You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Visi masa depan organisasi Kementerian Agama yaitu menjadikan
Manusia yang Taat Beragama, Rukun, Cerdas, Mandiri Dan Sejahtera Lahir Batin
sehingga dapat mewujudkan tujuan dari Kementerian Agama itu sendiri yaitu
Terwujudnya Masyarakat Indonesia Yang Taat Beragama, Maju, Sejahtera Dan
Cerdas Serta Saling Menghormati Antar Pemeluk Agama Dalam Kehidupan
Bermasyarakat, Berbangsa Dan Bernegara Dalam Wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Apa yang muncul dalam benak ketika berbicara soal Pemimpin ?
Pemimpin adalah ketika kedudukan kita berada pada level teratas (Ketua Umum,
Manager, Direktur ??) jawabannya adalah tidak demikian. Menjadi seorang
Pemimpin adalah ketika kita mampu memipin diri kita sendiri (Mulai dari diri
sendiri) berkaitan dengan berbagai potensi yang ada dalam diri individu untuk
membuat mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Contohnya salah satu sifat
Pemimpin adalah Kejujuran. Itu merupakan potensi yang sangat baik dalam diri
sesorang. Jika kita ingin Orang lain atau organisasi tahu dan percaya kita adalah
seorang yang jujur maka kita harus percaya diri juga untuk menunjukan bahwa
kita adalah orang yang jujur dalam melakukan tugas dan tanggung jawab. Dari
diri kita orang lain dapat belajar (proses mempengaruhi atau menjadi cermin bagi
orang lain) untuk menjadi pribadi yang jujur.
Lalu siapakah pemimpin itu? Pemimpin menurut Henry Pratt Faiechild
dalam Kartini Kartono (1994:33) adalah ialah seorang yang dengan jalan
memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir
atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan
posisi. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang
membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan
akseptansi/ penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya. Pemimpin
pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan
segala yang terbaik dalam diri para bawahannya.
Bagaimana dengan kepemimpinan ? Kepemimpinan adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain, diperlukan untuk menggerakkan potensi dalam
mencapai tujuan, berawal dari visi masa depan organisasi yang dinyatakan dengan
jelas denganposisi pemimpin itu adalah inti dari manajemen. Kepemimpinan yang
diharapkan adalah adanya keseimbangan antara tugas dan orientasi pada perhatian
terhadap staf, sebab sehebatapapun pimpinan harus didukung oleh staf yang
kapabel yang digerakkan untuk mencapai kesuksesan team dengan memberikan
kepercayaan penuh menggunakan metode pengawasan yang efektif, luwes dan
manusiawi, hal ini sangat penting untuk mentransformasikan perubahan dalam
situasi kompleksitas permasalahanyang rumit dan jelimet di era globalisasi ini.
Tantangan dalam sebuah kepemimpinan adalah bagaimana menyadap
kemampuan yang ada, baik dalam level kelompok maupun pribadi. Seorang
pemimpin merupakan perantara, seorang pemimpin tidaklah cukup hanya
mengilhami para karyawannya saja namun juga harus mengilhami para para
pelanggannya. Selanjutnya apapun akan dapat diwujudkan. Memahami kondisi
kehidupan organisasi sebagaimana diuraikan di atas, maka tidaklah berlebihan
apabila dikatakan bahwa pada hakikatnya kehidupan organisasi penuh dinamik,
ragam tantangan, kondusip tetapi juga mengandung cekaman –stress. Oleh karena
itu, kita perlu mengenal potensi kita, agar kita dapat mengatasi problem yang ada.
Dengan demikian jelaslah bahwa pemimpin dilingkungan Kementerian Agama itu
secara person harus mampu mengatur, membimbing, menggerakkan inspirasi,
memandu terhadap orang lain, mau memobilisasi orang lain atau pengikut dan
berorientasi pada tujuan. Serta mampu memahami hal-hal dasar seputar stress
sehingga dapat mengenali, mencegah dan menangani stress di dirinya.

B. DESKRIPSI SINGKAT
Modul Mata Diklat “Pengembangan Potensi Diri” bagi Kepala Kantor
Kementerian Agama ini merupakan pengembangan dan aplikatif modul pada
kediklatan kepemimpinan tingkat III dan IV. membahas hal-hal yang terkait
dengan Kompetensi Kepala Kantor Kementerian Agama berupa Konsep Dasar
Pengembangan Kepala Kantor Kementerian Agama yang terdiri dari Pengertian
Potensi Diri, Jenis-jenis Potensi Diri dan Manfaat Pengembangan Potensi Diri
C. TUJUAN
1. Kompetensi Dasar
Setelah proses pembelajaran maka peserta diharapkan mampu menjelaskan
Konsep Dasar Pengembangan Kepala Kantor Kementerian Agama.
2. Indikator
a. Menjelaskan Pengertian potensi diri
b. Menyebutkan jenis-jenis potensi diri
c. Menjelaskan manfaat pengembangan potensi diri Kantor Kementerian
Agama

D. MATERI
Mengacu pada tujuan diatas, materi Mata Diklat Pengembangan Potensi Diri yaitu
:
a. Menjelaskan Pengertian potensi diri
b. Menyebutkan jenis-jenis potensi diri
c. Menjelaskan manfaat pengembangan potensi diri Kantor Kementerian
Agama
BAB II
POTENSI DIRI

INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini peserta diharapkan dapat :
1. Menjelaskan Pengertian potensi diri
2. Menyebutkan jenis-jenis potensi diri
3. Menjelaskan manfaat pengembangan potensi diri Kantor Kementerian
Agama

A. POTENSI DIRI
Pengenalan terhadap diri sendiri merupakan prioritas utama seorang pimpinan.
Hal ini sesuai dengan kata bijak : Kenalilah dirimu sendiri sebelum mengenal
orang lain.
Pernyataan :
Dedi berpotensi menjadi Pejabat Eselon 2. Rani berpotensi menjadi Pejabat
Eselon 3
Wahyu berpotensi menjadi Pejabat Eselon 4.
Apa arti kata “POTENSI” dari kalimat tersebut ?
Potensi dalam pengertian tersebut adalah kekuatan atau daya yang dimiliki
oleh seseorang, baik yang belum teraktualisasi maupun sudah teraktualisasi
namun belum optimal. Potensi berasal dari bahasa Inggris “to potent” yang berarti
kekuatan (powerful), daya, kekuatan, kemampuan. Setiap individu pada
hakekatnya memiliki suatu potensi yang dapat dikembangkan, baik secara
individu maupun kelompok melalui latihan-latihan.
Prof DR.Buchori Zainun, MPA yang disebut potensi adalah Daya atau
kekuatan baik yang sudah teraktualisasi tetapi belum optimal maupun belum
teraktualiasasi. Daya tersebut dapat bersifat positif yang berupa kekuatan (power),
yang bersifat negatif berupa kelemahan (weakness). Dalam pengembangan
potensi diri yang dikembangkan adalah yang positif, sedangkan yang negatif
justru harus dicegah dan dihambat agar tidak berkembang. Potensi-potensi
tersebut merupakan salah satu pembeda antara individu yang satu dengan individu
yang lain. Istilah lain potensi adalah kemampuan, kekuatan, kesanggupan atau
daya baik sudah terwujud atau belum terwujud. Menurut kamus umum Bahasa
Indonesia potensi berarti kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan.
Lalu bagaimanakah dengan orang yang potensial? Potensial (potential)
dicirikan dengan adanya potensi, memiliki kemampuan laten untuk melakukan
sesuatu atau untuk bertingkah laku dengan cara tertentu, khususnya dengan cara
yang mencakup laten atau bakat pembawaan atau intelligensi (JP Chaplin : Kamus
Lengkap Psiklogi:2004). Menurut Slamet Wiyono (2006:38) potensi diri manusia
secara utuh adalah keseluruhan badan atau tubuh manusia sebagai suatu sistem
yang sempurna dan paling sempurna bila dibandingkan dengan sistem makhluk
ciptaan Allah lainnya.
Penghargaan mengenai diri akan menentukan bagaimana individu akan
bertindak dalam hidup. Apabila seorang individu berpikir bahwa dirinya bisa,
maka individu tersebut cenderung sukses, dan bila individu tersebut berpikir
bahwa dirinya gagal, maka dirinya telah menyiapkan diri untuk gagal. Jadi bisa
dikatakan bahwa potensi diri merupakan bagian diri yang mempengaruhi setiap
aspek pengalaman, baik itu pikiran, perasaan, persepsi dan tingkah laku individu
(Calhoun & Acoccle, 1990).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa potensi diri merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
pengintegrasian kepribadian, memotivasi tingkah laku sehingga pada akhirnya
akan tercapai kesehatan mental. Potensi diri dapat didefinisikan sebagai gambaran
yang ada pada diri individu yang berisikan tentang bagaimana individu melihat
dirinya sendiri sebagai pribadi yang disebut dengan pengetahuan diri, bagaimana
individu merasa atas dirinya yang merupakan penilaian diri sendiri serta
bagaimana individu menginginkan diri sendiri sebagai manusia yang diharapkan.
Keberhasilan hidup pada umumnya dimulai dengan mengenal potensi diri
yang dimilikinya. Potensi diri yang ada pada manusia, dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Lingkungan abiotik, biotik, dan sosial turut membentuk dan
memungkinkan seseorang untuk mengembangkan potensi dirinya. Ketiga
lingkungan tersebut saling terkait satu dengan yang lain sehingga sulit untuk
dipisahkan. Keterkaitan ini sebagai mata rantai yang sulit untuk diputuskan karena
saling mempengaruhi. Salah satu contoh yang nyata untuk lingkungan abiotik
adalah perkembangan teknologi. Dulu seseorang hanya bisa menggunakan alat
transportasi yang menggunakan hewan sebagai “lokomotif”nya. Tetapi
perkembangan teknologi menunjukkan bahwa manusia mampu menggunakan
potensi yang dimilikinya sehingga tercipta sebuah alat transportasi yang tidak
menggunakan hewan. Selain itu, perkembangan teknologi memungkinkan
manusia mengembangkan potensi dirinya dengan berbagai aktivitas yang
produktif. Jika dulu jarak tempuh antara Surabaya dan Jakarta memerlukan waktu
yang cukup lama, berhari-hari bahkan beberapa bulan untuk menempuhnya.
Sehingga kemungkinan pengembangan diri yang dilakukan seringkali di batasi
secara geografis.
Dengan adanya kemajuan teknologi sangat memungkinkan pengembangan
potensi diri tanpa ada batasan geografis. Dengan demikian, potensi tersebut masih
dapat berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi Berkaitan dengan
lingkungan biotik, dalam hal ini dibatasi pada human environment, sangat
memungkinkan munculnya tantangan baru. Tantangan tersebut dapat memacu
seseorang untuk menggali dan mengembangkan potensi diri yang dimilikinya.
Dengan melihat orang lain sebagai “cermin” diri sering memicu dan memacu
seseorang untuk mengikuti jejak-jejak keberhasilan orang lain. Tetapi dalam
kondisi tertentu, bisa berdampak yang sebaliknya. Keberhasilan orang lain justru
mematahkan semangat penggalian potensi diri seseorang. Umumnya kondisi ini
tercipta ketika ada persaingan yang tidak baik. Sebaliknya, kegagalan seseorang
juga sering menjadi hambatan dalam pengembangan potensi diri. Hal ini terjadi
ketika lingkungan sekitar tidak memberikan respon yang baik. Sehingga terjadi
penghambatan penggalian “potensi diri” khususnya pada potensi kelompok
Lingkungan ketiga yang berkaitan dengan kehidupan manusia adalah
lingkungan sosial. Pada lingkungan sosial ini manusia berinteraksi satu dengan
yang lain, sehingga potensi yang dimiliki dapat dikembangkan atau tidak.
Batasan-batasan norma dapat menyebabkan seseorang tidak mampu menggali
potensi diri yang dimilikinya. Perkembangan budaya menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang cukup signifikan antara norma dengan pengembangan potensi
diri. Perkembangan ilmu pengetahuan, Menunjukkan pengaruh budaya terhadap
pengembangan diri seseorang. Pada masanya, teori heliosentris dan sebagainya
yang pernah dikemukakan oleh Copernicus maupun Galileo-Galilei dianggap
sebagai penghujatan pada waktunya. Budaya pada waktu itu sangat tidak
memungkinkan adanya pencetusan gagasan atau teori tersebut. Pengembangan
potensi diri sangat dipengaruhi oleh berbagai lingkungan sekitar yang ada. Tetapi
potensi diri tersebut sangat unik setiap individu atau kelompok yang ada,sehingga
tidak dapat dilakukan generalisasi antar generasi.

B. JENIS-JENIS POTENSI DIRI


Pemimpin yang profesional tentu akan selalu mengembangkan organisasi
yang dipimpinnya sesuai dengan visi dan misi organisasi. Kendala yang dialami
adalah banyak yang mau atau sudah menjadi pemimpin tetapi merasa sulit karena
merasa diri kurang dalam berbagai aspek untuk membangun diri dan juga
organsasi yang dipimpinnya. Oleh karena itu pemahaman tentang potensi diri dan
potensi staf sangat diperlukan. Di samping itu pemimpin harus mampu memahami
potensi staf dan potensi organisasi agar organisasi yang dipimpinnya efektif dan
efisien. Mengapa? Karena Pemimpin adalah seseorang yang mampu
memberdayakan sumberdaya manusia dan sumberdaya lain dalam organisasi
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Fuad Nashori (2003: 89) manusia memiliki beragam potensi
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Potensi Berfikir
Manusia memiliki potensi berfikir. Seringkali Allah menyuruh
manusia untuk berfikir. Logikanya orang hanya disuruh berfikir karena
ia memiliki potensi berfikir. Maka, dapat dikatakan bahwa setiap
manusia memiliki potensi untuk belajar informasi-informasi baru,
menghubungkan berbagai informasi, serta menghasilkan pemikiran
baru.
2. Potensi Emosi
Potensi yang lain adalah potensi dalam bidang afeksi/emosi. Setiap
manusia memilki potensi cita rasa, yang dengannya manusia dapat
memahami orang lain, memahami suara alam, ingin mencintai dan
dicintai, memperhatikan dan diperhatikan, menghargai dan dihargai,
cenderung kepada keindahan
3. Potensi Fisik
Adakalanya manusia memilki potensi yang luar biasa untuk membuat
gerakan fisik yang efektif dan efisien serta memiliki kekuatan fisik
yang tangguh. Orang yang berbakat dalam bidang fisik mampu
mempelajari olah raga dengan cepat dan selalu menunjukkan
permainan yang baik.
4. Potensi Sosial
Pemilik potensi sosial yang besar memiliki kapasitas menyesuaikan
diri dan mempengaruhi orang lain. Kemampuan menyesuaikan diri dan
mempengaruhi orang lain didasari kemampuan belajarnya, baik dalam
dataran pengetahuan maupun ketrampilan

Guna mewujutkan kepemimpinan yang baik maka seorang pemimpin perlu


menggunakan seluruh potensi yang dimiliki yaitu potensi fisik, potensi kecerdasan
emosi, potensi kecerdasan intelligence, potensi kecerdasan spiritual dan potensi
ketahanan malangan.

1. Potensi Fisik
Irma Suryati seorang penyandang cacat yang sukses. Irma
Suryati mengalami kelumpuhan saat usia 4 tahun akibat polio. Kehidupannya
menuju usia dewasa adalah kisah panjang yang penuh perjuangan. Irma yang
bersuamikan Agus Priyanto, yang juga penyandang cacat kaki, telah membuktikan
bahwa seburam-buram harapan, selalu ada celah yang bisa membawa berkah dan
peluang di masa depan. Irma membangun usaha kerajinan keset dengan modal
kain-kain sisa. Usaha mereka kini sudah sampai ekspor ke beberapa negara, dan
mereka kini memiliki 2.500 pengrajin dan 150 diantaranya adalah penyandang
cacat. Irma telah menerima banyak penghargaan, antara lain Wirausahawati Muda
Teladan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (2007), Perempuan Berprestasi
2008 dari Bupati Kebumen (2008), dan Penghargaan dari Jaiki Jepang, khusus
untuk orang cacat. Irma juga pernah menanggung sinisme dan cibiran oleh orang-
orang yang melihat usaha itu dengan sebelah mata, apalagi ketika mereka melihat
kaki Irma yang cacat, tapi Irma tak patah semangat. Hasilnya pun mulai tampak.
Ia berhasil mengajak beberapa ibu rumah tangga belajar membuat keset. Ketika
sudah terampil, mereka mendapat pasokan bahan baku dan mesin jahit dari Irma.
Saat masyarakat mulai menyadari tentang manfaat keterampilan yang diberikan
Irma, minat menjadi pembuat keset pun tak terbendung. Irma membuat koperasi
simpan pinjam pada 2003 untuk menampung kegiatan ekonomi 1.600 pembuat
keset hasil binaannya. Omzet bulanan dari usaha Keset Kaki dari kain perca Irma
bisa mencapai Rp 40-50 juta.
Potensi fisik yang dimiliki memang tidak sempurna, namun irma mampu
mengembangkan potensi fisik yang lain. Bagaimana dengan anda ? Sudahkah
anda mampu mengembangkan potensi fisik anda agar lebih bermanfaat? Lalu
apakah potensi fisik itu? Dan bagaimanakah mengembangkannya ?
Potensi fisik (psychomotoric) adalah organ fisik manusia yang dapat
dipergunakan dan diberdayakan untuk berbagai kepentingan pemenuhan
kebutuhan hidup. Setiap potensi fisik yang dimiliki manusia mempunyai fungsi
sendiri-sendiri. Misalnya: kaki untuk berjalan, mulut untuk berbicara, telinga
untuk mendengar dan lainsebagainya. Menurut Mulyaningtyas & Hadiyanto
(2007: 90-91) Potensi fisik atau kecerdasan fisik adalah masalah yang
menyangkut kekuatan dan kebugaran otot sekaligus kekuatan dan kebugaran otak
dan mental. Orang yang seimbang fisik dan mentalnya memiliki tubuh yang ideal
serta otak yang cerdas. Kecerdasan fisik atau PQ (physical Quotient) juga
dianggap sebagai dasar dari elemen IQ (Intellegence Quotient).
Potensi fisik merupakan potensi yang dimiliki individu yang berkaitan
dengan aspek fisiknya. Potensi fisik merupakan wadah untuk memanifestasikan
potensi IQ, EI (Emotional Intelligence) ,SI (spiritual Intelegence) dan AI
(Adversity Intelligence). Manusia memilki potensi yang luar biasa untuk membuat
gerakan fisik yang efektif dan efisien serta memiliki kekuatan fisik yang tangguh.
Orang yang berbakat dalam bidang fisik mampu mempelajari olah raga dengan
cepat dan selalu menunjukkan permainan yang baik. Oleh karena itu potensi fisik
seseorang perlu dipelihara secara efektif. Pemeliharaan ini mencakup pola makan
yang seimbang, istirahat dan relaksasi yang memadai dan berolahraga secara
teratur. Sebagai pemimpin perubahan perlukah memelihara potensi fisik tersebut ?
Tentu saja sangat diperlukan agar dapat mampu menyeimbangkan dengan potensi-
potensi yang lain. Anda bisa membayangkan apabila salah satu potensi fisik anda
terganggu. Apakah yang Saudara rasakan ? Tentunya Saudara akan merasa
terganggu dan potensi tersebut akan berpengaruh terhadap potensi-potensi yang
lain, meskipun tidak menutup kemungkinan ada beberapa orang yang potensi
fisiknya tidak bagus tetapi sukses. Salah satu potensi terkait dengan potensi fisik
adalah potensi otak yang merupakan organ yang sangat vital dalam diri seseorang.

2. Potensi Kecerdasan Intelektual


Istilah lain dari potensi ini adalah Intelegensia Quotient (IQ), ahli lain
menyebutkan potensi ini adalah potensi berfikir yakni kecerdasan dengan
kemampuan potensi manusia dalam mempelajari sesuatu dengan alat-alat
berfikirnya. Kecerdasan ini bisa diketahui atau diukur dengan kekuatan verbal dan
logika yang ditunjukkan oleh seseorang. Potensi ini berfungsi untuk memecahkan
masalah-masalah yang sifatnya koqnitif, antara lain menganalisis masalah,
membuat perencanaan, membuat karya ilmiah/karya tulis dan lain sebagainya. IQ
bersifat genetik dalam artian lebih banyak dipengaruhi oleh faktor bakat daripada
lingkungan, namun dalam pengomtimalannya sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Adapun aspek-aspek IQ antara lain taraf kecerdasan, daya
nalar/logika berfikir, daya mengingat, daya antisipasi, kemampuan memahami
konsep bahasa, kemampuan memahami konsep hitungan, kemampuan analisa
sintesa, daya baying ruang dan kreatifitas. Profesor DR Howard Gardnerdalam
bukunya “Multi Intelegence”mengatakan bahwa potensi ini diklasifikasikan ke
dalam tiga jenis potensi yakni potensi matematik, potensi lingguistik, potensi
visual/spatial.
Peningkatan potensi ini dapat dilakukan melalui pendidikan yang
berkesinambungan, pengasahan dan perluasan fikiran yang terus menerus.
Disamping itu juga melalui kegiatan pembiasaan pembuatan jurnal, menulis dan
lain sebagainya.
Apakah potensi ini diperlukan untuk mengembangkan potensi kreatif dan
inovatif pemimpin? Tentunya diperlukan bukan? Kapan potensi ini anda gunakan
dalam membuat inovasi-inovasi dalam organisasi? Saat anda melakukan diagnosis
organisasi tentunya anda akan menggunakan potensi kecerdasan intelligensi anda.
Dalam melaksanakan diagnosis areal berubahan anda dituntut untuk cermat, teliti,
menggunakan data dengan benar, menganalisis dengan benar. Semua ini adalah
potensi kecerdasan Intelligensi. Demikian juga saat anda membuat rancangan
proyek perubahan dan membuat proposal proyek perubahan. Anda perlu membuat
berdasarkan data, analisa dan menyajikan secara sistimatis. Potensi-potensi inilah
merupakan bagian dari potensi keecerdasan intelligensi. Namun dmikian tidak
menutup kemungkinan menggunakan kecerdasan yang lainya. Potensi kecerdasan
ini juga diperlukan dalam menyajikan proyek perubahan serta meyakinkan proyek
perubahan kepada stakeholder juga memerlukan potensi ini, meskipun tidak
menutup kemungkinan menggunakan potensi yang lain.

3. Potensi Kecerdasan Emosional


Potensi lain adalah potensi dalam bidang afeksi/emosi. Kata ―emosi‖
sering dikonotasikan negatif, benarkah demikian ? Coba amati bayi mungil di
sekitar anda, bagaimanakah perasaan anda melihat bayi tersebut? Setujukah anda
bahwa anda merasa senang, gemes, bahagia, bangga, ingin memeluk dan lain
sebagainya. Hal-hal inilah merupakan perwujudan emosi positif. Lalu bandingkan
dengan foto anak yang terkena busung lapar, bagaimanakah perasaan anda?
Setujukah anda bahwa anda merasa kasihan, ngeri, kecewa, marah dan lain-lain
emosi yang tidak mengenakan? Stimulus pertama menghasilkan emosi positif,
sedangkan emosi ke dua menghasilkan emosi negatif. Mengapa? Lalu apakah
yang dimaksud dengan kecerdasan emosi itu? Mengapa emosi perlu dikelola dan
bagimanakah ciri-ciri orang yang cerdas secara emosi?
Ditinjau dari etimologinya kata "emosi" diturunkan dari kata bahasa
Prancis, émotion, dari émouvoir, 'kegembiraan' dari bahasa Latin emovere, dari e-
(varian eks-) 'luar' dan movere 'bergerak' memberi arti bergerak keluar,
menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Sedangkan menurut Oxford English Dictionary yang dimaksud dengan emosi
adalah ―setiap kegiatan atau pengolahan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan
mental yang hebat dan meluap-luap‖. Sedangkan menurut Prof DR Sarlito
Wirawan Sarwono mengatakan bahwa yang disebut dengan emosi adalah sisi lain
dari kepribadian yang diwujutkan dalam perasaan/affect yang positif maupun
negatif dan ditampilkan dalam berbagai perilaku seperti senyum, tawa teriak,
tangis, agresi dan lain sebagainya. Menurut Descrates tahun l596-l650
mengatakan bahwa pada dasarnya dalam diri setiap manusia terdapat 6 (enam)
emosi dasar yaitu : Joy (senang), Sorrow( sedih), Love (Cinta), Desire (hasrat),
Rage (marah), Wonder ( kagum). Lalu apakah yang dimaksud dengan Emotional
Intelligence ? (kecerdasan Emosi).
Kajian tentang emosi telah banyak dibahas sejak William James (1842-
1910) yang terkenal dengan Teori James-Lange yaitu sebuah teori yang
menjelaskan hubungan antara perubahan fisiologis dengan keadaan-keadaan
emosional. Namun sebelum William James juga ada seorang filsuf berbangsa
Denmark mengemukakan bahwa emosi adalah identik dengan perubahan-
perubahan dalam sistem peredaran darah. Pendapat ini dikembangkan oleh
William James. Kajian mendalam tentang kecerdasan emosi pertama kali
merupakan gagasan Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari
University of New Hampshire pada tahun 1990. Istilah ini untuk menerangkan
kualitas-kualitas emosional yang penting bagi keberhasilan. Kualitas-kualitas
tersebut meliputi empati, mengungkapkan dan memahami perasaan,
mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai,
kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanan,
keramahan dan sikap hormat. Istilah tersebut mulai popular berkat buku best-
seller Daniel Coleman pada tahun 1995 ―Emotional Intellegence‖.
Daniel Goleman (1997) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
kecerdasan emosional adalah kemampuan mengelola perasaan sehingga
terekpresikan secara tepat dan efektif yang memungkinkan orang bekerjasama
dengan lancar menuju sasaran bersama. Lebih lanjut Lawrence E. Shapiro ,PhD,
mengatakan bahwa kecerdasan emosional bukanlah didasarkan pada kepintaran
seseorang anak, melainkan pada seseatu yang dulu disebut karakteristik pribadi
atau ‖karakter‖ . Dengan kata lain kecerdasan emosi adalah ketrampilan sosial dan
ketrampilan emosional. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa orang yang cerdas, secara emosi apabila yang bersangkutan
memiliki kecakapan pribadi dan kecakapan social. Kecakapan pribadi dalam
artian kecakapan mengelola diri sendiri yang meliputi aspek kesadaran diri. Yang
dimaksud dengan kesadaran diri dalam artian (1) mengetahui kondisi diri sendiri
termasuk kelebihan dan kelemahannya; (2) kesadaran emosinya; (3) penilaian diri
sendiri secara teliti serta rasa; (4) percaya diri. Aspek pengaturan diri meliputi (1)
mengelola kondisi impuls dan sumber daya diri; (2) pengendalian diri; (3) dapat
dipercaya; (4) kewaspadaan serta kemampuan melakukan adaptasi secara
maksimal serta kemampuan melaksanakan inovasi-inovasi.
Adapun aspek kemampuan memotivasi diri dimaksudkan untuk
memudahkan dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan sehingga
akan mendorong prestasi, komitmen pribadi, inisiatif serta optimisme pribadi.
Sedangkan kecakapan social dalam artian kecakapan mengelola hubungan dengan
orang lain secara intens dan berkesinambungan. Kegiatan ini meliputi aspek
kemampuan mempengaruhi orang lain berkomunikasi secara efektif, memimpin
organisasi dengan baik, katalisator perubahan, kemampuan mengelola konflik,
kemampuan berkolaborasi serta keterampilan dalam membina tim yang efektif.
Pemimpin yang kreatif dan inovatif harus mampu mengelola ke dua aspek
tersebut untuk memantapkan kompetensinya serta mengembangkan potensi yang
ada dalam dirinya. Kapan potensi ini anda gunakan? Mulai mengidentifikasi
perlunya perubahan dalam organisasi, meyakinkan pada stake holder, membuat
inovasi-inovasi dalam organisasi. Dalam setiap tahapan dalam membuat inovasi
diperlukan kecerdasan emosi. Sebagai contoh proyek perubahan anda tidak akan
terealisaikan dengan optimal apabila anda tidak mampu memotivasi orang-orang
yang terlibat dalam melaksanakan proyek perubahan anda. Dimikian juga
ketrampilan sosial sangat diperlukan dalam membangun jejaring kerja untuk
mewujudkan proyek perubahan anda. Kemampuan memotivasi, ketrampilan sosial
dan membangun jejaring kerja merupakan bagian dari variabel kecerdasan emosi.

4. Potensi Kecerdasan Spiritual


Dimensi spiritual seseorang merupakan titik sentral pribadinya, merupakan
komitmen individual terhadap sistem nilainya, yang menjadi dasar/ landasan yang
kuat bagi seorang pemimpin adanya kekuatan spiritual dalam dirinya yang dapat
mengendalikan emosinya. Dimensi ini merupakan sumber spiritual yang
mengangkat semangat seseorang dan mengikatnya pada kebenaran tanpa waktu.
Setiap orang berbeda cara mengembangkannya. Dimensi spiritual sering disebut
dengan spiritual Intelegence (SI). Spiritual Intelligence merupakan kecerdasan
yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan di
luar ego, atau jiwa sadar (bukan hanya mengetahui nilai tetapi juga menemukan
nilai (Danah Zohar).
Lebih lanjut dikatakan oleh Sinetar bahwa kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan yang mendapat inspirasi, dorongan dan efektivitas yang terinspirasi
Theis-ness (Penghayatan Ketuhanan). Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
manusia yang paling tinggi. Pokok dari SQ adalah kemampuan seseorang untuk
memahami keberadaan Tuhan, memahami hakikat diri secara utuh, hakikat dibalik
realitas, membedakan yang benar dan yang salah serta kemampuan memaknai
bahwa kehadiran kita entah profesi atau status kita mampu membuat orang lain
merasa dihargai dan mempunyai penghargaan (Mulyaningtyas & Hadiyanto,
2007). Ingat bahwa dalam membuat inovasi-inovasi anda perlu memperhatikan
hati nurani anda. Dalam membuat inovasi sering melakukan ATM (Amati, Tiru,
Modifikasi). Dalam melakukan modivikasi perlu menghargai karya orang,
lembaga lain yang karyanya kita modivikasikan.

5. Potensi Kecerdasan Ketahan Malangan


Potensi ketahan malangan( adversity Quetient-AQ) dikembangkan oleh
Paul G.Stoltz yang dituangkan dalam bukunya ―Adversity Quotient‖. AQ
merupakan potensi kecerdasan manusia yang bertumpu pada bagian dalam diri
kita yang berhubungan dengan keuletan, ketangguhan dan daya juang tinggi. AQ
merupakan salah satu faktor spesifik sukses seseorang karena mampu merespon
berbagai kesulitan dengan baik. Dengan AQ, berarti seseorang telah mampu
mengubah rintangan menjadi peluang. Ketahanmalangan (adversity quotient)
sebagai ukuran Pengenalan Potensi Diritentang bagaimana seseorang
memersepsikan tantangan-tantangan,dan seberapa tahan mereka menghadapi
tantangan-tantangan tersebut. Menurut Stoltz (2000:8), suksesnya pekerjaan dan
hidup terutama ditentukan oleh Adversity Quotient (AQ) berakar pada bagaimana
kita merasakan dan menghubungkan dengan tantangan-tantangan yang
dihadapinya. Orang yang memiliki AQ lebih tinggi tidak menyalahkan pihak lain
atas kemunduran yang terjadi dan mereka bertanggung jawab untuk
menyelesaikan masalah. Ia selalu belajar dari kesalahan dan mengambil sisi
positif dari setiap kejadian. Orang yang memiliki AI tinggi berani mengambil
resiko yang diperhitungkan. Potensi ini sangat diperluan pemimpin perubahan
dalam membuat inovasi-inovasi di unit organisasinya (Welles, 2000:2).
AQ mempunyai tiga bentuk (Stoltz, 2000:9) yaitu (1) AQ sebagai suatu
kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua
jenis kesuksesan, (2) merupakan suatu ukuran untuk mengetahui respon terhadap
kesulitan, dan (3) merupakan serangkaian peralatan dasar yang memiliki dasar
ilmiah untuk memperbaiki respon terhadap kesulitan. Agar kesuksesan menjadi
nyata maka Stoltz (2003:9) berpendapat bahwa gabungan dari ketiga unsur di atas
yaitu pengetahuan baru, tolak ukur, dan peralatan yang praktis merupakan sebuah
kesatuan yang lengkap untuk memahami dan memperbaiki komponen dasar
meraih sukses. Demikian juga kesusesan dalam memciptakan kreativitas dan
inovasi sangat dibutuhkan Menurut Nelson, ketahanmalangan menggambarkan
suatu ketahanan fisik, mental, spritual untuk mengatasi perubahan yang cepat.
Juga merupakan ukuran dari kemauan seseorang untuk menguasai kemalangan,
mereka dapat menguasai kemalangan dengan baik akan menjadi pemimpin
sekarang dan masa depan. Selanjutnya Stoltz menyebutkan, situasi yang sulit
tidak menciptakan halangan-halangan yang tidak dapat di atasi.
Setiap kesulitan merupakan tantangan, setiap tantangan merupakan
peluang, dan setiap peluang harus diterima. Perubahan merupakan bagian dari
suatu perjalanan yang harus diterima dengan baik. Ketika berhadapan dengan
tantangan hidup, kebanyakan orang berhenti berusaha sebelum tenaga dan batas-
batas kemampuan mereka benar-benar teruji. Seperti dikemukakan Taylor,
masalah yang tidak bisa diselesaikan tidak lebih dari ketidakmampuan seseorang
mencari kemungkinan jalan keluar yang positif, yang bisa diraih dengan
memfokuskan perhatian terhadap pemecahan masalah. Dengan kata lain masalah
muncul karena ketidakmampuan seseorang menyadari adanya peluang. Masalah
memiliki kemampuan untuk mengarahkan pikiran ke tahap instropeksi yang
agung, dimana akan menerima inspirasi, kecerdasan, dan nilai-nilai personal.
Tetapi ada juga masalah suatu yang menakutkan, dinding kegagalan yang tidak
bisa ditebus, kekurangan dan kekalahan. Keyakinan dan keinginan akan
menentukan jalan yang diambil. Jika masalah telah terpecahkan maka akan timbul
peluang sehingga akan mengalir bakat dan kecerdasan.
Menurut Kelly, kondisi yang sulit akan memberikan tantangan kepada
manusia untuk membuat kehidupannya menjadi bahagia dan mereka harus
menerima tanggungjawab untuk membuat pilihan-pilihan dan mengarahkan nasib
mereka sendiri. Orang yang melepaskan diri dari tanggungjawab adalah sikap
yang tidak jujur, dimana menunjukkan keyakinan yang buruk dan akhirnya akan
hidup dalam kesengsaraan. Adversity Quotient merupakan logika untuk bergerak
maju, menjadikan diri kita lebih tabah, gigih, memiliki pengendalian diri, dan
memegang kendali ke mana kita akan pergi. Menurut Bryant, kesulitan (adversity)
adalah segala rintangan baik fisik, emosional, situasional atau spritual yang dapat
menghambat sepanjang perjalanan hidup, sebagai contoh: apabila seorang sedang
menghadapi kesulitan hidup, misalnya sakit, patah hati atau amarah yang sulit
dikontrol maka dia tidak boleh melarikan diri dari kenyataan tersebut. Kesulitan
tidak dapat ditinggalkan hanya karena ingin lari, bagaimanapun juga sakitnya
akibat dari kesulitan harus dihadapi. Seseorang dapat bertumbuh dari kesulitan,
belajar dari kesulitan dan bukan hanya sekedar jalan menembus kegelapan,
menjadikan pribadi semakin kuat.
Kenney dalam Stolz menyebutkan bahwa prinsip ketahanmalangan adalah
kemampuan seseorang untuk mengalahkan kesulitan menjadi peluang. Paul
G.Stoltz (2000:27) mendiskripsikan bahwat adversity qoutient akan mampu untuk
memberikan pemahaman tentang apa yang dibutuhkan untuk menggapai
kesuksesan yakni antara lain: (a.) Adversity Quotient memberi tahu sebarapa jauh
mampu ketahanan menghadapi kesulitan dan kemampuan untuk mengatasinya.
(b.) Adversity Quotient meramalkan siapa yang mampu mengatas kesulitan, dan
siapa yang akan hancur. (c). Adversity Quotient meramalkan siapa yang akan
melampaui harapan-harapan atas kinerja dan potensi mereka, atau siapa yang akan
gagal. (d.) Adversity Quotient meramalkan siapa yang akan meyerah dan siapa
yang akan bertahan.
Ingat tokoh Irma Suyanti Penyandang Cacat yang Sukses Berwirausaha ?
Ia memiliki sikap ulet, tegar, berani menanggung resiko, tegar, gigih ,
bersemangat, kecer tahan menghadapi cobaan, hal tersebut merupakan karakter
kecerdasan ketahan malangan. Sehingga ke duanya mampu berfikir kreatif dan
mampu membuat dan melaksanakan inovasi-inovasi. Karena dalam
mengembangkan kreativitas dan inovasi di dalam organisasi dituntut untuk berani
mengambil resiko, termasuk resiko gagal, resiko ditertawakan, siap menghadapi
kegagalan dan kekecewaan. Kegagalan dan kekecewaan ini akan memotivasi
membuat sebuah terobosan-terobosan baru.. Terobosan baru dapat diwujudkan
dalam bentuk kreatifitas dan inovasi. Hanya orang-orang yang tegar, tabah
menghadapi segala situasi, gigih ,percaya diri, tahan menghadapi cobaan dan
tantanganlah yang mampu menciptakan kreativitas dan inovasi.

C. MANFAAT PENGEMBANGAN POTENSI DIRI


Manfaat Pengembangan potensi diri adalah sebagai berikut.
1. Memiliki Kesadaran Diri
Kesadaran diri akan membawa kita pada proses pengembangan diri yang
berhasil, dimana kita menjadi tahu apa saja nilai-nilai, keyakinan dan tujuan hidup
yang menjadi pedoman di dalam hidup kita, karena pemenuhan diri dan kepuasan
hidup tidak akan pernah terjadi jika kita hanya mengejar dan mewujudkan mimpi-
mimpi orang lain. Kesadaran diri akan membantu mengembangkan diri kita dan
membuat kita semakin bersemangat untuk mengejar segala mimpi dan tujuan kita
di dalam hidup. Beberapa pertanyaan di bawah ini dapat mendorong pembentukan
kesadaran diri: 
- Jika hal ini berjalan sesuai dengan apa yang saya inginkan, bagaimana
perasaan yang akan saya rasakan? 
- Dengan segala sumber daya dan kemampuan yang saya miliki, sepertinya
saya harus mengubah hal ini. Kira-kira perubahan apa yang harus saya
buat? 
- Bagaimana sikap yang akan saya berikan jika saya memiliki kemampuan
ini? misalnya, kepercayaan diri. Apakah saya akan menjadi pribadi yang
semakin mengembangkan kualitas diri? 
Jika kita tidak mau berkomitmen dengan pengembangan diri, maka kita
akan kehilangan kesadaran diri. Mengapa? Karena kita hanya membiarkan segala
permasalahan datang dan pergi begitu saja. Kita tidak membiarkan “pengoreksian
diri” untuk masuk ke dalam kehidupan kita. Namun, ketika kita menjadi pribadi
yang sadar, kita akan menggunakan segala kekuatan yang kita miliki untuk
menentukan bagaimana kehidupan kita akan berlangsung ke depannya. 
2. Merasa lebih terarah
“Kenali siapa diri kita, apa yang kita inginkan dan berusahalah untuk
mencapainya”. Ketika kita sudah memiliki kesadaran diri, maka kita akan
memiliki kesadaran penuh tentang apa yang ingin kita capai di dalam hidup.
Dengan merasa lebih terarah, kita akan lebih mudah untuk membuat keputusan-
keputusan penting, kita akan lebih mudah dalam mengatur waktu dan lebih
bijaksana dalam menjalani kehidupan. Ketika ada banyak orang yang
kebingungan dan melakukan kesalahan pada tujuan hidup mereka, kita malah
sebaliknya. Kesadaran diri dan rasa lebih terarah akan membawa kita pada proses
pengembangan diri yang lebih efektif. 
Pengembangan diri dan rasa lebih terarah akan mengalihkan fokus kita
dari kuantitas menuju kualitas. Kita akan semakin bergairah untuk bekerja lebih
dan menghasilkan pencapaian yang lebih. Rasa lebih terarah akan membuat kita
menjadi pribadi yang tidak pernah mengabaikan pentingnya waktu, sehingga kita
selalu menggunakan waktu dengan sebijak mungkin. Pengembangan diri akan
memberikan kita makna, tujuan dan arah yang pasti untuk kehidupan kita.
3. Meningkatkan motivasi
“Ketika ada kemauan, disitu ada jalan”. Dengan pengembangan diri yang
kuat, kita dapat mengembangkan kemauan yang kita diperlukan. Ketika kita
menyadari bahwa pengembangan diri adalah perjalanan yang harus dilakukan
secara terus-menerus, maka kita akan berkomitmen dengan perjalanan panjang
tersebut. Dan ketika kita menghargai segala proses dari perjalanan tersebut, maka
kita akan selalu berusaha untuk menjaga dan meningkatkan motivasi yang ada.
Motivasi sangat diperlukan agar kita semakin bergairah dan bersemangat untuk
melangkah ke tahapan selanjutnya, dan pengembangan diri akan membantu kita
untuk bisa melalui segala tahap yang diperlukan. 
4. Meningkatkan Fokus dan Keefektivitasan
“Pengembangan diri akan membuat kita meninggal dalam keadaan tanpa
penyesalan”. Cukup dalam memang pernyatan tersebut, namun pengembangan
diri memang akan membawa kita pada kejelasan hidup, yang mana tidak semua
orang bisa memilikinya. Ada begitu banyak orang yang tidak paham tentang apa
yang mereka inginkan di dalam hidup, sampai-sampai mereka merasa stres dalam
menjalani hidup. 
Pengembangan diri bukan hanya membuat kita lebih terarah, namun kita
juga akan memiliki fokus yang lebih tinggi dan kehidupan yang berjalan dengan
efektif. Rasa yang terarah mungkin akan membimbing kita pada tujuan hidup
yang diinginkan, namun kita akan tetap menemukan banyak hal yang perlu
diselesaikan. Dalam hal ini, pengembangan diri akan membantu kita untuk lebih
fokus dan bekerja secara efektif, sehingga tidak peduli seberapa banyak pekerjaan
kita, kita tetap dapat menyelesaikannya dengan baik.  
Pengembangan diri adalah sebuah perjalanan yang terjadi secara terus-
menerus, karena pengembangan diri tidak hanya terdiri dari satu langkah saja.
Dari setiap langkah yang kita ikuti, kita akan semakin mudah untuk melihat nilai
dari setiap tindakan yang kita ambil
5. Pertahanan yang lebih Kuat
Akan ada begitu banyak tantangan dan rintangan di dalam kehidupan kita,
namun pengembangan diri akan membantu kita untuk bertahan dan menghadapi
segala rintangan yang ada. Pengembangan diri akan menciptakan kesadaran diri
bagi kita, sehingga kita tahu apa yang harus dilakukan untuk menghadapi
rintangan tersebut dengan menggunakan segala kemampuan yang kita miliki. 
Pengembangan diri juga akan meningkatkan motivasi kita, sehingga tidak
peduli rintangan apapun yang ada, kita akan tetap bersemangat untuk melaluinya.
Selain itu, pengembangan diri juga akan meningkatkan fokus kita dan membuat
hidup kita lebih terarah, sehingga tantangan apapun yang kita miliki tidak akan
menjadi hal yang memberatkan hidup kita.
6. Menciptakan Hubungan yang Lebih erat
Ketika kita tidak melakukan pengembangan diri, maka kita akan menjadi
pribadi yang menghargai hubungan kita dengan orang lain. Dalam hubungan dan
interaksi yang kita lakukan dengan individu lain, mereka mungkin akan
menyadari beberapa kekurangan yang ada di dalam diri kita, yang mana
kekurangan tersebut masih dapat diperbaiki. Misalnya, kita adalah seorang yang
jarang sekali mengucapkan kata “maaf” ketika melakukan kesalahan.
Pengembangan diri akan membuat kita menjadi pribadi yang mau “mengoreksi
diri” untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. 
Dengan begitu, orang lain akan merasa bahwa segala input atau saran yang
mereka berikan kepada kita, sangatlah kita apresiasi. Selain itu, hubungan kita
dengan orang-orang di sekitar kita juga akan menjadi lebih baik dan erat, karena
kita sudah mulai terbiasa untuk mengucapkan kata “maaf” setiap kali melakukan
kesalahan. 

D. EVALUASI
Renungkanlah ! Kemudian Tuliskan berbagai yang anda miliki saat ini,
baik positif maupun negatif. Apa saja hambatan-hambatan dalam
mengembangkan potensi untuk menjadi lebih baik dalam diri anda.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Potensi diri setiap orang berbeda dan unik. Keunikan ini perlu dijalin
sehingga menjadi mata rantai yang tidak terputus. Antara potensi yang satu
dengan yang lain saling melengkapi. Hal ini terjadi dalam kerangka rencana yang
lebih besar bagi kehidupan orang. Potensi yang ada pada setiap orang sangat perlu
dikembangkan guna mendukung pelayanan yang dipercayakan. Jangan pernah
membatasi dan menghakimi diri sendiri dengan kata tidak bisa. Manusia yang
dapat memanfaatkan segala potensi dirinya dengan baik dan mampu
menyelesaikan permasalahan hidupnya, maka akan dapat menemukan
kebahagiaan hidup. Sebaliknya, apabila manusia tidak dapat menggunakan
potensi yang dimilikinya dengan optimal maka malapetaka dalam kehidupannya
akan banyak dijumpai.
Konsep pengembangan diri tidak untuk diri sendiri, akan tetapi kita harus
berbuat untuk orang lain, masyarakat dan kita harus mampu memperbaiki sistem
kehidupan manusia menuju kehidupan yang lebih baik. Ini semua memerlukan
teknologi yang relevan. Dan memerlukan pengetahuan dan ketrampilan yang
relevan dengan pekerjaan.Dan untuk mengembangkan potensi harus memilik
kekuatan Keyakinan atau The Power of Belief,Kekuatan Semangatatau The Power
of Enthusiasm, Kekuatan Fokus atau The Power of Focus,Kekuatan Kedamaian
Pikiran atau The Power of Peace of Mind, dan Kekuatan Kebijaksanaan atau The
Power of Wisdom.

B. TINDAK LANJUT
Pelaksanaan pengembangan dimulai dari diri sendiri, dari hal yang paling
kecil, dan lakukan saat ini juga. Ingat dalam mengenal dan pengembangan diri
anda perlu mendapat dukungan orang lain, untuk memberikan feedback dan
mempromosikan anda. Modul ini tidak akan ada artinya apabila anda tidak
mengaplikasikan. Ingat mau paham laksanakanlah.
DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Djamaludin.2012. Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi.Surabaya: PT


Erlangga
Bessant, John. 2009. Innovation. London, New York, Munich, Melbourne, and
Dhelphi: Essential Managers
Cervone,Daniel, Lawrence A.Pervin, 2011. Personality : Theory and Research,
Terjemahan Aliya Tusyani dkk., Jakarta : Salemba Humanika
Cooper,Robert K,Ph.D dan Ayman Sawaf.Executive EQ, 1998. Kecerdasan
Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi.Jakarta:Gramedia
Pustaka Utama
Dahlen, Dahlen.2008. Creativity Unlimited, Thinking Inside The Box for
Business Innovation.Toronto:Jhon Whley &Son,Ltd
Davila, Epstein, Shelton. 2009. Profit-Making Innovation. Jakarta: PT Buana Ilmu
popular
Fontana,Avianti.2011. Innovate We Can!, Manajemen Inovasi dan Penciptaan
Nilai. Jakarta: Cipta Inovasi Sejahtera
M. Taufiq Amir. 2009. Strategi Mindset, Jakarta
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT
Rineka Cipta
P. Boulden, George. 2006. Mengembangkan Kreativitas Anda. Jakarta: Dolpin
Books
Suprapti, Wahyu. 2013. Pengaruh Kepemimpinan transformasional, sikap
menghadapi perubahan, aktualisasi diri , kreativitas terhadap inovasi,
Disertasi. Jakarta
Suprapti, Wahyu, Sri Ratna. 2005. Pengembangan Potensi Diri, LAN, 2005
Suprapti, Wahyu. 2016. Modul Pengembangan Potensi Diri , Modul diklat Pim
III. Jakarta : LAN RI
Suprapti, Wahyu. 2016.Modul fasilitasi Pengembangan Potensi Diri. Jakarta :
LAN RI
Zahrotun Nihayah, Alvinar Aziz, Pengembangan Potensi Diri Kepala Madrasah,
Departemen Agama RI. Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan,
Pusdiklat Administrasi, Jakarta, 2004
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Karunia dan Bimbingan-
Nya sehingga dapat menyelesaikan Modul Pelatihan yang berjudul POTENSI
DIRI. Modul ini dibuat untuk digunakan dalam diklat sebagai bahan acuan bagi
setiap peserta diklat dalam mengembangkan kapasitas diri sebagai seorang
Pemimpin baik untuk diri sendiri maupun dalam berorganisani terkhusus dalam
Lingkup Kementerian Agama.
Materi yang disajikan mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai.
Penyampaian materi dalam modul ini disusun sekomunikatif mungkin.
Diharapkan melalui modul pelatihan ini para peserta berkembang menjadi lebih
baik dengan potensi yang dimiliki, menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri,
kreatif dan inovatif serta membawa pengaruh potitif ketika berada dalam lingkup
organisasi atau kerja guna mewujudkan kepetingan bersama yang mengacu pada
Pancasila tanpa mengurangi nilai-nilai dan norma yang ada.
Semoga modul ini dapat diterima dengan baik, menjadi pendamping dan
pendukung dalam kegiatan pelatihan dan memberikan manfaat seluas-luasnya
bagi para peserta Diklat. Sebagai umpan balik, saran dan kritikan sangat
diperlukan demi peningkatan kualitas modul ini.

Penulis

You might also like