You are on page 1of 26

MAKALAH PENELITIAN TERKAIT GAMBARAN TINGKAT

PENGETAHUAN LANSIA TERHADAP HIPERTENSI

DISUSUN OLEH : NISFI MAUZATUL M


NIM : 033STYC20
KLS/SMT : A1/V

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YARSI MATARAM PROGRAM PENDIDIKAN NERS TAHAP
AKADEMIK 2021/2022
KATA
PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang
kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah komunitas ini.
Dalam penyusunannya, saya mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dosen komunitas saya yaitu Bapak Sopyan khalid yang telah memberikan
dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar.
2. Saya ucapkan terimakasih kepada keluarga dan teman - teman yg telah
mendukung dalam penyelesaian makalah penelitian ini sampai dengan selesai.
Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa
bermanfaat dan juga besar keinginan saya bisa menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih berhubungan pada makalah-
makalah berikutnya.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang disebut juga dengan hipertensi

arteri adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri meningkat.

Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya

untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Hipertensi juga dapat

diartikan sebagai suatu keadaan tekanan darah , dimana sistoliknya diatas 140

mmHg dan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada umumnya hipertensi tidak

mempunyai penyebab yang spesifik (Ramdhani, 2014). Hipertensi merupakan

penyakit dengan multifaktor. Secara umum penyebab kejadian hipertensi adalah

umur, jenis kelamin, perilaku , aktifitas fisik, tingginya kadar kolesterol darah dan

diabetes melitus. Faktor risiko hipertensi yang lain adalah konsumsi alkohol , dan

riwayat merokok (Rahmat et al., 2014). Penyakit hipertensi telah menjadi masalah

utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa

negara yang ada di dunia (Ramdhani, 2014).

Kasus penyakit hipertensi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hampir

satu miliar orang atau kira –kira 26 % dari populasi dewasa dunia mengalami

hipertensi per tahun (Ramdhani, 2014). Hipertensi lebih banyak menyerang pada

usia setengah baya pada golongan umur 55-64 tahun (Femmy, 2011). Tren kasus

hipertensi semakin meningkat diberbagai negara. Hipertensi biasa terjadi baik di

negara maju dengan jumlah 333 juta maupun negara berkembang dengan

penduduk hipertensi 639 juta. Tahun 1995, diperkirakan 43 juta orang di

Amerika Serikat
mengalami hipertensi atau menjalani terapi antihipertensi. Angka ini mewakili

hampir 24 % dari populasi dewasa di Amerika Serikat. Jumlah hipertensi di

Amerika Serikat meningkat dan mencapai 29 % pada tahun 2004. Tahun 2006

hipertensi menyerang 76 juta orang dewasa di Amerika Serikat (34 % dari

populasi

) dan kasus terbanyak terjadi pada orang dewasa ras Afrika –Amerika yakni

sebesar 44 % (Ramdhani, 2014).

Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara

berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000,diperkirakan

menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan angka penderita

hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Nurul, 2009). Di

Indonesia, banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang, tetapi hanya

4% yang merupakan hipertensi terkontrol (Nuriska dan Saraswati, 2011). Menurut

Riskesdas,2013 di Indonesia Prevalensi tertinggi berada di Provinsi Bangka

Belitung sekitar 30,9 %. Sedangkan untuk provinsi Bali prevalensi hipertensi yang

didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 19,9 % . Kabupaten

Badung merupakan kategori ketiga tertinggi hipertensi di Provinsi Bali dengan

kisaran 22,4 % setelah kabupaten Bangli 23,8 % dan Tabanan 25,8 % .

2
3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas , maka didapat rumusan masalah

penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan lansia terhadap

hipertensi di desa dasan Baru kecamatan batukliang kabupaten lombok tengah ”

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat penngetahuan lansia terhadap hipertensi di desa

dasan Baru kecamatan batukliang kabupaten lombok tengah.

4
1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan khusus lansia dapat mngetahui dan paham secara jelas dan pasti
mengenai penyakit hipertensi tersebut, serta dapat menjaga pola hidup atau
memperbaiki kebiasaan hidup sebagai upaya yg dilakukan dalam pencegahan dan
pengobatan sedini mungkin.

1.5 Tabel analisis jurnal

NO JUDUL PENULIS LATAR METODE, HASIL,SIMPULAN,

BELAKANG POPLASI,SAMPEL SARAN

1 Gambaran - Nur Indonesia Deskriptif,lansia di Hasil,Di prolehnya

tingkat syamsi merupakan wilayah kerja gammbaran tentang

pengetahu N.L negara yg puskesmas kampala pngetahuan lanjut usia

aan lnsia - A. memiliki sinjai,sampel 25 terhadap hipertensi di

terhadap Syamsi wilayah yg responden wilayah kerja puskesmas

hipertensi nar luasdengan kampala sinjai sebanyak

di asmi jumlah 25 responden di dapatkan

puskemas penduduk yg pengetahuan baik sebanyak

kampala ngat 2 org (8%),pengetahuan

sinjai besar.masyaraka cukup 21 org

t yg terdiri dari (84%),pengetahuan kurang

macam macam 2 orang (8%).

suku dengan Kesimpulan,meningkatkan

pola kkebiaaaan keilmuan dan mutu asuhan

yg berbeda keperawatan yg

pula.salah ssatu diberikan,di harapkan di

contoh perhatikan pengembangan

kebiasaan informasi khususnya ttg

mayarakat yaitu pengetahuan dan sikap yg


5
dari segi pola erat hubungannya terhadap

hidup misalnya hipertensi.sehingga baik

makanan yg maasyarakat khususnya

dikonsumsi dan lansia dan perawat atau

kurang ativitas pekerja sosial sebagai

serta stress yg pemberi pelayanan

berlebihan.berda mendapat kepuasan

sarkan kebiasaan masing-masing.

diata dapat Saran,pihak puskesmas

menimbulkan agar meningkatkan

berbagai macam kemampuan petugas

penyakit,salah kesehatan ,baik itu dokter

satunya penyakit maupun perawat serta

hipertensi. perawat-perawat desa agar

kiranya memberikan

penyuluhan atau health

education tttg pengetahuan

dan sikap lansia terhadap

hipertensi.

BAB II

6
LANDASAN TEORI

2.1 Hipertensi Pada Lansia

2.1.1 Pengertian

Menurut WHO, Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah

memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau

tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg) (Sunarwinadi, 2017). Hipertensi sering

dijuluki sebagai silent killer atau pembunuh diam-diam karena dapat

menyerang siapa saja secara tiba-tiba serta merupakan salah satu penyakit

yang dapat mengakibatkan kematian. Hipertensi juga beresiko menimbulkan

berbagai macam penyakit lainnya yaitu seperti gagal jantung, jantung koroner,

penyakit ginjal dan stroke, sehingga penanganannya harus segera dilakukan

sebelum komplikasi dan akibat buruk lainnya terjadi seperti dapat menurunkan

umur harapan hidup penderitanya (Sulastri, Elmatris, and Ramadhani, 2012).

Hipertensi pada lansia dibedakan atas hipertensi dimana tekanan sistolik sama

atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih

besar dari 90 mmHg, serta hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik

lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg

(NOC, 2015).

2.1.2 Klasifikasi

Hipertensi sering dijuluki pembunuh diam-diam karena dapat menyerang siapa

saja secara tiba-tiba serta merupakan salah satu penyakit yang dapat

mengakibatkan kematian. Hipertensi diklasifikasikan menjadi beberapa

bagian, yaitu :

1. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO – ISH

7
Klasifikasi hipertensi menurut WHO-ISH dibedakan menjadi 9 kategori.

Klasifikasi tersebut sesuai dengan tabel dibawah ini, yaitu :

Tabel 1 klasifikasi hipertensi menurut WHO-ISH

kategori
Tekanan darah sistol Tekanan darah diastol

(mmhhg) (mmhg)

optimal <120 <80

normal <130
<85

Normal- 130-139 85-89

tinggi

Grade 1 140-159 90-99

Sub-group 140-149 90-94

perbatasan

Grade 2 160-179 100-109

Gradde 3 >180 >110

Hipertei >140 <90

sistolik

teisolassi

Sub-group 140-149 <90

perbatasan

2. Klasifikasi Hipertensi menurut JNC-VII 2003

Klasifikasi hipertensi menurut JNC-VII 2003 dibedakan menjadi 4 kategori.

Klasifikasi tersebut sesuai dengan tabel 2 dibawah ini, yaitu :

8
Tabel 2 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC-VII 2003

Klsifikasi TDS(mmhg) TDD(mmhg)

Normal <120 <80

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tk 140-59 90-99

Hipertensi tk >160 >100

2.1.3 Jenis

Hipertensi apabila dilihat berdasarkan penyebabnya, dikelompokkan menjadi 2

kelompok (Artiyaningrum, 2016), yaitu :

1. Hipertensi Esensial

Hipertensi Esensial sering juga disebut dengan hipertensi primer , adalah

hipertensi yang belum jelas penyebabnya. Hipertensi esensial biasanya

ditandai dengan terjadinya peningkatan kerja jantung akibat penyempitan

pembuluh darah.

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat ditentukan

antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid

(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme).

2.1.4 Faktor Penyebab

Faktor penyebab penyakit hipertensi yaitu faktor demografi seperti umur, jenis

kelamin, keturunan dan etnis, faktor perilaku seperti obesitas, stress, kebiasaan

merokok dan konsumsi alkohol, serta asupan yang salah.

9
1. Faktor Demografi

a) Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi.

Tekanan darah akan naik dengan bertambahnya umur terutama setelah umur

40 tahun. Hal ini disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah

besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah

menjadi lebih kaku, sebagai akibat dari peningkatan tekanan darah sistolik

(Anggi K, 2008).

b) Jenis Kelamin

Jenis kelamin sangat berpengaruh pada terjadinya hipertensi. Pada umumnya

pria lebih rentan terkena penyakit hipertensi dibandingkan dengan wanita.

Seorang ahli mengatakan bahwa pria lebih banyak menderita hipertensi

dibandingkan wanita dengan rasio 2.29 mmHg untuk peningkatan darah

sistolik. Hal ini dipengaruhi oleh hormon estrogen pada wanita yang

meningkatkan kadar HDL sehingga melindungi wanita dari hipertensi

(Kartikasari, 2012). Namun apabila wanita memasuki masa menopause maka

resiko hipertensi meningkat sehingga prevalensinya lebih tinggi dibandingkan

dengan pria. Hal ini disebabkan oleh produksi hormon estrogen menurun pada

saat menopause sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan darah

(Artiyaningrum, 2016).

c) Keturunan (Genetik

Salah satu faktor hipertensi adalah tingginya peranan faktor keturunan yang

mempegaruhi. Faktor genetik berkaitan dengan metabolisme pengaturan

garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila kedua orang tuanya

1
0
menderita hipertensi maka sekitar 45% akan diturunkan kepada anak-anaknya

dan bila salah satu orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 30% akan

turun kepada anak-anaknya (Artiyaningrum, 2016).

d) Etnis

Prevalensi hipertensi dikatakan lebih banyak terjadi pada orang yang berkulit

hitam dari pada berkulit putih. Berdasarkan The ARIC study yang meneliti dua

etnik populasi di Amerika menyatakan bahwa prevalensi hipertensi lebih

tinggi pada penduduk Afrika di banding kulit putih (55% laki- laki Amerika

Afrika dibandingkan 29% laki-laki kulit putih, 56% wanita Amerika Afrika

dibandingkan 26% wanita kulit putih) (Sulastri, Elmatris, and Ramadhani,

2012).

2. Faktor Perilaku

a) Obesitas

Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi. Obesitas akan

menambah kerja jantung, keadaan ini meningkatkan resiko terjadinya tekanan

darah tinggi dan kolesterol (Anggi K, 2008). Obesitas dapat memicu terjadinya

hipertensi melalui berbagai mekanisme baik secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung obesitas dapat menyebabkan peningkatan cardiac

output karena makin besar massa tubuh makin banyak pula jumlah darah yang

beredar sehingga curah jantung ikut meningkat. Dan secara tidak langsung

yaitu melalui perangsangan aktivitas sistem saraf simpatis dan Renin

Angiotensin Aldosteron System (RAAS) oleh mediator seperti hormon

aldosteron yang terkait erat dengan retensi air dan natrium sehingga volume

darah meningkat (Sulastri, Elmatris, and Ramadhani, 2012)

b) Stress

1
1
Stress dapat memicu terjadinya tekanan darah meningkat hal ini karena stress

dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan

memicu jantung berdenyut lebih cepat sehingga menyebabkan tekanan darah

naik. Menurut Sutanto (2010), apabila stress berlangsung lama dapat

mengakibatkan peninggian tekanan darah menetap (Artiyaningrum, 2016).

c) Merokok

Rokok mengandung berbagai macam zat kimia yang dapat membahayakan

tubuh diantaranya nikotin, karbomonoksida, dan bahan yang lainnya.

Kandungan kimia dalam rokok dapat menyebabkan timbulnya hipertensi dan

penyakit lainnya seperti serangan jantung dan kanker (Intan, 2012).

d) Konsumsi Alkohol

Mengonsumsi alkohol dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam

penyakit salah satunya yaitu hipertensi, karena zat-zat yang terkandung dalam

alkohol sangat berbahaya bagi tubuh sehingga dapat memicu timbulnya

berbagai macam penyakit (Intan, 2012).

3. Asupan

Asupan yang salah dapat mengakibatkan hipertensi. Berikut merupakan contoh

asupan yang dapat menyebabkan hipertensi.

a) Konsumsi Garam Berlebih

Garam sebenarnya diperlukan tubuh, apabila dikonsumsi dalam batas yang

normal. Mengkonsumsi garam yang banyak akan menyebabkan banyak cairan

tubuh yang tertahan, hal itu dapat meningkatkan volume darah seseorang.

Hal inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra karena adanya

peningkatan tekanan darah dalam dinding pembuluh darah sehingga

1
2
menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi (Intan, 2012).

b) Konsumsi Lemak dan Kolesterol

Konsumsi lemak dan kolesterol dapat mengakibatkan penimbunan lemak pada

tubuh apalagi bila aktifitas seseorang kurang maka akan mengakibatkan resiko

obesitas. Obesitas merupakan salah satu faktor resiko hipertensi. Selain itu

konsumsi kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh. Karena

semakin tinggi kadar kolesterol total maka akan semakin tinggi kemungkinan

terjadinya hipertensi (Maryati, 2017).

c) Konsumsi Serat Kurang

Serat merupakan jenis karbohidrat yang tidak terlarut. Serat berkaitan dengan

pencegahan terjadinya tekanan darah tinggi terutama jenis serat kasar. Serat

mempunyai fungsi yang tidak tergantikan oleh zat lainnya dalam memicu

terjadinya kondisi fisiologis dan metabolik yang dapat memberikan

perlindungan pada kesehatan saluran pencernaan, khususnya usus halus dan

kolon. Berbagai penelitian dan review literatur memberikan data yang

mendukung peranan serat makanan dalam memicu pertumbuhan bakteri asam

laktat (Lactobacillus) yang mempunyai sifat metabolik seperti bifidobakteri

dalam menghasilkan asam lemak berantai pendek (short chain fatty acid,

ALRP) dan perbaikan sistem imun. Serat makanan merupakan subtansi yang

tidak saja memperbaiki flora usus melalui pertumbuhan bakteri Lactobacillus,

tetapi juga memberi dampak positif pada unsur kesehatan lainnya seperti

pencegahan penyakit degenerative. Bakteri probiotik yang hidup dalam saluran

pencernaan setelah dikonsumsi membantu mengatasi intoleransi terhadap

laktosa, mencegah diare, sembelit, kanker, hipertensi, menurunkan kolestrol,

menormalkan komposisi bakteri saluran pencernaan setelah pengobatan

1
3
antibiotik, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh (M. Kusharto, 2006).

Mengkonsumsi serat sangat menguntungkan karena dapat mengurangi

pemasukan energi, hal ini karena serat yang dikonsumsi akan membentuk gel

sehingga isi lambung penuh dan dapat membuat volume makanan menjadi

tinggi yang mampu memberikan rasa kenyang yang lebih cepat sehingga

seseorang tidak lagi mengkonsumsi makanan lainnya secara berlebihan

(Ratnaningrum, 2015).

2.1.5 Ciri-ciri

Hipertensi sering dikatakan sebagai silent killer, hal ini karena hipertensi dapat

menyerang siapa saja dan dapat menyebabkan kematian. Ciri-ciri dari

Hipertensi (Intan, 2012), yaitu :

1. Sakit Kepala

Salah satu ciri dari penyakit hipertensi yaitu sakit kepala. Hal ini karena aliran

darah yang dihasilkan oleh jantung ke seluruh tubuh semakin meningkat

sehingga membuat sakit pada daerah kepala.

2. Sesak Nafas

Pada penderita hipertensi sesak nafas bisa terjadi, hal ini karena pendarahan

tidak lancar sehingga membuat penderita hipertensi merasa sesak.

3. Pendarahan Dari Hidung (mimisan)

Mimisan adalah salah satu ciri dari hipertensi. Hal ini karena akan

menyebabkan pecahnya pembuluh darah dibagian belakang (epistaksis

posteor) sehingga menyebabkan terjadinya mimisan.

4. Gelisah

Gelisah terjadi karena berbagai hal yaitu diantaranya karena faktor emosi yang

berlebihan.

1
4
5. Denyut Jantung Semakin Cepat

Ketika denyut jantung semakin cepat, jantung terasa berdebar-debar. Hal ini

terjadi karena faktor emosi sehingga masih merupakan salah satu ciri dari

penyakit darah tinggi (hipertensi).

BAB III

1
5
PEMBAHASAN

3.1 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TERHADAP

HIPERTENSI DI DESA DASAN BARU KECAMATAN

BATUKLIANG KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah yang luas dengan

jumlah penduduk yang sangat besar.Di Indonesia merupakan masyarakat

yang terdiri dari bermacam-macam suku dengan pola kebiasaan yang

berbeda-beda pula. Salah satu contoh kebiasaan masyarakat yaitu dari segi

pola hidup misalnya makanan yang dikonsumsi dan kurang aktifitas serta

stress yang berlebihan.Berdasarkan kebiasaan-kebiasan diatas dapat

menimbulkan berbagai macam penyakit. Salah satunya adalah penyakit

hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg

dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg (Sarwono,W, 2010)

3.1.1 DEFINISI PENGETAHUAN

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, yang dimaksud

objek dalam pengetahuan adalah benda atau hal yang diselidiki oleh

pengetahuan sehingga tidak menimbulkan kecemasan pada individu itu

sendiri (Notoatmojo 2010).Pada hakikatnya merupakan segenap apa

yang kita ketahui tentang suatu objek dan setiap jenis pengetahuan

mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai apa (ontology), bagaimana

(epitemologi) dan untuk apa (aksiologi) sehingga tidak ada timbul

kecemasan pada setiap individu.

(Natoatmodjo, 2010) ada 6 tingkatan pengetahuan yaitu : a. Tahu

(Know), Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari

1
6
sebelumnya, termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat

kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain menyebutkan, menguraikan dan sebagainya. b.

Memahami(Comprehension),Dalam memahami tersebut adalah suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek diketahui

dan dapat menginterprestasikan materi secara benar. Orang yang telah

pahamterhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh terhadap objek yang dipahami. c. Aplikasi

(Application), Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real. Aplikasi ini

dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus dan prinsip.

d. Analisis (Analysis) ,merupakan kemampuan untuk menjabarkan

materi sesuatu objek kedalam komponen-komponen tapi masih dalam

struktur organisasi tersebut dan ada kaitanya antara satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari pengguanaan kata-kata kerja

dengan menggambarkan, membedakan dan memisahkan. e. Sintesis

(Synthesis),Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan baru. Dengan kata lain

sintesis ini adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi. Dari

formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan

merangkumkan fan menyesuaikan terhadap teori atau rumusan yang

telah ada. f. Evaluasi (Evaluation), evaluasi berkaitan dengan

kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

1
7
materi atau objek. Penilaian in berdasarkan kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengetahuan

seseorang terhadap suatu objek dapat berubah dan berkembang sesuai

dengan kemampuan, kebutuhan, pengalaman dan tinggi rendahnya

mobilitas, informasi tentang objek tersebut.

3.1.2 DEFINISI SIKAP

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan

konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang

dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2010).Sikap

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-

cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud disini adalah kecenderungan

potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu

dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respons (Azwar,

2010).

3.1.3 KONSEP HIPERTENSI

1. Definisi hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah istirahat diatas 140 mmHg

pada sistolik dan 90 mmHg pada diastolik yang terjadi pada

umur dibawah 50 tahun, sedangkan pada umur diatas 50 tahun

dengan 160 mmHg pada sistolik dan 95 mmHg pada diastolik,

tetapi kriteria tersebut tidak mutlak pada setiap orang.

Hipertensi adalah tekanan darah yang tinggi bersifat abnormal

dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda.

1
8
Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap

diagnosa hipertensi harus bersifat spesifik-usia. Namun, secara

umum seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila

tekanan darahnya lebih tinggi daripada 140 mmHg sistolik dan

90 mmHg diastolik (ditulis 140/90 mmHg). Hipertensi adalah

suatu peningkatan tekanan darah sistolik atau diastolik yang

tidak normal. Batas sistolik 110 - 140 mmHg dan diastolik

antara 80 -95mmHg. Nilai yang dapat diterima berbeda sesuai

dengan usia dan jenis kelamin. Hipertensi dapat didefinisikan

sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya

diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.

Pada populasi wanda, hipertensi merupakan penyebab utama

gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.

2. Faktor penyebab penyakit hipertensi

Faktor penyebab hipertensi yaitu faktor demografi seperti umur,

jenis kelamin, keturunan dan etnis, faktor perilaku seperti

obesitas, stress, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol, serta

asupan yang salah.

3. Ciri-ciri dari Hipertensi (Intan, 2012), yaitu :

a) Sakit Kepala Salah satu ciri dari penyakit hipertensi

yaitu sakit kepala. Hal ini karena aliran darah yang

dihasilkan oleh jantung ke seluruh tubuh semakin

meningkat sehingga membuat sakit pada daerah kepala.

b) Sesak Nafas Pada penderita hipertensi sesak nafas bisa

terjadi, hal ini karena pendarahan tidak lancar sehingga

1
9
membuat penderita hipertensi merasa sesak.

c) Pendarahan Dari Hidung (mimisan) Mimisan adalah

salah satu ciri dari hipertensi. Hal ini karena akan

menyebabkan pecahnya pembuluh darah dibagian

belakang (epistaksis posteor) sehingga menyebabkan

terjadinya mimisan.

d) Gelisah Gelisah terjadi karena berbagai hal yaitu

diantaranya karena faktor emosi yang berlebihan.

e) Denyut Jantung Semakin Cepat Ketika denyut jantung

semakin cepat, jantung terasa berdebar-debar. Hal ini

terjadi karena faktor emosi sehingga masih merupakan

salah satu ciri dari penyakit darah tinggi (hipertensi).

3.1.4 HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul " gambaran tingkat

pengetahuan lansia terhadap hipertensi di desa Dasan baru

kecamatan batukliang kabupaten lombok tengah" dengan jumlah

responden yakni 10 orang lansia, didapatkan hasil sebagai berikut

Terdapat 2 lansia dengan pengetahuan cukup baik yakni mampu

memahami penyakit hipertensi,mampu memahami faktor

penyebab serta tanda dan gejala dari hipertensi tersebut dan

mampu menghindari faktor penyebab dari hopertensi,kemudian

terdapat 3 lansia dengan tingkat pengetahuan sedang,yakni

mampu mengetahui dan memahami penyakit hipertensi dan

menghindari faktor penyebab,selain itu terdapat sebagian besar

2
0
lansia yaitu berjumlah 5 responden yg memiliki tingkat

pengetahuan yg sangat minim atau terbilang dg pengetahuan yg

masih sangat sedikit,dimana para lansia ini hanya mengerti

tentang makna dari tekanan darah itu sendiri,yaitu apa bila

tekanan darah sistolik sudah mencapai angka lebih dari 140

mmHg maka dikatakan hipertensi.pada dasarnya kenyataan

tersebut memang benar bahwa ketika tekanan darah seseorang

melebihi batas normal yaitu lebih dari 120/80 mmHg maka di

katakan hipertensi,namun sebagian besar dari lansia tersebut dg

jumlah 10 responden lansia dan terdapat 5 lansia yg tidak mampu

memahami bagaimana menghindari penyebab hipertensi,tanda

dan gejala hipertensi serta penanganannya,sehingga saya katakan

bahwa sebagian besar lansia pada tempat/wilayah tersebut masih

dengan tingkat pengetahuan yg sangat kurang bahkan sebagian

dari mereka mengatakan tidak pernah menjaga pola makan atau

asupan mereka sehingga dengan begitu dapat membahayakan

kondisinya kepada komplikasi penyakit lain.

Berdasarkan uraian di atas maka saya sebagai peneliti mengambil

kesimpulan bahwa gambaran dari tingkat pengetahuan lansia

terhadap hipertensi di desa Dasan baru kecamatan batukliang

kabupaten Lombok tengah tersebut sangatlah minim,sehingga

masih sangat membutuhkan edukasi terkait penyakit hipertensi

dengan mengadakannya pendidikan kesehatan berupa penyuluhan

kesehatan terhadap lansia yg ada di desa tersebut.sehingga dengan

adanya kegiatan tersebut mampu meningkatkan derajat

2
1
pengetahuan lansia terhadap penyakit hipertensi serta mereka

paham dengan apa yg harus di hindari serta di lakukan ketika

mengalami hipertensi

BAB IV

2
2
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu, yang dimaksud objek dalam

pengetahuan adalah benda atau hal yang diselidiki oleh pengetahuan sehingga

tidak menimbulkan kecemasan pada individu itu sendiri (Notoatmojo 2010).

Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah sistolik atau diastolik yang

tidak normal. Batas sistolik 110 - 140 mmHg dan diastolik antara 80 -

95mmHg. Nilai yang dapat diterima berbeda sesuai dg usia dan jenis kelamin.

dari tingkat pengetahuan lansia terhadap hipertensi di desa Dasan baru

kecamatan batukliang kabupaten Lombok tengah tersebut sangatlah

minim,sehingga masih sangat membutuhkan edukasi terkait penyakit

hipertensi dengan mengadakannya pendidikan kesehatan berupa penyuluhan

kesehatan terhadap lansia yg ada di desa tersebut.sehingga dengan adanya

kegiatan tersebut mampu meningkatkan derajat pengetahuan lansia terhadap

penyakit hipertensi serta mereka paham dengan apa yg harus di hindari serta di

lakukan ketika mengalami hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

2
3
Syamsi, N., & Asmi, A. S. (2019). Gambaran tingkat pengetahuan lansia

terhadap hipertensi di Puskesmas Kampala Sinjai. Jurnal Ilmiah Kesehatan

Sandi Husada, 8(1), 17-21.

Maria, B. (2021). Gambaran pengetahuan lansia tentang hipertensi (Doctoral

dissertation, POLTEKKES KEMENKESFattima, E. T., Wahyudo, R.,

Setiawan, G., & Morfi, C. W. (2016).

Gambaran Pengetahuan Lansia terhadap Pencegahan dan Pengobatan

Hipertensi di Puskesmas Cipayung Kota Depok 2015. Jurnal Kedokteran

Universitas Lampung, 1(2), 220-225. PALANGKA RAYA).

2
4

You might also like