Professional Documents
Culture Documents
Diskusi 3 Agama - Compress
Diskusi 3 Agama - Compress
1. Manusia pertama diciptakan oleh Allah adalah adam, kemudian beranak pianak dan
membentuk sebuah masyarakat. Menurut Aristoteles, manusia adalah zoon politicon
(man is social animal) dimana manusia tidak bisa hidup sendiri, hal yang sama dijelaskan
oleh Bouman bahwa Manusia baru menjadi manusia setelah manusia itu hidup dengan
manusia lainnya. Masyarakat adalah sejumlah individu yang hidup bersama dalam suatu
wilayah tertentu, bergaul dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan
kesadaran pada diri setiap anggotanya sebagai suatu kesatuan.
2. Untuk mencapai sebuah tujuan, setiap manusia wajib memiliki prinsip-prinsip yang harus
dipegang teguh oleh manusia. Begitu juga untuk menciptakan masyaraka madani harus
memiliki prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh dan diimplentasi dalam tatanan
kehidupan umat manusia. Prinsip-prinsip tersebut adalah 1) keadilan, 2) supremasi hukum
3), egalitarianisme (persamaan), 4) pluralisme, 5) pengawas sosial.
b. Supremasi Hukum
Supremasi hukum adalah upaya untuk memberikan jaminan terciptanya keadilan.
Supremasi hukum menempatkan hukum di atas segalanya dan menetapkannya tanpa
memandang “atas” dan “bawah”. Dalam usaha mewujudkan supremasi hukum itu maka kita
harus menetapkan hukum kepada siapapun tanpa pandang bulu, bahkan pada orang yang
membenci kita sekalipun, kita tetap harus berlaku adil. Menegakkan hukum yang adil
merupakan amanah yang diperintahkan untuk dilaksanakan kepada yang berhak. Yang
ditegaskan pada (QS. An-Nisaa:58) dan (QS. Al-Maai’dah:8).
c. Egalitarianisme (Persamaan)
Egalitarianisme adalah persamaan, tidak mengenal sistem dinasti geneologis. Artinya
adalah bahwa masyarakat madani tidak melihat keutamaan atas dasar keturunan, ras, etnis, dll.
Melainkan atas prestasi. Karena semua manusia dan warga masyarakat dihargai bukan atas
dasar geneologis di atas melainkan atas dasar prestasi yang dalam Al-Quran adalah takwa. Yang
ditegaskan pada (QS. Al-Hujuraat:13) .
d. Pluralisme
Pluralisme adalah sikap di mana kemajemukan merupakan sesuatu yang harus diterima
sebagai bagian dari realitas obyektif. Pluralisme yang dimaksud tidak sebatas mengakui bahwa
masyarakat itu plural melainkan juga harus disertai dengan sikap yang tulus bahwa keberagaman
merupakan bagian dari karunia Allah dan rahmat-Nya karena akan memperkaya budaya melalui
interaksi dinamis dengan pertukaran budaya yang beranekaragam itu. Kesadaran pluralisme itu
kemudianitu diwujudkan untuk bersikap toleran dan saling menghormati di antara sesama
anggota yang berbeda baik berbeda dalam hal etnis, suku bangsa, maupun agama. Sikap toleran
dan saling menghormati itu dinyatakan dalam ( QS. Yunus:99) dan (QS. Al- An’aam:108) .
e. Pengawasan Sosial
Pengawasan sosial adalah seluruh pengaruh kekuatan masyarakat yang menjaga
terbinanya pola-pola kelakuan dan kaidah-kaidah sosial milik masyarakat. Oleh Karena itu agar
manusia berada dalam kebaikann sebagimana fitrahnya diperlukan adanya pengawasan sosial.
Pengawasan sosial baik secara individu maupun lembaga merupakan suatu keharusan dalam
usaha pembentukan masyarakat beradab dan sejahtera. Yang ditegaskan Pada ( QS. Al-
A’raaf:172 ), ( QS. Ar-Ruum:30 ) dan (QS. Al- Ashr:1-3) .
3. Agama sejatinya selalu membawa kedamaian, kenyamanan, dan ketentraman baik bagi
pemeluknya ataupun bukan pemeluknya karena setiap agama selalu memberikan
keselamatan bagi pemeluknya masing-masing. Namun, masih banyak pemelukan yang
mengklaim bahwa agama sendiri yang paling benar dan agama orang lain harus
dimusnahkan, sebagaimana insiden di bangsa kita Indonesia seperti Situbondo (Jawa
Timur), Ketapang (Jakarta) di mana gereja dibakar oleh umat Islam, Kupang (Nusa
Tenggara Timur) di mana masjid dibakar oleh umat Kristiani. Belum lagi kasus Maluku dan
Poso yang hingga hari ini belum terselesaikan dengan baik. Salah satu penyebabkan
adalah karena kesempitan berfikir dalam beragama. Untuk itu, dibutuhkan peran umat
beragama.
Bagaimana Peran yang dapat dilakukan oleh umat beragama dalam mewujudkan masyarakat
madani? Jelaskan.
Jawab:
Masyarakat madani yang dideklarasikan oleh Nabi adalah masyarakat yang adil, terbuka dan
demokratis, dengan landasan takwa kepada Allah dan taat kepada ajaran-Nya. Takwa kepada Allah
adalah semangat ketuhanan yang diwujudkan dengan membangun hubungan yang baik dengan
Allah dan manusia. Hubungan itu tentu saja harus dilandasi dengan berbudi luhur dan akhlak mulia.
Dalam konteks ini menjadi jelas masyarakat madani adalah masyarakat berbudi luhur mengacu
kepada kehidupan masyarakat berkualitas dan beradab.
Berikut ini adalah beberapa peran yang harus dilakukan oleh umat bergama dalam mewujudkan
masyarakat madani: