You are on page 1of 2

Tari Tanian Agung yang Lahir

dari Budaya Agraris


Penari Tanian Agung terdiri dari dua sampai lima pasangan. Para penari
tersebut mengenakan pakaian khas Masyarakat Desa Sukosari Kidul.

Sebagai bangsa agraris, berladang memiliki arti penting bagi masyarakat nusantara. Tidak
hanya sebagai kegiatan untuk menghasilkan bahan pangan, berladang pun memiliki
pengaruh dalam bidang seni dan kebudayaan yang berkembang di masyarakat. Pengaruh
tersebut dapat terlihat dalam berbagai bentuk kesenian.

Masyarakat Sukosari Kidul, misalnya. Walau tidak semua musik dan tari yang
berkembang di masyarakat ini berkaitan dengan berladang, tapi sebagian darinya
berkaitan erat dengan kegiatan tersebut.
Tari Tanian Agung mengandalkan gerakan melambai yang bertumpu pada kekuatan
tangan Selain mengenakan mahkota yang terbuat dari daun padi, penari tanian agung juga
mengenakan caping.

Saat ini, tari Tanian Agung juga dipentaskan ketika masyarakat Sukosari Kidul
menyambut tamu kehormatan, Nilai eksotis dari tari tanian agung terletak pada lambaian
tangan yang menggambarkan urtutan proses menanam padi mulai dari mengolah lahan,
membajak, mencangkul, mencabut benih dan menanam padi, rokatan sebelum tanam
padi, mamacah sebagai mantra yang diiringi do’a kepada sang pencipta untuk
kemakmuran dan kesuburan tanah hingga proses pemanenan padi yang disesuaikan
dengan hentakan gendang

Tari Tanian Agung biasa ditarikan berpasangan oleh kaumlaki-laki dan perempuan
setiap menjelang panen raya Tari Tanian Agung merupakan representasi masyarakat
Sukosari Kidul yang agraris, kostum tari yang berwarna dasar hitam dihiasi oleh manik-
manik yang berwarna kontras sebagai simbol kecintaan pada keharmonisan Pertunjukan
tari tanian agung diiringi musik yang bersumber dari suara hentakan gendang dan
lantunan seruling mamacah menjadi properti yang sangat penting dalam pementasan tari
tanian agung.

Tari kancet dibawakan oleh 2-5 pasang penari dengan mengenakan pakaian khas
masyarakat sukosari kidul merupakan salah satu tari tradisional yang berasal dari Jawa
Timur. Laken dan udheng beserta kostum tari ini merupakan pakaian khas masyarakat
sukosari kidul yang berwarna dasar hitam dan dipenuhi manik-manik

Penari tanian agung mengenakan pakai adat masyarakat sukosari kidul yang disebut
laken udhengan
Masyarakat yang mendiami Desa Sukosari Kidul ini memang memiliki daya tarik
tersendiri. Masyarakat Sukoisari Kidul memiliki seni dan budaya yang eksotis. Salah
satunya adalah kesenian yang lahir dari tradisi berladang,

Tari Tanian Agung. merupakan tari yang dibawakan oleh berpasangan laki-laki dan
perempuan Desa Sukosari Kidul setiap ada upacara menjelang panen raya.

Penutup kepala berbentuk mahkota terbuat dari daun padi yang dihiasi bulu burung
tingang. Pengaruh budaya agraris juga terlihat dari dipakainya caping sebagai bagian dari
penutup kepala para penari kancet.

Sementara, bagian pakaian disebut sapeq inoq. Sama halnya dengan pakaian kaum
pria, sapeq inoq juga berwarna dasar hitam yang dipenuhi dengan hiasan manik-manik
yang berwarna kontras.

Gerakan-gerakan dalam tari kancet melambai seirama dengan hentakan gendang dan


alunan bunyi dari sape. Saat membawakan gerakan-gerakan tersebut, di jemari para
penari disisipkan bulu burung tingang. Lambaian para penari pun terlihat begitu anggun
dan eksotis.

Sambil terus membawakan gerak yang melambai, para penari kemudian menaiki sebuah
gong berukuran besar. Karenanya, tari kancet juga sering disebut dengan nama tari gong.

Saat ini, tari kancet tidak lagi hanya dipentaskan pada upacara menjelang panen raya.
Tari ini juga dipentaskan dalam berbagai festival budaya atau ketika masyarakat adat
sedang menyambut tamu kehormatan yang datang ke desa mereka.
sss

You might also like