Professional Documents
Culture Documents
Iqbal Skripsi Full
Iqbal Skripsi Full
Oleh
MUHAMMAD IQBAL
19023211045
Skripsi
Sebagai Salah Satu Untuk Mencapai Gelar
SERJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Serjana Pertanian
Prodi Studi Ageoteknologi
(Skripsi)
Oleh
MUHAMMAD IQBAL
i
Judul : Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Ekstrak
Rebung Bambu Terhadap Pertumbuhan
Bibit Tebu (Saccharum Officinarum L)
MENYETUJUI
Komisi Pembimbing
Pembantu Ketua I
ii
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT, yang talah di beri hidayah, kasih sayang
Penulis juga menyadari bahwa dalam penelitian dan penulisan skripsi ini tidak
lepas dari bimbingan dan partisipasi dari berbagai pihak. Oleh karna itu, dalam
kepada :
1. Ibu Ir. Elly Rosnarita, M.Si. selaku pembimbing utama yang telah bersedia
2. Bapak Ir. Yanto, M,Si. selaku anggota pembimbing yang telah memberikan
3. Bapak Dr. Ir. Ansyori, M,Si. Selaku penguji utama atas masukan dan arahan
kepada penulis
iv
4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen STIBUN Lampung yang telah memeberikan ilmu
Lampung.
5. Kedua orang tua tercinta, Bapak H. Drs. Lukmansyah dan Ibuk Depi Lintarsi,
S.Pd., yang selalu memberikan semangat yang tiada henti untukku, selalu bersabar
dan menyebut namaku dalam doa malam mu yang telah merangkul diriku menuju
masa depan yang cerah, serta membantu penulis dalam hal moril maupun
material.
Lupi Arsahana, A.Md. Keb., Syahrizal.S.H., Sinta Adelia dan Nafisah yang selalu
mendoakan dan memberi motivasi kepada penulis sehingga tetap kuat dan dapat
motivasi dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang telah diberikan dan
Penulis
MUHAMMAD IQBAL
v
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL......................................................................................
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
I.2 Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
I.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 3
I.4 Hipotesis ................................................................................................. 5
vi
III.4 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 22
3.4.1 Persiapan Media ............................................................................. 22
3.4.2 Penyiapan Bibit Bud Chip Tebu .................................................... 23
3.4.3 Pembuatan Ekstrak Rebung Bambu dan Perendaman
Bud chip Tebu ................................................................................ 23
3.4.4 perendaman bud chip tebu.............................................................. 23
3.4.5 Penanaman Bud Chip Tebu ........................................................... 24
III.5 Pemeliharaan ........................................................................................ 24
III.6 Pengamatan Penelitian ......................................................................... 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 26
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 26
4.1.1 Tinggi Bibit Tebu (Saccharum officinarum L) ............................... 26
4.1.2 Jumlah Daun Bibit Tebu (Saccharum officinarum L) ..................... 27
4.1.3 Jumlah Anakan Bibit Tebu (Saccharum officinarum L) ................. 28
4.1.4 Diameter Batang Bibit Tebu (Saccharum officinarum L) ............... 29
4.1.5 Panjang Akar Bibit Tebu (Saccharum officinarum L) ..................... 30
4.1.6 Bobot Basah Bibit Tebu (Saccharum officinarum L) ...................... 31
4.1.7 Bobot Kering Bibit Tebu (Saccharum officinarum L) ..................... 32
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 33
V. KESIMPULAN............................................................................................ 36
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 36
5.2 Saran .......................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 37
vii
1
V. PENDAHULUAN
diperhatikan. Pada saat ini penyediaan bibit menjadi suatu permasalahan penting,
bukan saja dari segi kuantitasnya tetapi juga dari daya produksinya. Menurut
Suhadi (2010) untuk memperoleh bibit yang sehat dan baik perlu mendapatkan
perlakuan yang sempurna selama dalam pembibitan. Salah satu cara yang
nutrisi tambahan atau pupuk. Salah satu upaya peningkatan mutu bibit tanaman
permukaan dasar rumpun, rebung yang baru keluar berbentuk lonjong, kokoh dan
terbungkus dalam kelopak daun yang rapat dan bermiang (duri-duri halus).
Rebung bambu menjadi salah satu jenis tanaman yang potensial untuk diekstrak
menjadi pupuk cair karena tingginya kandungan zat pengatur tumbuh. Ekstrak
penanaman di lapangan, hal ini dikarenakan bibit merupakan titik awal dari hasil
akhir yang diharapkan. Pemanfaatan ekstrak rebung bambu ini dapat digunakan
yang memiliki peran penting sebagai penghasil gula utama di Indonesia yang
penting bagi masyarakat dan perekonomian Indonesia yaitu sebagai bahan pokok
Manfaat utama tebu adalah sebagai bahan baku pembuatan gula pasir. Gula
menjadi salah satu kebutuhan pokok yang dikonsumsi dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat, pabrik-pabrik manisan, pabrik roti dan lain-lain, baik di skala
masyarakat selain dari beras, jagung dan umbi-umbian menjadikan gula sebagai
salah satu bahan makanan pokok. Maka diperlukan tanaman tebu dengan jumlah
yang cukup dan berkualitas baik sehingga menjadi perhatian untuk diperlukan
adanya teknologi penanaman bibit dengan waktu yang singkat, efisiensi lahan dan
upaya yang dapat dilakukan agar meningkatkan produksi tebu dapat dilakukan
penggunaan lahan pertanian yang ada dengan pengelolaan usaha tani yang benar.
Oleh karena itu, hal ini menjadi tantangan bagi setiap negara khususnya Indonesia
tanaman tebu yang dibudidayakan dapat tumbuh dan berkembang, serta produksi
3
V.2Tujuan Penelitian
V.3Kerangka Pemikiran
Dalam bidang pertanian, manfaat rebung bambu selain digunakan sebagai bahan
pangan juga dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik cair.
Menurut Erwin et al., (2012) larutan pupuk cair rebung bambu mempunyai
kandungan C organik dan Giberelin yang sangat tinggi. Fungsi dari C organik yaitu
memperbaiki sifat tanah baik secara fisik, kimia dan biologi. C organik merupakan
yang bermanfaat bagi tanaman. Sedangkan fungsi dari Giberelin yaitu mempercepat
biji serta merangsang pertumbuhan akar. Selain itu, rebung bambu juga mengandung
hormon Auksin yang dapat memacu pertumbuhan panjang akar. Hormone auksin
pucuk struktur kimia indole ring, banyaknya kandungan auksin dalam tanaman
pertumbuhan akar, pembetukan kalus Erwin (2012). Dengan adanya zat pengatur
tumbuh yang tinggi pada rebung bambu dapat mempengaruhi pertumbuhan tebu
4
dengan baik.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Pratomo et al., (2016) menyatakan bahwa
diameter batang, berat segar akar, dan rasio tajuk akar. Pada umur 9 mst dan 10
mst pemberian ekstrak rebung bambu dengan perlakuan 14 ml/l air memberikan
bambu yang telah dicacah sebanyak 2 kg dicampurkan dengan air akuades 900 ml
pendorong pada pertumbuhan bibit kelapa sawit dan pemberian perlakuan ekstrak
rebung bambu dapat merangsang pertumbuhan panjang daun bibit kelapa sawit.
dikarenakan kandungan unsur hara yang terkandung dalam rebung sangat baik
seperti Nitrogen dan Hormone Giberelin dalam pertumbuhan tinggi tanaman. Hal
ini sesuai dengan pendapat Dhani et al., (2014) yang menyatakan bahwa unsur
protein, terutama pada titik- titik tumbuh tanaman sehingga mempercepat proses
meningkatkan tinggi tanaman. Selain itu juga terdapat Giberelin yang juga dapat
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Samad et al., (2020) membuktikan
bahwa ekstrak rebung bambu yang telah direndam selama 15 hari dengan
konsentrasi 45 ml/l air sangat baik untuk pertumbuhan tanaman sawi. Pemupukan
rebung bambu yang diberikan mampu memacu pertumbuhan. Sejalan dengan hal
pengaplikasian ekstrak rebung bambu sebagai pupuk daun adalah 65 ml/l air. Hal
ini menunjukkkan adanya pertumbuhan batang dan daun yang baik karena
pemenuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam ekstrak rebung
bambu.
jumlah daun dan hasil panen cabai rawit. Penelitian Kurniati et al., (2017)
diaplikasikan pada benih sehingga menghasilkan bibit kemiri sunan yang baik
Penelitian yang dilakukan oleh Annisa (2021) membuktikan bahwa 500 gram
rebung bambu yang dicampurkan dengan 1 liter air dan direndam selama 2 jam
dapat menjadi alternatif bahan untuk memacu pertumbuhan tunas pada benih
1.4 Hipotesis
VI. TINJAUANPUSTAKA
merupakan tanaman yang hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Secara
umum, klasifikasi dan sistematika ilmiah tanaman tebu menurut (Tarigan et al.,
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Glumiflorae
Famili : Graminae
Genus : Saccharum
Tanaman ini termasuk jenis tanaman rumput rumputan. Umur tanaman tebu
sampai pada siap panen bisa sampai kurang lebih satu tahun. Di Indonesia tebu
tanaman tebu secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian, yaitu :
8
1. Akar
Akar tanaman tebu termasuk akar serabut tidak panjang, yang tumbuh dari cincin
tunas anakan. Pada fase pertumbuhan batang, berbentuk pula akar di bagian yang
2. Batang
Tanaman tebu mempunyai batang yang tinggi, tidak bercabang dan tumbuh tegak.
Tanaman yang tumbuh baik, tinggi batangnya dapat mencapai 3--5 meter atau
lebih. Batang tebu mempunyai lapisan lilin yang berwarna putih dan keabu-abuan.
Lapisan ini banyak terdapat sewaktu batang masih muda. Ruas-ruas batang
dibatasi oleh buku-buku yang merupakan tempat duduk daun. Pada ketiak daun
terdapat sebuah kuncup yang biasa disebut “mata tunas”. Bentuk ruas batang dan
warna batang tebu yang bervariasi merupakan salah satu ciri dalam pengenalan
varietas tebu.
3. Daun
Daun tebu berbentuk busur panah seperti pita, berseling kanan dan kiri,
berpelepah seperti daun jagung dan tak bertangkai. Tulang daun sejajar, di tengah
4. Bunga
Bunga tebu berupa malai dengan panjang antara 50--80 cm. Cabang bunga pada
tahap pertama berupa karangan bunga dan pada tahap selanjutnya berupa tandan
dengan dua bulir panjang 3--4 mm. Terdapat pula benangsari, putik dengan dua
5. Buah
Buah tebu seperti padi, memiliki satu biji dengan besar lembaga 1/3 panjang biji.
Biji tebu dapat ditanam di kebun percobaan untuk mendapatkan jenis baru hasil
menjadi gula. Bagian batang tanaman tebu didominasi oleh air sebesar 75--80 %,
sukrosa 10--12 %, gula reduksi 0,5--2 %, senyawa organik (Asam Laktat, Asam
Al2O3, MgO, CaO, K2O, SO3, dan H2SO4) sebesar 0,2-0,6 %, senyawa fosfat serta
serabut.
Berikut ini adalah kandungan yang terdapat pada batang tebu (Lingga, 2017) :
1. Air (75-85 %)
Air merupakan komponen yang paling besar di dalam tebu sehingga untuk
2. Sukrosa (10--12 %)
Sukrosa terdapat pada semua tanaman tebu. Kandungan Sukrosa yang terbanyak
Gula reduksi yaitu Glukosa dan Fruktosa dalam perbandingan yang berlebihan
Senyawa organik dalam tanaman tebu sebagian besar dalam bentuk Asam Laktat,
10
Asam Suksinat, serta Asam Glukonat. Jika tebu busuk, asam akan teroksidasi
Senyawa anorganik yang terdapat di dalam tebu antara lain Fe2O3, Al2O3, MgO,
CaO, K2O, SO3, dan H2SO4. Senyawa-senyawa tersebut berasal dari tanah dan dari
6. Senyawa Phosphate
Senyawa ini adalah senyawa yang penting dalam proses pemurnian karena
7. Serabut
Serabut merupakan rangka tanaman tebu yang tersusun dari Selulosa atau
Hemiselulosa. Ciri umumnya adalah keras karena adanya lignin dan pektin.
anakan tunas dari pangkal batang yang membentuk rumpun. Tanaman ini dapat
tumbuh baik dan berkembang di daerah subtropika, pada berbagai jenis tanah dari
dataran rendah hingga ketinggian 1.400 m diatas permukaan laut (dpl). Selain itu,
kualitas tanaman tebu dipengaruhi oleh iklim. Walaupun tanaman yang sama
Untuk tanaman dataran rendah curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, sedangkan
untuk dataran tinggi, curah hujan rata-rata 1.000--1.300 mm/tahun. Suhu udara
Beberapa kondisi iklim yang dapat menyebabkan kualitas tebu menurun antara
lain:
a. Tanaman pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim
karena itu lokasi untuk tebu sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam
24o C - 34o C.
mengurangi kualitas.
Pada prinsipnya persiapan bibit yang ditanam di areal lahan kering sama dengan
yang ditanam di sawah. Namun karena kondisi yang terlalu kering kadang dipakai
pula bagal mata empat. Waktu tanam tebu di lahan kering terdiri dari dua periode,
yaitu :
basah dengan 7 bulan basah dan daerah sedang yaitu 5--6 bulan basah, atau pada
daerah yang memiliki tanah lembab. Namun dapat juga diberikan tambahan air
dan kering yaitu 3--4 bulan basah. Kebutuhan bibit yang akan ditanam adalah
sebelas mata tumbuh per meter juringan. Selain itu juga, untuk menghindari
12
penyulaman yang membutuhkan biaya besar, bibit ditanam dengan posisi mata
disamping dan disusun secara sejajar Cara penanaman ini bervariasi menurut
kondisi lahan dan ketersediaan bibit, pada umumnya kebutuhan air pada lahan
kering tergantung pada turunnya hujan sehingga kemungkinan tunas mati akan
besar.
Salah satu bahan tanaman sebagai sumber zat pengatur tumbuh yang telah banyak
diteliti ialah rebung bambu. Ekstrak rebung bambu mengandung Giberelin (GA3)
Rebung juga merupakan salah satu sumber protein, yakni dalam 100 gram rebung
terdapat 2--2,5 gram protein. Selain berbagai kandungan vitamin diatas, terdapat
pula kandungan Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Fosfor (P), Kalium (K),
Natrium (Na) dan Mineral lain. Kandungan Fosfor pada rebung bambu berperan
dalam sitensis pada proses metabolisme tanaman. Hal ini menunjukkan dalam
pertumbuhan tunas yang cepat. Menurut Carr (1972) dalam Gardner et al., (1991)
13
tetapi sumber terkaya dan tempat sintesisnya ditemukan pada buah, biji, tunas,
daun muda dan ujung akar. Pemanfaatan rebung bambu sebagai sumber Giberelin
2.4.1 Giberelin
tunas yang cepat. Asam Giberelin bersifat tidak tahan panas, secara umum
embrio dari kalus Erliandi, (2015). Giberelin juga mempunyai peran dalam
RNA baru serta sintesa protein. Giberelin juga mempunyai pengaruh pada
Gibberellin acid atau Asam Giberelat merupakan suatu senyawa organik yang
(1991) semua organ mengandung berbagai macam GA pada tingkat yang berbeda-
beda, tetapi sumber terkaya dan tempat sintesisnya ditemukan pada buah, biji,
2.4.2 Auksin
bahasa yunani Auxein yang artinya meningkatkan, dahulu hormon digunakan oleh
Fungsi dari hormon Auksin sendiri untuk membantu proses pertumbuhan akar dan
adalah media tanam dan penggunaan zat pengatur tumbuh. Penelitian (Erliandi
dapat dilakukan dengan menggunakan zat pengatur tumbuh yaitu hormon Auksin.
2.4.3 Sitokinin
penuaan daun, bunga dan buah dengan cara mengontrol dengan baik proses
Sitokonin berasal dari kata cytokinin yang berarti terkait dengan pembelahan sel.
Dalam siklus sel sitokinin memiliki peran penting pada pemacuan proses
peralihan G2 ke mitosis, dan dalam hal ini sitokinin juga meningkatkan laju
sintesis protein. Beberapa protein itu merupakan protein pembangun atau enzim
sitokinin.
Sitokinin juga menunda penuaan daun, bunga dan buah dengan cara mengontrol
misalnya jumlah akar yang banyak akan menghasilkan Sitokinin dalam jumlah
membentuk cabang dalam jumlah yang lebih banyak Karjadi dan Buchory (2007).
bagian daun, bunga, dan buah yang masih muda dan kadarnya meningkat seiring
dengan usia tanaman. Aktivitas asam absisat ini salah satunya berupa
terbentuknya jaringan gabus yang terdapat pada ujung tangkai daun, bunga
maupun buah. Fungsi Asam Absisat yaitu, memicu pengguguran daun disaat
daun sudah menua, saat daun terserang penyakit, memicu kerontokan bunga-
bunga yang gagal dibuahi, memicu gugurnya buah yang terlalu masak,
keadaan doman (tidur), jika tanaman berada dalam tekanan cuaca atau musim,
ABA inilah yang berperan dalam menjaga agar proses metabolisme tidak terlalu
membebani.
17
2.4.5 Etilen
Unsur Etilen sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, yakni pada saat
buah cabe dan karbit untuk pemeraman buah. Fungsi ZPT etilen ini untuk
masa dormansi.
2.5.1 Nitrogen
Unsur Nitrogen merupakan salah satu unsur hara esensial utama bagi
bagian vegetatif. Nitrogen diabsorbsi oleh akar tanaman dalam bentuk NO 3 dan
hijau daun yang berguna bagi fotosintesis. Fungsi lain adalah membentuk protein,
lemak dan berbagai persenyawaan orgaik lainnya Lingga (2017), jika jumlah
pembuahan terhambat dan tanaman mudah terserang hama dan penyakit karena
menipisnya dinding sel. Sebaliknya bila kandungan Nitrogen, daun menjadi keras
2.5.2 Fosfor
Unsur Fosfor merupakan bagian inti sel yang sangat penting dalam perkembangan
bibit dan tanaman muda. Unsur ini juga merupakan bahan untuk pembentukan
hijau tua, batang dan cabang kecil serta pemasakan buah terlambat.
2.5.3 Kalium
Unsur Kalium adalah unsur hara makro ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang
diserap tanaman dalam bentuk ion K+. Unsur Kalium sangat penting dalam setiap
proses metabolisme dalam tanaman yaitu sintesis Asam Amino dan Protein
dalam proses fotosintesis sebab apabila terjadi kekurangan Kalium di dalam daun,
maka kecepatan asimilasi karbon dioksida akan menurun. Disamping itu kalium
Kalium pada tanaman akan menyebabkan terjadinya klorosis dan nekrosis yang
Unsur Seng Mineral tanah sebagai sumber Zn tanah adalah sphalerit, ZnS dan
smitsonit (ZnCO3) dan hemimorfit. Seng total tanah berkisar 10-300 ppm dan
Seng rata-rata tanah 50 ppm. Tanah pasir dan tanah berkapur/alkalin mengandung
2.5.5 Magnesium
protein.
energi yang tersedia sedikit, yang terbawa hanyalah unsur berbobot ringan seperti
menjadi lemah dan jarak antar ruas panjang. Ciri-ciri ini persis seperti gejala
tampak bercak cokelat, daun yang semula hijau akan berubah kuning dan
pucat.
3. Daya tumbuh biji menjadi berkurang. Bila biji tumbuh, kualitas akan kurang
baik.
Rebung merupakan nama umum bagi tunas bambu yang baru tumbuh dan berasal
dari batang bawah. Rebung yang baru keluar berbentuk lonjong, kokoh, dan
20
terbungkus dalam kelopak daun yang rapat dan bermiang (duri-duri halus)
banyak. Selama musim hujan, rebung bambu tumbuh dengan pesatnya, dalam
beberapa minggu saja tunas tersebut sudah sudah tinggi. Dalam waktu 9-10 bulan
terbentuk pada permulaan musim hujan, selain itu ada yang terbentuk pada akhir
musim hujan. Musim panen rebung biasanya jatuh sekitar bulan desember hingga
Dalam bidang pertanian, manfaat tunas muda ini selain digunakan sebagai bahan
pangan juga dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik cair.
Rebung bambu memiliki kandungan mineral dan vitamin, yaitu Zat Besi, Seng,
memiliki kandungan Kalium yang tinggi. Menurut Erwin et al., (2012) ekstrak
rebung bambu mempunyai kandungan Auksin dan Giberelin yang sangat tinggi.
Hal ini menjadikan ekstrak rebung bambu mampu memperbaiki sifat tanah baik
secara fisik, kimia dan biologi. Selain itu, Giberalin dapat mempercepat proses
Kabupaten Way Kanan, Lampung. pada bulan Juli sampai September 2022.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian, yaitu : satu ruas bibit tebu, tanah
sebagai media tanam (perbandingan 1-1), air dan ekstrak rebung bambu.
paranet, gelas ukur, pengaduk, label, alat tulis, alat untuk dokumentasi, polibag
%, 100 %, 125 %.
I II III IV
A0 A3 A1 A2
U
A2 A1 A0 A3
A4 A2 A5 A0
A1 A5 A4 A5
S
A3 A4 A2 A1
A5 A0 A3 A4
Keterangan :
A0= Tanpa ekstrak rebung bambu ( 0 % )
A1= Konsentrasi ekstrak rebung bambu ( 25 % )
A2= Konsentrasi ekstrak rebung bambu ( 50 % )
A3= Konsentrasi ekstrak rebung bambu ( 75 % )
A4= Konsentrasi ekstrak rebung bambu (100 % )
A5= Konsentrasi ekstrak rebung bambu ( 125 % )
Data hasil penelitian diuji Kesamaan ragam data diuji dengan uji Bartlett dan
penambahan data di uji dengan uji Tukey. Data diolah dengan sidik ragam dan
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%.
berbentuk bagal, memilih bibit yang sehat dan normal dengan berbentuk bibit
tumbuh, bibit yang digunakan tebu yang berumur 6 bulan / pucuk tebu yang
berumur 12 bulan, bibit dipotong dengan panjang kurang lebih 5 cm dengan posisi
mata tunas terletak di tengah-tengah. Persiapan bahan bud chip dengan cara
3.4.3 Pembuatan Ekstrak Rebung Bambu dan Perendaman Bud chip Tebu
terbaik kemudian dicuci dengan bersih lalu di cacah kecil-kecil dan dihaluskan
Langkah selanjutnya ekstrak rebung bambu yang telah siap di campur dangan air
letaknya serta di beri label perlakuan. selama 2 jam perendaman , lalu ditanam di
Penanaman bibit bud chip tebu dilakukan di polibag dengan jarak 2 x 2 cm dan
posisi mata tunas di atas, kemudian diletakkan sesuai dengan tata letak perlakuan
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5 Pemeliharaan
pada sore hari dengan volume 300 cc yang disesuaikan dengan keadaan cuaca.
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh
di dalamnya.
1. Tinggi Bibit
Tinggi bibit diukur dari pangkal batang (leher akar) pada permukaan tanah sampai
pada titik tumbuh. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan mulai pada umur 2 mst
2. Jumlah Daun
Jumlah daun diukur dimulai pada umur 2 mst dan pengamatan dilakukan setiap 2
3. Jumlah Anakan
25
Jumlah anakan dihitung dimulai pada umur 2 mst dan pengamatan dilakukan
4. Diameter Batang
Pengukuran batang dilakukan setelah bibit dibongkar dengan cara mengukur area
5. Panjang Akar
Panjang akar diukur dari pangkal akar sampai ujung akar terpanjang dengan
menggunakan meteran.
Tanaman yang sudah dibongkar dari polibag dan dibersihkan dari media tanam
gram.
perlakuan dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 80 0C sampai berat kering
rebung bambu terhadap pertumbuhan bibit tebu (Saccharum officinarum L), maka
seluruh variable menunjukkan pengaruh nyata, yaitu: tinggi bibit, jumlah daun,
jumlah anakan, diameter batang, Panjang akar, bobot basah dan bobot kering bibit
Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman dan analisis sidik ragam diperoleh
nyata terhadap tinggi bibit Tebu (Saccharum officinarum L), dapat dilihat pada
Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa tinggi bibit tebu A1 berbeda
nyata dengan A0, A2, A3, A4 dan A5. Hal tersebut menunjukkan bahwa
bibit tebu (Saccharum officinarum L). Terlihat bahwa tinggi bibit yang tertinggi
pada konsentrasi ekstrak rebung bambu 25% mencapai 93,67 Cm, pada
Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman dan analisis sidik ragam diperoleh
nyata terhadap jumlah daun bibit Tebu (Saccharum officinarum L), dapat dilihat
pada Tabel 3.
28
Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa jumlah daun bibit tebu A0
berbeda nyata dengan A1, A2, A3, A4 , namun A4 tidak berbeda nyata dengan A5
dan A5 tidak berbeda nyata dengan A0. Hal tersebut menunjukkan bahwa
daun bibit tebu (Saccharum officinarum L). Terlihat bahwa jumlah daun
terbanyak pada konsentrasi ekstrak rebung bambu 25% yaitu rata-rata sebanyak 8
helai.
Berdasarkan hasil pengamatan jumlah anakan dan analisis sidik ragam diperoleh
nyata terhadap jumlah anakan bibit Tebu (Saccharum officinarum L), dapat dilihat
pada tabel 4.
29
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa jumlah anakan bibit tebu A1
berbeda nyata dengan A2, A3, A4, A5 dan A0. Hal tersebut menunjukkan bahwa
anakan bibit tebu (Saccharum officinarum L) , terlihat bahwa jumlah anakan yang
Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman dan analisis sidik ragam diperoleh
nyata terhadap diameter batang bibit Tebu (Saccharum officinarum L), dapat
Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa diameter batang bibit tebu A1
tidak berbeda nyata dengan A2, A2 tidak berbeda nyata dengan A0, A3, A4 dan
Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman dan analisis sidik ragam diperoleh
nyata terhadap Panjang akar bibit Tebu (Saccharum officinarum L), dapat dilihat
pada Tabel 6.
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa Panjang akar bibit tebu A1
tidak berbeda nyata terhadap A2 namun berbeda nyata terhadap A3, A4, A5 dan
A0. A3 tidak berbeda nyata terhadap A4 dan A5 namun berbeda nyata terhadap
Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman dan analisis sidik ragam diperoleh
nyata terhadap bobot basah bibit Tebu (Saccharum officinarum L), dapat dilihat
pada tabel 7.
Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa bobot basah tebu A0 berbeda
nyata dengan A1. Hal tersebut menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi ekstrak
officinarum L) , terlihat bahwa bobot basah yang terberat pada konsentrasi ekstrak
rebung bambu 25 % .
Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman dan analisis sidik ragam diperoleh
nyata terhadap bobot kering bibit Tebu (Saccharum officinarum L), dapat dilihat
pada tabel 8.
Berdasarkan tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa bobot kering tebu A1 tidak
berbeda nyata terhadap A2 namun berbeda nyata terhadap A3, A4, A5 dan A0.
terlihat bahwa bobot kering yang terberat pada konsentrasi ekstrak rebung bambu
4.2 Pembahasan
officinarum L) terutama pada tinggi bibit, jumlah daun, jumlah anakan, diameter
batang, Panjang akar, bobot basah dan bobot kering. Penggunaan kombinasi yang
Pada tinggi bibit konsentrasi terbaik pada konsentrasi 25% , menghasilkan rata-
rata 93,67 Cm lebih tinggi dibandingkan tanpa penggunaan ekstrak rebung bambu
yang hanya menghasilkan tinggi rata-rata bibit sebesar 67,54. Pada jumlah daun
ekstrak rebung bambu yang hanya menghasilkan jumlah daun rata-rata sebanyak 3
helai. Pada jumlah anakan bibit tebu, konsentrasi terbaik pada konsentrasi 25 %
jumlah anakan bibit tebu sebanyak 0,50. Pada diameter bibit tebu, konsentrasi
rata-rata bibit tebu sebesar 0,59 Cm. Pada diameter bibit tebu, konsentrasi terbaik
batang sebesar 1,11 Cm lebih tinggi dibandingkan jika tanpa penggunaan ekstrak
34
rebung bambu yang hanya menghasilkan diameter batang rata-rata bibit tebu
sebesar 0,59 Cm. Pada Panjang akar bibit tebu, konsentrasi terbaik pada
rebung bambu yang hanya menghasilkan Panjang akar rata-rata bibit tebu sebesar
16,45 Cm. Pada bobot basah bibit tebu, konsentrasi terbaik pada konsentrasi 25 %
ekstrak rebung bambu, menghasilkan rata-rata bobot basah sebesar 29,08 g, lebih
berat dibandingkan jika tanpa penggunaan ekstrak rebung bambu yang hanya
menghasilkan bobot basah rata-rata bibit tebu sebesar 13,03 g. Pada bobot kering
925 ml air, menghasilkan rata-rata bobot kering sebesar 9,58 g, lebih berat
alternatif yang mudah diperoleh, relatif murah dan aman saat digunakan
adalah untuk mengetahui pemanfaatan rebung bambu sebagai salah satu alternatif
hal ini dikarenakan adanya keseimbangan antara hara esensial yang mendorong
Kandungan fosfor pada rebung bambu berperan dalam sintesis ATP pada proses
metabolisme pada tanaman. ATP dalam sel tumbuhan berperan dalam proses
reaksi biokimia yang berhubungan dengan transfer energi (Supriono, 2000) serta
pada tanaman.
36
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Panjang akar, berat basah dan berat kering bibit tebu (Saccharum officinarum
rebung bambu 0 %.
5.2 Saran
1. Untuk pertumbuhan bibit tebu yang baik dengan menggunakan ekstrak rebung
dikarenakan jika lebih dari 24jam dapat merubah kegunaan dari ekstrak rebung
DAFTAR PUSTAKA
Alwani, Muhammad Fauzan. 2017. "Pertumbuhan Bud Set Tebu Pada Berbagai
Umur Bahan Tanam Dan Lama Penyimpanan" Argoteknologi Universitas
Sumatera Utara. 1: 23-24.
Kurniati, Fitri.,Tini Sudartini. ,Dikdik Hidayat. Aplikasi Berbagai ZPT Alami untuk
Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Kemiri Sunan (Reutealis trisperma (Blanco)
Airy Shaw). Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi. Jurnal Agro Vol. IV. No. 1
Tahun 2017
Leiwakabessy, F.M. 2017. Ilmu Kesuburan Tanah. Departemen Ilmu Tanah. IPB,
Bogor. 294 halaman.
Santoso And Fatimah. 2004. “Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi
Giberelin Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bunga Mawar (Rosa hybrida)”.
Jounal of Agroyeknologi Unsyiah. 5 : 5-6
Samad, Sofyan Et Al., 2020. “Respon Pupuk Rebung Bambu Terhadap Produksi
Sawi”. Jurnal of Agroteknology Khairun University 1 : 3-6.
Sarief, E.S. 2012. “Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian”. CV. Pustaka
Buana, Bandung 182 halaman.
Soekarno, Siswoyo Et Al., N.D. 2011. “Modifikasi Gergaji Tangan Elektrik Untuk
Memotong Mata Tunas Tebu (Saccharum Offichinarum L.) Modification
Hand Saw Electric For Cutting Buds Chip (Saccharum Offichinarum L.)”.
Jounal of Agroyeknologi Unsyiah 2 : 4-8
Soverda, Nerty And Evita. 2020. “Peran Mikroorganisme Lokal Rebung Bambu
Terhadap Pertumbuhan Dan Kandungan Protein Tanaman Kedelai”. Journal
of Agroteknologi Jambi University. 4 : 5-7.
Supriono. 2000. “Pengaruh Dosis Urea Tablet dan Jarak Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Kultivar Sindoro”. Agrosains 2(2) :45.
Tuapattinaya P .M.J, Feby Tutupoly. 2014. Pemberian Pupuk Kulit Pisang Raja
(Musa sapientum) Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Cabai Rawit
(Capsicum frutescens L.). Biopendix, Volume 1, Nomor 1. Hlm. 13-21.
Tabel 9. Data Tinggi Bibit Tebu
Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi ekstrak rebung bambu terhadap tinggi bibit tebu
Perlakuan
Ulangan Total
A0 A1 A2 A3 A4 A5
1 66.93 90.37 84.23 82.6 81.08 81.04 486
2 68.1 93.8 87.92 84.67 83.68 84.3 502
3 69.11 98.67 89.24 87.82 88.94 81.36 515
4 66.01 91.83 92.27 85.95 84.13 88.97 509
Total 270 375 354 341 338 336 2013
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
0.05 0.01
Kelompok 3 7.77 2.59 0.25 ns 3.29 5.42
Perlakuan 5 1542.71 308.54 29.39 ** 2.90 4.56
Galat 15 157.48 10.50
Non-Additivity 1 10.20 10.20 0.97 ns 4.60 8.86
Perlakuan
Ulangan Total
A0 A1 A2 A3 A4 A5
1 4 7 6 6 5 5 33
2 3 8 7 5 3 3 29
3 3 8 7 5 4 3 30
4 2 9 7 6 5 3 32
Total 12 32 27 22 17 14 124
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
0.05 0.01
Kelompok 3 1.67 0.56 0.85 ns 3.29 5.42
Perlakuan 5 75.83 15.17 23.14 ** 2.90 4.56
Galat 15 9.83 0.66
Non-Additivity 1 1.79 1.79 3.11 ns 4.60 8.86
Perlakuan
Ulangan Total
A0 A1 A2 A3 A4 A5
1 1 3 2 1 2 2 11
2 0 3 1 2 1 1 8
3 0 3 1 1 1 2 8
4 1 2 2 2 2 1 10
Total 2 11 6 6 6 6 37
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
0.05 0.01
Kelompok 3 0.11 0.04 0.10 ns 3.29 5.42
Perlakuan
Ulangan Total
A0 A1 A2 A3 A4 A5
1 0.34 0.96 0.91 0.65 0.62 0.34 4
2 0.64 1.54 0.84 0.64 0.56 0.36 5
3 0.78 0.94 0.73 0.56 0.65 0.58 4
4 0.60 0.98 0.93 0.92 0.58 0.70 5
Total 2 4 3 3 2 2 17
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
0.05 0.01
Kelompok 3 0.08 0.03 0.84 ns 3.29 5.42
Perlakuan 5 0.99 0.20 6.33 ** 2.90 4.56
Galat 15 0.47 0.03
Non-Additivity 1 0.00 0.00 0.06 ns 4.60 8.86
Perlakuan
Ulangan Total
A0 A1 A2 A3 A4 A5
1 12.8 33.2 34.8 27.6 19.8 27.3 156
2 17.8 32.6 37 28.5 17.2 23.6 157
3 18.8 30.3 34.8 22.6 23 23.6 153
4 16.4 32.8 34.4 25.6 29.3 26.7 165
Total 66 129 141 104 89 101 631
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
0.05 0.01
Kelompok 3 13.87 4.62 0.53 ns 3.29 5.42
Perlakuan 5 916.31 183.26 21.13 ** 2.90 4.56
Galat 15 130.11 8.67
Non-Additivity 1 1.91 1.91 0.21 ns 4.60 8.86
Perlakuan
Ulangan Total
A0 A1 A2 A3 A4 A5
1 13.3 29.5 21.5 17 15.3 24.6 121
2 15.2 30.2 21.3 17.8 10 12.3 107
3 9.6 27.8 24.3 25.3 8.6 12.6 108
4 14 28.8 18.2 25.1 23.9 15.1 125
Total 52 116 85 85 58 65 461
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
0.05 0.01
Kelompok 3 4.23 1.41 0.06 ns 3.29 5.42
Perlakuan
Ulangan Total
A0 A1 A2 A3 A4 A5
1 3.3 9.5 8.5 7.1 5.3 4.6 38
2 5.2 10.2 7.3 7.8 2.4 2.3 35
3 2.6 9.8 6.3 5.3 4.6 2.6 31
4 1.4 8.8 7.2 5.1 6.9 5.1 35
Total 13 38 29 25 19 15 139
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
0.05 0.01
Kelompok 3 0.42 0.14 0.07 ns 3.29 5.42