You are on page 1of 16

KONSEP FIKIH DAN USHUL FIKIH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah: Fikih/Ushul Fikih
Dosen Pengampu: Ali Darta, MA

Disusun oleh:

Kelompok 1 Sem. II/IK1:


1. Emir Syarif Machfudz (0701212049)
2. Nur Hera Zabni (0701211004)
3. Nurhaliza Harahap (0701212046)

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUMATERA UTARA MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas nikmat dan karunia-Nya penulis bisa
menyelesaikan makalah dengan judul “KONSEP FIKIH DAN USHUL FIKIH” ini
tepat pada waktunya.Shalawat berangkaikan salam penulis ucapkan kepada
Rasulullah SAW yang telah menyelamatkan manusia dari keburukan dan kesalahan
dengan berita gembiranya.
Makalah yang berjudul “KONSEP FIKIH DAN USHUL FIKIH” dibuat untuk
melengkapi tugas mata kuliah Fikih/Ushul Fikih dengan Bapak Ali Darta, MA
sebagai dosen pengampu, kami berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
dan bermanfaat bagi kita semua. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Untuk
itu penulis memohon maaf terlebih dahulu apabila ada kata-kata yang salah dalam
pengucapan dan pengejaan.
Penulis mengharapkan kritik san saran bagi semua pembaca makalah ini,
sekiranya terdapat bagian yang kurang jelas untuk memperbaiki dan
menyempurnakan makalah agar bisa membuat makalah kedeoannya lebih baik lagi.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih dan selamat membaca.

Medan, 12 Maret 2022


Penulis

KONSEP FIKIH DAN USHUL FIKIH


Disusun oleh: Emir Syarif Machfudz

ABSTRAK
Allah Swt. Menciptakan berbagai makhluk salah satunya adalah manusia.
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah mempunyai nafsu. Disitulah setiap
manusia diuji kesabaran dan keimanannya agar Allah bisa membalas setiap
perbuatan manusia selama hidup di dunia. Dalam kitab suci al-Qur’an Allah dengan
tegas menyampaikan tujuannya menciptakan manusia adalah untuk beribadah
kepada-Nya dan menjadi khalifah di muka bumi.
Islam adalah agama yang dianut untuk menyembah Allah, dalam hal ini
Rasulullah Muhammad SAW sebagai pembawa berita bahagia tentang kebenaran,
membawa manusia kejalan yang benar yaitu jalan Allah Swt. lewat agama Islam.
Di dalam al-Qur’an terdapat berbagai hal termasuk ilmu di dunia maupun di
akhirat. Setiap manusia pasti ada kesalahan dalam menjalani hidup untuk itu Islam
sebagai agama rahmatan lil’alamin meluruskan dan berusaha merubah segalanya
dengan aturan-aturan yang ditetapkan Allah Swt. lewat al-Qur’an.
Rasulullah SAW selama hidupnya membahas semua persoalan hukum
manusia dalam hidup bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan sang
penciptanya yaitu Allah Swt. Maka dari itu setelah wafatnya Rasulullah SAW
manusia tidak bisa bertanya lagi namun manusia bisa mempelajari hukum Islam
yang dikumpulkan dari berbagai perawi atau pendengar berita yang mendengarkan
semua yang diberitahu Rasulullah SAW selama hidupnya. Setelah itu, banyak para
sahabat Rasul ikut mengumpulkan semua informasi dan membahas serta
mengkajinya di majelis ilmu. Dan mencari tau mana informasi dari Rasulullah yang
benar maupun yang salah.
Di makalah ini penulis ingin menjelaskan konsep fiqih dan ushul fiqih.
Singkatnya fiqih adalah suatu hukum Islam sedangkan ushul fiqih adalah ilmu yang
membahas tenang cara menetapkan suatu hukum Islam.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kajian tentang agama Islam pada dasarnya membicarakan dua hal pokok.
Pertama, tentang apa yang harus diyakini umat Islam dalam kehidupannya.
Pengetahuan tentang hal ini kemudian berkembang menjadi Ilmu Syariah.

Ilmu syariah itu pada dasarnya mengandung dua hal pokok. Pertama, tentang
materi perangkat ketentuan yang harus dilakukan seorang muslim dalam usaha
mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Perangkat materi
tersebut, secara mudahnya, disebut Fiqh. Kedua, tentang cara, usaha, dan
ketentuannya dalam menghasilkan materi fikih tersebut. Hal yang kedua ini,
secara mudahnya, disebut Ushul Fikih. Dengan demikian, ushul fikih merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ilmu pengetahuan agama Islam. Ushul
fikih dipelajari selain dengan mempelajari fikih dan diajarkan sejalan dengan
pelajaran fikih.1

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Fikih dan Ushul Fikih?


2. Apa hubungan antara Fikih dan Ushul Fikih?
3. Apa tujuan dan urgensi mempelajari Fikih dan Ushul Fikih?
4. Apa saja ruang lingkup Fikih dan Ushul Fikih?

1
Amir Syarifuddin, USHUL FIQIH (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hlm.viii
K o n se p F ikih d a n U sh u l F ikih
C. Kerangka Teori

Pengertian Fikih dan Ushul


Fikih

Hubungan Fikih dan Ushul


Fikih

Tujuan dan Urgensi


Mempelajari Fikih dan
Ushul Fikih

Ruang Lingkup Fikih dan


Ushul Fikih

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fikih dan Ushul Fikih

1. Pengertian Fikih
Secara etimologi, fiqh berasal dari kata faqqaha yufaqqhihu fiqhan
yang berarti pemahaman. Pemahaman sebagaimana dimaksud di sini adalah
pemahaman tentang agama Islam. Dengan demikian fiqh menunjuk pada arti
memahami agam Islam secara utuh dan komprehensif.2
2
Noor Harisudin, Pengantar Ilmu Fiqih, (Surabaya: CV. Salsabila Putra Pratama,
2019), hlm 1. Dalam Wahbah az-Zuhally, Ushul Fiqh al-Islamy, Jilid I, (Beirut: Dar
al-Fikr),29.
Asal kata tersebut juga digunakan Alquran dalam surah at-Taubah (9):
122 yang berbunyi:

Sumber Gambar: Nurhayati dan Ali Imran Sinaga, Fiqh dan Ushul
Fiqh, (Jakarta: Prenada Media Group, 2018), hlm 1.3

Secara definitif, fiqh berarti “Ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang


bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili”.
Dalam sefinisi ini fiqh diibaratkan dengan ilmu karena fiqh itu semacam ilmu
pengetahuan. Memang fiqh itu tidak sama dengan ilmu seperti disebutkan di
atas, fiqh itu bersifat zhanni seperti paham. Fiqih adalah apa yang dapat
dicapai oleh mujtahid dengan zhan-nya, sedangkan ilmu tidak bersifat zhanni
seperti fiqh. Namun karena zhan dalam fiqh ini kuat, maka ia mendekati
kepada ilmu; karenanya dalam definisi ini ilmu digunakan juga untuk fiqh.4

3
Nurhayati dan Ali Imran Sinaga, Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2018), hal. 1. Dalam Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
(Surabaya: Pustaka Agung Harapan, 2006), hal. 277
4
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid I, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hal. 3
Dapat disimpulkan disini bahwa fiqh secara singkat adalah ilmu
tentang hukum-hukum Islam yang ditemukan dari dalil-dalil seperti Alquran
dan Hadis.

2. Pengertian Ushul Fikih


Ushul fiqh merupakan gabungan dari dua kata, yakni ushul dan kata
fiqh. Kata ushul merupakan jamak dari kata ashl. Kata ushul secara etimologis
mempunyai art: berakar, berasal, pangkal, asal, seumber, pokok, induk, pusat,
asas, dasar, semula, asli, kaidah, dan silsilah.5 Ushul fiqh adalah ilmu
pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang membawa kepada usaha
merumuskan hukum dari dalil-dalil yang terperinci. 6 Dalam artian sederhana
ushul fiqh adalah kaidah-kaidah yang menjelaskan cara-cara mengeluarkan
hukum dari dalil-dalilnya.7
Menurut Abdul Hamid Hakim ushul fiqh adalah dalil fiqh secara
global, seperti ucapan para ulama: suatu yang dikatakan sebagai perintah
adalah menandakan sebuah kewajiban, suatu yang dikatakan sebagai larangan
adalah menandakan sebuah keharaman, dan suatu yang dikatakan sebagai
perbuatan Nabi Muhammad SAW, ijmak (kesepakatan) dan qiyas (analogi)
adalah sebuah hujjah (alasan, tanda, bukti, dalil).8
Berdasarkan penjelasan di atas, karenanya ushul fiqh juga dikatakan
sebagai kumpulan kaidah atau metode yang menjelaskan kepada ahli hukum
5
Nurhayati dan Ali Imran Sinaga, Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2019), hal. 3. Dalam Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir,
(Yogyakarta: Ponpes al-Munawwir Krafyak, 1983), h. 29-30.
6
Nurhayati dan Ali Imran Sinaga, Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2019), hal. 3. Dalam Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-dasar
Pembinaan Hukum Fiqih Islami, (Bandung: Al-Ma’arif, 1986), h. 17.
7
Nurhayati dan Ali Imran Sinaga, Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2019), hal. 3
8
Moh. Bahrudin, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandar Lampung: Penerbit Anugrah Utama
Raharja, 2019), hlm. 6. Dalam Abdul Hamid Hakim, Mabadi Awwaliyah Fi Ushul al-
Fiqhi wa al-Qawa’id al-Fiqhiyyah, (Jakarta: Maktabah Sa’adiyah Putra, t.t.), hlm. 6.
Islam tentang cara menetapkan, mengeluarkan atau mengambil hukum dalil-
dalil syarak, yakni Alquran dan Hadis Nabi atau dalil-dalil yang disepakati
para ulama.9
Bisa disimpulkan disini bahwa ushul fiqh adalah ilmu bagaimana cara
menetapkan hukum Islam yang diambil dari dalil-dalil syarak yakni Al-
Qur’an dan Hadis.

B. Hubungan Fikih dan Ushul Fikih

Dari uraian yang cukup panjang tentang pembahasan fiqh dan ushul fiqh
pada subbahasan sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka dapat diketahui
secara jelas bahwa ushul fiqh adalah ilmu yang memiliki ciri khas yang
membedakannya dengan fiqh. Perbedaan ini dapat dilihat dalam poin-poin berikut
ini.
a. Dilihat dari objek pembahasannya, ilmu ushul fiqh membahas tentang
kaidah-kaidah yang bersifat umum (kulli) dan hukum yang bersifat umum.
Adapun yang menjadi objek pembahasan ilmu fiqh adalah dalil yang
bersifat juz’i (tetap), sehingga menghasilkan hukum juz’i pula yang
berhubungan dengan pebuatan mukalaf (terikat dengan syariat).
b. Dilihat dari tujuan yang hendak dicapai, ushul fiqh bertujuan untuk dapat
menerapkan kaidah-kaidah yang bersifat kulli (umum) terhadap nas-nas
(ayat-ayat) syariat sedangkan ilmu fiqh bertujuan untuk menerapkan
hukum syariat terhadap perbuatan dan ucapan mukalaf.
c. Ushul fiqh merupakan dasar pijakan bagi ilmu fiqh, sedangkan fiqh
merupakan hasil/produk dari ushul fiqh. Dengan kata lain dari ushul fiqh
akan melahirkan fiqh.
9
Moh. Bahrudin, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandar Lampung: Penerbit Anugrah Utama
Raharja, 2019), hlm. 6.
d. Dilihat dari sifatnya, ushul fiqh lebih bersifat kebahasaan (teoretis)
sedangkan fiqh lebih bersifat praktis.10

Jika dilihat dari sumber lain, sebagimana telah dijelaskan sebelumnya


bahwa fiqh adalah ilmu yang membahas tentang hukum-hukum praktis yang
penetapannya diupayakan melalui pemahaman yang mendalam terhadap dalil-
dalil syarak yang terperinci (tafshili). Sedangkan ushul fiqh adalah ilmu tentang
kaidah-kaidah dan pembahasan-pembahasan yang dijadikan sarana untuk
menemukan hukum-hukum syarak mengenai suatu perbuatan dari dalil-dalilnya
yang spesifik. Dengan demikian maka dapat diketahui perbedaan antara ilmu fiqh
dengan ilmu ushul fiqh. Ilmu fiqh berbicara tentang hukum dari aspek perbuatan,
sedangkan ilmu ushul fiqh berbicara tentang metode dan proses bagaimana
menemukan hukum.11

Dilihat dari sudut aplikasinya, fiqh akan menjawab pertanyaan “apa hukum
suatu perbuatan”, sedangkan ushul fiqh akan menjawab pertanyaan “bagaimana
cara menemukan atau proses penemuan hukum yang digunakan”. Dengan kata
lain, fiqh lebih bercorak produk, sedangkan ushul fiqh lebih bercorak
metodologis. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa fiqh merupakan koleksi
produk hukum, sedangkan ushul fiqh merupakan koleksi metodologis yang
sangat diperlukan untuk meproduk hukum.12

Dapat dilihat dari sini, hubungan fiqh dan ushul fiqh merupakan hubungan
simbiosis mutualisme. Dimana fiqh yang merupakan suatu produknya dan ushul
fiqh merupakan alat untuk menghasilkan produknya yaitu fiqh. Jika tidak ada
fiqh maka ushul fiqh tidak ada begitupun sebaliknya.

10
Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017), hal. 9-10.
11
Moh. Bahrudin, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandar Lampung: Penerbit Anugrah Utama
Raharja, 2019), hal.10.
12
Moh. Bahrudin, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandar Lampung: Penerbit Anugrah Utama
Raharja, 2019), hal.10. Dalam Alaiddin Koto, Ilmu Ushul, hal. 4-5.
C. Tujuan dan Urgensi Mempelajari Fikih dan Ushul Fikih

1. Tujuan Mempelajari Fikih dan Ushul Fikih

Tujuan yang akan dicapai ilmu fiqh ialah penerapan hukum syariat
pada semua amal perbuatan manusia. Ilmu fiqh merupakan tempat
pengembalian seorang qadhi/hakim dalam memutuskan perkara, seorang
mufti (orang yang berwenang memutuskan fatwa) dalam memberikan fatwa
dan setiap orang mukalaf (terikat dengan syariat) dalam mengetahui hukum-
hukum syariat pada segala tindak dan tutur katanya.13

Menurut al-Khudhari Beik dalam kitab ushul fiqhnya, tujuan memelajari


ilmu ushul fiqh adalah sebagai berikut:
a. Mengemukakan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang
mujtahid, agar mampu menggali hukum syarak secara tepat.
b. Sebagai acuan dalam menentukan dan menetapkan hukum syarak
melalui metode yang dikembangkan oleh para mujtahid, sehingga
dapat memecahkan berbagai persoalan baru yang muncul.
c. Memelihara agama dari penyimpangan penyalahgunaan sumber dan
dalil hukum. Ushul fiqh menjadi tolak ukur validitas kebenaran sebuah
ijtihad.
d. Mengetahui keunggulan dan kelemahan para mujtahid, dilihat dari
dalil yang mereka gunakan.
e. Mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu pendapat sejakan dengan
dalil yang digunakan dalam berijtihad, sehingga para pemerhati hukum

Nurhayati dan Ali Imran Sinaga, Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenadamedia
13

Group, 2019), hal. 4.


Islam dapat melakukan seleksi salah satu dalil atau pendapat tersebut
dengan menggunakan pendapatnya.14

2. Urgensi Mempelajari Fikih dan Ushul Fikih


Ulama merupakan pewaris Nabi dalam hal mengajarkan nilai-nilai dan
ajaran-ajaran agama Islam. Ulama memiliki skill dan bakat dalam memahami
pesan-pesan Allah SWT dalam Alquran dan pesan-pesan Nabi Muhammad
SAW dalam sunnahnya. Salah satu keahlian atau skill tersebut adalah
kemampuan mereka memahami, menganalisis, dan memberikan konklusi
terhadap hukum-hukum di dalam ushul fiqh dan fiqh. Ushul fiqh dan fiqh
merupakan hasil daya nalar ulama atau fuqaha dalam menganalisis dalil-dalil
dan peristiwa-peristiwa yang muncul secara bersamaan. Keberadaan ushul
fiqh dan fiqh sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
menyesuaikan diri dengan kondisi zaman mereka. Jika ushul fiqh dan fiqh
tidak ada, maka mukalaf sangat sulit memenuhi perintah dan menjauhi
larangan Allah SWT bahkan beribadah dengan sempurna. Ketaatan dan
ketakwaan akan segera muncul dengan menyikapi fiqh dengan baik.15
Kehadiran sains dan teknologi tidak hanya dapat membantu dan
membuat kehidupan manusia menjadi mudah, tetapi juga membawa masalah-
masalah baru yang memerlukan penanganan serius oleh para ahli dengan
berbagai bidangnya. Penggunaan produk-produk teknologi maju atau
pergeseran nilai-nilai sosial sebagai konsekuensi logis proses modernisasi,
langsung atau tidak langsung telah pula membawa pengaruh yang cukup

14
Moh. Bahrudin, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandar Lampung: Penerbit Anugrah Utama
Raharja, 2019), hal.8. Dalam Muhammad al-Hudhari Beik, Ushul Fiqh, (Beirut: Dar
al-Fikr, 1988), hal. 17.
15
Nurhayati dan Ali Imran Sinaga, Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2019), hal. 6.
signifikan terhadap praktik-praktik keagamaan. Hal ini antara lain terlihat di
sekitar tradisi perkawinan, kewarisan dan bahkan ibadat sekalipun.16
Sebagai contoh, dalam permasalahan pernikahan, ditemui kasus-kasus
baru-baru ini semasa pandemic covid 19 dimana banyak masyarakat yang
terkena dampaknya tidak bisa berjumpa untuk melaksanakan akad pernikahan,
dan mereka menggantinya dengan akad lewat aplikasi bernama ZOOM atau
aplikasi lainnya yaitu Google Meet. Di sinilah oeran ulama ushul atau fukaha
dan para cendekiawan agar mereka mampu mengamalkan ilmunya dengan
memecahkan kasus yang cukup rumit tersebut dengan dalil-dalil Alquran dan
Hadis sebagai pedoman mereka dalam menentukan suatu keputusan. Mereka
dituntut untuk mencari kepastian itu dengan mengkaji dan meneliti nilai-nilai
yang terkandung di dalam Alquran dan Sunnah secara cermat dan teliti
dengan alat yang digunakan yaitu ilmu ushul fiqh.

D. Ruang Lingkup Fikih dan Ushul Fikih

1. Ruang Lingkup Fikih


Perbuatan mukallaf yang menjadi objek kajian fiqh dibagi kedalam
dua kategori, yaitu: pertama, perbuatan mukallaf yang berhubungan dengan
Allah dan yang kedua, perbuatan mukallaf yang berhubungan dengan
sesamanya.17
Hasbi Ash-Shiddieqy membagi ruang lingkup kajian fiqh muamalah
sebagai berikut:

16
Moh. Bahrudin, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandar Lampung: Penerbit Anugrah Utama
Raharja, 2019), hal. 9. Dalam Alaiddin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (Sebuah
Pengantar) Cet. Ke-3 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 11.
17
Ali Sodiqin, Fiqh Ushul Fiqh: Sejarah, Metodologi dan Implementasinya di
Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit Beranda Publishing, 2012), hal. 49-50.
a. Al-Ahwal al-Syakhsiyyah, yaitu maslah yang berkaitan dengan urusan
kekeluargaan, seperti: pernikahan, talak, rujuk, hadhanah (pengasuhan
anak), waris, wasiat, wakaf, dan lain-lain.
b. Muamalah Madiyah, yaitu masalah yang berkaitan dengan urusan
kebendaan, seperti: masalah kepemilikan, hak dan kewajiban terhadap
benda, jual beli (al-buyu’), sewa menyewa (Ijarah), hutang piutang
(‘ariyah), gadai (rahn), akad, syirkah, dan sebagainya.
c. Muamalah Maliyah, yaitu masalah yang berhubungan dengan keuangan
seperti Baitul Mal, harta benda negara dan pengurusannya.
d. Jinayah wal ‘Uqubat, yaitu masalah yang berhubungan dengan hukum
pidana atau hukum publik beserta sanksi bagi pelanggarnya. Termasuk
dalam masalah ini adalah: perzinaan, menuduh zina (qazaf), pencurian,
pembunuhan (qisas-diyat), dan sebagainya.
e. Ahkam al-Murafa’at, yaitu masalah yang berhubungan dengan hukum
acara peradilan atau tatacara penyelesaian perkara di pengadilan,
misalnya: gugatan, saksi, sumpah, pembuktian, dan lain-lain.
f. Ahkam as-Sultaniyyah, yaitu masalah yang berhubungan dengan masalah
politik pemerintahan. Istilah lain yang sering dipakai adalah siyasah, yang
meliputi: persyaratan kepala negara, hak dan kewajiban penguasa, hak dan
kewajiban rakyat, prinsip pengambilan keputusan, dan lain-lain.
g. Ahkam ad-Duwaliyah, yaitu masalah yang berhubungan dengan perjanjian
bilateral atau multilateral antar negara, yang menyangkut: hukum perang,
tawanan perang, rampasan perang, hukum perdamaian, pajak jizyah,
hubungan dengan ahl zimmy dan sebagainya.18

2. Ruang Lingkup Ushul Fikih

18
Ali Sodiqin, Fiqh Ushul Fiqh: Sejarah, Metodologi dan Implementasinya di
Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit Beranda Publishing, 2012), hal. 51. Dalam Hasbi
As-Shiddieqy, Pengantar Hukum I, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hal. 46-47.
Bertitik tolak dari definisi ushul fiqh yang disebutkan di atas, maka
bahasan pokok ushul fiqh itu adalah tentang:
a. Dalil-dalil atau hukum syara’
b. Hukum-hukum syara’ yang terkandung dalam dalil itu
c. Kaidah-kaidah tentang usaha dan cara mengeluarkan hukum syara’ dan
dalil atau sumber yang mengandungnya.19

KESIMPULAN

Fiqh secara singkat adalah ilmu tentang hukum-hukum Islam yang ditemukan
dari dalil-dalil seperti Alquran dan Hadis. Sedangkan ushul fiqh adalah ilmu
bagaimana cara menetapkan hukum Islam yang diambil dari dalil-dalil syarak yakni
Al-Qur’an dan Hadis. Dengan demikian maka dapat diketahui perbedaan antara ilmu
fiqh dengan ilmu ushul fiqh. Ilmu fiqh berbicara tentang hukum dari aspek perbuatan,
sedangkan ilmu ushul fiqh berbicara tentang metode dan proses bagaimana
menemukan hukum.

Dapat dilihat dari sini, hubungan fiqh dan ushul fiqh merupakan hubungan
simbiosis mutualisme. Dimana fiqh yang merupakan suatu produknya dan ushul fiqh
merupakan alat untuk menghasilkan produknya yaitu fiqh. Jika tidak ada fiqh maka
ushul fiqh tidak ada begitupun sebaliknya.

Tujuan yang akan dicapai ilmu fiqh ialah penerapan hukum syariat pada
semua amal perbuatan manusia. Sedangkan ushul fiqh ialah untuk menentukan suatu
hukum syariat.

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid I, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hal.
19

49.
Ruang lingkup fiqh adalah Al-Ahwal al-Syakhsiyyah, Muamalah Madiyah,
Muamalah Maliyah, Jinayah wal ‘Uqubat, Ahkam al-Murafa’at, Ahkam as-
Sultaniyyah, Ahkam ad-Duwaliyah. Sedangkan ruang lingkup ushul fiqh adalah dalil-
dalil atau hukum syara’, hukum-hukum syara’ yang terkandung dalam dalil itu,
kaidah-kaidah tentang usaha dan cara mengeluarkan hukum syara’ dan dalil atau
sunber yang mengandungnya.

DAFTAR PUSTAKA

Noor Harisudin, Pengantar Ilmu Fiqih, Surabaya: CV. Salsabila Putra Pratama, 2019.

Wahbah az-Zuhally, Ushul Fiqh al-Islamy, Jilid I, Beirut: Dar al-Fikr.

Nurhayati dan Ali Imran Sinaga, Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta: Prenada Media
Group, 2018.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya: Pustaka Agung


Harapan, 2006.

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid I, Jakarta: Prenada Media Group, 2011.

Moh. Bahrudin, Ilmu Ushul Fiqh, Bandar Lampung: Penerbit Anugrah Utama
Raharja, 2019.

Muhammad al-Hudhari Beik, Ushul Fiqh, Beirut: Dar al-Fikr, 1988.

Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, Yogyakarta: Ponpes al-Munawwir


Krafyak, 1983.

Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqih Islami,


Bandung: Al-Ma’arif, 1986.
Abdul Hamid Hakim, Mabadi Awwaliyah Fi Ushul al-Fiqhi wa al-Qawa’id al-
Fiqhiyyah, Jakarta: Maktabah Sa’adiyah Putra, t.t.

Ali Sodiqin, Fiqh Ushul Fiqh: Sejarah, Metodologi dan Implementasinya di


Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Beranda Publishing, 2012.

Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, 2017.

Hasbi As-Shiddieqy, Pengantar Hukum I, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

Alaiddin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (Sebuah Pengantar) Cet. Ke-3 (akarta: Raja
Grafindo Persada, 2004.

You might also like