You are on page 1of 11

MAKALAH

DESAIN SISTEM INSTRUKSIOANAL


“Menulis TIU (Tujuan Instruksional Umum)
Dosen pengampu : Prof.Dr.Sahat Siagian,M.Pd

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
RATNA JUWITA SARI
NIKOLAS

PROGRAM PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tujuan instruksional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan dalam sistem
pendidikan, secara nasional tujuan pendidikan tercantum dalam pembukaan Undang
undang dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Gambaran tentang ciri ciri
kedewasaan yang perlu dikembangkan pada anak didik dapat ditemukan dalam
penentuan perumusan mengenai tujuan pendidikan, baik pada taraf nasional maupun
taraf pengelolaan institusi pendidikan. 
Perumusan suatu tujuan pendidikan yang menetapkan hasil yang harus diperoleh
siswa selama belajar, dijabarkan atas pengetahuan dan pemahaman, keterampilan,
sikap dan nilai yang telah menjadi milik mahasiswa. Adanya tujuan tertentu
memberikan arah pada usaha para pengelola pendidikan dalam berbagai taraf
pelaksanaan. Dengan demikian usaha mereka menjadi tidak sia - sia karena bekerja
secara profesional dengan berpedoman pada patokan yang jelas. 
Menurut Winkel W.S (2004) berkaitan dengan penentuan tujuan pendidikan perlu
dibedakan antara pengelolaan pendidikan pada taraf (1) Organisasi makro dimana
sistem pendidikan sekolah pada taraf nasional, dengan penjabarannya dalam jenjang
jenjang dan jenis - jenis pendidikan sekolah, yang semuanya harus menuju ke
pencapaian tujuan pendidikan nasional sesuai dengan progam pendidikan masing
masing; (2) Organisasi meso dimana pengaturan progam pendidikan di sekolah
tertentu sesuai dengan ciri ciri khas jenjang tertentu dan jenis pendidikan yang di
kelola sekolah itu; (3) Organisasi mikro dimana perencanaan dan pelaksanaan suatu
proses belajar mengajar tertentu di dalam kelas yang diperuntukkan kelompok siswa
tertentu.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian dari Tujuan Instruksional Umum ?
2. Bagaimana cara menulis Tujuan Instruksional Umum ?
3. Bagaimana cara merumuskan Tujuan Instruksional umum ?

1.3 Tujuan Pembahasan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diambil tujuan masalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui pengertian dari tujuan instruksional umum
2. Mengetahui bagaimana cara menulis tujuan instruksional umum
3. Mengetahui bagaimana merumuskan tujuan instruksional umum
1.4 Manfaat Pembahasan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan memberikan pengertian dan manfaat bagi
mahasiswa dan pembacanya. Bebrapa manfaat yang dapat kami lampirkan,antara
lain :
1. Sebagai sarana pembelajaran bagi mahasiswa dan pembaca untuk reverensi
belajar.
2. Memberikan kemudahan untuk memahami materi pembelajaran karena diambil
dari sumber yang ada.
3. Memperkaya dan mengembangkan kemampuan dalam kehidupan secara
memperluas pengetahuan bagi pembaca dan bahan informasi reverensi bagi tenaga
pengajar tentang mengidentifikasikan tujuan instruksional umum.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari Tujuan Instruksional Umum

Apakah yang dimaksudkan dengan Tujuan Instruksional Umum (TIU)?

1. Di dalam SK Menteri P & K No. 8/U/1975, Tujuan Instruksional


Umum (TIU) diartikan sebagai "tujuan-tujuan yang pencapaiannya dibebankan
kepada program pengajaran sesuatu bidang pelajaran" .
2. Menurut Gene E. Hall & Howard L. Jones (1976 H. 28). Tujuan Instruksional
Umum adalah pernyataan umum mengenai hasil suatu program pengajaran.

3. Menurut Dlek & Carey (1978, h. 14), Tujuan Instruksional Umum adalah suatu
pemyataan yang menjelaskan mengenai kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa
setelah mereka selesai mengikuti suatu pengajar.

4. Menurut Briggs (1979, p.54), tujuan instruksional umum didefinisikan sebagai


pernyataan umum mengenai tujuan akhir dari setiap program pengajaran.

yang bisa kita simpulkan dari keempat definisi tersebut? Pertama ialah bahwa TIU
senantiasa mempunyai arti sebagai hasil belajar siswa setelah selesai belajar, bukan
berkenaan dengan apa yang dikerjakan oleh guru. Kedua, TIU senantiasa dirumuskan
dalam bentuk pernyataan yang bersifat umum.

Sesuai dengan namanya TIU merupakan pernyataan umum mengenai hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu program pengajaran.

Tujuan instruksional umum (TIU) adalah tujuan pengajaran yang perubahan prilaku
siswa yang belajar masih merupakan perubahan internal yang belum dapat dilihat dan
diukur. Kata kerja dalam tujuan umum pengajaran masih mencerminan perubahan
prilaku yang umumnya terjadi pada manusia, sehingga masih menimbulkan beberapa
penafsiran yang berbeda-beda. Contoh TIU: “setelah melakukan pelajaran siswa
diharapan dapat memahami penjumlahan dengan benar”. Kata kerja “memahami
penjumlahan” merupakan kata kerja- yang bersifat umum karena pemahaman
penjumlahan dapat ditafsirkan berbeda.

Ada beberapa definisi yang disampaikan oleh beberapa tokoh seperti Robert F. Magner
(1962) yang mendefinisikan tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak
dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa sesuai kompetensi. Juga ada Eduard L.
Dejnozka dan David E. Kavel (1981) yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah
suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan
dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan serta Fred
Percival dan Henry Ellington (1984) yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah
suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan / keterampilan yang diharapkan
sebagai hasil dari proses belajar. Setelah kita mengetahui beberapa definisi tujuan
instruksional yang dikemukakan dari beberapa tokoh kita dapat mengambil beberapa
manfaat yaitu

1. Kita dapat menentukan tujuan proses belajar mengajar


2. Menentukan persyaratan awal instruksional
3. Merancang strategi instruksional
4. Memilih media pembelajaran
5. Menyusun instrumen tes sebagai evaluasi belajar
6. Melakukan tindakan perbaikan pembelajaran.

Dalam pembaruan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia sekarang ini, setiap guru
dituntut untuk menyadari tujuan dari kegiatannya mengajar dengan titik tolak kebutuhan
siswa. Oleh karena itu, dalam merancang sistem belajar yang akan dilakukannya,
langkah- pertama yang ia lakukan adalah membuat tujuan instruksional. Dengan tujuan
instruksional:

1) Guru mempunyai arah untuk:


- Memilih bahan pelajaran,
- Memilih prosedur (metode) mengajar.
2) Siswa mengetahui arah belajarnya.
3) Setiap guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenangnya mengajarkan suatu bahan
sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling menutup
(overlap) antara guru.

4) Guru mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa.

5) Guru sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang keijaksanaan (decision maker)


mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efisiensi pengajaran.
Tujuan pengajaran dapat dirumuskan dengan rumus ABCD. A (audience) adalah
siswa yang belajar, B (behavior) adalah perubahan prilaku yang di inginkan terjadi, C
(condition) adalah kondisi yang menimbulkan perubahan prilaku yang di inginkan,
dan D (degree) adalah derajad ketercapaian perubahan yang diinginkan. Misalkan:
setelah membaca diperpustakaan (C) siswa (A) diharapkan dapat menyebutkan
macam-macam sholat sunah (B) paling tidak enam jenis (D).

2.2 Bagaimana Menulis TIU


Penulisan Tujuan Instruksional Umum,baik menurut model Kemp maupun model Dlek
& Carey, maka penentuan tujuan instruksional umum merupakan langkah pertama di
dalam penyusunan disain instruksional. Adalah benar bahwa di dalam mengajarkan suatu
mata kuliah, bidang studi atau bagian-bagiannya seperti unit perkuliahan atau unit bidang
studi, sebagai langkah pertama adalah mengidentifikasi tujuan instruksional umum.
Bahkan di dalam mengajarkan modul sebagai unit pelajaran yang kecil pun menurut
Dick & Carey (1978, h. 13), identifikasi tujuan instruksional umum merupakan langkah
pertama. Di mana dapat kita dapatkan sumber untuk menentukan tujuan instruksional
umum tersebut. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan di dalam menentukan TIU:
1. Kebutuhan untuk mengajarkan TIU tersebut, pentingkah TIU tersebut diajarkan
kepada siswa ?
2. Ahli dalam bidang yang akan diajarkan. Bila penyusun disain instruksional sekaligus
sebagai ahli bidang studi yang bersangkutan, maka tak akan terjadi kesulitan. Bila
penyusun disain instruksional bukan merupakan ahli bidang studi yang disusunnya,
maka ia perlu bekerja sama dengan ahu bidang yang bersangkutan untuk memperoleh
kebenaran ilmu bidang studi tersebut. Pada perguruan tinggi, biasanya banyak ahli-
ahli bidang studi. Hal ini bisa diadakan kerja sama di dalam penyu¬sunan disain
instruksional.
3. Materi pelajaran. Apakah materi yang diajarkan bersifat stabil, bertahan sampai
beberapa tahun ? Bila tidak, maka tidak perlu disusun TIU untuk diajarkan. Hal ini
untuk mencegah pemborosan waktu, tenaga dan biaya.
4. Jenis kemampuan atau tingkah laku sebagai indikator tercapainya TIU. Pertama-tama,
perlu diperhatikan bahwa kemampuan atau tingkah laku yang siswa diharapkan dapat
memilikinya adalah penting. Kedua, bahwa kemampuan atau tingkah laku yang akan
diajarkan tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia. Tidak terlalu
sedikit, tapi juga tidak terlalu banyak memakan waktu. Ketiga, bahwa kemampuan
atau tingkah laku tersebut tidak terlalu luas dan rumit.
5. Siswa dan kesulitan yang pernah dihadapi. Adakah siswa yang akan mempelajari TIU
tersebut? Di negara-negara yang menganut sistem kurikulum bersifat terbuka, artinya
siswa boleh memilih bidang studi atau mata kuliah yang disu¬kainya, memang parlu
diperhatikan apakah TIU yang disusun ada siswanya atau tidak.
Di Indonesia, di mana kebanyakan dianut sistem kurikulum yang -telah pasti pada
setiap lembaga pendidikan, kiranya tak ada persoalan mengenai ada tidaknya siswa.
Siswa atau mahasiswa selalu ada, dan mereka wajib mempelajari semua bidang studi
yang telah ditentukan. Yang perlu diperhatikan adalah pengembangan kurikulum itu
sendiri secara lebih sempuma. Di sini yang penting ialah bagian-bagian bidang studi
yang siswa mengalami kesulitan di dalam mempelajarinya.
Guru atau dosen yang berpengalaman akan dapat mengidentifikasi konsep, prinsip,
atau problem-problem tertentu yang sukar dipelajari oleh siswa.

Dari lima hal yang perlu diperhatikan di dalam menentukan TIU, tiga di antaanya adalah
yang teramat penting yakni (1) luas materi, (2) ahli bidang studi, (3) siswa. Oleh karena
itu, Dick & Carey (1978, h.17) menyarankan bahwa sebelum memilih dan menentukan
TIU, maka perlu diperhatikan bahwa telah tersedia:
(1)Ahli bidang studi yang akan diajarkan.
(2)Siswa yang akan mempelajarinya.
(3)Materi pelajaran yang sesuai dengan waktu yang tersedia.
Kriteria TIU yang baik.

2.3 Bagaimana Merumuskan TIU


Di dalam proses belajar mengajar, perumusan tujuan instruksional (objectives)
memegang peranan penting. Kegunaan adanya tujuan instruksional (objectives) dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Objective memberikan kriteria yang pasti, yang dengannya kemajuan belajar siswa
dapat diukur, atau tingkat kemampuannya dapat ditentukan secara pasti.
2.Objective memberikan kepastian mengenai kemampuan ketrampilan yang diharapkan
dari siswa. .
3.Objective memberikan dasar untuk mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur
efektifitas pengajaran.
4.Objective memberi petunjuk kepada penyusun disain untuk menentukan materi dan
strategi instruksional.
5.Objective tidak hanya berguna bagi penyusun disain dan guru, tapi juga berguna bagi
siswa. Bagi siswa, dengan adanya objective akan menjadi jelas petunjuk mengenai apa
yang dipelajari dan apa yang akan diujikan/dinilai dalam mengikuti suatu pelajaran.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk menyusun dan menilai TIU: (1) Apakah di dalam
merumuskan TIU digunakan kata-kata kerja yang menunjukkan tingkah laku yang harus
dilakukan oleh siswa? (2)Apakah TIU tersebut terlalu luas, terlalu sedikit atau cukup sesuai
dengan waktu yang tersedia dan kebutuhan siswa? (3) Apakah TIU tersebut jelas atau kabur?

Berdasarkan kriteria tersebut, maka perumusan TIU yang baik hendaknya


menjelaskan tingkah laku yang orang lain bisa mengamati terhadap apa yang dilakukan
siswa. Tingkah laku sebagai hasil belajar ini hendaknya bisa diukur dan diamati. Tingkah
laku ini hendaknya bisa dipergunakan sebagai bukti bahwa TIU telah tercapai. Dengan kata
lain, perumusan TIU tersebut, baik lisan maupun tertulis, dapat dinilai, dan keputusan dapat
diambil mengenai tercapai tidaknya tujuan yang dimaksud.
Perumusan TIU yang tidak menunjukkan tingkah laku dan tidak bisa diamati akan membawa
kesulitan di dalam pengukurannya. Karena itu yang demikian ini perlu dihindarkan.

Contoh-contoh rumusan untuk TIU:


- Memahami teori evolusi
- Mengetahui peredaan antara skor dan nilai.
- Mengerti cara mencari validita.
- Menghayati perlunya penilaian yang tepat.
- Menyadari pentingnya mengikuti kuliah dengan teratur.
- Menghargai kejujuran mahasiswa dalam mengerjakan tes.
Dalam contoh ini digunakan kata-kata kerja: memahami, mengetahui, mengerti, menghayati,
menyadari, menghargai, dan masih ada beberapa lagi yang sifatnya masih terlalu umum
sehingga penafsirannya dapat berbeda antara orang yang satu dengan yang lain.

Kriteria Perumusuan Tujuan Instruksional Umum


Benjamin S. Bloom[10] membagi tujuan instruksional menjadi tiga kawasan menurut jenis
kemampuan yang tercantum di dalamnya. Tujuan yang mempunyai titik berat kemampuan
berfikir disebut tujuan dalam kawasan kognitif. Yang termasuk dalam kawasan kognitif
adalah kemampuan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi sesuatu. Adapun tujuan yang mempunyai fokus keterampilan melakukan gerak
fisik disebut tujuan dalam kawasan psikomotor. Yang termasuk dalam kawasan psikomotor
adalah kemampuan meniru melakukan suatu gerak, memanipulasi gerak, merangkaikan
berbagai gerak, melakukan gerakan dengan tepat dan wajar. Sementara tujuan instruksional
ketiga adalah kawasan efektif, yakni yang berintikan kemampuan bersikap.
Tujuan instruksional dalam kawasan mana pun harus dirumuskan dalam kalimat dengan kata
kerja dan opreasional, serta yang menunjukkan kegiatan yang dapat dilihat. Kalimat “Siswa
akan dapat menjelaskan atau menguraikan sesuatu” lebih tepat digunakan daripada “Siswa
dapat mengerti, memahami, atau mengetahui sesuatu”.

Perhatikan contoh di bawah ini:


1. Siswa akan dapat menggunakan dengan baik program Microsoft Office untuk membuat
data dalam mata pelajaran Teknologi Informatika dan Komunikasi (TIK).
2. Siswa akan dapat menyusun rekapitulasi data adminstrasi keuangan dengan menggunakan
program Microsoft Office.
3. Siswa akan dapat mendemonstrasikan lompat tinggi gaya flop (suatu lompat tinggi yang
digunakan kebanyakan juara saat ini).
Ketiga contoh Tujuan Instruksional Umum (TIU) di atas masing-masing terdiri atas 4 (empat)
bagian,yaitu

1) Orang yang belajar

2) Istilah yang digunakan adalah “akan dapat” bukan dapat atau sudah dapat.
3) Memilih kata kerja aktif dan dapat diamati.
4) Tujuan instruksional mengandung objek seperti penggunaan microsoft office, penyusunan
data dalam microsoft office, dan lompat tinggi.

Bagian ketiga dan keempat dari tujuan instruksional yang berupa kata kerja dan objek adalah
perilaku (behavior) yang diharapkan dikuasai peserta didik pada akhir proses belajarnya.
Itulah sebabnya tujuan instruksional sering disebut tujuan yang bersifat prilaku (behavior
objective). Ia disebut pula tujuan penampilan (performance objective) karena akan
ditampilkan peserta didik setelah proses belajar.

BAB III
PENUTUP

Demikianlah sekilas pembahasan tentang Tujuan Instruksional Umum yang dapat penulis
utarakan pada kesempatan kali ini. Dan diakhir tulisan ini, ada beberapa kesimpulan yang
dapat kita rangkum, di antaranya:
1. Tujuan instruksional merupakan tujuan yang menggambarkan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat
dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang
dapat diamati dan diukur. Sedangkan tujuan instruksional umum (TIU) merupakan
suatu kegiatan mengidentifikasi kebutuhan instruksional untuk memperoleh jenis
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang tidak pernah dipelajari atau belum
dilakukan dengan baik oleh peserta didik, (yang mana) jenis pengetahuan,
keterampilan dan sikap tersebut masih bersifat umum atau garis besar.
2. Perumusan tujuan instruksional yang jelas, terukur, dan dapat diamati menjadi
semakin penting untuk dapat menentukan apakah suatu proses belajar-mengajar
mencapai tujuan atau tidak. Di antara cara merumuskan tujuan instruksional secara
tepat adalah sebagai berikut: (1) Menyebutkan pelaku/audience; yaitu peserta didik;
(2) Menggunakan istilah “akan dapat” yang menunjukkan bahwa peserta didik mulai
belajar; (3) Memilih kata kerja aktif dan dapat diamati.
DAFTAR PUSTAKA

Dewanto, J. (2005). Taxonomi Untuk Tujuan Instruksional Digunakan Untuk Penyusunan


SAP (Satuan Acara Perkuliahan). Jurnal: Forum Ilmiah Indonesia 2(3):11-19.
Suparman A. (1993). Desain Instruksional. Jakarta: Pusat Antar Universitas (PPAI).
Suparman,atwi.1991.Desain Instruksional: Mengidentifikasikan kebutuhan instruksional dan
menulis tujuan instruksional umum.Jakarta: Bank dunia XVII.

You might also like