Professional Documents
Culture Documents
Tugas Kelp 3 Askep Demensia
Tugas Kelp 3 Askep Demensia
Dosen Pembimbing :
Kurniawan Edi P,S.Kep.Ns.,M.Kes
Disusun Oleh :
KELOMPOK III :
A. Pengertian
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori
yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari. Demensia merupakan
keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata
mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari (Nugroho, 2008).
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi vegetatif atau keadaan
yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas
komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu (Elizabeth, 2009).
Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat
dan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi
kehidupan sehari-hari. Kumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif. Perubahan
mood dan tingkahlakusehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari penderita (Aspiani
R.Y., 2014).
B. Etiologi
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi3 golongan yaitu:
a. Sindrom demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan yaitu:
terdapat pada tingkat subsuler atau secara biokimiawi pada system enzim, atau pada metabolisme
b. Syndrome demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati, penyebab utama
dalam golongan ini diantaranya:
1) Penyakit degenerasi spino-selebelar
2) Subakut leuko-esefalitis sklerotik fan bogaert
3) Khorea hungtington
c. Syndrome demensia denga etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini
diantaranya:
1) Penyakit kardiovaskuler
2) Penyakit- penyakit metabolic
3) Gangguan nutrisi
4) Akibat intoksikasi menahun
C. Klasifikasi Demensia
Klasifikasi Demensia menurut Aspiani (2014) dapat dibagi dalam 3 tipe yaitu:
a. Demensia Kortikal dan Sub Kortikal
1) Demensia Kortikal
Merupakan demensia yang muncul dari kelainan yang terjadi pada korteks serebri
substansia grisea yang berperan penting terhadap proses kognitif seperti daya ingat dan
bahasa. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan demensia kortikal adalah Penyakit
Alzheimer, Penyakit Vaskular, Penyakit Lewy Bodies, sindroma Korsakoff, ensefalopati
Wernicke, Penyakit Pick, Penyakit CreutzfeltJakob
2) Demensia Subkortikal
Merupakan demensia yang termasuk non-Alzheimer, muncul dari kelainan yang
terjadi pada korteks serebri substansia alba. Biasanya tidak didapatkan gangguan daya ingat
dan bahasa. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan demensia kortikal adalah penyakit
Huntington, hipotiroid, Parkinson, kekurangan vitamin B1, B12, Folate, sifilis, hematoma
subdural, hiperkalsemia, hipoglikemia, penyakit Coeliac, AIDS, gagal hepar, ginjal, nafas,
dll.
b. Demensia Reversibel dan Non reversible
1) Demensia Reversibel
Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang dapat diobati. Yang termasuk
faktor penyebab yang dapat bersifat reversibel adalah keadaan/penyakit yang muncul dari
proses inflamasi (ensefalopati SLE, sifilis), atau dari proses keracunan (intoksikasi alkohol,
bahan kimia lainnya), gangguan metabolik dan nutrisi (hipo atau hipertiroid, defisiensi
vitamin B1, B12, dll).
2) Demensia Non Reversibel
Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang tidak dapat diobati dan bersifat
kronik progresif. Beberapa penyakit dasar yang dapat menimbulkan demensia ini adalah
penyakit Alzheimer, Parkinson, Huntington, Pick, CreutzfeltJakob, serta vaskular.
c. Demensia Pre Senilis dan Senilis
1) Demensia Pre Senilis
Merupakan demensia yang dapat terjadi pada golongan umur lebih muda (onset dini)
yaitu umur 40-50 tahun dan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis yang dapat
mempengaruhi fungsi jaringan otak (penyakit degeneratif pada sistem saraf pusat,
penyebab intra kranial, penyebab vaskular, gangguan metabolik dan endokrin, gangguan
nutrisi, penyebab trauma, infeksi dan kondisi lain yang berhubungan, penyebab toksik
(keracunan), anoksia).
2) Demensia Senilis
Merupakan demensia yang muncul setelah umur 65 tahun. Biasanya terjadi akibat
perubahan dan degenerasi jaringan otak yang diikuti dengan adanya gambaran deteriorasi
mental.
D. Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia. Penuaan
menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu berat
otak akan menurun sebanyak sekitar 10% pada penuaan antara umur 30 -70 tahun. Berbagai
factor etiologi yang telah disebutkan diatasmerupakan kondisi kondisi yang dapat mempernaruhi
sel sel neuron korteks serebri.
Penyakit degenerative pada otak, gangguan vascular dan penyakit lainnya serta gangguan
nutrisi, metabolic dan toksitasi secara langsung maupun tak langsung depat menyebabkan sel
neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskemia, infrak, inflamasi, deposisi protein
abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari are kortikal ataupun sub
kortikal.
Disamping itu kadar neurotransmitter di otak yang diperlukan untuk proses konduksi saraf
juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir
dan belajar), gangguan sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood.
Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena (kortikal atau subkortikal)
atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan
memicu keadaan konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).
E. Tanda dan Gejala
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dangan keluarga
tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala klinik dari demensia Nugroho
(2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda gejala demensia adalah:
a. Menurunnya daya ingat yang terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi bagian keseharian
yang tidak bisa lepas
b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat
penderita demensia berada.
c. Penurunan ketidak mampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata
yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sma berkali-kali.
d. Ekspresi ang berlebihan, misalnya menangis berlebuhan saat melihat drama televise, marah
besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak
beralasan. Penderita demensia tidak mengerti mengapa perasan-perasan tersebut muncul.
e. Adanya perubahan perilaku seperti: acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.
F. Komplikasi
Kushariyadi (2011) menyatakan komplikasi yang sering terjadi pada demensia adalah:
a. Peningkatan resiko infeksi diseluruh bagian tubuh
1) Ulkus diabetikus
2) Infeksi saluran kencing
3) Pneumonia
b. Thromboemboli, infarkmiokardium
c. Kejang
d. Kontraktur sendi
e. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
f. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan peralatan.
G. Tata Laksana
a. Penatalaksanaan pada pasien demensia menurut Aspiani (2014) sebagai berikut:
1) Farmakoterapi
a) Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat-obatan antikoliesterase seperti
Donepezil, Rivastigmine, Glantamine, Memantine
b) Demensia vaskuler membutuhkan obat-obatan anti platelet seperti Aspirin, Ticlopidine,
Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gagguan
kognitif
c) Demensia karena stroke yang berturut-urut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya
bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau
kencing manis yang berhubungan dengan stroke
d) Jika hilangnya ingatan disebabkan oleh depresi, diberikan obat anti- depresi seperti
Sertraline dan Citalopram
e) Untuk mengendaliakn agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa menyertai
demensia stadium lanjut, sering digunakan antipsikotik (misalnya Haloperidol, Quetiaoine
dan Risperidone)
2) Dukungan atau peran keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akam membantu penderita tetap memiliki
orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan angka angka
3) Terapi simtomatik
Menurut Erwanto & Kurniasih (2018) Penderita penyakit demensia dapat diberikan
terapi simtomatika yaitu terapi rekreasional dan aktifitas dimana upaya yang dapat
dilakukan dengan memberikan terapi brain gym. Brain gym ini berupa senam otak dengan
melibatkan petugas untuk mengajarkan gerakan-gerakan mudah pada pasien demensia.
Senam otak ini bertujuan untuk membuktikan pernyataan menurut Pratiwi (2016) bahwa
apabila senam otak dilakukan secara rutin 1 kali dalam sehari maka dapat menjaga fungsi
daya ingat pada lansia sehingga lansia dapat memenuhi aktivitas sehari-hari, hal ini
dibuktikan dengan peningkatan presentase pengkajian Indeks KATZ. Sesuai penelitian
yang dilakukan oleh Chancellor, Duncan, & Chatterjee (2014) bahwa senam otak mampu
meningkatkan fungsi kognitif pada lansia yang mengalami demensia.
4) Pencegahan dan perawatan demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjasinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi
otak seperti:
a) Mencegah masuknya zat zat yang dapat merusak sel sel otak seperti alcohol dan zat
adiktif yang berlebihan
b) Mambaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari
c) Melakukan kegiatan yang data membuat mental kita sehat dan aktif: Kegiatan rohani &
memperdalam ilmu agama
d) Tetep berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi
e) Mengurangi setress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan
sehari hari dapat membuat otak kita tetap sehat
2.. Terapi Non Farmakologi:
Memberikan program harian untuk pasien:
a) Kegiatan harian teratur dan sistematis, yang meliputi latihan fisik yang dapat memacu
aktifitas fisik dan otak yang baik (brain-gym)
b) Asupan gizi yang berimbang, cukup serat, mengandung antioksidan(obat-obat
penangkal kerusakan dalam tubuh akibat pola hidup yang kurang sehat), mudah
dicerna, penyajian yang menarik dan praktis
c) Mencegah/mengelola faktor resiko yang dapat memberatkan penyakitnya, misalnya
hipertensi, kadar lemak yang meningkat dalam darah, diabetes, dan merokok
d) Melaksanakan hobi dan aktifitas sosial sesuai dengan kemampuannya
e) Melaksanakan “LUPA” (Latih, Ulang, Perhatikan dan Asosiasi) yaitu suatu strategi
untuk memaksa otak berfikir yang dapat mencegah lajunya dimensia
f) Tingkatkan aktifitas di siang hari, tempatkan di ruangan yang mendapatkan cahaya
cukup serta aman untuk beraktifitas. Hal ini dapat mencegah terlalu banyak tidur di
siang hari yang dapat mengganggu periode tidur malam
H. Pemeriksaan Demensia
Menurut Aspiani (2014), Pemeriksaan fungsi kognitif awal bila menggunakan Minimental-
state examination (MMSE) dari folstein dengan skor/ angka maksimal 30. Jika mempunyai skor
dibawah 24, pasien patut dicurigai mengalami demensia. Meskipun nilai skor ini sangat subjektif
karena pengaruh pedidikan juga berperan pada tingginya nilai skor. Tidak ada perbedaan pada
wanita maupun pria. Jadi pemeriksaan MMSE dianjurkan ditambah dengan clock drawing test,
dengan menggambar jam sekaligus diatur waktu jamnya.
Nilai skor berkisar antara 0-4 dengan perincian skor:
a. Dapat menggambar lingkaran bulat yang benar (nilai 1)
b. Penempatan nomor tepat pada tempatnya (nilai 1)
c. Lengkap 12 nomor tepat (nilai 1)
d. Penempatan panah tunjuk pendek/panjang tepat (nilai 1).
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER
IIK STRADA INDONESIA
1. IDENTITAS :
KLIEN
Nama : Ny. S
Umur : 66 Tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Pangkalan Bun
Tanggal datang : 25-5-2022
2 DATA :
. KELUARGA
Nama : Tn. B
Hubungan : Anak
Pekerjaan : PNS
Alamat : Pangkalan Bun Telp : 0821 4444 xxxx
3 STATUS KESEHATAN SEKARANG :
.
Keluhan utama:
- Ny. S berkata, “ saya orang yang mudah lupa dan sulit untuk mengingat kejadian yang
sudah terjadi
- Ny. S mengatakan ” sulit mengingat sejak 3 tahun terakhir karena pernah jatuh
terpeleset”.
- Ny. S mengatakan nyeri pada sendi lutut sejak 1 minggu yang lalu.
- Ny S riwayat asam urat sejak 2 bulan yang lalu saat periksa di posyandu lansia.
Kemudian saya diberi obat grateos dan asam mefenamat dan nyeri berkurang. Setelah
itu, saya tidak minum obat lagi.
Obat-obatan:
vitamin B complex
grateos
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : Ya
Perubahan BB : Tidak
Perubahan nafsu : Tidak
makan
Masalah tidur : Tidak
Kemampuan ADL : Mandiri
KETERANGAN : Pasien merasa lelaah Ketika beraktivitas terlalu lama,
terutama area sendi lutut
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : Tidak
Pruritus : Tidak
Perubahan : Tidak
pigmen
Memar : Tidak
Pola : Tidak
penyembuhan lesi
KETERANGAN : ..........................................................................................................
..........................................................................................................
3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan : Tidak
abnormal
Pembengkakan kel. : Tidak
Limfe
Anemia : Tidak
KETERANGAN : .....................................................................................................
4 Kepala
.
Ya Tidak
Sakit kepala : Tidak
Pusing : Tidak
Gatal pada kulit : Tidak
kepala
KETERANGAN : Tidak terdapat masalah pada area kepala
5 Mata
.
Ya Tidak
Perubahan : Tidak
penglihatan
Pakai kacamata : Tidak
Kekeringan mata : Tidak
Nyeri : Tidak
Gatal : Tidak
Photobobia : Tidak
Diplopia : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
KETERANGAN : Tidak terdapat masalah pada penglihatan
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : Tidak
Discharge : Tidak
Tinitus : Tidak
Vertigo : Tidak
Alat bantu dengar : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
Kebiasaan membersihkan : Tidak
telinga
Dampak pada ADL : Tidak ada
KETERANGAN : Tidak terdapat masalah telinga
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : Tidak
Discharge : Tidak
Epistaksis : Tidak
Obstruksi : Tidak
Snoring : Tidak
Alergi : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
KETERANGAN : Tidak terdapat masalah pada indera penghidu
8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : Tidak
Kesulitan menelan : Tidak
Lesi : Tidak
Perdarahan gusi : Tidak
Caries : Tidak
Perubahan rasa : Tidak
Gigi palsu : Tidak
Riwayat Infeksi : Tidak
Pola sikat gigi : Ny. S sikat gigi rutin dua kali sehari, pagi dan sebelum
tidur
KETERANGAN : Tidak terdapat masalah pada mulut dan tenggorokan
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : Tidak
Nyeri tekan : Tidak
Massa : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada leher pasien
10 Pernafasan
.
Ya Tidak
Batuk : Tidak
Nafas pendek : Tidak
Hemoptisis : Tidak
Wheezing : Tidak
Asma : Tidak
KETERANGAN : Ny. S mengatakan tidak ada Riwayat sakit asma
11 Kardiovaskuler
.
Ya Tidak
Chest pain : Tidak
Palpitasi : Tidak
Dipsnoe : Tidak
Paroximal : Tidak
nocturnal
Orthopnea : Tidak
Murmur : Tidak
Edema : Tidak
KETERANGAN : Tidak terdapat masalah kardiovaskular
12 Gastrointestinal
.
Ya Tidak
Disphagia : Tidak
Nausea / vomiting : Tidak
Hematemesis : Tidak
Perubahan nafsu : Tidak
makan
Massa : Tidak
Jaundice : Tidak
Perubahan pola BAB : Tidak
Melena : Tidak
Hemorrhoid : Tidak
Pola BAB : Ny.S berkata, “ saya tidak ada masalah BAB.” Saya biasa
BAB sekali sehari. Saat BAB tidak merasa sakit.
13 Perkemihan
.
Ya Tidak
Dysuria : Tidak
Frekuensi : 3-4 kali sehari
Hesitancy : Tidak
Urgency : Tidak
Hematuria : Tidak
Poliuria : Tidak
Oliguria : Tidak
Nocturia : Tidak
Inkontinensia : Tidak
Nyeri berkemih : Tidak
Pola BAK : Ny.S berkata, “ saya tidak ada masalah BAK.” Saya biasa
BAK 3-4 kali sehari dan Saat BAK saya tidak merasa sakit.
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : Ya
Bengkak : Tidak
Kaku sendi : Ya
Deformitas : Tidak
Spasme : Tidak
Kram : Tidak
Kelemahan otot : Tidak
Masalah gaya berjalan : Tidak
Nyeri punggung : Tidak
Pola latihan : Aktifitas berjalan hanya didalam rumah dan di
lingkungan rumah tetapi hanya sebentar.
Dampak ADL : Berjalan tidak kuat lama
KETERANGAN : Masalah nyeri pada sendi
16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : Tidak
Seizures : Tidak
Syncope : Tidak
Tic/tremor : Tidak
Paralysis : Tidak
Paresis : Tidak
Masalah memori : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah
6. LINGKUNGAN :
Kamar : luas kamar Ny. S berukuran 3x3 m3 dan terdapat Kasur spring bed
serta lemari pakaian, pencahayaan kamar sangat terang, serta vntilasi udara
cukup baik dengan adanya jendela kamar 2
1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Kriteria Dengan Mandi Skor
Bantua ri Yang
n Didapat
1 Makan 5 10 10
5 Mandi 0 5 5
8 Mengenakan pakaian 5 10 10
Total nilai 30 18
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan :Ny. S mengalami ganguan kognitif sedang
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6
bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam
mobilisasi dan melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet:
2007: Podsiadlo & Richardson:1991)
4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 1
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 1
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0
Jumlah 4
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological
Nursing, 2006)
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
5. Status Nutrisi
Interpretasi:
0 – 2 : Good
HARI/ MASALAH
TGL DATA ETIOLOGI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan
No. Intervensi
Keperawatan Umum Khusus
1. Gangguan memori Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan Latihan memori ( I.06188 )
berhubungan dengan keperawatan dalam 4 x 24 keperawatan dalam 4 x 24 Observasi :
gangguan neurologis jam diharapkan Ny. S jam diharapkan diharapkan
- Identifikasi masalah memori yang dialami
( D.0062 ) mampu mengingat ny. S mampu :
- Monitor perubahan kognitif dan perilaku
beberapa informasi dan a. Melakukan kemampuan
Terapuetik :
perilaku dengan kriteria yang dipelajari
hasil : b. Identiikasi tempat saat - Perkenalkan nama saat orientasi
a. Verbalisasi ini - Orientasikan orang, tempat, dan waktu
kemampuan c. Identifikasi hari, bulan, - Fasilitasi mengingat Kembali pengalaman masa lalu
mengingat perilaku tahun - Stimulasi menggunakan memori pada peristiwa yang baru terjadi
tertentu d. Identifikasi peristiwa - Hadirkan realita
b. Verbalisasi penting - Sidiakan ligkungan dan rutinitas secara konsisten
pengalaman lupa Edukasi :
menurun
- Ajarkan keluarga dalam perawatan orientasi realita
- Ajarkan Teknik memori yang tepat ( membuat daftar kegiatan,
dengan tulisan atau papan
- Rujuk pada terapi ukupasi jika perlu
2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri [I 08238]
berhubungan dengan keperawatan dalam 4 x 24 keperawatan dalam 4 x 24
Observasi :
agen pencedera jam diharapkan Ny. S jam diharapkan diharapkan
fisiologis dapat mengontrol nyeri skala nyeri ny. S menjadi 0 - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
dengan kriteria hasil : dengan hasil : kuantitas nyeri.
c. Tidak ada Keluhan e. Pasien mengatakan - Identifikasi skala nyeri
nyeri merasa nyaman - Identifikasi respon nyeri non verbal.
d. Skala nyeri 0 f. Raut muka tenang - Identifikasi faktor yang memperberat atau memperingan nyeri
e. Tanda-tanda Vital g. Frekuensi nadi 60-100 - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
dalam atas normal x/menit - Identifikasi pengaruh budaya terhadap nyeri
Ny. S melakukan kompres Respirasi 16-20 x/menit - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
hangat untuk mengurangi - Monitor keberhasilan kompres hangat
nyeri. - Monitor efek samping penggunaan analgesic
Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (
kompres hangat).
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu, ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan monitor nyeri secara mandiri.
- Anjurkan menggunakan analgesic secara tepat
- Anjurkan untuk menggunakan teknik nonfarmakologis (kompres
hangat) untuk mengurangi nyeri.
Kolaborasi :
- Berkolaburasi dengan dokter untuk pemberian paracetamol tablet
500 mg per 8 jam
-
3. Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Anxietas (I.09134)
berhubungan dengan (L.09093) (L.09093) Terapeutik :
krisis situasional Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan - Motivasi mengidentifikasi pemicu kecemasan
keperawatan selama 6 x 24 keperawatan selama 6 x 24 - Diskusikan perencanaan realistik tentang peristiwa yang akan
jam diharapkan tingkat jam, diharapkan tingkat datang
kecemasan menurun, kecemasan pada Ny. S Edukasi
dengan kriteria hasil : berkurang dengan kriteria - Informasikan secara factual mengenai diagnosis,pengobatan dan
- Verbalisasi hasil : prognosis.
kecemasan terhadap - Raut muka tenang - Ajurkan keluarga bersama ny. S
kondisi yang dan tak tampak - Ungkapkan perasaan dan persepsi tentang kecemasan yang dialami
dihadapi berkurang kecemasan. - Latih pengalihan untuk mengurangi ketegangan
- Tanda-tanda vital - Nadi dalam batas - Berikan terapi aroma terapi lavender untuk mengurangi kecemasan.
dalam batas normal normal (60-100) Terapi Keluarga (I.09322)
- Skor HARS <14 - Tekanan darah dalam Observasi
batas normal (120/80 - Identifikasi pola komunkasi keluarga
mmHg) - Identifikasi cara keluarga memecahkan masalah
- Identifikasi sumber/kekuatan keluarga
Dukungan Keluarga Dukungan Keluarga Terapeutik
(L.13112) (L.13112) - Fasilitasi diskusi keluarga
Setelah dilakukan tindakan selama 3 hari, diharapkan - Fasilitasi strategi pemecahan masalah pada Ny. S
keperawatan selama 3 hari, dukungan anggota - Diskusikan strategi pemecahan masalah yang konstruktif
diharapkan dukungan keluarga kepada Ny. S Edukasi :
anggota keluarga kepada membaik dengan kriteria - Anjurkan berkomunikasi yang lebih efektif
Ny. S membaik dengan hasil : - Anjurkan anggota keluarga berpartisipasi dalam menyelesaikan
kriteria hasil : - Bekerjasama dengan permasalahan dalam keluarga
- Verbalisasi anggota penyedia pelayanan
keluarga untuk untuk menentukan
mendukung Ny. S perawatan.
- Bekerjasama dengan
anggota keluarga
dalam menentukan
perawatan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
KELOMPOK III
KETUA Sunaryo
MODERATOR Astina
JAM -
MEDIA PPT
Ketua Kelompok
SUNARYO