You are on page 1of 9

ORAL PRESENTASI

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Sosialisasi Anak Usia


Sekolah Di Panti Asuhan Katolik Sonaf Maneka Kupang

Factors That Influence The Level of Socialization of School-Age


Children In Sonaf Maneka Catholic Orphanage of Kupang

Aben B. Y. H. Romana
Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kupang
Email: abenromana@gmail.com

Abstrak
Salah satu aspek perkembangan anak yang cukup menarik untuk diperhatikan adalah yang
berkaitan dengan perkembangan sosial anak dimana adanya anak-anak yang mengalami
kesulitan dalam pergaulan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan. Rendahnya
sosialisasi anak ini dapat menyebabkan timbulnya masalah baik bagi anak itu sendiri,
keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat sosialisasi anak usia sekolah di Panti Asuhan Katolik Sonaf
Maneka Kupang. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif
observasional dengan rancangan cross sectional. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
tingkat sosialisasi anak usia sekolah, sedangkan variabel bebas adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi sosialisasi, yaitu pola pengasuhan, pengaruh teman sebaya, penerimaan diri
dan lingkungan. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 anak usia sekolah yang tinggal di
Panti Asuhan Katolik Sonaf Maneka Kupang. Cara pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner dan lembar observasi. Analisis dilakukan secara univariat dan multivariat. Analisis
univariat menunjukkan bahwa tingkat sosialisasi tinggi (40%), sedang (46,7%) dan rendah
(13,3%). Hasil uji multivariat menggunakan regresi linier berganda menunjukkan pola
pengasuhan merupakan faktor yang paling dominan yang mempengaruhi tingkat sosialisasi
anak usia sekolah di panti asuhan Katolik Sonaf Maneka Kupang dengan nilai beta: 0,381.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pola pengasuhan,
pengaruh teman sebaya, penerimaan diri, dan lingkungan baik secara simultan maupun
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat sosialisasi anak.
Kata Kunci: Tingkat Sosialisasi, Anak Usia Sekolah, Panti Asuhan.

Abstract
One aspect of children's development that is interesting enough to pay attention to is related
to the social development of children where there are children who experience difficulties in
relationships or adjust to the environment. The low level of socialization of this child can
cause problems both for the child himself, his family and the surrounding environment. The
purpose of the study was to determine the factors that influence the level of socialization of
school-age children in the Catholic Orphanage Sonaf Maneka Kupang. This type of research
is quantitative research with observational descriptive method with cross sectional design.
The dependent variable in this study is the level of socialization of school-age children, while
the independent variable is the factors that influence socialization, namely parenting
patterns, peer influence, self-acceptance and the environment. The sample in this study were
30 school-aged children living in the Catholic Sonaf Maneka Maneka Kupang. How to collect
data using questionnaires and observation sheets. The analysis was carried out univariate
and multivariate. Univariate analysis showed that socialization rates were high (40%),
moderate (46.7%) and low (13.3%). Multivariate test results using multiple linear regression
showed the pattern of parenting was the most dominant factor affecting the level of
socialization of school-age children in the Catholic orphanage Sonaf Maneka Kupang with a

PROSIDING SEMNAS I Kesehatan Lingkungan & Penyakit Tropis


ISBN 978-623-92590-0-6 345
beta value: 0.381. Based on the results of the study it can be concluded that the factors of
parenting patterns, the influence of peers, self-acceptance, and the environment both
simultaneously and partially have a positive and significant effect on the level of child
socialization.
Keywords: Level of Socialization, School Age Children, Orphanages.

Pendahuluan
Salah satu aspek perkembangan anak yang cukup menarik untuk diperhatikan adalah
yang berkaitan dengan perkembangan sosial anak dimana adanya anak-anak yang
mengalami kesulitan dalam pergaulan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Rendahnya sosialisasi anak ini dapat menyebabkan timbulnya masalah baik bagi anak itu
sendiri, keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Anak yang merasa kurang percaya diri
akan merasa malu ketika berhubungan dengan orang lain, sehingga ia hampir jarang
berkomunikasi dengan teman-temannya. Akibatnya dia cenderung tidak mempunyai teman,
sering menutup diri dan biasanya kurang percaya diri. Ciri anak yang menarik diri dari
lingkungan di antaranya kalau menjawab pertanyaan secara singkat, dan langsung menjauhi
si penanya, sering menghindari terjadinya kontak mata dengan guru atau penanya serta
sering duduk sendirian ((Cohen dan Rudolph (1997), dalam Astuti (2000)).
Pada dasarnya anak yang paling banyak dan sering melakukan tindakan kriminal
adalah anak-anak yang kurang sosialisasi atau anak yang suka menarik diri dari
lingkungannya. Sidabutar (2004), melaporkan ada tiga anak yang terlibat dalam aksi
pencurian sepeda motor sebanyak lima buah. Setelah ditelusuri ternyata ketiga anak
tersebut termasuk anak-anak yang suka menarik diri dari lingkungannya. Hal yang hampir
sama juga terjadi di panti asuhan Katolik Sonaf Maneka Kupang. Menurut pengakuan
pengasuh yang diwawancarai, setidaknya ada dua anak yang tindakannya meresahkan
karena sering melakukan pencurian, tidak taat terhadap peraturan dan sering keluar pantii
tanpa ijin. Ternyata mereka termasuk anak yang kurang sosialisasi dan suka menarik diri
dari lingkungannya.
Adanya anak yang suka menarik diri dari lingkungannya atau kurang sosialisasi
biasanya disebabkan oleh banyak faktor. Ketika orang tua mendidiknya secara otoriter atau
dengan kekerasan anak akan tidak berani melakukan sosialisasi. Ketika anak merasa
teman-teman sebayanya tidak menghiraukan keberadaannya dia akan cenderung menutup
diri dan tidak berani bersosialisasi. Demikian pula ketika ia merasa rendah diri dan minder ia
akan susah bersosialisasi dengan orang lain dan sebagainya.
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi
sosialisasi anak. Hurlock (1997) dalam Astuti (2000) mengungkapkan setidaknya ada empat
faktor yang mempengaruhi sosialisasi pada anak, yaitu pola pengasuhan orang tua,

PROSIDING SEMNAS I Kesehatan Lingkungan & Penyakit Tropis


ISBN 978-623-92590-0-6 346
pengaruh teman sebaya, penerimaan diri dan lingkungan. Sosialisasi anak di panti asuhan
pada dasarnya juga dipengaruhi oleh empat faktor tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat sosialisasi anak usia sekolah di
Panti Asuhan Katolik Sonaf Maneka Kupang.

Metode Penelitian
Jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif non-eksperimental dengan
pendekatan Cross-Sectional. Populasi semua anak usia sekolah yang tinggal di Panti
Asuhan Katolik Sonaf Maneka Kupang, yang berjumlah 30 orang. Sampel penelitian totall
sampling, yang memenuhi kriteria inklusi yaitu: Usia antara 6 – 12 tahun, dapat membaca
dan menulis, dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi responden. Variabel
penelitian:variabel terikat: Tingkat sosialisasi anak usia sekolah di panti asuhan dan variabel
bebas: faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi, yaitu pola pengasuhan, pengaruh
teman sebaya, penerimaan diri dan lingkungan.
Analisis data dilakukan setelah seluruh data terkumpul. Sesuai dengan tujuan peneliti
yang ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat sosialisasi anak usia
sekolah dasar di Panti Asuhan serta mengetahui faktor manakah yang paling dominan maka
peneliti melakukan uji statistik. Rumus yang digunakan meliputi:
Koefisien beta
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4
Keterangan:
Y= Tingkat sosialisasi anak
X1 = Pola pengasuhan
X2 = Pengaruh teman sebaya
X3 = Penerimaan diri
X4 = Lingkungan
α = Koefisien konstanta atau intersep
β1234 = Koefisien regresi atau slope
Dalam penelitian ini peneliti menetapkan tingkat kemaknaan 0,05 dengan derajat
kepercayaan 95% (Suharsimi, 2002).

Hasil dan Pembahasan


Hasil Penelitian
Responden pada penelitian ini adalah mayoritas berusia 10 – 12 tahun ada 20 orang
(70%), 10 orang (30%) yang berusia 6 – 9 tahun. Berdasarkan jenis kelamin maka Laki-Laki
15 orang (50%) dan perempuan 15 orang (50%). Berdasarkan lama tinggal di panti asuhan

PROSIDING SEMNAS I Kesehatan Lingkungan & Penyakit Tropis


ISBN 978-623-92590-0-6 347
responden telah menetap di panti asuhan < 5 tahun sebanyak 12 orang (40%), dan 18 orang
(60%) telah menetap di panti asuhan > 5 tahun., seperti ditunjukkan Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin dan Lama Tinggal
di Panti Asuhan Katolik Sonaf Maneka Kupang
Variabel Jumlah (N) Persentase (%)
Usia
 6 – 9 tahun 8 26,7
 10 – 12 tahun 22 73,3
Jenis Kelamin
 Laki-Laki 15 50
 Perempuan 15 50
Lama Tinggal
 < 5tahun 12 40
 > 5 tahun 18 60

Distribusi responden berdasarkan tingkat sosialiasi anak Panti Asuhan dikategorikan


tinggi sebanyak 12 orang (40%), sebanyak 14 orang (46,7%) dikategorikan sedang dan 4
orang (13,3%) diketegorikan berkemampuan sosialisasi rendah. Distribusi tingkat socialisasi
anak Panti Asuhan dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Sosialisasi Anak
di Panti Asuhan Katolik Sonaf Maneka Kupang
Tingkat Sosialisasi Jumlah (N) Persentase (%)
Tinggi ( 75 – 100 % ) 12 40
Sedang ( 50 – 75 % ) 14 46,7
Rendah ( < 50 % ) 4 13,3
Total 30 100,00

Table 3. Hasil Regresi Linier Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat


Sosialisasi Anak Usia Sekolah di Panti Asuhan Sonaf Maneka Kupang
Model t test F test
R2
B SE Beta t Sig Ket F Sig Ket
(constan 0.096 1.691 0.057 0.955
t)
X1 0.351 0.141 0.285 2.497 0.019 S 23.039 0.000 S 0.75
2
X2 0.287 0.088 0.381 3.170 0.003 S
X3 0.345 0.144 0.262 2.454 0.021 S
X4 0.262 0.112 0.245 2.348 0.029 S

Tabel 3 menunjukkan persamaan regresi linier berganda, dengan rumus:


Y = B0 + B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4X4 + E
Y = 0.096 + 0.351X1 + 0.287 X2 + 0.354 X3 + 0.262 X + E
= Tingkat sosialisasi anak = 0.096 + 0.351 pola pengasuhan + 0.287 pengaruh teman
sebaya + 0.354 penerimaan diri + 0.262 Lingkungan + E.

PROSIDING SEMNAS I Kesehatan Lingkungan & Penyakit Tropis


ISBN 978-623-92590-0-6 348
Dari persamaan tersebut dapat menggambarkan:
1) Tanpa pola pengasuhan, pengaruh teman sebaya, penerimaan diri, dan lingkungan,
tingkat sosialisasi anak = 0.096
2) Adanya faktor pengasuhan akan meningkatkan tingkat sosialisasi anak. Setiap
peningkatan satu-satuan faktor pola pengasuhan akan meningkatkan tingkat sosialisasi
anak sebesar 0.351. Sebaliknya setiap penurunan satu-satuan faktor pola pengasuhan
akan menurun tingkat sosialisasi anak sebesar 0.351.
3) Adanya faktor pengaruh teman sebaya akan meningkatkan tingkat sosialisasi anak.
Setiap peningkatan satu-satuan faktor pengaruh teman sebaya akan meningkatkan
tingkat sosialisasi anak sebesar 0.287. sebaliknya setiap penurunan satu-satuan faktor
pengaruh teman sebaya akan menurunkan tingkat sosialisasi anak sebesar 0.287.
4) Adanya faktor penerimaan diri akan meningkatkan tingkat sosialisasi anak. Setiap
peningkatan satu-satuan faktor penerimaan diri akan meningkatkan tingkat sosialisasi
anak sebesar 0.354, sebaliknya setiap penurunan satu-satuan faktor penerimaan diri
akan mengurangi tingkat sosialisasi anak sebesar 0.354.
5) Adanya faktor lingkungan akan meningkatkan tingkat sosialisasi anak. Setiap
peningkatan satu-satuan faktor lingkungan akan meningkatkan tingkat sosialisasi
sebesar 0.262. Sebaliknya penurunan satu-satuan faktor lingkungan akan menurunkan
tingkat sosialisasi anak sebesar 0.262.
Selanjutnya untuk mengetahui faktor manakah yang paling dominan dapat dilihat dari
nilai Beta:
X1 = 0.285; X2 = 0.381; X3 = 0.262; X4 = 0.245
Berarti yang paling dominan pengaruh teman sebaya (X2), disusul pola pengasuhan (X1),
penerimaan diri (X3) dan terakhir Lingkungan (X4
Hasil Uji F memperlihatkan F hitung = 23.039 dan Sig = 0.000. mengingat nilai Sig =
0.000 <0.05, berarti faktor pola pengasuhan (X1) pengaruh teman sebaya (X2), penerimaan
diri (X3), dan lingkungan (X4) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat sosialisasi anak.
Berdasarkan uji t maka diketahui pengaruh pola pengasuhan, pengaruh teman sebaya,
pengaruh faktor penerimaan diri, dan pengaruh factor lingkungan terhadap tingkat sosialisasi
anak.
1. Variabel Pola Pengasuhan (X1),
Hasil pengolahan data memperlihatkan t hitung = 2.497 dan Sig = 0.019. Mengingat
nilai Sig = 0.019 < 0.05, berarti faktor pola pengasuhan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat sosialisasi anak.

PROSIDING SEMNAS I Kesehatan Lingkungan & Penyakit Tropis


ISBN 978-623-92590-0-6 349
2. Variabel Pengaruh Teman Sebaya (X2),
Hasil pengolahan data memperlihatkan t hitung = 3.270 dan Sig = 0.003. Mengingat
nilai Sig = 0.003 < 0.05, berarti faktor pengaruh teman sebaya berpengaruh positif
dan signifikan terhadap tingkat sosialisasi anak.
3. Variabel Penerimaan Diri (X3)
Hasil pengolahan data memperlihatkan t hitung = 2.454 dan Sig = 0.021. Mengingat
nilai Sig = 0.021 < 0.05, berarti faktor penerimaan diri berpengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat sosialisasi anak.
4. Variabel Lingkungan (X4)
Hasil pengolahan data memperlihatkan t hitung = 2.348 dan Sig = 0.027. Mengingat
Sig = 0.027 < 0.05, berarti faktor lingkungan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat sosialisasi anak.
Pembahasan
Penelitian ini membuktikan bahwa faktor-faktor pola pengasuhan, pengaruh teman
sebaya, penerimaan diri dan lingkungan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat sosialisasi anak usia sekolah dasar yang
tinggal di Panti Asuhan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pandangan Kohlberg dalam
Astuti (2000) dan Hurlock (1997) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat sosialisasi anak meliputi pola pengasuhan, pengaruh teman sebaya, penerimaan diri
dan lingkungan. Pola pengasuhan orang tua atau pendamping sangat mempengaruhi tingkat
sosialisasi anak. Jika anak selalu diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif dan
bertanggung jawab atas segala sikap dan tindakannya, selalu diberikan dukungan dan
kebebasan untuk melaksanakan aturan yang ada tanpa paksaan dan intimidasi anak akan
tumbuh dan berkembang menjadi sosok yang mudah bersosialisasi. Sebaliknya jika anak
diasuh secara otoriter, selalu dipaksa dan dikekang maka anak akan sulit untuk
bersosialisasi (Ahmad, 1999).
Melalui pengasuhan keluarga atau pendamping anak akan belajar memahami orang
lain, belajar bekerja sama dan saling bantu-membantu. Jika interaksi sosial dalam keluarga
berjalan baik maka kemungkinan besar interaksi sosialnya dengan sesama dan masyarakat
luas akan berjalan baik. Melalui pola pengasuhan keluarga atau pendamping seorang anak
belajar bersosialisasi. Sebaliknya jika pengasuhan keluarga kurang baik dimana interaksi
sosial dalam keluarga kurang lancar maka besar kemungkinannya interaksi sosial dengan
sesama dan masyarakat juga akan berlangsung tidak lancar (Ahmad, 1999).

PROSIDING SEMNAS I Kesehatan Lingkungan & Penyakit Tropis


ISBN 978-623-92590-0-6 350
Selain dipengaruhi oleh pola pengasuhan orang tua atau pendidik, umumnya pola
pengasuhan atau interaksi sosial anak usia sekolah dasar dipengaruhi oleh pergaulannya
dengan teman sebaya. Secara umum ketika seorang anak menikmati atau senang dengan
hubungan sosialnya dengan teman-teman sebayanya, maka anak tersebut akan termotivasi
untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan tuntutan kelompoknya itu.
Melalui kebersamaan dan pergaulannya dengan teman-teman sebaya (peer group)
anak belajar bergaul, bersikap dan berkomunikasi secara baik sehingga mereka mengalami
proses belajar sosial (social learning). Dalam kelompoknya dengan teman-teman sebaya
seseorang akan lebih mudah diarahkan untuk bersosialisasi asalkan hal tersebut sejalan
dengan keinginan dan harapan kelompoknya (Vembriarto, 1990).
Selanjutnya dengan melihat besarnya nilai koefisien beta yang merupakan pengujian
signifikansi pengaruh individual masing-masing variabel independen (pola pengasuhan,
pengaruh teman sebaya, penerimaan diri dan lingkungan) terhadap variabel dependen
(tingkat sosialisasi anak) dapat diketahui manakah dari keempat variabel independen di atas
yang paling dominan pengaruhnya terhadap tingkat sosialisasi anak. Berdasarkan besarnya
koefisien beta dari setiap variabel, pola pengasuhan (0,285), pengaruh teman sebaya
(0,381), penerimaan diri (0,262) dan lingkungan (0,245), maka variabel yang paling dominan
pengaruhnya terhadap tingkat sosialisasi anak adalah pengaruh teman sebaya, disusul oleh
variabel pola pengasuhan, kemudian variabel penerimaan diri dan terakhir variabel
lingkungan.
Sebagai anak yang dibesarkan di lingkungan Panti Asuhan bersama banyak orang
yang rata-rata sebaya bagaimanapun pengaruh teman sebaya (sesama penghuni) tidak
terhindarkan. Bahkan sebagai anak usia sekolah dasar pengaruh dari teman sebaya jauh
lebih besar mengalahkan pengaruh guru atau pengasuh. Lebih mudah bagi seorang anak
mengubah sikap atau perilaku karena pengaruh teman sebaya dibandingkan karena
paksaan atau didikan guru atau pengasuh (Vembriarto, 1990). Namun sebagai anak-anak
jelas mereka masih sangat membutuhkan pengarahan, bimbingan dan asuhan dari para
pendamping. Oleh karena itu pola pengasuhan para pendamping ikut berpengaruh terhadap
tingkat sosialisasi anak. Apalagi mengingat latar belakang hampir semua responden ini yang
berasal dari keluarga yatim piatu, maka pengasuhan Panti Asuhan dianggap sebagai satu-
satunya jalan menuju masa depan yang lebih baik. Dalam kondisi demikian mereka akan
mudah diarahkan oleh pengasuh, karena mereka menilai kehidupan dan masa depan
mereka selanjutnya sangat tergantung pada perhatian dan pengasuhan Panti Asuhan.
Selanjutnya faktor lain yang cukup berpengaruh adalah lingkungan. Faktor lingkungan
dalam hal ini mencakup situasi dan kondisi dalam Panti Asuhan, lingkungan dan masyarakat
sekitar, sekolah dan sebagainya. Faktor lingkungan ini walaupun bukan merupakan faktor

PROSIDING SEMNAS I Kesehatan Lingkungan & Penyakit Tropis


ISBN 978-623-92590-0-6 351
dominan tetapi juga berpengaruh terhadap tingkat sosialisasi anak secara positif. Artinya jika
suasana lingkungan kondusif dan demokratis maka tingkat sosialisasi anak akan tumbuh
dan berkembang secara baik pula.
Sebagai anak-anak usia sekolah dasar, sering anak masih sulit menerima situasi dan
kondisi yang dihadapinya. Mereka biasanya masih dipenuhi dengan ilusi dan khayalan yang
kadang kala ketika tidak terwujud akan mengakibatkan frustasi. Tetapi sebagai penghuni
Panti Asuhan biasanya mereka sudah lebih menyadari diri dan menerima diri apa adanya.
Dengan semakin bisa menerima dirinya mereka menjadi lebih mudah berempati, toleran dan
solider dengan orang lain (Kohlberg cit Astuti, 2000).

Kesimpulan dan Saran


Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat sosialisasi anak usia sekolah dasar dii Panti
Asuhan Katolik Sonaf Maneka Kupang meliputi pola pengasuhan, pengaruh teman sebaya,
penerimaan diri dan lingkungan. Dari ke empat variabel independen yang diteliti yang paling
dominan mempengaruhi tingkat sosialisasi anak usia sekolah dasar di Panti Asuhan Katolik
Sonaf Maneka Kupang adalah variabel pengaruh teman sebaya, diikuti variable pola
pengasuhan, kemudian variabel lingkungan dan terakhir variabel penerimaan diri. Secara
umum tingkat sosialisasi anak usia sekolah dasar di Panti Asuhan Katolik Sonaf Maneka
Kupang termasuk dalam kategori tinggi (40%), kategori sedang (33,33%) dan sisanya
13,3% kategori rendah.
Dari hasil penelitian memperlihatkan faktor lingkungan merupakan faktor yang paling
lemah mempengaruhi tingkat sosialisasi anak di Panti Asuhan. Untuk itu diharapkan kepada
pengasuh di Panti Asuhan Katolik Sonaf Maneka Kupang untuk lebih memperhatikan faktor
lingkungan ini agar anak lebih siap menerima situasi dan kondisi dirinya dan juga dapat
menerima orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Mengingat hasil
penelitian memperlihatkan masih ada sekitar 24,8% perubahan-perubahan tingkat sosialisasi
anak yang tidak mampu dijelaskan oleh keempat variabel independen, diharapkan penelitian
lebih lanjut dapat mengungkapkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi.

Daftar Pustaka

Abu Ahmadi, 2009, Psikologi Sosial, Edisi Revisi, Rineka Cipta: Jakarta
Arikunto, S., 2002, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi V, Rineka Cipta,
Jakarta.
Arikunto, S, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta
Astuti, M., 2000, Peningkatan Sosialisasi Anak Melalui Pelatihan Permainan Tradisional.
(Skripsi Fakultas Psikologi tidak dipublikasikan).

PROSIDING SEMNAS I Kesehatan Lingkungan & Penyakit Tropis


ISBN 978-623-92590-0-6 352
Hurlock, E.B., 2007, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, Edisi V, Penerbit Erlangga: Jakarta.
Soetjiningsih, 2005, Tumbuh Kembang Anak, EGC: Jakarta.
Vembriarto, S.T., 2000, Pendidikan Sosial, IKIP Negeri: Yogyakarta.

PROSIDING SEMNAS I Kesehatan Lingkungan & Penyakit Tropis


ISBN 978-623-92590-0-6 353

You might also like