Professional Documents
Culture Documents
Proposal Jamila
Proposal Jamila
PROPOSAL
Di Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Ijin Penelitian
Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Ilmu-Ilmu Sosial STIS MUTIARA Tual Di Agats Asmat
Di Susun Oleh :
JAMILA WARANDI
Nomor Induk Mahasiswa : 123282020418187
i
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Pengelola STIS Mutiara TUAL di Agats
ii
ABSTRAK
sebagaimana argumentasi awal dalam penelitian nanti, bahwa perangkat desa dan kepala
pelayanan yang diberikan bukan hanya tergantung pada kinerja para perangkat desa
menentukan maju atau mundurnya dan hidup atau mati organisasi yang dipimpinnya.
Pemerintahan desa seperti halnya pemerintah pusat dan daerah, dituntut untuk
yang makin tinggi dari masyarakat, baik dari kualitas maupun dari segi kuantitasnya.
gagalnya suatu organisasi dan usaha, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana
produktivitas kinerja Aparatur Pemerintah Desa di Desa Mbait Ditrik Agats Kabupaten
Asmat yang ada. Dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif, informan penelitian
adalah Aparat Kampung Mbait dan masyarakat yang mendiami wilayah tersebut
yang digunakan terdiri dari editing data, koding data, dan Tabulasi data.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................................. ii
ABSTRAK................................................................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................................
Latar Belakang.......................................................................................................................... 1
Perumusan Masalah................................................................................................................... 6
Pembatasan Masalah.................................................................................................................. 6
Tujuan Penelitian........................................................................................................................ 6
Manfaat/kegunaan penelitian....................................................................................................... 7
Landasan Teori............................................................................................................................ 8
Metode Penelitian......................................................................................................................... 26
Lokasi Penelitian..........................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 30
iv
BAB I
PENDAHULUAN
mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sama melaksanakan tugas-tugas yang
saling berkaitan guna mencapai tujuan bersama yang diinginkan pemimpin dan
Dari definisi tersebut maka dapat diartikan kepemimpinan dalam konteks struktural
tidak hanya terikat pada bidang atau sub bidang yang menjadi tugas dan fungsinya,
tetapi juga oleh rumusan tujuan dan program pencapaian yang telah ditetapkan oleh
dari pada itu, seorang pemimpin juga dituntut untuk memiliki pengetahuan yang
luas. Untuk dapat memenuhi kriteria tersebut, maka dipandang penting seorang
ditetapkannya.
1
Desa sebagai unit pemerintahan terendah di bawah kecamatan dalam
peran penting secara aktif membina dan menempatkan para aparatur desa untuk
pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana desa. Hal tersebut menjadi
lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala desa,
baik secara perorangan ataupun tim didalam organisasi tersebut. Menurut Hasibuan
memproduksi suatu barang atau jasa. Dari pemahaman diatas dapat dikatakan
bahwa produktivitas menyentuh berbagai aspek dalam diri manusia seperti sikap,
mental, etika dan keahlian sehingga dapat dijadikan sebagai pendorong dalam
merupakan faktor kunci untuk dapat melakukan perbaikan setiap hari dan hanya
2
Tugas utama aparatur adalah sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Jelas
digariskan dalam UUD 1945 alinea keempat, yang meliputi 4 (empat) aspek
atau bidang yang hendak dibangun di tingkat pemerintahan terendah tersebut, dan
salah satu aspek yang terlebih dahulu perlu dibangun adalah peningkatan
suatu lembaga perlu adanya manajemen efektif yang mampu mengarahkan dan
3
Salah satu ukuran keberhasilan kinerja individu, tim atau organisasi terletak
berhasil. Apabila lebih rendah dari standar atau menurun, dikatakan tidak atau
dan mampu meningkatkan daya saing desanya. Hal tersebut akan terwujud
apabila urusan yang menjadi kewenangan desa dapat terlaksana dengan baik,
pemerintahan tersebut.
tergantung pada kinerja para perangkat desa saja selaku bawahan, tetapi juga
kepemimpinannya.
4
Mengingat pentingnya kepemimpinan sebagai faktor penentu dalam sukses
atau gagalnya suatu organisasi dan usaha. Pemerintahan desa seperti halnya
pemerintah pusat dan daerah, dituntut untuk memberikan pelayanan maksimal bagi
masyarakat dan mampu menjawab tuntutan yang makin tinggi dari masyarakat,
baik dari kualitas maupun dari segi kuantitasnya. Pemerintahan desa terdiri atas
kepala desa dan perangkat desa, tetapi penelitian ini akan lebih fokus pada
masyarakat. Hal ini dikarenakan kinerja perangkat desa dipimpin oleh kepala desa.
Kabupaten Asmat.
5
1.2. Perumusan Masalah
Dengan demikian masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Mengingat kompleksitas masalah dan keterbatasan Penulis dalam daya,buku,dan waktu pada
proses penelitian. Maka penulis membatasi permasalahan yang hendak diteliti yaitu :
6
1.5. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
3. Bagi mahasiswa
4. Bagi masyarakat
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara etimologi kata desa berasal dari Bahasa Sansekerta, deca yang berarti
tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa atau
village yang diartikan sebagai “a group of houses or shop in a country area, smaller
than and town”. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
berada di Daerah Kabupaten. Desa menurut H.A.W. Widjaja dalam bukunya yang
masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hal asal-usul yang
masyarakat.
masyarakat pada umumnya tentang hakikat atau tentang definisi dari objek tertentu
yang dibahas. Pada umumnya, desa dimaknai oleh masyarakat sebagai tempat
bermukim suatu golongan penduduk yang ditandai dengan penggunaan tata Bahasa
dengan logat kedaerahan yang kental, tingkat pendidikan relatif rendah, dan
kelautan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa adalah suatu kesatuan
wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan
sendiri (dikepalai oleh seorang Kepala Desa) atau desa merupakan kelompok rumah
8
Desa adalah wilayah yang penduduknya saling mengenal, hidup bergotong
royong, memiliki adat istiadat yang sama, dan mempunyai tata cara sendiri dalam
mengatur kehidupan masyarakatnya. Selain itu tinjauan tentang desa juga banyak
bahwa :
Pasal 1 angka 1 disebutkan bahwa :
“Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
Indonesia”.
Pasal 1 angka 2 disebutkan bahwa :
Republik Indonesia”.
Pasal 1 angka 3 disebutkan bahwa :
“Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan
sekali bahwa desa merupakan self community yaitu komunitas yang mengatur
sosial budaya setempat, maka posisi desa yang memiliki otonomi asli sangat
Otonomi Daerah. Karena dengan Otonomi Desa yang kuat akan mempengaruhi
9
Desa memiliki wewenang sesuai yang tertuang dalam Pasal 19 Undang-
Desa juga memiliki hak dan kewajiban yang tertuang dalam pasal 67 Undang-
Desa berkewajiban:
a) Melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan, serta kerukunan masyarakat
Republik Indonesia.
10
2.1.2 Pemerintah Desa atau Pemerintah Desa
a. Pemerintah Desa
25 bahwa Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dan yang dibantu oleh perangkat desa atau yang disebut dengan nama lain. Dalam
demikian dapat disimpulkan bahwa perangkat desa adalah Pembantu Kepala Desa
masyarakat desa. Atas dasar tersebut, Kepala Desa memiliki kewenangan yang
berwenang untuk:
11
i) Mengembangkan sumber pendapatan desa
perundang-undangan dan,
perundang-undangan.
Berdasarkan wewenang yang dimiliki kepala desa, maka secara hukum
memiliki tanggung jawab yang besar, oleh karena itu untuk lebih efektif harus ada
pendelegasian kewenangan kepada para pembantunya atau memberikan mandat.
Oleh karena itu dalam melaksanakan kewenangan Kepala Desa diberikan
sebagaimana ditegaskan pada pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014,
yaitu dalam melaksanakan tugas Kepala Desa berhak : a) Mengusulkan struktur
organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa
dan,
12
Jika ada wewenang, tentu ada kewajiban, wewenang yang dimaksud diatas
adalah:
kepentingan di desa
lingkungan hidup
13
o) Memberikan informasi kepada masyarakat desa.
undang bahwa kepala desa dibantu oleh perangkat desa. Perangkat desa menurut
a) Sekretaris Desa
c) Pelaksana Teknis.
14
Perangkat desa diangkat oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan dengan
dari warga desa yang meemnuhi persyaratan, karena tugas pemerintah desa begitu
berat maka perangkat desa harus memiliki kemampuan yang memadai untuk bisa
prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan adat istiadat desa. Untuk melaksanakan
tugas-tugas ini diperlukan susunan organisasi dan perangkat desa yang memadai
susunan organisasi pemerintah desa yang ada saat ini perlu dikembangkan sesuai
15
2.2.2 Tipologi Kepemimpinan
satunya yang umum dikenal menurut Djatmiko dalam buku Komang Ardana adalah
1) Tipe Otokratik
2) Tipe Paternalistik
3) Tipe Karismatik
bukan kekuasaan.
16
5) Tipe Demokratis (Partisipatif)
kepribadian, pengalaman masa lampau, dan harapan dari atasan, kepribadian dan
pula harapan manajer mengenai pemimpin seperti apa yang diperlukan agar
dalam penentuan orientasi yang akan dipilih manajer. Karena otoritas untuk
perilaku manajer tingkat yang lebih rendah. Di samping itu, manajer tingkat
17
3) Karakteristik, Harapan, dan Perilaku Bawahan
4) Persyaratan Tugas
instruksi yang tepat menuntut suatu pemimpin yang berorientasi pada tugas
manajer.
berbagai cara.
18
2.2.4 Hubungan Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai
berikut :
rekan kerja.
4) System Factor, ditujukan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang
diberikan organisasi.
Jadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai adalah
organisasi agar mereka dengan semangat dan kesadaran tinggi mau berbuat dan
19
2.2.5 Fungsi Kepemimpinan
Sedarmayanti dalam buku Mu’iz Raharjo terdiri dari dua fungsi yakni :
20
2.3 Produktivitas Kerja
akhir yang diperoleh di dalam proses produksi. Dalam hal ini tidak terlepas dengan
efisiensi dan efektivitas. Berbicara tentang produktivitas tidak dapat terlepas dari
hal tersebut. Efisiensi diukur dengan rasio output dan input. Atau dengan kata lain
Kast dan James E. Rozenswig, produktivitas adalah suatu ukuran efisiensi dari
(output).
tergantung atau dipengaruhi banyak yang ditentukan oleh banyak faktor. Ada
beberapa faktor yang menentukan besar kecilnya produktivitas suatu instansi antara
lain :
1) Knowledge
pikir dan penguasaan ilmu serta luas sempitnya wawasan yang dimiliki
21
2) Skills
Dengan kata lain, jika seorang pegawai memiliki keterampilan yang baik
dimiliki oleh seorang pegawai. Konsep ini jauh lebih luas, karena dapat
ability yang tinggi pula. Melalui kemampuan yang memadai, maka seorang
22
Dapat dicontohkan di sini misalnya seorang pegawai mempunyai
kebiasaan tepat waktu, displin, simpel, maka perilaku kerja juga baik, apabila
diberi tanggungjawab akan menepati aturan dan kesepakatan. Dengan
demikian perilaku manusia juga akan ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan
yang telah tertanam dalam diri pegawai sehingga dapat mendukung kerja
yang efektif atau sebaliknya. Dengan kondisi pegawai tersebut, maka
produktivitas dapat dipastikan terwujud.
2.3.3 Pengukuran Produktivitas
1) Membangun kepedulian
23
4) Menfasilitasi integrasi
lebih besar.
Peranan konsep dalam penetian ini sangat besar karena dia adalah yang menghubunagkan
dunia teori dan dunia observasi, antara abtraksi dan realitas. Dalam penelitian sosialperananya
menjadi bertambah penting karena realitas sosial yang menjadi perhatian ilmu sosial banyak yang
tidak bisa ditangkap oleh panca indera manusia sehingga sering timbul masalah dalam pengukuran
konsep tersebut. Untuk itu konsep perlu didefinisikan secara tepat sehingga tidak terjadi
kesalahan pengukuran.
Dengan demikian drfinisi konsep dari variabel penelitian tersebut adalah sebagai berikut : Peran
kepemimpinan yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin dalam memimpin sebuah organisasi
agar mampu melaksanakan tugas secara berdaya guna dan berhasil guna dan berkelanjutan.
Istilah operasional dapat diartikan : “Secara (bersifat operasi) berhubungan dengan operasi”
(Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1988 : 627).
Dari pendapat tesebut dapat diartikan bahwa, konsep dapat diamati atau diobservasi ini
penting,karena hal-hal yang dapa diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain, selain
peneliti untuk melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan peneliti terbuka untuk
diuji kembali oleh orang lain. Penyusunan definisi operasional itu akan menunjukan alat
pengambil data mana yang cocok untuk digunakan.
Tentang caranya menyusun definisi operasional variabel ini penulis lebih menekankan pada
kegiatan (operation) apa yang perlu dilakukan.
24
Bryan dan White (1987 : 189) memberikan gambaran tentang definisi operasional atau indikator
sebagai berikut : Memutuskan apa yang akan diukur tidak jelas dan sederhana seperti tampaknya.
Suatu proyek dirancang untuk mensejahterakan suatu masyarakat, memperbaiki kesehatan di
wilayah tertentu, atau meningkatkan produksi tanaman. Tidak satupun diantara hal-hal tersebut
dapat diamati secara langsung, dan kemudian masalahnya adalah menemukan tiap indikator untuk
hal itu. Istilah teknisnya ialah menjadikan tujuan proyek,atau persoalan yang sedang diteliti,
oprasional. Ini berarti peneliti mendefinisikan sesuatu hubungan dengan kegiatan atau tindakan
yang dapat mengukurnya. Misalnya definisi operasional untuk ksejahteraan seseorang ialah upah
yang diterimanya dari panen tahun kemarin, ditambah dengan seluruh hak milik lain seperti tanah.
Kegiatan atau tindakan yang dipakai untuk mengukur Peran Kepemimpinan dalam
memotivasi efektifitas kerja pegawai pada kantor Distrik dapat di definisikan sebagai berikut :
a. Kepemimpinan
b. Produktivitas
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Menurut Koenjaraningrat (1981: 16) bahwa metode adalah: “Cara atau jalan, sehubungan
dengan upaya ilmiah maka metode yang menyangkut masalah atau cara kerja untuk dapat
a. Jenis Penelitian
menggambarkan secara tepat sifa-sifat suatu keadaan atau gejala dan hubunganya
Menurut Ndraha (1982 : 105) penelitian Deskriptif adalah : “Tulisan tentang keadaan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah
metode yang dipergunakan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang keadaan
objek pada saat tertentu dan hal-hal yang perlu diselidiki,kemudian menentukan dan
Yang menjadi lokasi penelitian dalam penulisan ini adalah Kantor Distrik Agats
Kabupaten Asmat
26
3.3. Populasi Dan Sampel
a. Populasi
Menurut More (1995 : 35) populasi Berarti : “ Semua orang atau objek yang
- Sekumpulan unsur dengan elemen yang menjadi objek penelitian dan elemen
- Sekeompok objek untuk siap kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari semua itu
hendak digeheralisasikan.
- Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
b. Sampel
Setelah populasi ditentukan dengan jelas, barulah ditetapkan apakah mungkin untuk
meneliti seluruh elemen populasi atau perlu mengambil sebagian dari populasi saja
Wasito et al (1992 : 51 ) suatu penelitian tidak selalu perlu meneliti semua anggota
dalam populasi karena disamping biaya yang besar juga membutuhkan waktu yang
lama. Dengan meneliti sebagian dari populasi dapat diharapkan bahwa hasil-hasil yang
diproses akan memberikan gambaran yang sesuai dengan populasi yang bersangkutan.
27
3.4. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Lapangan
terhadap obyek yang diteliti dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang
jelas dan tempat mengenai obyek yang diteliti terutama gejala-gejala yang dilihat
dengan mata. Studi lapangan ialah cara pengumpulan data dengan pengamatan
dengan responden
menjawab sejumlah alternatif jawab yang tersedia sesuai dengan apa yang
diketahui.
tujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan tempat mengenai obyek
b. Studi Kepustakaan
atau referensi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan datanya, penulis
Menurut Mallo (1986 : 61) langkah - langkah pengolahan data adalah Editing,
1. Mengedit yaitu melihat kegunaan atau kejelasan tidaknya data yang dikumpulkan,
tahap ini dimaksudkan untuk memastikan suatu data apakah data tersebut dapat
2. Mengkode adalah tahap klasifikasi yang dapat penulis tempatkan pada kategori
jawaban menurut macamnya.
28
3. Mentabulasi yaitu setelah data berada pada kategori yang sudah disiapkan, maka
P= x 100%
Keterangan :
P : Persentase (%)
n : Jumlah responden
Untuk mengalisa data dan informasi dalam penelitian ini, peneliti mengunakan analisis
kuantitatif / deskriptif yaitu semua data yang berbentuk angka - angka selanjutnya di
interprestasikan ke dalam bentuk uraian yang tekstruktural (uraian kalimat atau kata -
kata).
dengan cara ini dilakukan dengan membaca data yang telah diolah”.
Untuk menilai apakah peran kepemimpinan Kepala Distrik dalam memotivasi kerja
b. Baik = 76 - 90
c. Cukup = 61 – 75
d. Sedang = 51 – 60
e. Kurang = 50 ke bawah
29
DAFTAR PUSTAKA
Irham Fahmi, Perilaku Organisasi Teori, Aplikasi, dan Kasus. Bandung: Alfabeta,
2014.
Muhammad Mu’iz, Manajemen Sumber Daya Manusia yang Unggul, Cerdas &
Berkarakter Islami. Yogyakarta: Gava Media. 2011.
Undang-Undang:
30