobadak Kab. Mamuju Tengah 91563
Telepon 081238269933 Email : rsud.mateng20@gmail.com
Validasi data adalah alat penting untuk memahami mutu dari data dan untuk menetapkan
tingkat kepercayaan (confidence level) para pengambil keputusan terhadap data itu sendiri.
Ketika rumah sakit mempublikasikan data tentang hasil klinis, keselamatan pasien, atau area
lain, atau dengan cara lain membuat data menjadi publik, seperti di situs web rumah sakit,
rumah sakit memiliki kewajiban etis untuk memberikan informasi yang akurat kepada publik.
Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa data yang dilaporkan ke
Direktur, Dewan Pengawas dan yang dipublikasikan ke masyarakat adalah valid. Keandalan
dan validitas pengukuran dan kualitas data dapat ditetapkan melalui proses validasi data
internal rumah sakit. Kebijakan data yang harus divalidasi yaitu:
a. Pengukuran indikator mutu baru;
b. Bila data akan dipublikasi ke masyarakat baik melalui website rumah sakit atau media
lain
c. Ada perubahan pada pengukuran yang selama ini sudah dilakukan, misalnya
perubahan profil indikator, instrumen pengumpulan data, proses agregasi data, atau
perubahan staf pengumpul data atau validator
d. Bila terdapat perubahan hasil pengukuran tanpa diketahui sebabnya
e. Bila terdapat perubahan sumber data, misalnya terdapat perubahan sistem
pencatatan pasien dari manual ke elektronik;
f. Bila terdapat perubahan subjek data seperti perubahan umur rata rata pasien,
perubahan protokol riset, panduan praktik klinik baru diberlakukan, serta adanya
teknologi dan metodologi pengobatan baru.
1) Kematian.
2) Cedera permanen.
3) Cedera berat yang bersifat sementara/reversible. Cedera permanen adalah dampak
yang dialami pasien yang bersifat ireversibel akibat insiden yang dialaminya
misalnya kecacadan, kelumpuhan, kebutaan, tuli, dan lain-lainnya. Cedera berat
yang bersifat sementara adalah cedera yang bersifat kritis dan dapat mengancam
nyawa yang berlangsung dalam suatu kurun waktu tanpa terjadi cedera
permanen/gejala sisa, namun kondisi tersebut mengharuskan pemindahan pasien
ke tingkat perawatan yang lebih tinggi /pengawasan pasien untuk jangka waktu
yang lama, pemindahan pasien ke tingkat perawatan yang lebih tinggi karena
adanya kondisi yang mengancam nyawa, atau penambahan operasi besar,
tindakan, atau tata laksana untuk menanggulangi kondisi tersebut.
Kejadian juga dapat digolongkan sebagai kejadian sentinel jika terjadi salah satu
dari berikut ini:
4) Bunuh diri oleh pasien yang sedang dirawat, ditatalaksana, menerima pelayanan di
unit yang selalu memiliki staf sepanjang hari atau dalam waktu 72 jam setelah
pemulangan pasien, termasuk dari Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit;
5) Kematian bayi cukup bulan yang tidak diantisipasi;
6) Bayi dipulangkan kepada orang tua yang salah;
7) Penculikan pasien yang sedang menerima perawatan, tata laksana, dan pelayanan;
8) Kaburnya pasien (atau pulang tanpa izin) dari unit perawatan yang selalu dijaga
oleh staf sepanjang hari (termasuk UGD), yang menyebabkan kematian, cedera
permanen, atau cedera sementara derajat berat bagi pasien tersebut;
9) Reaksi transfusi hemolitik yang melibatkan pemberian darah atau produk darah
dengan inkompatibilitas golongan darah mayor (ABO, Rh, kelompok darah lainnya);
10) Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan kematian, cedera permanen, atau
cedera sementara derajat berat) atau pembunuhan pasien yang sedang menerima
perawatan, tata laksana, dan layanan ketika berada dalam lingkungan rumah sakit;
11) Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan kematian, cedera permanen, atau
cedera sementara derajat berat) atau pembunuhan anggota staf, praktisi mandiri
berizin, pengunjung, atau vendor ketika berada dalam lingkungan rumah sakit
12) Tindakan invasif, termasuk operasi yang dilakukan pada pasien yang salah, pada
sisi yang salah, atau menggunakan prosedur yang salah (secara tidak sengaja);
13) Tertinggalnya benda asing dalam tubuh pasien secara tidak sengaja setelah suatu
tindakan invasif, termasuk operasi;
14) Hiperbilirubinemia neonatal berat (bilirubin >30 mg/dL);
15) Fluoroskopi berkepanjangan dengan dosis kumulatif >1.500 rad pada satu medan
tunggal atau pemberian radioterapi ke area tubuh yang salah atau pemberian
radioterapi >25% melebihi dosis radioterapi yang direncanakan;
16) Kebakaran, lidah api, atau asap, uap panas, atau pijaran yang tidak diantisipasi
selama satu episode perawatan pasien;
17) Semua kematian ibu intrapartum (terkait dengan proses persalinan); atau
18) Morbiditas ibu derajat berat (terutama tidak berhubungan dengan perjalanan
alamiah penyakit pasien atau kondisi lain yang mendasari) terjadi pada pasien dan
menyebabkan cedera permanen atau cedera sementara derajat berat.
PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU TENGAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl. Tammauni Pue Ballung Kec. Tobadak Kab. Mamuju Tengah 91563
Telepon 081238269933 Email : rsud.mateng20@gmail.com
Definisi kejadian sentinel meliputi poin a) hingga o) di atas dan dapat meliputi
kejadian-kejadian lainnya seperti yang disyaratkan dalam peraturan atau dianggap
sesuai oleh rumah sakit untuk ditambahkan ke dalam daftar kejadian sentinel.
Komite/ Tim Penyelenggara Mutu segera membentuk tim investigator segera setelah
menerima laporan kejadian sentinel. Semua kejadian yang memenuhi definisi tersebut
dianalisis akar masalahnya secara komprehensif (RCA) dengan waktu tidak melebihi 45 (empat
puluh lima) hari. Tidak semua kesalahan menyebabkan kejadian sentinel, dan tidak semua
kejadian sentinel terjadi akibat adanya suatu kesalahan. Mengidentifikasi suatu insiden sebagai
kejadian sentinel tidak mengindikasikan adanya tanggungan hukum.
Keselamatan dan mutu berkembang dalam suatu lingkungan yang membutuhkan kerja sama
dan rasa hormat satu sama lain, tanpa memandang jabatannya.
Pimpinan rumah sakit menunjukkan komitmennya mendorong terciptanya budaya
keselamatan tidak mengintimidasi dan atau mempengaruhi staf dalam memberikan pelayanan
kepada pasien. Direktur menetapkan Program Budaya Keselamatan di rumah sakit yang
mencakup:
a. Perilaku memberikan pelayanan yang aman secara konsisten untuk mencegah
terjadinya kesalahan pada pelayanan berisiko tinggi.
b. Perilaku di mana para individu dapat melaporkan kesalahan dan insiden tanpa takut
dikenakan sanksi atau teguran dan diperlakuan secara adil (just culture)
c. Kerja sama tim dan koordinasi untuk menyelesaikan masalah keselamatan pasien.
d. Komitmen pimpinan rumah sakit dalam mendukung staf seperti waktu kerja para staf,
pendidikan, metode yang aman untuk melaporkan masalah dan hal lainnya untuk
menyelesaikan masalah keselamatan.
e. Identifikasi dan mengenali masalah akibat perilaku yang tidak diinginkan (perilaku
sembrono).
f. Evaluasi budaya secara berkala dengan metode seperti kelompok fokus diskusi (FGD),
wawancara dengan staf, dan analisis data.
g. Mendorong kerja sama dan membangun sistem, dalam mengembangkan budaya
perilaku yang aman.
h. Menanggapi perilaku yang tidak diinginkan pada semua staf pada semua jenjang di
rumah sakit, termasuk manajemen, staf administrasi, staf klinis dan nonklinis, dokter
praktisi mandiri, representasi pemilik dan anggota Dewan pengawas.
Perilaku yang tidak mendukung budaya keselamatan di antaranya adalah: perilaku yang
tidak layak seperti kata-kata atau bahasa tubuh yang merendahkan atau menyinggung
perasaan sesama staf, misalnya mengumpat dan memaki, perilaku yang mengganggu, bentuk
tindakan verbal atau nonverbal yang membahayakan atau mengintimidasi staf lain, perilaku
yang melecehkan (harassment) terkait dengan ras, agama, dan suku termasuk gender serta
pelecehan seksual. Seluruh pemangku kepentingan di rumah sakit bertanggungjawab
mewujudkan budaya keselamatan dengan berbagai cara.
Saat ini di rumah sakit masih terdapat budaya menyalahkan orang lain ketika terjadi suatu
kesalahan (blaming culture), yang akhirnya menghambat budaya keselamatan sehingga
pimpinan rumah sakit harus menerapkan perlakuan yang adil (just culture) ketika terjadi
kesalahan, dimana ada saatnya staf tidak disalahkan ketika terjadi kesalahan, misalnya pada
kondisi:
a. Komunikasi yang kurang baik antara pasien dan staf.
b. Perlu pengambilan keputusan secara cepat.
c. Kekurangan staf dalam pelayanan pasien.
Di sisi lain terdapat kesalahan yang dapat diminta pertanggungjawabannya ketika staf
dengan sengaja melakukan perilaku yang tidak diinginkan (perilaku sembrono) misalnya:
a. Tidak mau melakukan kebersihan tangan.
b. Tidak mau melakukan time-out (jeda) sebelum operasi.
c. Tidak mau memberi tanda pada lokasi pembedahan.
Rumah sakit harus meminta pertanggungjawaban perilaku yang tidak diinginkan (perilaku
sembrono) dan tidak mentoleransinya. Pertanggungjawaban dibedakan atas:
a. Kesalahan manusia (human error) adalah tindakan yang tidak disengaja yaitu
melakukan kegiatan tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan.
b. Perilaku berisiko (risk behaviour) adalah perilaku yang dapat meningkatkan risiko
PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU TENGAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl. Tammauni Pue Ballung Kec. Tobadak Kab. Mamuju Tengah 91563
Telepon 081238269933 Email : rsud.mateng20@gmail.com
(misalnya, mengambil langkah pada suatu proses layanan tanpa berkonsultasi dengan
atasan atau tim kerja lainnya yang dapat menimbulkan risiko).
c. Perilaku sembrono (reckless behavior) adalah perilaku yang secara sengaja
mengabaikan risiko yang substansial dan tidak dapat dibenarkan.
b. Menetapkan konteks.
c. Identifikasi risiko sesuai kategori risiko pada poin a) - e)
d. Analisis risiko.
e. Evaluasi risiko.
f. Penanganan risiko.
g. Pemantauan risiko.
Program manajemen risiko rumah sakit harus disusun setiap tahun berdasarkan daftar
risiko yang diprioritaskan dalam profil risiko meliputi:
a. Proses manajemen risiko (poin a)-g)).
b. Integrasi manajemen risiko di rumah sakit.
c. Pelaporan kegiatan program manajemen risiko.
d. Pengelolaan klaim tuntunan yang dapat menyebabkan tuntutan.
PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU TENGAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl. Tammauni Pue Ballung Kec. Tobadak Kab. Mamuju Tengah 91563
Telepon 081238269933 Email : rsud.mateng20@gmail.com
BAB IV DOKUMENTASI
2. Pemilihan, pengukuran indikator mutu prioritas rumah sakit dan prioritas unit
Dokumentasi terdiri dari :
a. Form usulan indikator mutu unit
b. Form pengukuran indikator mutu
c. Form rekam medis terkait, buku register terkait, maupun dokumen-dokumen lainnya
yang digunakan sebagai bentuk form pengukuran data indikator