You are on page 1of 73

BAGIAN III

TINDAK PIDANA TERHADAP PRIBADI

BAB XIX

TINDAK PIDANA TERHADAP JIWA,BADAN KESEHATAN

SESEORANG

NAMA ANGGOTA
1.ELISABET SITOMPUL 2140050126
2.SEPANIA KESITA 2140050128
3.ALEXANDER YOHANES 2140050129
4.VALENIUS NATHANAEL 2140050125
5.EXAUDI MARITO 2140050127
Pasal 340
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara materi perencanaan dengan pembunuhan itu.
Yang pertama ialah bahwa materi perencanaan itu (misalnya hari yang ditentukan untuk
pelaksanaan, cara, alat atau tempat) tidak harus tepat terjadi. Misalnya hari Senin ia menimbang-
nimbang, berfikir-fikir, dan menentukan caranya, yaitu bahwa pembunuhan akan dilakukan hari
Kamis berikutnya, ternyata dipercepat pada hari Rabu, tidak mengurangi pengertian dengan
rencana terlebih dahulu. Semula direncanakan akan membunuh dengan pisau, ternyata dilakukan
dengan pistol juga tidak mengurangi pengertian dengan rencana tersebut.
Yang kedua ialah, jika terdapat kekeliruan mengenai sasaran, misalnya dia merencanakan
membunuh B ternyata X yang terbunuh karena mengira X adalah B, maka kejadian itu tidak
mengurangi kehendak si petindak untuk membunuh seseorang lain dan juga tidak mengurangi
rencananya untuk membunuh orang lain. Pasal 340 ini juga tidak menyebutkan orang tertentu
yang (akan) dirampas jiwanya melainkan hanya menentukan seseorang lain.
Penyertaan terhadap pembunuhan berencana, hanya dapat terjadi jika si peserta itu mengetahui
bahwa si pelaku utama itu telah mempūnyai rencana terlebih dahulu.
Sehubungan dengan pembunuhan-berencana ini, mari kita lihat intisari masalah dan putusan yang
terdapat di Buku Law Report hal 72. DUDUK PERKARA : Pada hari Sabtu tanggal 30 Oktober 1971
jam 09.00 pagi di lingkungan Sakkaleng Wanua Doping, Terdakwa L.P. pergi ke sawah La
Nongkeng dengan membawa badik/keris dengan rencana untuk membunuh La Nongkeng. Ketika
dilihat bahwa La Nongkeng ada, sementara memotong padi, terdakwa mendekatinya dengan
badik yang sudah terhunus serta menikamnya tepat kena pada dada antara tulang rusuk dengan
tulang selangka dan semalam La Nongkeng meninggal dunia.
PERTIMBANGAN DAN PUTUSAN PENGADILAN : Perbuatan terdakwa termasuk tindak pidana
tercantum dalam pasal 340 KUHP jo pasal 2 (1) Undang-Undang No.12 Drt Tahun 1951. Terdakwa
dinyatakan bersalah melakukan : “Pembunuhan dengan direncanakan” dan dihukum dengan
hukuman 7 tahun penjara potong masa tahanan. Putusan ini diikuti oleh Pengadilan Negeri
lainnya yang serupa dengan itu.
Dari jalan cerita tersebut jelas terlihat cukupnya waktu bagi terdakwa untuk berfikir dan
menimbang-nimbang pembunuhan yang akan dilakukan yaitu setidak-tidaknya selama
perjalanannya menuju tempat kerja sang korban. Sekaligus juga terlihat bahwa tidak ada alasan
untuk memandang bahwa pembadikan itu adalah suatu reaksi spontan karena suatu goncangan
jiwa yang disebabkan suatu aksi dari sang korban.
Pasal 341 s.d 345
Kekhususan dari pembunuhan ini ialah adanya suatu pengaruh tertentu pada jiwa/hati sepetindak
yaitu untuk pasal 341 s.d 343 bahwa sang Ibu itu ketakutan bahwa ia melahirkan anak, sedangkan
untuk pasal 344 dan 345 bahwa sebenarnya yang menghendaki (dolus) matinya seseorang itu
adalah orang itu sendiri (bunuh diri). Dalam hal yang pertama dapat dibayangkan bahwa
kehamilan dan kemudian kelahiran anak itu bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat
dhi rasa susila atau rasa kesopanan masyarakat. Karenanya, ia akan mendapat malu bahkan
mungkīn tersisihkan dari pergaulan masyarakat yang baik-baik. Justru untuk menghindari
penilaian masyarakat inilah dia melakukan tindakannya itu. Rupanya kesadaran hukum masyarakat
pada waktu pembuatan Undang-Undang ini dan juga dewasa ini dapat membenarkan keadaan itu
sebagai alasan/dasar untuk meringankan ketentuan ancaman pidana.
Dalam hal yang kedua adalah bahwa sampai saat in belum dapat dibenarkan secara resmi adanya
hak seseorang untuk membunuh diri sendiri, kendati untuk itu maupun untuk percobaannya tidak
diancamkan pidana.
Sebagai konsekuensi dari belum diakuinya hak bunuh diri itu, maka haknya meminta seseorang
lain melakukan baginya juga tidak diakui. Bahkan jika ia mau melakukan sendiri, dia tidak berhak
meminta bantuan atau sarana pertolongan dari seseorang lain. Hal ini lebih lanjut akan diuraikan
pada pasal-pasal yang bersangkutan.

Pasal 341
Seorang Ibu yang karena pengaruh ketakutan akan ketahuan bahwa ia melahirkan anak, pada saat
kelahiran atau tidak lama setelah itu, dengan sengaja merampas jiwa anaknya itu, karena
melakukan pembunuhan anak, diancam dengan pidana penjara maksimum tujuh tahun.
Pasal 342
Seorang Ibu yang untuk pelaksanaan suatu rencana yang ditentukan karena pengaruh ketakutan
akan ketahuan bahwa ia melahirkan anak, pada saat kelahiran atau tidak lama setelah itu dengan
sengaja merampas jiwa anak itu, karena melakukan pembunuhan anak berencana, diancam dengan
pidana penjara maksimum sembilan tahun.
Pasal 343
Bagi orang lain yang turut serta melakukan kejahatan tersebut pasal 341 dan 342, dipandang
sebagai pembunuhan atau pembunuhan berencana.
Pasal 341 dan 342 merupakan bandingan bagi pasal 338 dan 340, dalam arti pasal 341 adalah
merupakan pasal pokōk bagi 342. Sedangkan yang merupakan pasal pokok bagi pasal 341 adalah
pasal 338 dalam arti jika tidak terbukti ada hal yang meringankan seperti dimaksud pada pasal
341, maka pasal 338 yang diterapkan. Bandingkanlah dengan uraian pada pasal 339 dan 340.
Subjeknya adalah seorang Ibu yang melahirkan atau tidak lama sesudah melahirkan. Jadi sangat
terbatas, yaitu hanya Ibu kandung dari anak itu saja yang mungkin melakukan kejahatan ini. Di
luar itu harus diterapkan pasal 338 dan 340. Lihat ketentuan pasal 343.
Unsur kesengajaan hanya meliputi tindakannya dan objek tindakannya yaitu anak dari
kandungannya sendiri. Dia harus menyadari bahwa dengan tindakan itu, jiwa anak itu dirampas.
Mengenai apakah subjek menyandari bahwa saat terjadinya perampasan jiwa itu adalah pada saat
ia melahirkan atau tidak lama setelah itu tidak dipersoalkan.
Namun mengenai saat/waktu tersebut harus dibuktikan oleh penuntut umum.
Demikian juga mengenai apakah subjek dicekam oleh perasaan takut akan ketahuan
bahwa ia melahirkan anak, juga tidak dipersoalkan. Justru hal ini merupakan tugas
dari penegak hukum untuk menilai dan membuktikan bahwa Ibu tersebut benar-
benar dicekam perasaan takut tersebut.

Unsur bmh, lihat uraian tentang bmh dalam arti material yang dianut.
Tindakan yang dilarang adalah merampas jiwa anak (kandung/sendiri) pada saat ia dilahirkan atau
tidak lama setelah itu dan karena subjek dipengaruhi oleh perasaan takut akan ketahuan bahwa ia
melahirkan. Bagaimana caranya melakukan tindakannya yang merupakan perampasan jiwa itu
tidak ditentukan. Karenanya, semua cara seperti misalnya melahirkan di atas jamban di atas kolam
lalu meninggalkan anak yang baru dilahirkan itu terapung di kolam tersebut, mecekik anak
tersebut setelah dilahirkan, membuang anak tersebut ke sungai, dls termasuk dalam cakupan
pasal ini.
Dengan adanya kecenderungan pembatasan jumlah keluarga dewasa ini, yang antara lain
dikehendaki agar wanita jangan terlalu mudah melakukan perkawinan dan jumlah anaknya
cukuplah tiga orang saja, dapatkah dipertimbangkan bahwa kecenderungan ini dijadikan dasar
pemikiran untuk lebih meringankan penjatuhan pidana? Karena penerapan hukum pidana tidak
boleh bertentangan dengan sumbernya (atau harus dipandang sebagai sumbernya) dhi Pancasila,
maka sama sekali tidak dapat dibenarkan “pembunuhan anak” tersebut. Karena tiada suatu agama
pun (sila pertama) membenarkan tindakan tersebut.

Perbedaan antara pasal 342 dan 341 hanya terletak pada pembentukan kesengajaan. Pada pasal
342 kesengajaan itu didahului dengan suatu rencana. Jadi, jika tidak dapat dibuktikan adanya
rencana itu, maka pasal 341 dengan sendirinya yang diterapkan. Dpl pendakwaan dengan pasal
342 (tanpa mengalternatifkan atau mengsubsiderkan dengan pasal 341), apabila “adanya rencana”
itu tidak terbukti maka harus dipandang bahwa dhi pasal 341 dengan sendirinya juga didakwakan.
Hal yang sama juga berlaku antara pasal 341 terhadap 338 dan antara pasal 342 terhadap pasal
340 bahkan terhadap pasal 338.
Pada pasal 343 ditentukan bahwa kepada orang lain yang menyertai tindakan sang Ibu itu
diterapkan pasal 338 atau 340. Hal ini berarti tidak dipandang ada hal yang meringankan bagi
peserta itu kendati dia mungkin si pria yang membuahinya, orang tua dari si Ibu tersebut ataupun
sahabat-karibnya.
Dalam hal penerapan pasal 340 terhadap peserta lainnya itu perlu diperhatikan bahwa rencana
tersebut pasal 342 diperbandingkan dengan pasal 340 terdapat perbedaan. Karenanya jika pada
para peserta itu tiada terdapat rencana sebagaimana dimaksud pada pasal 342 itu, maka
kepadanya diterapkan pasal 338 (pembunuhan saja).
Pasal 344
Barangsiapa yang merampas jiwa orang lain atas permintaan yang sungguh-sungguh dan
meyakinkan dari orang lain itu, diancam dengan pidana penjara maksimum dua belas tahun.
Pasal 345
Barangsiapa mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolong dia untuk melakukannya atau
memberi sarana kepadanya untuk itu, maka jika orang lain itu jadi bunuh diri, diancam dengan
pidana penjara maksimum empat tahun.
Pasal 344 dan 345 sangat erat hubungannya dengan masalah bunuh diri. Namun apabila ditinjau
dari sudut kehendak objek dapat dirasakan bahwa yang membentuk kesengajaan pada subjek di
pasal 344 adalah justru sang objek, sedang pada pasal 345 objek itu masih ragu-ragu ataupun
bahkan sebenarnya tiada suatu kehendak untuk bunuh diri melainkan hanya masalah prestise.
Tetapi justru ketentuan ancaman pidana di pasal 344 lebih berat (12 tahun) sedangkan di pasal
345 hanya 4 tahun maksimum. Ditinjau dari sudut ini kiranya perlu dipertimbangkan
keseimbangannya dalam rangka pembaharuan hukum pidana ini.
Rupanya tolak pemikiran pembuat Undang-Undang untuk pasal 344
adalah bahwa setiap orang harus menghormati jiwa orang lain. Ini
sesuai dengan ajaran agama dimana hanya Tuhan-lah yang berhak
mencabut jiwa seseorang. Pada pasal 345 yang
merampas/menghilangkan jiwa seseorang itu justru adalah seseorang
itu sendiri. Subjek hanyalah sebagai “pendorong” atau pembantu saja.
Karenanya, untuk sebagai pendorong atau pembantu dipandang lebih
ringan pertanggungjawabannya.
Pada awal paragrap ini telah disinggung mengenai diakui tidaknya hak
seseorang untuk bunuh diri. Jika hak itu diakui tentunya ia pun berhak
untuk minta tolong kepada orang lain melakukan pembunuhan itu untuk
dirinya. Dan sebagai lanjutannya tentunya dapat timbul persoalan lain
yaitu jika seseorang sudah sekarat, dapatkah dibenarkan seseorang lain
untuk membunuh yang sekarat itu karena perasaan kasihan (mercy
killing), terutama atas permintaan orang itu sendiri.
Untuk penerapan pasal 345, di samping pembuktian unsur-unsurnya perlu
diingat bahwa pasal ini dikaitkan dengan syarat pemidanaan, yaitu “jika
orang lain itu jadi bunuh diri”, Ini berarti jika orang lain itu tidak jadi bunuh
diri (ia tidak mati), maka pasal 345 tidak dapat diterapkan kepada subjek.
Bahkan jika orang lain itu telah mencoba bunuh diri (misalnya hanya luka
saja karena tembakannya tidak mengenai bagian yang mematikan), tidak
dapat diterapkan pasal ini kepada subjek. Tindakan objek yang mencoba
untuk bunuh diri bukanlah suatu tindak pidana. Dengan demikian, sukar
dibayangkan kemungkinan percobaan untuk melakukan kejahatan tsb pasal
345, karena adanya syarat pemidanaan tsb.
untuk tindakan seperti itu harus dicarikan pasal lain yang lebih
mengena,misalnya pasal 489.tindakan yang dilarang disini ada
3 macam.
pelaku bunuh diri itu adalah yang bunuh diri itu sendiri jika
bunuh diri itu menjadi kenyataan.mendorong untuk melakukan
bunuh diri dapat terjadi apabila misalnya seseorang yang
sudah ditahan oleh penyidik lalu diminta membuka rahasia
komplotannya,maka rekan rekannya akan cenderung
mendorong dia untuk bunuh diri.demikian juga dalam rangka
pelaksanaan apa yang disebut duel amerika(yaitu 2 pihak yang
bersengketa menyekati mengenai siapa yang kalah dalam
suatu undian,maka ia wajib bunuh diri)maka yang menang itu
cenderung akan mendorong yang kalah itu untuk bunuh diri.
tindakan yang kedua dan ketiga,adalah tindak pidana yang sempurna.artinya tidak dikaitkan
dengan penerapan pasal 56 yang ancaman pidananya lebih ringan.sedangkan untuk tindakan
yang ketiga,perhatikanlah bahwa disini hanya sarana yang dicantumkan.tidak termasuk
kesempatan atau keterangan.dengan perkataan lain apabila subjek menerangkan bagaimana
caranya bunuh diri ataupun memberi kesempatan untuk bunuh diri,walaupun bunuh diri itu
terjadi karenanya,tidak dicakup oleh pasal 345 ini.

pengguguran dan pembunuhan kandungan,pasal 346 sd 349


pasal 346
seorang wanita yang dengan sengaja melakukan pengguguran atau pematian
kandungannya,atau menyuruh orang lain melakukannya,diancam dengan pidana penjara
maksimum empat tahun.

subjeknya adalah seorang wanita yang hamil atau yang sedang mengandung.tidak
dipersoalkan apakah wanita itu mempunyai suami yang sah atau tidak.
dari judul BAB XIX KEJAHATAN TERHADAP JIWA,berarti bahwa yang didalam kandungan itu adalah
yang sudah mempunyai jiwa atau lebih tepat adalah yang masih hidup.juga tidak dipersoalkan siapa yang
membuat wanita itu hamil,apakah suaminya atau bukan suaminya,bahkan apakah oleh "tabung"(teknologi
modern).wanita pelaku dari kejahatan ini dapat berupa pelaku tunggal dan dapat juga sebagai pelaku
dalam rangka penyertaan sebagaimana harus ditafsirkan dalam perumusan.atau menyuruh orang
lain.Dalam hal terakhir ini wanita tersebut dapat berupa menyuruh pelaku peserta pelaku Penggerak atau
pelaku utama di mana yang lain itu berturutturut berupa yang disuruh pelaku peserta yang digerakkan
atau pembantu. Apabila terhadap wanita itu diterapkan pasal 346 maka kepada yang disuruh itu atau
kecuali jika sama sekali tidak ada kesalahan padanya diterapkan pasal 348 ancaman pidana bagi mereka
ditentukan lebih berat bagi para pembantu sebagaimana dimaksudkan pada pasal 56 kecuali jika ia
seorang dokter bidan atau tukang obat diterapkan pasal 346 Jo pasal dua dan pasal 56 bagi dokter
bidan atau tukang obat tersebut diterapkan pasal 349 Kesengajaan meliputi semua unsur yang ada di
belakangnya berarti ia menyadari tindakannya yaitu cara cara yang dilakukan untuk pengguna
pengguguran atau kematian kandungan tersebut namun bagi seorang lain yang disuruh diminta atau
digerakkan(uitlokt)untuk menggugurkan atau mematikan kandungan tersebut orang lain itu tidak perlu
harus mengetahui sebelumnya bahwa kandungan itu masih hidup namun harus terbukti oleh penuntut
umum atau hakim bahwa kandungan itu masih hidup sebelumnya
Mengenai unsur BMH perlu diperhatikan bahwa kita menganut ajaran yang material DHI perlu
dikaji apakah pengguguran kandungan yang baru berumur satu atau dua bulan sudah BMH
tentunya pertanyaan ini ada kaitannya yang erat dengan bilakah kandungan dipandang sebagai
manusia yang berjiwa dalam arti hukum pidana dari sudut ilmu kebidanan menurut
dr.S.A.GULAM, Janin baru berbentuk manusia sempurna dan diketahui jenis kelaminnya setelah
kandungan itu berumur tiga bulan Sehubungan dengan kenyataan ini dan sebelum dianjurkan
secara meluas pelaksanaan keluarga berencana ada sarjana yang berpendapat bahwa jika
kandungan itu digugurkan selama berusia tiga bulan maka pasal 346 ini belum dapat diterapkan
alasannya ialah bahwa janin itu belum berbentuk manusia pada pasal 346 ini dalam hubungannya
dengan judul bab yang di maksud kan untuk menghormati dan melindungi jiwa manusia sarjana
lain yang ajaran agama lebih kuat mempengaruhi pendapat nya mengatakan bahwa penerapan
pasal 346 ini sudah dapat dilakukan sejak terjadi kehamilan itu Setelah setelah KB diintensifkan
pelaksanaannya tentunya terjadi pula pergeseran penilaian terutama bagi seorang ibu yang
sudah mempunyai tiga orang anak atau lebih konon udah menjadi rahasia umum bahwa jika
seorang ibu yang sudah mau punya anak tiga orang atau lebih sudah tidak mapan lagi alat
kontrasepsi seperti IUD (intra uretine device)tablet dan lain sebagainya sehingga ia hamil maka
jika ibu itu meminta pengguguran sebelum kehamilan sebelum tiga bulan biasanya sering
dilakukan penyedotan
Menurut hemat penulis atau sehubungan dengan peningkatan pembatasan kelahiran di seluruh
dunia kiranya yang dilakukan oleh ibu yang sudah ber anak tiga itu dan dokter YBS tidak lagi
dipandang sebagai BMH tentunya penilaian seperti ini tidak boleh dilakukan secara secara royal
agar tidak salah arah menjadi penyuburan pelacuran tindakan yang dilarang dalam menggugurkan
kandungan atau mematikan kandungan dua tindakan ini harus dipandang sebagai senafas dengan
demikian menggugurkan kandungan harus dibaca dengan menggugurkan kalau kandungan yang
hidup yang dimaksud dengan mengurutkan di sini adalah mengeluarkan dengan paksa atau
abortus provokatus karenanya kejahatannya disebut sebagai abortus provokatus kriminalis apabila
kandungan itu setelah di paksa keluar dan pada saat itu masih hidup juga dicakup oleh pasal ini
DPL hidup atau mati kandungannya itu setelah di paksa keluar atau yang tadinya sembilan pasal
hidup termasuk cakupan pasal ini Tindakan mematikan kandungan juga dilarang yang dimaksud
dengan metil kandungan iyalah kandungan itu dimatikan ketika masih dalam tubuh wanita dan
untuk itu tidak dipersoalkan bagaimana cara mematikannya mengeluarkan kandungan yang sudah
mati bukan suatu kejahatan bahkan demi keselamatan tersebut keduanya sudah mati harus
dikeluarkan
Apabila demi kesehatan wanita hamil berdasarkan ilmu kesehatan maka pengguguran kandungan
yang masih hidup tidak merupakan tindak pidana ini adalah suatu pengecualian demi kepentingan
tersebut suatu ilustrasi apabila karena suatu ke hamilan seorang wanita menjadi stress bahkan
dikhawatirkan akan gila apabila dokter menyarankan dan melakukan pengukuran dengan
kepentingan atau aset non tersebut maka tindakan dokter tersebut dapat dibenarkan atau tidak
BMH.Dari uraian diatas mudah dipahami bahwa sebenarnya tindakan memang Rangsang atau
mempercepat kelahiran atau partus per free mata tus dapat dipandang sebagai termasuk cakupan
pasal ini menunjuk nggak jika partus para Primata tus itu adalah demi kesehatan Sang ibu maka
tindakan itu harus dipandang sebagai tidak ber BMH sebagai perbandingan perhatikan uraian
pada pasal 299 283 dan 535
Pasal 347
Satu Barangsiapa yang dengan sengaja melakukan pengguguran atau mematikan kandungan
seseorang wanita tanpa persetujuan nya diancam dengan pidana penjara maksimum 12 tahun
Kedua apabila tindakan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut maka dia diancam dengan
pidana penjara maksimum 15 tahun
Sebaiknya di sini adalah Barangsiapa berarti siapa aja tetapi tentunya bukan wanita hamil itu
sendiri karena apabila wanita hamil itu sendiri yang mematikan kandungannya tanpa persetujuan
nya dapat dibayangkan bahwa di bawah pengaruh daya paksa karena nya wanita tersebut dapat
berlindung pada pasal 48 DHI justru si pemaksa itulah yang harus dipandang sebagai pelaku
Selanjutnya Bacalah uraian pada pasal 346
Pasal 348
Satu Barangsiapa yang dengan sengaja melakukan pengguguran atau mematikan kandungan

seorang wanita dengan proses tujuannya diancam dengan pidana penjara maksimal lima tahun
enam bulan
Kedua apabila tindakan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut maka dia diancam dengan
pidana penjara maksimal tujuh tahun
Subjectnya adalah barang barang siapa tetapi tidak termasuk wanita hamil itu sendiri karena jika
ia sendiri yang melakukannya terhadapnya diterapkan pasal 346 yang maksimum ancaman pidana
yang lebih ringan jelas terlihat dibedakan antara wanita hamil itu sendiri sebagai pelaku dan
orang lain sebagai pelaku kendati atau persetujuan wanita itu sendiri
Dalam rangka penerapan pasal 3048 perlu diperhatikan bahwa jika wanita itu memberikan
persetujuan nya sama saja dengan Bawani tersebut telah melakukan pasal 340 selanjutnya Bacalah
uraian pada pasal tiga enam
Pasal 349
Apabila seorang dokter bidan atau tukang obat membentuk melakukan kejahatan tersebut pasal
346 ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan tersebut pasal 340 348
maka ancaman pidana yang ditentukan pada pasal pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga nya
dan dapat dicabut haknya untuk melakukan pencahariannya ketika kejahatan dilakukan
Subjectnya adalah dokter bidan atau tukang obat mereka ini adalah staf khusus.Tindakan
dilakukan adalah A membantu melakukan kejahatan tersebut pasal 346 membantu di sini ada
dalam arti pasal 56 enam kepada mereka ini bukannya diancamkan maksimum empat tahun
dikurangi dengan sepertiga nya melainkan empat tahun ditambah dengan sepertiga nya B
melakukan kejahatan tersebut pasal 347 atau 348 maksimum ancaman pidana ditambah dengan
sepertiga dari pasal 34 tujuh atau 13 empat delapan
C membantu melakukan kejahatan tersebut pasal 343 34 delapan maksimum ancaman pidana nya
sama dengan yang ditentukan pada pasal tersebut yaitu P Min satu pertiga kali P tambah satu
pertiga kali P sama dengan P selanjutnya Bacalah uraian pada pasal pasal IBS
Pasal 350 pada pemi dan Naan karena pembunuhan pembunuhan berencana atau salah satu
kejahatan tersebut pasal 34 empat 347 34 delapan pencabutan hak tersebut pasal 35 nomor satu
sampai lima dapat dijatuhkanPenganiayaan pasal 351 sampai dengan 357
Judul dari bab 20 buku dua KUHAP telah penganiayaan apa yang dimaksud dengan penganiayaan
tidak ditentukan apabila dilihat pasal pasal 351 sama dengan 3X 57 juga kita tidak semakin Arif
pasal 351 yang merupakan inti dari bab 20 ini tidak ada uraian unsur unsur selain hanya disebut
penganiayaan saja karena jika kita hendak menguraikan menurut unsur unsur nya maka sebaiknya
istilah pengertian itu diuraikan sehingga berbunyi Barangsiapa yang dengan sengaja dan tanpa
hak menyakiti atau melukai badan orang lain karena penge yang sederhana diancam dengan
pidana Ping jarak maksimum dua tahun delapan bulan atau denda maksimum 300 Rupiah kali 15
Berbuat seperti ini akan memudahkan menguraikan dan membahas unsur unsur nya Riska bete.
Dengan demikian dalam hal ternyata obyek itu mati ataupun dalam hapus semuanya mudah pula
memper beda kanya dengan pembunuhan terutama dilihat dari sudut kesengajaan atau kehendak
dan kelakuan si bertindak
Dalam rangka pembuktian penganiyaan ini selain daripada pentingnya peranan unsur kesengajaan
tersebut di atas juga tidak kalah pentingnya unsur BMH dari tindakan nya misalnya apakah
seorang dokter yang melakukan operasi amputasi pemotongan Amandel dan lain sebagainya
seorang ayah yang maut road tas anak yang nakal bahkan mungkin seseorang tidak kaya menuda
I untuk medisnya dipandang sebagai tindakan yang BMH masalah masalah seperti ini harus
dilihat dari sudut perundangan lainnya dan juga dari sudut kesadaran hukum masyarakat untuk
yang tersebut terakhir ini perhatikan bunyi pasal 27 undang undang pokok kehakiman nomor 14
tahun 1009 70 yang antar lain mewajibkan hakim harus terjun ke masyarakat untuk mengetahui
kesadaran hukum masyarakat nya uraian mengenai hal ini di bab 22 buku ah APP
Di bab 20 buku dua KUHAP dana macam pengayaan ditentukan yaitu
Pasal 351
Yang pertama penganiayaan diancam dengan pidana penjara maksimum dua tahun delapan bulan
atau denda maksimum 300 Rupiah kali 15
Apabila tindakan itu mengakibatkan luka berat maka bertindak diancam dengan pidana penjara
maksimum lima tahun
Ketiga apabila tindakan itu mengakibatkan mati maka dia diancam dengan pidana penjara
maksimum tujuh tahun
Keempat dengan sengaja merusak kesehatan seseorang dipersamakan dengan penilaian
Kelima percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana
Di awal paragraf 120 telah diutarakan bagaimana sebaiknya menguraikan istilah pengayaan agar
mudah membahas nya dari sudut unsur unsur tindak pidana sup jek nya adalah Barangsiapa perlu
diperhatikan kemungkinan sejak itu dipandang berhak berwenang atau ajak untuk melakukan
sesuatu yang membuat obyek ya sakit atau luka demikian juga di perlu diperhatikan ada tidaknya
hubungan tertentu antara subyek dan obyek sebagaimana diatur tersirat pada pasal 356
Untuk kesalahan di sini harus dengan sengaja apabila tidak dengan sengaja lebih tepat
diterapkan pasal 360 atau pasal 359 dengan demikian bertindak menghendaki dan
mengetahui tindakan yang dilakukan nya dan menghendaki sakit lukanya obyek tersebut
bahkan dapat juga dikatakan bahwa tujuan dari si bertindak atau setiap melakukan suatu
tindakan misalnya memukul memotong membedah adalah untuk membuat sakit atau luka
seseorang
Dari pendirian ini dapat ditafsirkan bahwa seorang dokter yang dengan hati hati membedah
Pasiennya kalau tidak ditujukan untuk membuat sakit atau luka pasien nya malah sebaliknya
ditujukan untuk mengobati pasien tersebut padanya tidak terdapat kesengajaan untuk
menyakiti melukai pasien nya itu! Proses Atus non fat kid reuni si mensiv real dokter itu
tidak dapat dipidanakan tindakan itu
Yang kita anut dalam rangka penerapan hukum pidana memaksa kita harus selalu mengadakan
penilaian apakah tindakan sup cek dm hal atau tidak seorang ayah pada sesuatu tingkat tertentu
dipandang berwenang atau menghajar anak yang nakal juga kepada guru guru sekolah peredaran
dipandang ada kewajaran apabila mereka menyakiti murid sampai tingkat tertentu atau wajar
dipandang bahwa tindakannya itu tidak berhak sudah barang tentu apabila melampaui kewajaran
maka kepada Sang guru dapat diterapkan pasal 351 ini sedangkan kepada jahat diterapkan pasal
tiga semua puluh enam sampai sejauh mana batas batas dari kewajaran itu haruslah diselesaikan
secara kau su Liteace Perbuatan dokter atau membedah seperti yang diuraikan di atas dapat juga
dinilai dari sudut BMH atau tidaknya tindakan itu artinya apabila dalam ketentuan yang berlaku
bagi mereka harus melakukan pembedahan untuk menyembukan suatu penyakit maka pemilihan
itu tidak bertentangan dengan ketentuan tersebut alias tidak bertentangan dengan hukum dalam
penerapan KUHAP tidak dikenal adanya hak atau kewenangan pengurus penguasa untuk
menyakiti seorang terpidana hal ini berbeda dengan di negara negara yang menerapkan pidana
Cambuk atau pidana potong jari atau tangan di mana penguasa berwenang melaksanakan pidana
tersebut
Unsur tindakan yang dilarang dalam menyakiti atau melukai seseorang bagaimana caranya tidak
diuntungkan karena nya semua cara yang membuat sakit terluka seorang dicakup oleh pasal ini
seperti telah disinggung pada awal paragraf ini maka bentuk bentuk atau cara cara tersebut
antara lain adalah pemukulan penembakan pake tangan penusukan pemotongan pernah Berangan
penyetruman pendangan menggigit memuntir tangan dan lain sebagainya cara apapun yang
dilakukan harus berakibat terjadinya sakit halangan untuk melakukan kegiatan jabatan atau
pekerjaan bandingkan dengan pasal 352
Namun dalam praktik peradilan tidak harus selalu terjadi sakit bagi obyek tersebut demikianlah
sih yang diangkat oleh Allah dicampakkan ke kolom yang berakhir telah diputuskan sebagai
penganiayaan atau Aris Hr 10 Juni sembilan empat WIB sampai 11 29 izin tidak merasa sakit apa
bilang apa lagi berhalangan untuk melakukan pekerjaan nya
Selanjutnya daya tempat ditentukan bahwa dengan sengaja merusak kesehatan seseorang
dipersamakan dengan panel bagaimana cara merusak ke sensor. Tentukan cara cara merusak
kesehatan itu ialah menempatkan seseorang di suatu tempat Bawani busuk malam pada seseorang
memberikan makanan yang sudah membusuk meminumkan khas trolley bukan dalam rangka
pengobatan dia akibat yang terjadi seperti disebutkan pada ayat dua dan tiga bukanlah tujuan
atau kehendak dari sup jek melainkan hal itu terjadi di luar kehendaknya untuk pengertian buka
berat lihat pasal 90 khusus tersebut ayat tiga dibandingkan dengan pasal 334 menunjukkan
betapa besarnya peranan unsur kesengajaan itu dilihat dari sudut maksimum ancaman ancaman
pidana. Pada ayat lima ditentukan bahwa percobaan untuk melakukan kejahatan berarti harus 50
tidak dipidana rasio dari ketentuan ingin agar seorang itu ber kecenderungan mengurungkan
niatnya karena mengetahui bahwa jika hanya mengacungkan tongkatnya saya tidak merupakan
percobaan yang dapat dipidana sekaligus tersirat didalamnya untuk menghindari kerugian yang
lebih besar yang terhindarnya obyek dari penganiayaan Pendaki dalam hal ini perusahaan sih foto
belum tersebut Bacalah uraian pada pasal 352 berikut
Selanjutnya perhatikan maju ke pasar pasar kejahatan tertentu di mana berakibat adanya
orang lain atau luka berat bahkan mati tapi kehendak pelaku tersebut ditujukan untuk
menyakiti atau mengapa seseorang melainkan sebagai akibat dari kandang untuk yang lain
periksa pasal pasal 170 87 191 dan seterusnya fit uraian pasal 33 papan
Pasal 352 Pecatu kecuali dalam hal yang ditentukan di pasal 353 dan 356 maka peneliti
mengakibatkan sakit atau halangan untuk melaku kan kegiatan yang mana pekerjaan karena
penganiayaan ringan diancam dengan pidana penjara maksimum tiga bulan atau denda
maksimum 300 Rupiah kali 15 yang ancaman pidananya dapat ditambah dengan sepertiga
nya lagi bertindaknya melakukan kejahatan itu kepada seseorang yang bekerja padanya atau
yang menjadi bawahannya
Yang kedua percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana apabila diperhatikan
uraian pada pasal 351 khususnya ayat satu jelas bahwa si Perindag menghendaki itu
bertujuan untuk menyakiti atau membuat sakit atau melukai atau bentuk yang lebih ringan
dari dan harus menjadi kenyataan bahwa obyek menjadi sakit atau luka meninggal dengan
pasal telah siap delapan di mana seseorang lain itu harus mati baru dapat diterapkan
peristiwa delapan sempurna selanjutnya apabila memukul bola dengan bantal guling kendati
berkendak supaya Bi menderita sakit nomornya tapi tidak menderita sakit menurut hemat
penulis kita belum berbicara tentang penganiayaan karena si B tidak merasa teraniaya
merasa sakit
Kalau pun dipaksakan penerapan pasal ini paling hantar dapat didakwahkan percobaan
untuk melakukan panen ternyata dalam ayat lima ditentukan bahwa mencoba untuk makan
punya tidak dipidana jika cara berfikir tersebut di atas dapat diterima maka sebenarnya
ketentuan pada pasal 352 ini tidak diperlukan bukankah misalnya pengukuran yang
diterimanya tidak mengakibatkan dia sakit dia tidak teraniaya kalau misalnya si P
ditempeleng kepalanya dua atau tiga kali pasti dia merasa sakit kendati mungkin hanya
untukmu sementara untuk itu ia tidak perlu berobat untuk berapa lama di merasakan sakit
tidak dipersoalkan karena pasar tidak 21 masih tepat untuk diterapkan kalau tipe tersebut
misalnya mau makan sakit nggak ya bukan berbadan badak barangkali peran itu adalah
pukul sayang Sebagai bahan perbandingan
Sebagai bahan perbandingan untuk men berpendapat bahwa pasar belas 52 ini tidak
diperlukan lagi ialah bahwa di way yes tiduran tidak diatur tentang penganiayaan ringan
seperti tersebut pasal 352 ini perbandingan lainnya di daun mukan pada pasal tiga sembilan
pasal 95 pelaku di Malaysia yang berbunyi
Pasal 353 yang pertama penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu diancam dengan
pidana penjara maksimum empat tahun yang kedua apabila tindakan itu mengakibatkan luka
berat makasih bertindak diancam dengan pidana penjara maksimum dari tahun yang ketiga
apabila tindakan itu mengakibatkan mati maka dia diancam dengan pidana penjara
maksimum sembilan tahun
Uraian pada paragraf ini dengan pada pasal 351
Mengenai rencana terlebih dahulu baca Naura yang berpuasa tidur sempat puluh dua
perhatikan lah bahwa percobaan untuk melakukan penganiayaan berencana diancam dengan
pidana pasal 13 23 Jo pasal 53 kendati si om jek tidak mendapat sakit misalnya si A sudah
sekian lama berfikir dan menentukan belikan buku di Sibedi suatu tempat yang sunyi di
mana sih Bi sering lima per waktu tertentu maka pada hari yang sudah ditentukan di
menghadang sih begitu sih belio di mengayunkan tongkat untuk membuat sup dengan
Sekat ton si mengelak dan melarikan diri perbuatan si ayah itu percobaan terbangun
penganiayaan berencana diancam dengan pidana
Kastaw empat yang pertama Barangsiapa yang dengan sengaja melukai berat orang lain
karena pangan yang berat diancam dengan pidana penjara maksimum delapan tahun yang
kedua mobil tindakan itu mengakibatkan mati makasih bertindak diancam dengan pidana
penjara maksimal 10 tahun dengan sengaja melukai berat dihubungkan dengan kualitas
kualifikasi nya yaitu karena penganiayaan berat berarti tujuan dan kehendak dari si pelaku
adalah agar ajak itu Luka berat bukan hanya luka saja dan juga harus terjadi luka berat itu
barulah dapat disebut terjadi penganiayaan berat
Apabila dibandingkan ketentraman terus 51 dan 3941 yang cuma bedanya berbanding lima
tahu kapan padahal kenyataannya pada Padahal kenyataannya pada si korban atau oke
adalah sama yang sama sama luka berat tentunya timbul pertanyaan mengenai penyebab
atau ukuran yang digunakan ternyata perbedaan tersebut terletak pada unsur kesengajaan
itu baru pada pasal 50 ayat dua luka berat itu sebenarnya tidak dikehendaki atau hanya
merupakan akibat saja sedangkan Perez empat satu di seluruh berat yang dikehendaki di
lembaga tertinggi empat ya udah dalam pasal 354 ini jelas terlihat terbang ke berbahayanya
dari tindakannya bahkan keterbacaan dari orangnya dibandingkan dengan tersebut pasal 311
Dalam hal yang menjadi kenyataan hanya luka saja tetapi berbeda ke kehendaknya maka
jika dikehendaki terjadi luka itu diterapkan pasal 351(1).sedangkan jika benda kerja luka
berat namun hanya luka saja yang terjadi maka diterapkan pada dirimu empat Jo pasal 53
perbandingan maksimum ancaman tanya dulu dua tahun delapan bulan terhadap delapan
tahun sepertiga delapan tahun sama dengan dua tahun delapan bulan lima tahun 14
sembilan satu banding duaDalam penerapan pasal ini untuk menentukan apakah yang
dikehendaki itu Luka berat atau pake itu jadi terlalu berat maka pendapat mu dapat
dijadikan oleh aku sebagai pernah mandi tidak harus menemani pendapat dokter
diperhatikan juga ketentuan pada pasal tujuh undang undang pokok kehakiman nomor 14
tahun 11 70 Dengan cara tersebut ataw empat dua di mana matinya korban bkti
Pasal 355 yang pertama penyebab dengan rencana terlebih dahulu diancam dengan pidana
penjara maksimum 12 tahun yang kedua kau bilang tindakan itu maksudnya mati makasih
bertindak diancam dengan pidana penjara maksimum 15 tahun mengenai penganiayaan
bersalah orang yang pada awal paragraf 20 ini dan berapa kosong satu mengenai pengen
berat bercorak pasal tiga 54 dan mengenai rencana terlebih dahulu Bacalah uraian pada
pasal 340
Pasal 355
1.penganiayaan berat dengan rencana terlebih dahulu diancam dengan pidana penjara
maksimum dua belas tahun
2. apabila tindakan itu mengakibatkan mati maka sipetindak diancam dengan pidana
penjara maksimum lima belas tahun
mengenai penganiayaan bacalah uraian yang pada awal paragraf 120 ini dan pada pasal 351
mengenai penganiayaan berat bacalah uraian pasal 354
mengenai rencana terlebih dahulu Bacalah uraian pada pasal 340
pasal 356 ancaman pidana yang ditentukan di pasal 351,353,354 dan 355 dapat ditambah
dengan sepertiga nya: 1.bagi petindak yang melakukan kejahatan terhadap ibunya bapaknya
menurut perundang undangan suami istri nya atau anaknya.2.apabila kejahatan dilakukan
terhadap seorang yang pegawai negeri ketika atau karena melaksanakan tugasnya yang sah
3.apabila kejahatan dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi jiwa atau
kesehatan
Pasal 357 pada pemidanaan karena salah satu kejahatan tersebut pasal 353 dan 355
pencabutan hak tersebut pasal 35 np.1-4 dapat dijatuhkan. ketentuan dikembalikan kepada
delik delik:
Penganiayaan bersahaja (pasal 351 )
penganiayaan bersahaja berencana (pasal 353 )
penganiayaan berat( pasal 354 )atau
penganiayaan berat berencana( pasal 355)
sedangkan objeknya ditentukan secara khusus dan limitatif yaitu:ibuny, bapaknya menurut
perundangan, suami istri atau anaknya ataupun seorang pegawai negeri ketika atau karena
melaksanakan tugasnya yang sah.di lain pihak delik delik terus dikaitkan dengan sarana
tertentu yang
Rasio dari pemberatan maksimum ancaman pidana ini:untuk sub ke -1 adalah sebagai
previnsi khusus yang lebih intensif di satu pihak sedangkan dilain pihak adalah untuk
menjamin kelestarian dan kerukunan kekeluargaan. untuk tersebut sub ke -2 adalah agar
lebih terjamin alat alat negara atau pegawai negeri untuk melaksanakan tugasnya yang sah
di samping agar setiap warga menghormati para pegawai negeri yang menjalankan tugas
negara sedangkan untuk sub ke -3 ialah keterbahayaan dari tindakan itu sendiri karena
kalaupun seseorang selalu waswas terhadap serangan seseorang dia akan lebih sulit
menghadapi peracunan melalui makanan/minuman ataupun penyuntikan.
yang dimaksud dengan ibu di sini ada ibu menurut perundang undangan ataupun ibu
melahirkan
yang dimaksud dengan bapak hanya terbatas pada bapak menurut perundang undangan
dimaksud dengan suami atau istrinya ialah suami sendiri sebagai obyek jika istri bertindak
atau sebaliknya
yang dimaksud dengan anaknya ialah jika sipetindak seorang ibu maka anak tersebut
adalah anaknya menurut perundang undangan atau yang dilahirkan nya dan jika si pelaku
itu adalah Sang bapak maka anak atau objek tsb adalah anak menurut perundangan
yang dimaksud dengan pegawai negeri lihatlah penjelasan pada pasal 414
sedangkan yang dimaksud "dengan melaksanakan tugasnya yang sah"masalah penjelasan
pada pasal 212 jo 211 yang dimaksud dengan bahan yang berbahaya bagi jiwa atau
kesehatan adalah bahan bahan yang mengandung racun maupun bahan bahan yang sudah
membusuk
KARENA SALAHNYA MENYEBABKAN MATI ATAU LUKA ORANG LAIN
PASAL 359, 360, 361

Pasal 359 adalah merupakan “kebalikan” langsung dari pasal 338 untuk matinya seseorang
yang lain. Sedangkan pada pasal 360 merupakan “kebalikan” langsung dari pasal 351 untuk
lukanya seseorang. Artinya jika pada pasal 338 benar kehendaknya ditujukan untuk matinya
orang lain itu, maka pasal 359 harus masih dapat diarasakan bentuk yang lebih ringan dari
kehendak (dolus) itu yang di kealpaan (culpa). Demikian pula harus diartikan pada pasal 351
dalam perbandinganya dengan pasal 360.

Kata kata karena kealpaanya yang dipergunakan pada pasal 359 dan 360 ini sekaligus
berfungsi sebagai unsur kesalahanya yang berbentuk culpa dan unsur tindakanya yang
dapat terdiri / terjadi dari aneka ragam cara yang menyebabkan mati atau luka seseorang.
Yang dimaksud dengan kealpaan pada dasarnya ialah kekurang hati hati atau lalai,
kekurangan waspadaan, kesemberonoan atau keteledoran.
Undang Undang No. 1 Tahun 1960, maksimum ancaman pidana pada pasal 359 dan 360
adalah “sama juga dos” (persis sama), pada hal tingkatan akibatnya tidak sama.
Semula pasal 359 diancam dengan pidana penjara maksimum satu tahun atau kurungan
maksimum sembilan bulan, sedangkan pasal 360 tanpa ayar, semula diancam dengan pidana
penjara maksimum sembilan bulan atau kurungan maksimum enam bulan. Sedangkan alasan
mengapa ancaman pidana untuk pasal 359 sama dengang pasal 369 (1) ialah untuk memberi
kesempatan pada hakim agar mempertimbangkan dan menjatuhkan pidana yang lebih tepat.
PENYERTAAN PADA PENYERANGAN ATAU PENYERTAAN PADA PERKELAHIAN. PASAL
358
PASAL 358
Barangsiapa dengan sengaja turut campur dalam penyerangan atau perkelahian yang
dilakukan oleh beberapa orang, maka selain dari pada tanggungannya masing-masing bagi
perbuatan yang khusus, dihukum :
1. penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan, jika penyerangan atau perkelahian itu
hanya menjadikan ada orang mendapat luka berat saja.
2. penjara selama-lamanya empat tahun, jika penyerangan atau perkelahian itu menjadikan
ada orang mati.
Untuk dapat memidana pelaku dari kejahatan ini, dipersyaratkan bahwa penyerangan /
perkelahian itu harus mengakibatkan luka berat atau matinya seseirang yang turut
bergabung dalam perkalihan tersebut. Karenanya selain dari unsur unsur SKBT-WTK yang
harus dibuktikan, juga harus terbukti adanya orang luka / mati sebagai akibatnya, yang jika
tidak maka pasal ini tidak dapat diterapkan.

Subjek dari pasal ini sedikitnya harus ada tiga orang yang tersirat pada kata beberapa
orang (onder scheiden personen zijn gewikkeld). Karenanya logikanya jika beberapa orang
itu ditafsirkan hanya dua orang saja, yang berarti pada tiap pihak hanya ada satu orang
saja, maka jika salah seorang mati dapat dipastikan bahwa pihak yang lain itulah yang
melakukanya. Untuk itu pasal pembunuhan, penganiayaan, atau deul yang lebih tepat
diterapkan. Pasal ini justru menentukan bahwa setiap peserta atau yang tergabung dalam
perkelahian itu adalah subjek yang dipertanggungjawabkan pidana.

Pasal ini sering diterapkan justru karena kesukaran menentukan kepada siapa atau pihak
yang mana unsur kedengajaan itu berada, terutama dalam hal terjadi perkelahian.
Perbedaan antara penyerangan (aanval) dan perkelahian (vechterij) ialah
bahwa perkelahian, kehendak (dolus) untuk berkelahi itu dipandang ada
pada kedua belah pihak termasuk kepada yang menggabungkan (turut
serta), sedangkan penyerangan kehendak berada pada pihak yang
menyerang yang kemudian biasanya pihak yang diserang akan berusaha
mempertahankan diri. Namun jika serelah sekian saat dapat juga terjadi
berbaik keadaan, dimana tadinya ia sebagai pihak yang mempertahankan
diri menjadi pihak yang menyerang dan terjadilah perkelahian yang lebih
seru dan sudah dukar untuk menentukan di pihak mana sekrang
kehendak itu berada. Dalam hal ini pada kedua belah pidak dipandang
ada kehendak itu.
MENELANTARKAN ORANG PASAL 304 SD 309
Tidak semua perbuatan menelantarkan orang diangkat menjadi suatu
kejahatan, yang diangkat itu hanyalah jika seseorang (subjek) yang menurut
hukum yang berlaku baginya atau suatu perjanjian wajib memelihara
seseorang, tidak menjalankan kewajiban itu dan menempatkan seseorang
tersebut dalam bahaya.
PASAL 304
Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan orang dalam kesengsaraan,
sedang ia wajib memberi kehidupan, perawatan atau pemeliharaan pada orang itu karena
hukum yang berlaku atasnya atau karena menurut perjanjian, dihukum penjara selama-
lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500.-.
Subjeknya adalah barangsiapa. Namun subjek ini sangat terbatas, yaitu hanya yang wajib
memberi kehidupan, merawat, dan memelihara seseorang berdasarkan hukum yang berlaku
baginya atau berdasarkan suatu persetujuan/perjanjian.penggunaan rumusan berdasarkan
hukum yang berlaku baginya untuk Indonesia adalah sangat tepat., karena pada dasarnya
orang Indonesia masih menjunjung tinggi hukum adat.
PASAL 305
Barangsiapa menaruhkan anak yang dibawah umur tujuh tahun disuatu tempat supaya
dipungut oleh orang lain, atau dengan maksud akan terbebas dari pada pemeliharaan anak
itu, meninggalkannya, dihukum penjara sebanyak-banyaknya lima tahun enam bulan
Subjek adalah barangsiapa.
Berbeda dengan yang ditentukan pada pasal 304, barangsiapa disini tidak
seketat itu dibatasi. Siapa saja di sini dapat menjadi subjek dari tindakan :
membuang anak untuk diambil orang, kendati tidak ada kewajiban baginya
memelihara anak tersebut seperti dimaksud di pasal 304. Namun untuk
tindakan meninggalkan anak tersebut dengan maksud “untuk melepaskan
diri dari padanya” berarti telah ada hubungan antara subjek dengan anak itu
sebelumnya, kendati tidak diikat oleh suatu hukum atau persetujuan
sebelumnya. Misalnya subjek membawa seorang anak di bawah umur 7
tahun jalan jalan lalu meninggalkan anak itu untuk melepaskan diri dari
padanya. Atau subjek menemukan seorang anak di bawah umur 7 tahun di
jalanan. Lalu mengajaknya, namun kemudian ditanggalkan untuk melepaskan
diri dari padanya.
PASAL 306
1. Apabila salah satu perbuatan yang diterangkan dalam pasal 304 dan 305 itu menyebabkan
luka berat, maka sitersalah dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun enam bulan.
2. Apabila salah satu perbuatan ini menyebabkan orang mati, sitersalah itu dihukum penjara
selama-lamanya sembilan tahun
Dua ayat ini didahului dengan rumusan apabila. Ini bukanlah menunjukkan ciri dari syarat
pemidanaan, melainkan syarat pemberantasan ancaman pidana. yang dimaksud dengan
syarat pemidanaan ialah jika syarat itu tidak dipenuhi maka pemindaan tidak ada menurut
pasal itu. Yang dimaksud dengan luka berat, lihat uraian pada pasal 90. Perhatikan pula
bahwa luka berat atau mati itu bukan tujuan atau kehendak dari sipetindak.
PASAL 307
“Apabila sitersalah karena kejahatan yang diterangkan dalam pasal 305, adalah bapa atau
ibu dari anak itu, maka baginya hukuman yang ditentukan dalam pasal 305 dan 306 dapat
ditambah dengan sepertiganya”
Yang dimaksud dengan bapak atau ibunya disini harus disesuaikan dengan hukum adat yang
berlaku.
Bapak tiri atau ibu tiri yang menggantikan bapak atau ibunya yang sudah tidak ada, wajib
memelihara anak anak yang ditinggalkan terutama yang berusia di bawah tujuh tahun
tersebut.
PASAL 308
“Apabila ibu menaruh anaknya disuatu tempat supaya dipungut oleh orang lain tidak berapa
lama sesudah anak itu dilahirkan oleh karena takut akan diketahui orang ia melahirkan anak
atau dengan maksud akan terbebas dari pemeliharaan anak itu, meninggalkannya, maka
hukuman maksimum yang tersebut dalam pasal 305 dan 306 di- kurangi sehingga’
seperduanya”
Seperti juga diuraikan pada awal paragraf 118 dan uraian pada pasal 341 sampai 343 bahwa
“pengaruh ketakutan akan ketahuan bahwa ia melahirkan anak”, diterima sebagai hal
meringankan ketentuan ancaman pidana.
PASAL 309
Pada waktu menjatuhkan hukuman karena salah satu kejahatan yang diterangkan dalam
pasal 304-308, dapat dijatuhkan hukuman pencabutan hak yang tersebut dalam pasal 35
No.4 dapat dijatuhkan.
Pasal 309
Pada pemidanaan karena salah satu kejahatan tersebut pasal 304- 308, pencabutan hak
tersebut pasal 35 no. 4 dapat dijatuhkan, 24. Duel. Pasal 182 sd 186. Duel atau perkelahian
tanding atau perkelahian satu lawan satu seba- Indonesia jaman dahulu kala memang tidak
pernah terjadi. Namun sejak gaimana dalam sejarah di Eropa sering terjadi, di dalam
kehidupan bangsa. orang Barat menjajah Indonesia maka di Indonesia pun dikenal adanya
duel sekalipun sangat terbatas, terutama di lingkungan militer. Permainan anggar sebagai
suatu usaha bela-diri, latihan menembak adalah merupakan kegiatan militer, yang karenanya
dalam hal terjadi pertikaian dapat terjadi "duel" de ngan menggunakan pedang ataupun
dengan pistol. Kemudian permainan ang gar dan latihan menembak bukan monopoli militer
lagi. Di lingkungan masya- rakat kota terutama, dijadikan sebagai cabang olah raga.
Karenanya tidak aneh apabila di pasal 101 KUHPM, perbuatan menentang seorang atasan
untuk duel dijadikan sebagai suatu kejahatan.
Memperhatikan perkembangan "bela-diri" dewasa ini yang tidak hanya permainan anggar, seperti
pencak silat dengan/tanpa pisau, tinju, gulat, kara te, judo, kungfu dengan/tanpa doubble stick
dls, kiranya mudah difahami jika "bela-diri" ini dapat dijadikan sebagai suatu cara penyelesaian
pertikai- an terutama bagi mereka yang masih berdarah muda. Sudah barang tentu hal ini bukan
suatu penyelesaian yang baik. maka Selain dari pada itu semakin pesatnya perkembangan turis
dewasa ini, bahkan merupakan suatu sumber pemasukan uang untuk negara, tidaklah dapat
dicegah apabila ada orang Barat bertikai di Indonesia ini, yang kemudian dengan cara sendiri
(eigenrichting) menyelesaikan pertikaian tsb seperti di negeri mereka. Oleh karena itu, berbeda
dengan pendapat bahwa: "pasal 182-186 dipandang tidak perlu "(KUHP terjemahan Prof.
Moeliatno), vane didasarkan kepada pasal V Undang-Undang No. 1 Tahun 1946, penulis masih
memandang Tahun-1946 tsb. Dari ketentuan pasal V tsb yang digunakan adalah: Pe nya sebagai
dibutuhkan yang juga mendasari pasal V Undang-Undang No. I raturan hukum pidana, yang
sebahagian tidak dapat dijalankan atau tidak mempunyai arti lagi harus dianggap hagian
sementara tidak berlaku". Pandangan penulis untuk masih memberlakukannya kendati sejauh
mungkin disesuaikan dengan kebutuhan kita ialah: Bahwa di dalam kehidupan militer jika
menantang seorang atasan un- tuk duel tidak dilarang secara hukum pidana (yang nota bene tidak
dimungkinkan untuk penyelesaiannya secara hukum disiplin), maka wibawa seseorang atasan akan
hancur, terlebih-lebih jika ia tidak mau menerima tantangan itu.
Jika untuk menantang saja sudah harus dilarang, maka untuk duel itu sendiri tentunya harus
dilarang secara hukum pidana. Bahwa apabila ada orang asing melakukan duel di Indonesia,
maka adalah lebih tepat diterapkan pasal duel ini, karena sifatnya yang lebih ringan
dibandingkan dengan pembunuhan atau penganiayaan. Bahwa perkembangan olah raga
dewasa ini seperti telah diutarakan di atas, bukanlah suatu hal yang mustahil dijadikan
sebagai cara un- tuk "menyesaikan" suatu pertikaian.
Pasal 182
Penempatan pasal-pasal duel di BAB VI yang berarti setelah BAB yang mengatur tentang
kejahatan terhadap ketertiban umum, bukan setelah BAB lebih cenderung bersifat kejahatan
terhadap ketertiban umum dari pada Penganiayaan atau BAB Pembunuhan, mengindikasikan
bahwa kejahatan ini bersifat kejahatan penganiayaan atau pembunuhan. Pasal 182 Diancam
dengan pidana penjara maksimum sembilan bulan: ke-1 Barangsiapa menghasut seseorang
untuk melakukan penantangan untuk duel, atau untuk menerima suatu tantangan, jika
kemudian karenanya terjadi duel; ke-2 Barangsiapa dengan sengaja menyampaikan suatu
tantangan, jika ke- mudian terjadi duel.
Apabila si H menghasut si T agar ia menantang si X untuk berkelahi, maka H adalah subjek
(barangsiapa) dalam rangka penerapan sub ke-1. Jika si T mau dihasut maka biasanya ia
meminta S untuk menyampaikan tan- tangan itu kepada X. Maka untuk sub ke-2, S adalah
subjek (barangsiapa). Dpl, subjek untuk sub ke-1 adalah sipenghasut itu dan untuk sub ke-2
adalah si penyampai tantangan tsb. 524 Untuk sub ke-1, pada tindakan menghasut tersirat
kesengajaan, sedang- kan pada sub ke-2 dengan tegas dicantumkan. Dalam sejarahnya di
negara Barat, duel ini tidak dipandang bertentang- an dengan hukum, melainkan suatu
penyelesaian pertikaian secara "jantan" dan terhormat. Namun dalam perkembangannya
tidak dipandang sebagai penyelesaian terpuji, melainkan dipandang sebagai cenderung
mengganggu ketertiban. Tentunya bagi suatu negara yang cenderung menghendaki suatu
penyelesaian pertikaian secara musyawarah, maka tindakan duel adalah bertentangan
dengan kesadaran hukum masyarakat tersebut. Tindakan menghasut ialah mengutarakan
sesuatu kepada subjek sehing ga hatinya "tergelitik" (tergerak) dan marah, yang karenanya
melakukan penantangan kepada seseorang yang dimaksud untuk duel; atau karenanya
menerima tantangan dari seseorang lain tertentu. Tindakan pada sub ke-2 yaitu
menyampaikan tantangan. Lihat uraian di atas. Untuk dapat memidana subjek pada pasal ini,
harus terjadi duel.
Pasal 531
Barangsiapa yang pada saat menyaksikan seseorang berada dalam ke- adean bahaya maut,
mengabaikan untuk memberi atau mengusahakan per- tolongan, yang menurut perhitungan yang
wajar dapat ia berikan atau usaha- kan tanpa membahayakan diri sendiri atau orang lain, jika
kemudian beraki- bat matinya orang yang perlu ditolong itu, diancam dengan pidana kurungan
maksimum tiga bulan atau denda maksimum tiga ratus rupiah (x 15). Subjek adalah barangsiapa
dengan pembatasan ia hadir dan sadar pada waktu seseorang itu dalam keadaan bahaya maut
(unsur subjek dan waktu) dan tanpa membahayakan diri sendiri/orang lain. Dalam penerapan
pasal ini unsur dolus dan culpa disenafaskan yang merupakan ciri khas dari pelanggaran. Namun
dalam rangka menentukan berapa/apa pidana yang akan dijatuhkan harus diperbedakan antara
yang dilakukan dengan dolus dengan yang dilakukan dengan culpa. Unsur bmh dari tindakan ini
bersumber pada pengabaian ketentuan hukum yang berlaku secara umum di masyarakat yaitu:
Bahwa setiap orang berkewajiban untuk memberi atau mengusahakan pertolongan untuk penye-
lamatan seseorang. Tindakan mengabaikan memberi pertolongan berarti mengabaikan un- tuk
secara sepenuhnya dan secara aktif menolong sang korban. Sedangkan findakan mengabaikan
mengusahakan pertolongan berarti tidak mengusa- hakan sesuatu yang mungkin ia lakukan
seperti misalnya memanggil penguasa. atau orang lain untuk memberi pertolongan karena ia
misalnya tidak ber- kemampuan.
BAB XX TINDAK PIDANA TERHADAP KEMERDEKAAN PRIBADI SESEORANG. Tindak pidana
perampasan kemerdekaan yang akan dibahas di Bab ini pada dasarnya diatur pada BAB XVIII
KUHP.Perampasan itu meliputi: kemerdekaan, untuk bergerak atau pergi meninggalkan suatu
tempat, kemer- dekaan untuk melakukan sesuatu atau untuk tidak melakukan sesuatu.
Pasal 324
Barangsiapa dengan biaya sendiri atau biaya orang lain menjalankan per- seja menyertai salah
satu tindakan tersebut secara langsung atau tidak dagangan budak, melakukan suatu tindakan
perdagangan budak atau dengan hnung, diancam dengan pidana penjara maksimum dua belas
tahun.
Pasal 325 N (1) Barangsiapa selaku nahkoda berdinas atau melakukan dinas pada perdagangan
budak, atau menggunakannya untuk itu diancam dengan pi- suatu perahu, sedang diketahuinya
bahwa perahu itu diperuntukkan bagi dana penjara maksimum dua belas tahun. (2) Apabila
pengangkutan itu menyebabkan matinya seseorang budak atau lebih, maka nahkoda itu diancam
dengan pidana penjara maksimum lima belas tahun. Pasal 326
Barangsiapa yang berdinas sebagai anak buah pada suatu perahu, sedang diketahuinya bahwa
perahu itu diperuntukkan bagi perdagangan budak atau digunakan untuk itu, ataupun dengan
sukarela tetap berdinas di situ setelah mengetahui peruntukan atau penggunaan itu, diancam
dengan pidana penjara maksimum sembilan tahun.
Pasal 327
Barangsiapa dengan biaya sendiri atau biaya orang lain secara langsung atau tidak langsung turut
serta untuk menyewakan, memuat atau menang- Bang (asuransi) suatu perahu, sedang diketahui
bahwa perahu itu diperuntuk- kan bagi perdagangan budak, diancam dengan pidana penjara
maksimum de- lapan tahun. Kendati di pasal 115 RR (Regeeringsreglement, yang pada waktu itu
berfungsi sebagai "Undang-Undang Dasar" untuk negeri Jajahan Hindia Be- landa) telah
ditegaskan bahwa sejak tanggal 1 Januari 1860 perbudakan' di Indonesia ditiadakan, namun di
KUHP yang dibuat pada tahun 1905 masih di- Pandang perlu diatur kembali larangan tersebut
lebih terperinci dan untuk larangan perbudakan itu telah diatur di R.R., ini tidak berarti bahwa
dengan pelanggarnya diancamkan pidana.
Tindakan yang terlarang ada tiga macam yaitu :
a. Menjalankan perdagangan budak;
b. Melakukan tindakan perdagangan budak
c. Menyertai salah satu tindakan a atau b secara langsung atau tidak lang- sung.
Pasal 324-327
Jelas kiranya bahwa tersebut tindakan a atau b ditujukan kepada pelaku uta- Menjalankan
perdagangan budak berarti, ia benar-benar melakukan perda- manya, sedangkan tersebut c
ditujukan kepada pelaku-penyertanya. gangan itu.
Sedangkan melakukan tindakan perdagangan budak dimaksud- kan untuk semua tindakan yang
menjurus ke perdagangan budak. Selanjutnya yang dimaksudkan dengan perdagangan di sini,
termasuk juga Dpl dalam hal yang kedua ini tidak harus telah terjadi perdagangan budak..
walaupun hanya satu kali saja dijalankan.. Di pasal 325, ditentukan subjeknya barangsiapa namun
dibatasi dengan yang : 2. Berdinas selaku nakhoda atau b. Melakukan dinas selaku nakhoda.
Perbedaannya ialah, jika untuk tersebut a, seseorang itu telah mengetahui peruntukan perahu itu
sebelum ia berdinas, sedangkan untuk tersebut b, seseorang itu baru mengetahui setelah ia
berdinas di perahu itu.
Perhatikan- lah bahwa istilah yang digunakan adalah perahu yang berdasarkan Undang- Undang
No. 4 Tahun 1976 dapat (harus ?) dibaca dengan kendaraan air, Ini berarti bahwa perahu tersebut
tidak mesti telah mempunyai surat-su- rat sebagaimana dimaksudkan pada pasal 95 (pengertian
kapal). Selanjutnya perahu (termasuk juga kapal) yang dimaksud di sini, tidak harus yang semata-
mata digunakan untuk perdagangan budak. Unsur kesalahan di sini berbentuk kesengajaan yang
hanya meliputi pengetahuannya tentang peruntukan perahu itu yaitu untuk perdagangan budak
Mengenai unsur bmh, lihat ajaran bmh yang material yang dianut dalam penerapan hukum pidana.
Tindakan yang dilarang adalah : a. Berdinas selaku nakhoda atau b. Melakukan dinas selaku
nakhoda.
Penculikan. Pasal 328.
Pasal 328
Barangsiapa membawa pergi seseorang dari tempat kediamannya atau tempat tinggal-
sementaranya dengan maksud untuk menempatkan orang itu secara melawan hukum di
bawah kekuasaannya atau kekuasaan orang lain, atau untuk membuat dia dalam
keadaan sengsara, karena penculikan diancam dengan pidana penjara maksimum dua
belas tahun.
Subjeknya adalah barangsiapa. Lihat uraian pasal 2 sd 8.
Unsur kesalahan di sini berbentuk sengaja yang dapat disimpulkan dari kata
"membawa-pergi". Di sini "membawa-pergi" diartikan: bertentangan dengan kemauan
objek (korban). Dengan demikian berarti "membawa-pergi itu adalah kehendak dari
sipelaku. Unsur kesengajaan ini diperkuat dengan maksud dari sipelaku, kendati mak
sud di sini juga merupakan tujuan dari sepelaku yang tidak mesti harus sudah
terwujud.
Unsur bmh yang menjadi ciri utama dari perampasan kemerdekaan sebagai tindakan yang
diancam dengan pidana secara tegas dicantumkan untuk maksud sipelaku menempatkan si
korban di bawah suatu kekuasaan.
Tindakan terlarang yang dicantumkan adalah membawa-pergi seseorangdari tempat
kediamannya atau dari tempat-tinggal-sementaranya dengan maksud untuk:
1. Menempatkan seseorang itu secara bmh di bawah kekuasaannya atau kekuasaan orang
lain; atau
2. Membuat seseorang itu dalam keadaan sengsara.

Maksud untuk menempatkan seseorang secara bmh di bawah kekuasaan sendiri, berarti
tidak ada suatu ketentuan yang mengikat baik tertulis maupun tidak tertulis yang
membenarkan penempatan di bawah kekuasaan sendiri itu. Untuk hal ini perlu juga
diperhatikan hukum adat yang berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila.
Mengenai maksud untuk memouat seseorang dalam keadaan sengsara,
maka pengertian membuat di sini identik dengan yang disebutkan pada
pasal 304. Karenanya pengertiannya juga relatif, yaitu harus jauh lebih
rendah ke adaannya dari pada keadaan semula sebelum diculik. Bacalah
uraian pada pasal 304.

Maling anak (Kinder dieverij). Pasal 330, 331.


Pasal 330
(1) Barangsiapa dengan sengaja menarik seseorang yang belum cukup
umur dari kekuasaan yang menurut undang-undang ditentukan atas
dirinya atau dari pengawasan orang yang berwenang untuk itu, diancam
dengan pida na penjara maksimum tujuh tahun.
(2) Bilamana dalam hal ini dilakukan tipu muslihat, kekerasan atau ancaman kekerasan atau
bilamana anaknya belum berumur dua belas tahun, diancam dengan pidana penjara
maksimum sembilan tahun.
Bentuk kesalahannya adalah dengan sengaja yang mencakup seluruh un sur yang
mengikutinya yaitu tentang tindakannya sendiri, belum cukupnya umur dari objek dan
adanya kekuasaan terhadap anak tersebut menurut un dang-undang atau adanya
pengawasan terhadap anak itu dari seseorang yang berwenang.
Tindakan yang dilarang adalah menarik seseorang yang belum cukup umur dari kekuasaan
yang menurut undang-undang ditentukan atas diti anak tersebut atau dari pengawasan
orang yang berwenang terhadap anak itu.
Yang dimaksud dengan menarik di sini ialah melepaskan anak itu dari suatu kekuasaan yang
sah.
Di ayat kedua ditentukan ada empat hal yang memberatkan maksimum ancaman pidananya
yaitu:
a. Jika penarikan itu dilakukan dengan tipu muslihat,
b. Jika penarikan itu dilakukan dengan kekerasan,
c. Jika penarikan itu dilakukan dengan ancaman kekerasan, atau
d. Jika anak itu berumur di bawah dua belas tahun.
Yang dimaksud dengan tipu muslihat adalah suatu ucapan atau tindakan melambung yang
biasanya bernada kebohongan agar maksud sebenarnya dari sipenipu tidak diketahui oleh
yang ditipu.
Barangsiapa dengan sengaja menyembunyikan orang yang belum dewasa yang ditarik atau
menarik diri sendiri dari kekuasaan yang menurut undang andang ditentukan atas dirinya,
atau dari pengawasan yang berwenang untuk itu, ataupun dengan sengaja menariknya dari
penyidikan pejabat kehakiman atau kepolisian, diancam dengan pidana penjara maksimum
empat tahun, atau jika anak itu berumur di bawah dua belas tahun diancam dengan pidana
penjara maksimum tujuh tahun.
Unsur sengaja di sini mencakupi rumusan :
a. Menyembunyikan orangbelum dewasa (anak) yang di tarik atau menarik diri sendiri dari
kekuasaan yang menurut undang undang ditrntukan atas dirinya, atau dari pengawasan yang
berwenang untuk itu;
b. Menarik anak tersebut (menariknya) dari penyidikan pejabat kehakiman atau
kepolisian.
Dpl untuk tersebut a, sipelaku menyadari perbuatannya berupa menyembunyikan,
mengetahui bahwa orang yang disembunyikan itu belum dewasa dan bahwa orang itu
adalah yang telah ditarik oleh seseorang (Vide pasal 330) atau yang menarik diri
sendiri (melepaskan diri) dari suatu kekuasaan yang sah.
Tindakan yang dilarang di sini ada dua macam yaitu:
a. Menyembunyikan orang yang belum dewasa yang (telah) ditarik atau menarik diri
sendiri dari kekuasaan yang menurut undang-undang ditentu kan atas dirinya, atau
dari pengawasan yang berwenang untuk itu;
b. Menarik orang yang belum dewasa yang (telah) ditarik atau menarik diri sendiri dari
kekuasaan yang menurut undang-undang ditentukan atas diri nya, atau dari
pengawasan yang berwenang untuk itu, dari penyidikan pejabat kehakiman atau
kepolisian. Atau disingkat: "Menarik orang tersebut dari penyidikan".
Melarikan wanita (Schaking). Pasal 332.
Pasal 332
(1) Karena bersalah melarikan wanita diancam dengan pidana penjara :
ke-1, Maksimum tujuh tahun, barangsiapa membawa-pergi seseorang wanita yang
belum dewasa, tanpa dikehendaki orang tuanya atau walinya te tapi dengan
persetujuannya, dengan maksud untuk memastikan penguasaan terhadap wanita itu,
baik di dalam maupun di luar perkawinan.
ke-2, Maksimum sembilan tahun, barangsiapa membawa-pergi seseorang wa nita
dengan tipu muslihat, kekerasan atau ancaman kekerasan, dengan maksud untuk
memastikan penguasaannya terhadap wanita itu, baik di dalam maupun di luar
perkawinan.
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan
(3) Pengaduan dilakukan :
a. Jika wanita ketika dibawa-pergi belum dewasa, oleh dia sendiri, atau orang lain
yang harus memberi ijin bila dia kawin; b. Jika wanita ketika dibawa-pergi sudah
dewasa, oleh dia sendiri atau oleh suaminya.
(4) Jika yang membawa pergi (lalu) kawin dengan wanita yang dibawa-pergi dan terhadap
perkawinan itu berlaku aturan-aturan Burgerlijk Wet boek, maka tak dapat dijatuhkan
pidana sebelum perkawinan itu dinyatakan batal.
Yang dimaksud dengan melarikan wanita adalah suatu tindakan yang memenuhi rumusan
tersebut ayat 1 (kesatu atau yang kedua). Atau dengan singkat dapat dikatakan: "membawa-
pergi seseorang wanita da lam suatu keadaan tertentu dan dengan suatu maksud tertentu
pula". Dalam maksud tertentu ini harus tercakup/tersirat kehendak melakukan per
setubuhan dengan wanita yang dilarikan tersebut dan kehendak untuk me nguasai wanita
tersebut baik di dalam maupun di luar perkawinan.
Kendati dirumuskan subjeknya barangsiapa, namun ia adalah seseorang laki-laki atau
setidak-tidaknya ada seorang laki-laki sebagai pesertanya.
Unsur kesalahan di sini hanya dapat dibayangkan jika dilakukan dengan sengaja, karena ia
membawa pergi wanita itu pada:
ke-1: Tanpa dikehendaki orang tua atau wali dari wanita itu. Ini berarti bahwa justru
kehendak dari sipelaku itulah yang dilaksa nakan. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa
dicantumkannya se cara tegas "tanpa dikehendaki orang tuanya", ini berarti jika secara
tegas ada persetujuan (kehendak) dari orang tuanya tersebut, pasal ini tidak dapat
diterapkan. Dpl dalam hal ini tidak berlaku pepatah yang menyatakan: "Diam tanda se tuju".
ke-2 Dengan tipu muslihat, kekerasan atau ancaman kekerasan, yang me nunjukkan
kehendak yang lebih kuat lagi dari sipelaku.

Perampasan kemerdekaan. Pasal 333, 334.


Pasal 333
(1) Barangsiapa dengan sengaja dengan melawan hukum merampas kemerdekaan seseorang,
atau meneruskan perampasan kemerdekaan yang demikian, diancam dengan pidana penjara
maksimum delapan tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, maka sipetindak diancam dengan
pidana penjara maksimum sembilan tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara maksimum dua belas tahun.
(4) Pidana yang ditentukan dalam pasal ini diterapkan juga bagi orang yang dengan sengaja
dan melawan hukum memberi tempat untuk perampasan kemerdekaan.
Subjek di sini adalah barangsiapa. Bacalah uraian mengenai hal ini di Buku AHPP No. 86.
Namun dalam hal ada orang lain memberi tempat untuk perampasan kemerdekaan itu tidak
diterapkan pasal 56 di mana orang lain itu dipandang sebagai pembantu (penyertaan),
melainkan diatur secara tersendiri di ayat (4) dan merupakan suatu kejahatan tersendiri.
Bentuk kesalahannya adalah dengan sengaja yang juga mencakup sifat melawan hukum dari
tindakannya itu. Dpl si pelaku harus menge tahui bahwa tindakannya itu bertentangan
dengan hukum. Kesengajaan itu juga mencakup perbuatannya itu sendiri. Vide uraian pasal
189.
Pasal 334
(1) Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan seseorang dirampas kemerdekaannya
secara melawan hukum, atau diteruskannya perampasan kemerdekaan yang demikian,
diancam dengan pidana kurungan maksimum tiga bulan atau pidana denda maksimum tiga
ratus rupiah (×15)
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, maka yang bersalah diancam dengan
pidana kurungan maksimum sembilan bulan.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan maksimum satu tahun.
Kejahatan ini merupakan bentuk alpa dari pasal sebelumnya (pasal 333).
Juga di sini kealpaan sipelaku mencakup unsur bmh dan tindakan sipelaku
dan tindakannya itu sendiri. Lihatlah selanjutnya uraian pada pasal 333.
Pemaksaan Bertindak, Melalaikan atau Membiarkan
Pasal 335
(1) Diancam dengan pidana penjara maksimum satu tahun atau denda maksimum tiga ratus rupiah.
Ke-1, Barangsiapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan
atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan
yang tidak menyenangkan, atau dengan memakai ancaman kekerasan, sesuatu perbuatan lain
maupun perlakuan yang tidak menyenangkan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain;
Ke-2, Barangsiapa memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau mebiarkan
sesuatu dengan ancaman pencemaran atau pencemaran tertulis.
(2) Dalam hal sebagaimana dirumuskan dalam butir 2, kejahatan hanya dituntut atas
pengaduan orang yang terkena.
Pada ayat (1) sub ke-1 dengan tegas dicantumkan unsur bmh, sedangkan pada sub ke-2 tidak
dicantumkan. Ini tidak berarti bahwa sub ke-2 tidak dipersoalkan tentang bmh dari
tindakannya itu. Maksud pembuat undang-undang ialah bahwa pada dasarnya setiap orang
mengetahui bahwa pencemaran atau tertulis itu adalah bmh, bahkan dengan sendirinya
adalah bmh.
Cara memaksa ada dua macam yaitu:
a. Dengan kekerasan atau tindakan-nyata lainnya atau perlakuan yang tidak
menyenangkan.
b. Dengan ancaman kekerasan atau suatu tindakan nyata lainnya, atau perlakuan yang
tidak menyenangkan.
Suatu “tindakan-nyata” atau perlakuan yang tidak menyenangkan pada a maupun b,
masing-masing adalah yang mirip dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Jadi jika
kekerasan itu berupa tenaga badaiah yang ditujukan kepada sesorang atau benda
dengan intensitas tertentu, maka tindakan-nyata atau perlakuan yang tidak
menyenangkan itu bukan merupakan kekerasan, tetapi cenderung untuk digolongkan
kepadanya karena ia bukan sekedar hanya ycapan, tetapi merupakan tindakan yang
dapat dirasakan sebagai alat pemaksa untuk berbuat atau tidak berbuat.
​Kejahatan dalam pasal 335 ini dikatakan sudah sempurna terjadi, apabila sang objek
sudah merasa terpaksa melakukan yang dipaksakan oleh si pelaku. Untuk penerapan
pasal 335 (1) ke-2, harus selalu diingat bahwa untuk penuntutnya hanya dapat dilakukan
jika ada pengaduan dari yang terkena.
Pembatasan Kemerdekaan Dengan Kontrak
Pasal 329
“Barangsiapa dengan sengaja membawa seseorang yang mengikat diri untuk bekerja di
suatu tempat yang sudah ditentukan, secara melawan hukum ke suatu tempat lain, diancam
dengan pidana penjara maksimum tujuh tahun”. Yang diatur dipasal ini, titik beratnya
adalah untuk melindungi para karyawan”. Pasal ini timbul di KUHP, karena dahulu terjadi
penyelewengan dalam mempekerjakan buruh-buruh perkebunan khususnya yang dibawa ke
Sumatera dan Suriname.
Pengancaman Dengan Kejahatan
Pasal 336
(1) Diancam dengan pidana penjara maksimum dua tahun delapan bulan, baransiapa mengancam
dengan kekerasan terhadap orang atau barang secara terang-terangan dengan tenaga bersama,
dengan kejahatan yang menimbulkan bahaya umum bagi keamanan orang atau barang, dengan
perkosaan atau perbuatan yang melanggar kehormatan-kesusilaan, dengan sesuatu kejahatan
terhadap nyawa, dengan penganiayaan berat atau dengan pembakaran.
(2) Bilamana ancaman dilakukan secara tertulis dan dengan syarat tertentu, maka dikenakan
pidana penjara maksimum lima tahun.
Pasal 337
Dalam hal pemidanaan berdasarkan salah satu kejahatan dalam pasal 324-333 dan pasal 336
ayat kedua.
Di pasal 336 ada 7 jenis/golongan kejahatan yang diancam yaitu:
a. Dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap
orang atau barang.
b. Dengan suatu kejahatan yang menimbulkan bahaya umum bagi keamanan orang atau
barang.
c. Dengan perkosaan.
d. Dengan perbuatan yang melanggar kehormatan kesusilaan.
e. Dengan suatu kejahatan terhadap nyawa.
f. Dengan penganiayaan berat.
g. Dengan pembakaran.
BAB XXI
TINDAK PIDANA TERHADAP KEHORMATAN SESEORANG

Pembagian tindak pidana dalam sistematika ini yang titik-beratnya terletak pada objek yang
paling dirugikan yaitu: Tindak pidana terhadap negara, Tindak pidana terhadap masyarakat
dan Tindak pidana terhadap orang/pribadi, juga menyebabakan tersebarnya di bagian-
bagian tersebut pembahasan delik “penghinaan” atau delik yang diujukan terhadap suatu
kehormatan.
Penghinaan Kepada Orang/Pribadi Dalam Arti Umum
Penghinaan dalam bentuk dasar dapat dibagi 4 yaitu:
a. Pencemaran atau penistaan (smaad).
b. Pencemaran tertulis atau penistaan tertulis (smaadschrift).
c. Pemfitnahan atau fitnah (laster).
d. Penghinaan sederhana atau bersahaja.
Pasal 310
(1) Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan
menuduhkan suatu hal, yang maksdunya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam
karena pencemaran dengan pidana penjara maksimum sembilan bulan atau dendam
maksimum tiga ratus rupiah.
(2) Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan atau
ditempelkan secara terbuka (openjilik), maka diancam karena pencemaran tertulis dengan
pidana penjara maksimum satu tahun empat bulan atau pidana denda maksimum tiga ratus
rupiah.
(3) Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan
demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri.
Pasal 310 (1) Pencemaran
Subjeknya adalah barangsiapa. Unsur sengaja disini ditempatkan di depan. Berarti
mempengaruhi seluruh unsur (rumusan) yang mengikutinya. Namun perlu diperhatikan
bahwa dalam menerapkan pasal ini tidak perlu dipersoalkan apakah sipelaku juga
mengetahui atau bahkan menghendaki akibat dari pencemarannya itu.
Pasal 310 (2) ditentukan ada empat hal yang memberatkan maksimum ancaman pidananya yaitu:
a. Jika penarikan itu dilakukan dengan tipu muslihat.
b. Jika penarikan itu dilakukan dengan kekerasan.
c. Jika penarikan itu dilakukan dengan ancaman kekerasan.
d. Jika anak itu berumur di bawah dua belas tahun.

Pasal 331
Barang siapa dengan sengaja menyembunyikan orang yang belum dewasa yang ditarik atau
menarik diri sendiri dari kekuasaan yang menurut undang-undang ditentukan atas dirinya, atau
dari pengawasan yang berwenang untuk itu, ataupun dengan sengaja menariknya dari penyidikan
pejabat kehakiman atau kepolisian, diancam dengan pidana penjara maksimum empat tahun, atau
jika anak itu berumur di bawah dua belas tahun diancam dengan pidana penajra maksimum tujuh
tahun.
Unsur sengaja disini mencakupi rumusan:
a. Menyembunyikan orang belum dewasa (anak) yang ditarik atau menarik diri sendiri dari
kekuasaan yang menuru undanng-undang ditentukan atas dirinya, atau dari pengawasan yang
berwenang untuk itu;
b. Menarik anak tersebut (menariknya) dari penyidikan pejabat kehakiman atau kepolisian.
Pasal 321
(1) Barangsiapa menyiarkan (menyebarkan), ataupun secara terbuka (openjilik)
mempertunjukkan atau menempelkan suatu tulisan atau gambaran yang isinya menghina,
atau bagi yang sudah mati mencemarkan namanya, dengan maksud supaya isi tulisan atau
gambaran tersebut diketahui atau lebih diketahui oleh umum, diancam dengan pidana
penjara maksimum satu bula dua minggu atau pidana denda maksimum tiga ratus ribu
rupiah.
(2) Jika melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencahariannya, sedangkan ketika
itu belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan
serupa, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian tersebut.
(3) Kejahatan ini tidak dituntut kalau tidak ada pengaduan dari orang yang ditentukan pada
pasal 319 dan pasal 320 ayat kedua dan ketiga.
Delik ini termasuk delik-penyebaran (Verspreidings-misdrijven).
thankyou!

You might also like